Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN

PERANCANGAN SISTEM SALURAN IRIGASI

PERSAWAHAN DAERAH DESA JAMBU

KECAMATAN MLONGGO

Dosen Pengampu : Decky Rochmanto, S.T., M.T.

Disusun Oleh
Kelompok 4 :

1. Ahmad Baharudin Amirullah (191230000420)


2. M. Faisol Bakhri (191230000423)
3. Deni Sutopo Putra (191230000433)
4. Rovansius Umbu Tundu MP (191230000419)

PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penyusun panjatkan kepada


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan laporan penyusun yang berjudul “
PERENCANAAN SALURAN IRIGASI DAN JARINGAN IRIGASI”. Pada mata
Kuliah “Rekayasa Irigasi dan Bangunan Air”.Shalawat serta salam kita
sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga penyusun semua
mendapatkan syafaat dan pertolongan kelak di yaumul qiyamah nanti.
Terima kasih penyusun ucapkan kepada dosen pengampu Mata Kuliah
Rekayasa Irigasi dan Bangunan Air Bapak Decky Rochmanto, ST., MT. yang
telah membimbing serta memberi pengarahan kepada penyusun dalam
penyusunan laporan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyusun laporan ini dari awal sampai akhir. Oleh karena itu penulis memohon
kitik dan saran maupun masukan yang membawa kearah perbaikan dan bersifat
membangun. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
dan mahasiswa lain.

Jepara, 20 Januari 2021

Penyusun

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan dasar tiap makhluk hidup. Baik manusia,


hewan maupun tumbuhan sangat membutuhkan air. Bai manusia air tidak
hanya berfungsi sebagai pemuas dahaga saja, melainkan bisa digunakan
untuk mencuci, mandi, irigasi untuk pertanian, bahkan bisa juga sebagai
pembangkit listrik. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan air
pun semakin meningkat. Sentara itu, keberadaaan air cenderung semakin
menurun. Untuk itu, penggunaan air harus dilakukan secara efektif dan
seefesien mungkin.
Sebagai negara agraris, kebutuhan air bagi Indonesia sangat tinggi,
demi mendukung sektor pertanian. Ketersedian air di sektor pertanian
tetntunya dapat menunjang kebutuhan bahan pangan bagi masyarakat. .
Namun, ada saatnya air yang tersedia cukup melimpah dan ada saatnya
ketersediaan air sangat minim tergantung pada musim. Selain itu, lahan
yang jauh dari sumber air akan mengalami kesulitan dalam penyediaan air
untuk pertanian. Dengan demikian keberadaan bangunan air dan irigasi
sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan dan distribusi air bagi
lahan baik dekat maupun jauh dari sumber mata air.
Untuk merencanakan suatu jaringan irigasi diperlukan perencanaan
dan perhitungan yang cermat agar dapat memenuhi persyaratan teknis dan
dapat di pergunakan selama bertahun – tahun tanpa adanya kekeringan air
di sawah. Dengan demikian, tugas desain irigasi ini akan menjelaskan
secara sistematis dan rinci perencanaan jaringan irigasi yang memenuhi
persyaratan teknis tersebut. Desain irigasi ini di prioritaskan pada
masyarakat yang pada umum nya petani padi, palawija dan lain lain yang
sangat membutuhkan air sebagai asupan makanan kebun nya agar tetap
terjaga dan bisa memberikan hasil panen yang sangat banyak tentu nya
dengan mutu yang sangat bagus.

ii
1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya maka


dapat diambil suatu rumusan masalah yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana cara merencanakan jaringan irigasi.

2. Bagaimana cara memenuhi kebutuhan air di sawah agar sawah


sewaktu-waktu mengalami gagal panen yang di sebabkan oleh
kekeringan air.
3. Bagaimana cara meningkatkan kualitas hasil panen petani dan membuat
hasil panen menjadi meningkat dari musim ke musim.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penyusunan tugas besar ini adalah :

1. Memahami perancangan daerah irigasi yang meliputi perencanaan


petak, saluran beserta dimensi saluran, ketersediaan air, dan kebutuhan
air.
2. Sebagai upaya manusia untuk meningkatkan faktor yang
menguntungkan dan memperkecil atau menghilangkan faktor yang
merugikan dari suatu sumber daya air terhadap kehidupan manusia.
3. Upaya untuk penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan dan
mendistribusikan secara teknis dan sistematis.

1. Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada


daerah yang curah hujannya kurang atau tidak menentu.
2. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah
agar daerah pertanian dapat diairi sepanjang waktu, baik pada musim
kemarau maupun pada musim penghujan.
3. Untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang
mengandung lumpur pada daerah pertanian sehingga tanah dapat
menerima unsur-unsur penyubur.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Bangunan dan saluran irigasi sudah dikenal orang sejak zaman sebelum
masehi. Hal ini dapat dibuktikan oleh peniggalan sejarah, baik sejarah baik sejarah
nasional maupun sejarah dunia. Keberadaan bangunan tersebut disebabkan oleh
adanya kenyataan bahwa sumber makanan nabati yang disediakan oleh alam sudah
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Segi teknis dari persoalan
pertanian ini menimbulkan permasalahan dari yang paling sederhana sampai yang
paling sulit.
Air tunduk pada hukum gravitasi, sehingga air dapat mengalir melalui
saluran-saluran secara alamiah ke tempat yang lebih rendah. Untuk keperluan
irigasi, dengan cara yang paling sederhanapun telah dapat dicapai hasil yang cukup
memadai. Kemajuan ilmu dan teknologi senantiasa memperluas batas-batas yang
dapat dicapai dalam bidang keirigasian. Manusia mengembangkan ilmu alam, ilmu
fisika dan juga hidrolika yang meliputi statika dan dinamika benda cair. Semua ini
membuat pengetahuan tentang irigasi bertambah lengkap.
2.2 Data hidrologi
a) Data stasiun hidrologi S.T ahmad yani : - 6.97683/110.37780
b) Data stasiun hidrologi S.T Tanjung Mas : -6.94860/110.41990
c) Elavasi local : 13 – 8 = 5m
d) Tinggi pengukuran : 7 Mdpl
e) Data curah hujan : 2010 s/d 2020
f) Perbandingan siang/malam :4
g) Masa penyiapan lahan : 45 hari
h) Pola tanam : padi-padi-palawija
2.3 Klimatologi
`studi mengenai iklim, secara ilmiah didefinisikan sebagai kondisi cuaca
yang dirata-ratakan selama periode waktu yang panjang. Data yang digunakan
meliputi temperatur, penyinaran matahari, kelembaban udara, dan kecepatan
angina.

ii
2.4. Sistem Irigasi dan Klasifikasi Jaringan Irigasi

Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :

a. Irigasi Sistem Gravitasi

Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal


dan diterapkan dalam kegiatan usaha tani. Dalam sistem irigasi ini,
sumber air diambil dari air yang ada dipermukaan bumi yaitu dari sungai,
waduk dan danau di dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi
menuju ke petak-petak yang membutuhkan, dilakukan secara gravitatif.
b. Irigasi Sistem Pompa

Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila


pengambilan secara gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi
maupun teknik. Cara ini membutuhkab modal kecil, namun memerlukan
biaya ekspoitasi yang besar. Sumber air yang dapat dipompa untuk
keperluan irigasi dapat diambil dari sungai, misalnya stasiun pompa
Gambarsari dan Pesanggrahan (sebelum ada bendung Gerak Serayu),
atau dari air tanah, seperti pompa air suplesi di DI. Simo, Kabupaten
Gunung Kidul, Yogyakarta.
c. Irigasi Pasang Surut

Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang surut adalah suatu


tipe irigasi yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat
peristiwa pasang surut air laut. Areal yang direncanakanuntuk tipe irigasi
ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasang
surut air laut. Untuk daerah kalimantan misalnya, daerah ini bisa
mencapai panjang 30-50 km memanjang pantai dan 10-15 km masuk ke
darat. Air genangan yang berupa air tawar dari sungai akan menekan dan
mencuci kandungan tanah sufat asam dan akan dibuang pada saat air aut
surut.
Adapun klasifikasi jaringan irigasi bila ditinjau dari cara
pengaturan, cara pengukuran aliran air dan fasilitasnya,dbedakan atas
tiga tingkatan, yaitu :
a. Jaringan Irigasi Sederhana

6
Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur
atau diatur sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang.
Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar antara
sedang dan curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan
teknik yang sulit untuk pembagian air. (Lihat Gambar 2.1).
Jaringan irigasi ini Walaupun mudah diorganisir namun
memiliki kelemahan-kelemahan serius yakni :
1) Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini
terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat
mencapai daerah rendah yang subur.
2) Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak
biaya dari penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan
pengambilan sendiri-sendiri.
3) Karena bangunan penangkap air buka bangunan tetap/permanen,
maka umurnya pendek.
b. Jaringan Irigasi Semi Teknis

Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak


disungai lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan
penghukur di bagian hilirnya. Beberapan bangunan permanen
biasanya juga sudah dibangun di jaringan saluran. Beberapa bangunan
permanen biasanya juga sudah di bangun di jaringan saluran. Sistem
pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana ( lihat
gambar 2.2.). Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani
/mengairi daerah yeng lebih luas daripada daerah layanan jaringan
sederhana.
c. Jaringan Irigasi Teknis

Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan


antara saluran irigasi/pembawa dan saluran pembuang/pemutus. Ini
berarti bahwa baik saluran pembawa maupun pembuang bekerja
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saluran pembawa
mengalirkan air irigasi kesawah-sawah dan saluran pembuang
mengalirkan kelebihan air dari sawah-sawah ke saluran pembuang.
( lihat gambar 2.3 ). Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam

ii
jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah
sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50-100
ha kadang-kadang sampai 150 ha.
Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah.
Kelebihan air ditampung didalam suatu jaringan saluran pembuang
tersier dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang
sekunder dan kuarter. Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada
prinsip-prinsip diatas adalah cara pengambilan air yang paling efisien
dengan mempertimbangkan waktu-waktu merosotnya persediaan air
serta kebutuhan petani. Jaringan irigasi teknis memungkinkan
dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan
pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya
memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan
memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit disaluran primer,
ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah.
Secara singkat, klasifikasi jaringan irigasi dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi

Klasifikasi Jaringan Irigasi


Teknis semi teknis sederhana
Bangunan Utama Bangunan Bangunan Bangunan
permanen Permanen atau sernentara
semi permanen

Kernarnpuan Dalam Baik Sedang tidak mampu


Jaringan
saluran Saluran Saluran pemberi Saluran
pernberi dan dan Pembuang pernberi dan
Pembuang tidak sepenuhnya pembuang
Terpisah Terpisah menjadi satu

Petak tersier Dikembangkan Belum belum ada

8
dikembangkan jaringan
Efisiensi Secara 50-60% 40-50% <40%
a
Ukuran Tak d < 2000 hektar < 500 hektar
a
Berdasarkan cara pengaturan,pengukuran, serta kelengkapan
fasilitas, jaringan irigasi ada 3 (tiga) jenis, yaitu :
a. Jaringan irigasi sederhana, Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan
secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air, sehingga
kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih
sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai
kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk
mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah
diorganisasikan karena menyangkut pemakai air dari latar belakang sosial
yang sama. Namun jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara
lain, Terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang, Air yang
terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur,
dan Bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu
bertahan lama.
b. Jaringan Irigasi Semi Teknis Jaringan irigasi semi teknis memiliki
bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen. Bangunan sadap
pada umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil dan
pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen,
namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan
mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan baik,
sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit.
c. Jaringan irigasi teknis Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap
yang permanen. Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur
dan mengukur. disamping itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi
dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan
penyadap sampai ke petak tersier. Untuk memudahkan sistem pelayanan
irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak yang terdiri

ii
dari petak primer, petak sekunder, petak tersier, petak kuarter dan petak
sawah sebagai satuan terkecil.
Klasifikasi jaringan Irigasi jika ditinjau dari cara pengalirannya ada 2 cara,
yaitu :
a. Saluran terbuka (open chanel) yaitu saluran yang dibuat terbuka,
sehingga air yang mengalir tanpa ditutup oleh apapun.
b. Jaringan pipa (pipe network) yaitu irigasi yang menggunakan jaringan
pipa, air mengalir di dalam pipa dan dialirkan ke tanaman.

10
Gambar 2.1. Jaringan irigasi sederhana

ii
Gambar 2.2. Jaringan irigasi semi teknis

12
Gambar 2.3. Jaringan irigasi teknis
2.6. Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi adalah jumlah voleme air yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan evapontranspirasi. Kehilangan air, kebutuhan air

ii
untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam
melalui hujan dan kontribusi air tanah.
Kebutuhan air sawah padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut :

a) Penyiapan lahan

b) Penggunaan konsumtif

c) Perkolasi dan rembesan

d) Pergantian lapisan air

e) Curah hujan efektif

Kebutuhan air disawah dinyatakan dalam mm/hari datau lt/dt/ha.

Kebutuhan air belum termasuk efisiensi dijaringan tersier dan utama.

Efisiensi dihitung dalam kebutuhan pengambilan air sungai.

2.6.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Air

Tanaman

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air pada tanaman adalah


sebagai berikut :
1) Topografi

Keadaan topografi mempengaruhi kebutuha air tanaman.


Untuk lahan yang miring membutuhkan air yanglebih banyak dari
lahan yang datar. Karena air akan lebih cepat mengalir menjadi
aliran permukaan dan hanya sedikit yang mengalami infiltrasi.
Dengan kata lain kehilangan air di lahan miring akan lebih besar.
2) Hidrologi

Jumlah curah hujan mempengaruhi kebutuhan air makin


banyak curah hujan nya, maka makin sedikit kebutuhan air tanaman.
Hal ini dikarenakan hujan efektif akan menjadi besar.
3) Klimatologi

Keadaan cuaca adalah salah satu syarat yang penting untuk


pengelolaan pertanian. Tanaman tidak dapat bertahan dalam keadaan

14
cuaca buruk. Dengan memperhatikan keadaan cuaca dan cara
pemanfaatannya, maka dapat dilaksanakan penanaman tanaman yang
tepat untuk periode yang tepat dan sungai dengan keadaan tanah.
Cuaca dapt digunakan untuk rasionalisasi penentuan laju evaporasi
dan evapotranspirasi, hal ini sangat begantung pada jumlah jam
penyinaran matahari dan radiasi matahari. Untuk penentuan
tahun/periode dasar bagi rancangan irigasi harus dikumpulkan data
curah hujan dengan jangka waktu yang sepanjang mungkin.
Disamping data curah hujan diperlukan juga penyelidikan
evapotranspirasi, kecepatan angin, arah angin, suhu udara, jumlah
jam penyinaran matahari, dan kelembaban.
4) Tekstur Tanah

Selain membutuhkan air, tanaman juga membutuhkan tempat


untuk tumbuh, yang dalam teknik irigasi dinamakan tanah. Tanah
yang baik untuk usaha pertanian ialah tanah yang mudah dikerjakan
dan bersifat produktif serta subur. Tanah yang baik tersebut memberi
kesempatan pada akar tanaman untuk tumbuh dengan mudah,
menjamin sirkulasi air dan udara serta baik pada zona perakaran dan
secara relatif memiliki persediaan hara dan kelembaban tanah yang
cukup.
Tanaman membutuhkan air. Oleh karena itu, pada zone
perakaran perlu tersedia lengas tanah yang cukup. Tetapi walaupun
kelembaban tanah perlu dipelihara, air yang diberikan tidak boleh
berlebih. Pemberian air harus sesuai dengan kebutuhan dan sifat
tanah serta tanaman.

2.6.2. Kebutah air tanaman

Kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh faktor-faktor evaporasi,


transpirasi yang kemudian dihitung sebagai evapotranspirasi.
1) Evaporasi

Evaporasi adalah suatu peristiwa peubahan air menjadi uap.


Dalam proses penguapan air berubah menjadi uap dengan adanya
energi panas matahari. Laju evaporasi dipengaruhi oleh faktor

ii
lamanya penyinaran matahari, udara yang bertiup (angin),
kelembaban udara, dan lain-lain. Terdapat beberapa metodeuntuk
menghitung besarnya evaporasi, diantaranya adalah metode Penman.
Rumus evaporasi dengan metode Penman adalah :

Eo = 0,35 (Pa-Pu)(1+U2/100)

Keterangan :
Eo = Penguapan (mm/hari)

Pa = Tekanan uap jenuh pada suhu rata – rata harian (mmHg)

Pu = Tekanan uap sebenarnya (mmHg)

U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m dalam mile/hari,

sehingga bentuk U2 dalam m/detik masih harus dikalikan

dengan 24x60x60x1600.

2) Transpirasi

Transpirasi adalah suatu proses pada peristiwa uap air


meninggalkan tubuh tanaman dan memasuki atmosfir. Fakta iklim
yang mempengaruhi laju transpirasi adalah intensitas penyinaran
matahari, tekanan uap air di udara, suhu, kecepatan angin.
3) Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap


ke udara bergerak dari permukaan tanah, permukaan air dan
penguapan melaui tanaman. Jika air yang tersedia dalam tanah cukup
banyak maka evapotranspirasi itu disebut Evapotranspirasi Potensial.
Evapotranspirasi sering disebut sebagai kebutuhan konsumtif
tanaman yang merupakan jumlah air untuk evaporasi dari permukaan
areal tanaman dengan air untuk transpirasi dari tubuh tanaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan
evapotranspirasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan angin, tekanan udara dan sinar matahari yang saling
berhubungan satu dengan yang lain. Rumus Penmann dalam
bentuknya yang dimodifikasi yang menunjukkan evapotranspirasi
potensial adalah seperti berikut:

16
Eto = C(W. Rn + (1 – W). f(U). (ea-ed)

ea = Tekanan uap jenuh (mbar), lihat tabel lampiran

t = Tempratur berdasarkan data dari stasiun pengamatan

ii
ed = Tekanan uap nyata, dimana :
ed = RH.ea

RH = Kelembaban udara relatif berdasarkan data dari stasiun


pengamatan

f(U) = Fungsi angin, dimana :


f(U) = 0,27 x (1 + U2/100)
U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m, dimana :
1 – W = Faktor Pembobot
W = Lihat tabel lampiran
Rn = Rns – Rn1
Rns = Radiasi sinar matahari, dimana :
Rns = (1 – r) x Rs
Rs = Radiasi ekstra tereksterial/nilai angot (lihat lampiran)
n/N = Perbandingan penyinaran matahari dalam 1 hari yang
dinyatakan dalam persen
R = Koefisien pemantulan/koefisien albedo
Rn1 = Radiasi gelombang panjang netto (mm/hari), dimana :
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
f(T) = Fungsi temperatur, dimana :
4
f(T) = . T
T =(T+273K)
-9 2
s = (117,4 x 10 ) gcal/cm /hari
f(ed) = Fungsi tekanan uap nyata, dimana :
0,5
f(ed) = 0,34 – 0,044 ed

f(n/N) = Fungsi perbandingan penyinaran matahari dalam 1


hari f(n/N) = 0,1 +0,9 (n/N)
c = Koefisien bulanan untuk rumus Penmann (lihat tabel
lampiran)

18
Tabel 2.2 Koefisien Pemantulan (Koefisien Albedo)

Sifat Permukaan R
Air Terbuka 0,06
Batu 0,12 – 0,15
Rumput 0,08 – 0,09
Tanaman Hijau 0,20
Sumber: CD Soemarto, Hidrologi Teknik, 1995

Tabel 2.3 Harga w sesuai Temperatur dan Ketinggian

Temperatu
0
r C 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
W, pada
Ketinggian
(m)
0 0.43 0.46 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.68 0.71 0.73 0.75 0.77 0.78 0.80 0.82 0.83 0.84 0.85
500 0.45 0.48 0.51 0.54 0.57 0.60 0.62 0.65 0.67 0.70 0.72 0.74 0.76 0.78 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.85
1000 0.46 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.80 0.82 0.83 0.85 0.86 0.87
2000 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88
3000 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.88 0.88 0.89
4000 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.76 0.78 0.79 0.81 0.83 0.84 0.85 0.86 0.88 0.89 0.90 0.90
Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi

Tabel 2.4 Tabel dalam gambar sebagai fungsi temperatur udara


0
rata-rata ( C )

ii
Temperatur
0
C 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
ea (m bar) 6,1 6,6 7,1 7,6 8,1 8,7 9,3 10,0 10,7 11,5 12,3 13,1 14,0 15,0 16,1 17,0 18,2 19,4 20,6 22,0
Temperatur

0C 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
ea (m bar) 23,4 24,9 26,4 28,1 29,8 31,7 33,6 35,7 37,8 40,1 42,4 44,9 47,6 50,3 53,2 56,2 59,4 62,8 66,3 69,9
Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi

Tabel 2.5 Harga dari F(U) = 0,27x(1 + U2 /100) pada tinggi 2 meter

dinyatakan dalam km/hari.


Angin 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
km/hari
- 0,30 0,32 0,35 0,38 0,41 0,43 0,46 0,49 0,51
100 0,54 0,57 0,59 0,62 0,65 0,68 0,70 0,73 0,76 0,78
200 0,81 0,84 0,86 0,89 0,92 0,95 0,97 1,00 1,03 1,05
300 1,08 1,11 1,13 1,16 1,19 1,22 1,24 1,27 1,30 1,32
400 1,35 1,38 1,40 1,43 1,46 1,49 1,51 1,54 1,57 1,59
500 1,62 1,65 1,67 1,70 1,73 1,76 1,78 1,81 1,84 1,86
600 1,89 1,92 1,94 1,97 2,00 2,03 2,05 2,08 2,11 2,13
700 2,16 2,19 2,21 2,24 2,27 2,30 2,32 2,35 2,38 2,40
800 2,43 2,46 2,48 2,51 2,54 2,57 2,59 2,62 2,65 2,67
900 2,70
Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi

Tabel 2.6 Faktor penyesuaian (c) untuk persamaan Penmann dengan modifikasi

RH max = 30% RH max = 60% RH max = 90%


Rs mm/hari 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
Usiang (m/detik) Usiang/Umalam = 4,0
0 0.86 0.90 1.00 1.00 0.96 0.98 1.05 1.05 1.02 1.06 1.10 1.10
3 0.79 0.84 0.92 0.97 0.92 1.00 1.11 1.19 0.99 1.10 1.27 1.32
6 0.68 0.77 0.87 0.93 0.85 0.96 1.11 1.19 0.94 1.10 1.26 1.33
9 0.55 0.65 0.78 0.90 0.76 0.88 1.02 1.14 0.88 1.01 1.16 1.27

Usiang (m/detik) Usiang/Umalam = 3,0


0 0.86 0.90 1.00 1.00 0.96 0.98 1.05 1.05 1.02 1.06 1.10 1.10

20
3 0.76 0.81 0.88 0.94 0.87 0.96 1.06 1.12 0.94 1.04 1.18 1.28
6 0.61 0.68 0.81 0.88 0.77 0.88 1.02 1.10 0.86 1.01 1.15 1.22
9 0.46 0.56 0.72 0.82 0.67 0.79 0.88 1.05 0.78 0.92 1.06 1.18

Usiang (m/detik) Usiang/Umalam = 2,0


0 0.86 0.90 1.00 1.00 0.96 0.98 1.05 1.05 1.02 1.06 1.10 1.10
3 0.69 0.76 0.85 0.92 0.83 0.91 0.99 1.05 0.89 0.98 1.10 1.14
6 0.53 0.61 0.74 0.84 0.70 0.80 0.94 1.02 0.79 0.92 1.05 1.12
9 0.37 0.48 0.65 0.76 0.59 0.70 0.84 0.95 0.71 0.81 0.96 1.06

Usiang (m/detik) Usiang/Umalam = 2,0


0 0.86 0.90 1.00 1.00 0.96 0.98 1.05 1.05 1.02 1.06 1.10 1.10
3 0.64 0.76 0.82 0.89 0.78 0.86 0.94 0.99 0.85 0.92 0.92 1.05
6 0.43 0.53 0.68 0.79 0.62 0.70 0.84 0.93 0.72 0.82 0.82 1.00
9 0.27 0.43 0.59 0.70 0.50 0.60 0.75 0.87 0.62 0.72 0.72 0.96

ii
Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi

Tabel 2.7 Harga Rata rata dalam Evaporasi Ekivalen (mm/hari) untuk Belahan Bumi
Selatan.
lintan
g Jan. Feb. Mar. Apr. Mei. Jun. Jul. Agust. Sep. Okt. Nop. Des.
0
50 17,5 14,7 10,9 7,0 4,2 3,1 3,5 5,5 8,9 12,9 16,5 18,2
0
48 17,6 14,9 11,2 7,5 4,7 3,5 4,0 6,0 9,3 13,2 16,6 18,2
0
46 17,7 15,1 11,5 7,9 5,2 4,0 4,4 6,5 9,7 13,4 16,7 18,3
0
44 17,8 15,3 11,9 8,4 5,7 4,4 4,9 6,9 10,2 13,7 16,7 18,3
0
42 17,8 15,5 12,2 8,8 6,1 4,9 5,4 7,4 10,6 14,0 16,8 18,3

0
40 17,9 15,7 12,5 9,2 6,6 5,3 5,9 7,9 11,0 14,2 16,9 18,3
0
38 17,9 15,8 12,8 9,6 7,1 5,8 6,3 8,3 11,4 14,4 17,0 18,3
0
36 17,9 16,0 13,2 10,1 7,5 6,3 6,8 8,8 11,7 14,6 17,0 18,2
0
34 17,8 16,1 13,5 10,5 8,0 6,8 7,2 9,2 12,0 14,9 17,1 18,2
0
32 17,8 16,2 13,8 10,9 8,5 7,3 7,7 9,6 12,4 15,1 17,2 18,1

0
30 17,8 16,4 14,0 11,3 8,9 7,8 8,1 10,1 12,7 15,3 17,3 18,1
0
28 17,7 16,4 14,3 11,6 9,3 8,2 8,6 10,4 13,0 15,4 17,2 17,9
0
26 17,6 16,4 14,4 12,0 9,7 8,7 9,1 10,9 13,2 15,5 17,2 17,8
0
24 17,5 16,5 14,6 12,3 10,2 9,1 9,5 11,2 13,4 15,6 17,1 17,7
0
22 17,4 16,5 14,8 12,6 10,6 9,6 10,0 11,6 13,7 15,7 17,0 17,5

0
20 17,3 16,5 15,0 13,0 11,0 10,0 10,4 12,0 13,9 15,8 17,0 17,4
0
18 17,1 16,5 15,1 13,2 11,4 10,4 10,8 12,3 14,1 15,8 16,8 17,1
0
16 16,9 16,4 15,2 13,5 11,7 10,8 11,2 12,6 14,3 15,8 16,7 16,8
0
14 16,7 16,4 15,3 13,7 12,1 11,2 11,6 12,9 14,5 15,8 16,5 16,6
0
12 16,6 16,3 15,4 14,0 12,5 11,6 12,0 13,2 14,7 15,8 16,4 16,5

22
0
10 16,4 16,3 15,5 14,2 12,8 12,0 12,4 13,5 14,8 15,9 16,2 16,2
0
8 16,4 16,1 15,5 14,4 13,1 12,4 12,7 13,7 14,9 15,8 16,0 16,0
0
6 15,8 16,0 15,6 14,7 13,4 12,8 13,1 14,0 15,0 15,7 15,8 15,7
0
4 15,5 15,8 15,6 14,9 13,8 13,2 13,4 14,3 15,1 15,6 15,5 15,4
0
2 15,3 15,7 15,7 15,1 14,1 13,5 13,7 14,5 15,2 15,5 15,3 15,1
0
0 15,0 15,5 15,7 15,3 14,4 13,9 14,1 14,8 15,3 15,4 15,1 14,8
Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi

Tabel 2.8. Parameter Besarnya Kemiringan

Talud (m)

Sumber : KP 03 Perencanaan Irigasi

Tabel 2.9 Parameter Koefisien Kekasaran

Stickler (K)

Sumber : KP 03 Perencanaan Irigasi

Tabel 2.10 Parameter Besarnya

Tinggi Jagaan (w)

ii
Sumber : KP 03 Perencanaan Irigasi
Tabel 2.11 Parameter Untuk Perhitungan Kemiringan Saluran (n)

Sumber : KP 03 Perencanaan Irigasi

2.6.3 Efisiensi Irigasi

Air yang diambil dari sumber air atau sungai yang dialirkan ke areal
irigasi tidak semuanya dimanfaatkan oleh tanaman. Dalam praktek irigasi
tejadi kehilangan air. Kehilangan air tersebut dapat berupa penguapan
disaluran irigasi, rembesan dari saluran atau untuk keperluan lain ( rumah
tangga ).
1) Efisiensi Pengaliran

Jumlah air yang dilepaskan dari bangunan sadap ke areal irigasi


mengalami kehilangan air selama pengalirannya. Kehilangan air ini
menentukan besarnya efisiensi pengaliran.
EPNG = (Asa/Adb) x 100%

24
Dengan :

EPNG = Efisiensi pengaliran

Asa = Air yang sampai di irigasi

Adb = Air yang diambil dari bangunan sadap

2) Efisiensi Pemakaian

Efisiensi pemakaian adalah perbandingan antara air yang dapat


ditahan pada zone perakaran dalam periode pemberian air, dengan air
yang diberikan pada areal irigasi.
EPMK = (Adzp/Asa) x 100%

Dengan :

EPMK = Efisiensi pemakai

Adzp = Air yang dapat ditahan pada zone perakaran

Asa = Air yang diberikan ( sampai ) diareal irigasi

Apabila keadaan sangat kekurangan jumlah air yang dibutuhkan

untuk mengisi lengas tanah pada zone perakaran adalah Asp (air

tersimpan penuh) dan air yang diberikan adalah Adk maka efisiensi

penyimpanan adalah

EPNY = (Adk/Asp) x 100%

Dengan :
= Efisiensi penyimpanan
EPNY
= Air yang tersimpan
Asp
= Air yang diberikan
Adk

ii
Sesungguhnya jenis efisiensi tidak terbatas seperti tertulis diatas
karena nilai efisiensi dapat pula terjadi pada saluran primer, bangunan
bagi, saluran sekunder dan sebagainya. Secara prinsip nilai efisiensi adalah
:
EF = [(Abdk - )/Adbk] x 100 %

Dengan :

EF = Efisiensi

Adbk = Air yang diberikan

Ahl = Air yang hilang

2.6.4. Pola Tanam dan Sistem Golongan

1) Pola Tanam

Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman, penentuan pola tanam merupakan hal yang
perlu dipertimbangkan. Pola tanam adalah suatu sistem dalam menentukan jenis-jenis tanaman
atau pergiliran tanaman produksi pada suatu daerah tertentu yang disesuaikan dengan
persediaan air yang ada pada periode musim hujan dan musim kemarau.
Untuk memperoleh tanaman dengan pertumbuhan yang optimal guna mencapai
produktifitas yang
Tabel 2.12. Tabel Pola
tinggi, maka
Tanam
penanaman harus
Ketersediaan air untuk jaringan Pola tanam dalam satu tahun
Irigasi

Tersedia air cukup banyak Pad – Padi – Palawija


Tersedia air dalam jumlah cukup Padi – Padi – Bera
Padi – Palawija – Palawija

Daerah yang cenderung kekurangan Padi – Palawija – Bera


Air Palawijaya – Padi - Bara

2) Sistem Golongan
memperhatikan pembagian air secara merata ke semua petak tersier dalam jaringan irigasi.
Sumber air tidak selalu dapat menyediakan air irigasi yang dibutuhkan, sehingga harus dibuat
rencana pembagian air yang baik, agar air yang tersedia dapat digunakan secara merata dan

26
seadil-adilnya. Kebutuhan air yang tertinggi untuk suatu petak tersier adalah

Qmax, yang didapat sewaktu merencanakan seluruh sistem irigasi. Besarnya


debit Q yang tersedia tidak tetap, bergantung pada sumber dan luas tanaman
yang harus diairi. Pada saat-saat dimana air tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman dengan pengaliran menerus, maka pemberian air
tanaman dilakukan secara bergilir. Dalam musim kemarau dimana keadaan
air mengalami kritis, maka pemberian air tanaman akan
diberikan/diprioritaskan kepada tanaman yang telah direncanakan.
2.6.5 Kebutuhan Air

Kebutuhan air untukpenyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan


air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang menentukan
besarnya kebutuhan air untuk penyiapan adalah :
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan
lahan
b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.
Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan
adalah :
a)Tersedianyan tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk menggarap
tanah
b)Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk
menanam padi sawah atau padi ladang kedua.
2.6.1 Penyiapan lahan
Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan Pada umumnya jumlah air yang
dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman serta
porositas tanah sawah. Rumus berikut dipakai untuk memperkirakan kebutuhan air
untuk lahan
PWR = (Sa-Sb)N.d + Pd + FL

1000

Keterangan :

PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)

Sa = Derajat kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%)

ii
Sb = Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%)

N = Porositas tanah dalam (%) pada harga rata – rata untuk kedalaman
tanah
d = Asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)

Pd = Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)

FL = Kehilangan air sawah selama 1 hari (mm)

Untuk tanah berstruktur berat tanpa retak-retak, kebutuhan air untuk


penyiapan lahan diambil 200 mm, ini termasuk air untuk penjenuhan dan
pengolahan tanah.
Kebutuhan Air selama Penyiapan Lahan

Untuk perhitungan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan metode


yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut
didasarkan pada laju air konstan dalam lt/dt selama periode penyiapan lahan dan
menghasilkan rumus sebagai berikut :
k k
IR= Me /(e - 1)
Keterangan :

IR = Kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hari)

M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi


dan perkolasi disawah yang sudah dijenuhkan M = Eo + P (mm/hari)
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1 : 1 Eto selama
penyiapan lahan (mm/hari)
P = Perkolasi
k = MT/S
T = Jangka waktu penyipan laan (hari)

S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm,


yakni 200 + 50 = 250 mm seperti yang sudah diterangkan diatas.
E = Eksponensial

28
Waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan tergantung pada kondisi di
lapangan, biasanya antara 30 – 45 hari. Untuk daerah proyek baru, jangka
waktu penyiapan lahan akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku
di daerah sekitarnya. Sebagai pedoman, diambil jangka waktu penyiapan
lahan 45 hari untuk menyelesaikan penyiapan lahan di seluruh petak tersier.
Untuk penjenuhan dan pengolahan tanah diperlukan lapisan air setebal 200
mm ditambah 50 mm lapisan air awal setelah transplantasi selesai, secara
keseluruhan lapisan air yang diperlukan menjadi 250 mm. Bila lahan telah
dibiarkan selama jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau lebih) maka
lapisan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm.
Berdasarkan perhitungan di atas, besarnya kebutuhan air untuk penyiapan
lahan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.13 Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan


Eo + P T = 30 hari T = 45 hari
S=250 S=300 S=250 S=300
mm/hari mm mm mm mm
5 12,7 8,4 9,5
5,5 11,11 13 8,8 9,8
6 11,4 13,3 9,1 10,1
6,5 11,7 13,6 9,4 10,4
7 12 13,9 9,8 10,8
7,5 12,3 14,2 10,1 11,1
8 12,6 14,5 10,5 11,4
8,5 13 14,8 10,8 11,8
9 13,3 15,2 11,2 12,1
9,5 13,6 15,5 11,6 12,5
10 14 15,8 12 12,9
10,5 14,3 16,2 12,4 13,2
11 14,7 16,5 12,8 13,6
15
Sumber : KP – 01, tahun 1986
2.6.2. Penggunaan Konsumtif

ii
Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh tanaman untuk
proses fotosintesis dati tanaman tersebut, penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus
berikut :
Etc = Kc . Eto

Keterengan :

Etc = Evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

Eto = Evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)

Kc = Koefisien tanaman

Besarnya koefisien tanaman padi dan palawija menurut Prosida dan FAO
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.14 Koefisien Tanaman (Kc)

Periode Padi FAO Kedelai


Tengah Nedeco/Prosida
Bulanan Varietas Varietas Varietas Varietas
Biasa Unggul Biasa Unggul
1 1,20 1,20 1,10 1,10 0,50
2 1,20 1,27 1,10 1,10 0,75
3 1,30 1,33 1,10 1,05 1,00
4 1,40 1,30 1,10 1,05 1,00
5 1,35 1,30 1,10 0,95 0,82
6 1,24 0,00 1,05 0,00 0,45
7 1,12 0,95
8 0,00 0,00

Sumber : Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010, 1985

2.6.3. Perkolasi

30
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh yang terletak di
antara permukaan sampai ke permukaan air tanah (zona jenuh). Karena belum ada
pengukuran secara langsung di lapangan, maka besarnya perkolasi yang terjadi
pada masing-masing lokasi daerah irigasi adalah berbeda. Besarnya perkolasi
masing-masing daerah itu diambil berdasarkan jenis tanah di daerah tersebut.
Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah
lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat
mencapai 1-3 hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, lau perkolasi bisa lebih
tinggi. Dari hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan,
besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah
tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat
meresapnya air melalui tanggul sawah.

2.6.4. Penggantian Lapisan Air


Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Penggantian lapisan air
dilakukan menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan
penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari selama 1/2
bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.
2.7 Debit Andalan

Debit andalan adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang
dapat dipakai untuk irigasi. Tabel 2.11 berikut menyajikan ringkasan metode
perhitungan debit andalan.

ii
Tabel 2.15 Debit Andalan
No Catatan Debit Metode Parameter
Perencanaan
1 a. Data Cukup Analisis frekuensi distribusi Debit rata – rata
(20 tahun frekuensi normal tengah bulanan
atau lebih) dengan
kemungkinan tak
terpenuhi 20%
b. Data Analisis frekuensi. Rangkaian Seperti pada 1.a
Terbatas debit dihubungkan dengan dengan ketelitian
rangkaian curah hujan yang kurang dari itu
mencakup waktu lebih lama
2 Data minimal a. Metode simulasi perimbangan Seperti pada 1.b
atau tidak ada air dar Dr. Mock atau metode dengan ketelitian
serupa lainnya. Curah hujan di kurang dari itu
daerah aliran sungai, evapotranspirasi,
vegetasi, tanah dan karakteristik geologis
daerah aliran sebagai data masukan.
b. Perbandingan dengan daerah aliran
sungai di dekatnya.
Metode kapasitas saluran.
Aliran rendah dihitung dari muka air rendah,
potongan melintang sungai dan kemiringan Seperti pada 1.b
yang sudah diketahui. Metode tidak tepat, dengan ketelitian
3 Data tidak ada hanya sebagai cek kurang dari itu

Debit Andalan merupakan debit dari suatu sumber air ( misalnya


sungai ) yang diharapkan dapat disadap untuk keperluan irigasi. Debit
Andalan yang digunakan dalam perencanaan Jaringan Irigasi ini
menggunakan persamaan metode rational sebagai berikut :
Q = k.C.I.A

Dimana :
3

Q = Debit andalan(m /dt)

32
C = Runoff coefficient (0,08 untuk tanah pertanian)

I = Intensitas curah hujan / R80 (mm/hari)


2
A = Luas daerah yang dialiri (km )

2.7.1. Debit yang Dibutuhkan

Dari hasil perhitungan kebutuhan air setiap bulannya maka dapat diperoleh
debit yang dibutuhkan pada setiap pola tanam:
A x NFR
Q= Eff

Keterangan :
3
Q = Debit yang dibutuhkan (m /detik)
A = Luas daerah yang dialiri (ha)
NFR = Kebutuhan air tanaman di sawah (liter/detik/ha)
Eff = Efisiensi irigasi

2.7.2. Debit Saluran

Untuk menghitung debit saluran digunakan rumus:

a. Saluran Primer
A x NFR
Q=
Eff primer x Eff sekunder x Eff tersier

c. Saluran Sekunder

A x NFR
Q=
Eff sekunder x
Eff tersier

d. Saluran Tersier

Q = A x NFR
Eff tersier
Keterangan :

ii
3
Q = Debit yang dibutuhkan (m /detik)

A= Luas daerah yang dialiri (ha)

NFR = Kebutuhan air tanaman di sawah (liter/detik/ha)

Eff = Efisiensi irigasi

2.8 Perencanaan P intu Sorong

Muka air di saluran primer dan saluran cabang dapat diatur pada batas-
batas tertentu oleh bangun an pengatur. Pada desain irigasi ini banguna n
bagi dan sadap direncanakan menggunakan pintu sorong sebagai pintu
pengatur untuk mengendalikan tingg i muka air pada saluran. Rumus debit
untuk pintu sorong adalah:

Q = K . μ . a . b. 2.g.h1

Dimana :
3
Q = Debit (m / dt)

K = Faktor aliran tenggelam

A= Koefisien debit

B= Bukaan pin tu (m)

C= Lebar pintu (m)


2
g = Percepatan grafitasi (m / dt)

h1

Gambar 2.4 A liran dibawah Pintu Sorong Dengan Dasar H orizontal

34
2.9. Perencanaan Jaringan Irigasi

2.9.1. Data yang Diperlukan

Perencanaan yang sesungguhnya dimulai dengan pengumpulan data-data


yang diperlukan. Adapun data-data tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2
bagian, yaitu:
1. Data Non-Teknis

Data non-teknis yaitu dapat berupa :

a. Keadaan sosial ekonomi penduduk

b. Keadaan lingkungan daerah setempat

c. Tata guna lahan

2. Data Teknis

a. Data hidrologi

b. Peta tofopografi

c. Peta situasi

2.9.2. Perencanaan Jaringan Tersier

Perencanaan jaringan tersier dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :

1. Perencanaan no-teknis

a. Memberikan pengertian kepada penduduk bahwa jaringan irigasi


yang direncanakan akan bermanfaat bagi penduduk setempat.
b. Melibatkan penduduk untuk ikut serta membuat jaringan tersebut,
sehingga penduduk mempunyai rasa memiliki.
c. Memberikan pengertian tentang pengolahan petak tersier.

2. Perencanaan teknis

a. Berdasarkan data, tanaman apa saja yang akan ditanam pada


sebagian petak tersier, sehingga dapat diperkirakan luasnya.
ii
b. Tiap-tiap petak harus direncanakan dengan petak yang jelas. Sangat
dianjurkan adanya penggunaan batas-batas yang sudah ada
misalnya jalan, bukit, lembah, sungai dan sebagainya.

c. Luas petak sedemikian sehingga memudahkan dalam pengelolaan.


Luas petak diambil kira-kira sebagai berikut:

 Daerah datar : 200 – 300 ha


 Daerah agak miring : 100 – 200 ha
 Daerah berbukit : 50 – 100 ha

d. Bentuk petak diusahakan bujur sangkar atau mendekati dengan


perbandingan antara lebar dan panjangnya berkisar antara 1:1,5.
e. Letak petak diusahakan sedekat mungkin dengan saluran pembawa.

f. Setiap bidang dari satu petak harus dapat menggunakan air dan
membuang kelebihan air secara baik, untuk itu maka bangunan
bagi ditempatkan pada bagian yang lebih rendah.

2.9.3. Perancanaan Jaringan Utama

Perencanaan jaringan utama terdiri dari:

1. Menentukan letak bangunan utama

Menentukan letak bangunan sadap sebaiknya direncanakan pada


bagian sungai yang lurus, pada tanah yang kuat.

2. Merencanakan saluran primer

Saluran primer dibuat mengikuti arah garis trase dan dimulai dari
bangunan penyadap. Hal ini dimaksudkan agar tinggi hilang kecil,
sehingga tidak diperlukan bangunan pemecah energi, juga
dimaksudkan agar saluran dapat mengairi daerah seluas mungkin.

3. Merencanakan saluran sekunder

Saluran sekunder hendaknya direncanakan sebagai saluran punggung


dan dibuat tegak lurus arah trase. Hal ini dimaksudkan agar saluran
sekunder dapat mengairi daerah yang ada di kanan dan kirinya.

36
4. Perencanaan bangunan pelengkap

Bangunan pelengkap yang direncanakan sesuai dengan kondisi


lapangan yang ada dan kebutuhan dalam usaha memenuhi
penyediaan air di tingkat persawahan.

2.9.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Perencanaan

Tahap-tahap pelaksanaan perencanaan yaitu:

1. Merencanakan tata letak dan pemberian nama saluran dan petak.


Adapun cara pemberian nama adalah sebagai berikut:

a. Bendung diberi nama sesuai dengan nama desa terpenting yang


dekat dengan tempat pengambilan airnya.
b. Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama desa yang mendapat
layanan air irigasi dari saluran induk tersebut.
c. Saluran sekunder diberi nama sesuai dengan nama desa yang
mendapat layanan air irigasi dari saluan tersebut.
d. Bangunan bagi/sadap di sebelah hulunya ditambah indeks 1, 2, 3,
dan seterusnya.
e. Bangunan persilangan seperti gorong-gorong, talang, bangunan
terjun dan sebagainya diberi nama sesuai dengan nama ruas saluran
di mana bangunan itu terletak dan ditambah dengan indeks a, b, c,
dan seterusnya.
f. Petak tersier diberi nama sesuai dengan nama bangunan sadap di
tempat air tersebut diambil dan diberi kode kanan, kiri atau tengah.
2. Menghitung luas tiap petak tersier.

Menghitung luas petak tersier dimaksudkan untuk kemudian


dapat dihitung kebutuhan air untuk setiap petak tersier, sehingga
dapat ditentukan dimensi saluran tersier.
3. Menghitung kebutuhan air di petak sekunder.

4. Menghitung debit andalan sungai.

5. Mendimensi saluran.

ii
38
3.1 Dimensi Saluran
Menurut asalnya, saluran dapat digolongkan atas saluran alam dan saluran
buatan. Saluran alam meliputi semua alur air yang terdapat secara alamiah di bumi.
Sedangkan saluran buatan dibentuk oleh manusia. Penampang saluran buatan
biasanya direncanakan berdasarkan bentuk geometris yang umum. Tabel 2.12
merupakan daftar bentuk geometris yang biasa dipakai.

Tabel 2.16 Bentuk-Bentuk Geometris Penampang Saluran

Luas Keliling Basah Jari-jari Hidrolis


No. Penampang (A) (P) (R)

b + 2h
1. b.h b.h
w M.A.N b 2h
h

(b m) h
2. w (b+m.h)h b+2h 1 m
2 2
h b 2h 1 m
M.A.N m
1

m.h
3. 2
2 2h 1 m 2
w m.h 21 m

h
h

4. ¼ (1 - sin θ/ θ)d
1/8 (θ-sin ½.θ.d
2
θ)d
d M.A.N θ h
h
h

Sumber: Ven Te Chow, Hidrolika Saluran terbuka, 1989

Keterangan tabel:

ii
b = Lebar dasar saluran

h = Tinggi air

m = Kemiringan talud

w = Tinggi jagaan

Untuk pengaliran air irigasi, saluran berpenampang trapesium adalah


bentuk penampang saluran yang paling umum dan paling ekonomis
digunakan. Dimensi saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Manning berikut :
2/3 1/2
V = (1/ n) x R xI

Q = A x V dengan:

V = Kecepatan aliran (m / dt) n = Koefisien Manning

R= Jari-jari hidrolis (m)

I = Kemiringan saluran
3
Q= Debit saluran (m / dt)

Untuk menentukan tinggi jagaan dipakai standar yang disarankan oleh


Departemen Pekerjaan Umum.

40
BAB IV
DATA dan PERENCANAAN
5.1 Data Hidrologi
a. Data Stasiun Hidrologi :
ST. Ahmad Yani : -6.97683 / 110.37780
ST. Maritim Tanjung Mas : -6.94860 / 110.41990
b. Elevasi Lokal : 13 – 8 = 5 m
c. Tinggian Pengukuran (x) : 7 Mdpl
d. Data Curah Hujan : 2010 s/d 2020
e. Perbandingan Usiang/Umalam :4
f. Masa Penyiapan Lahan : 45 Hari
g. Pola Tanam : Padi-Padi-Palawija

5.2. Klimatologi

Studi mengenai iklim, secara ilmiah didefinisikan sebagai kondisi


cuaca yang dirata- ratakan selama periode waktu yang panjang.

5.3. Data Klimatologi

Data klimatologi yang digunakan meliputi tempratur,


penyinaran matahari, kelembaban udara, dan kecepatan
angin.

5.4. Tempratur (t)

Data temperatur udara rata-rata bulanan adalah sebagai berikut

ii
5.8 Peta Topografi

42
BAB V

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN

6.1 Analisis Hidrologi


6.1.1 Perhitungan Evapotranspirasi\

Seperti yang dijelaskan untuk menghitung Evapotranspirasi


digunakan rumus Penman modifikasi, yaitu :
Eto = C(W.Rn+(1-W).f(U).(ea-ed)

Hasil perhitungan besarnya evapotranspirasipotensial yang dilihat


pada tabel berikut. Berikut ini adalah contoh perhitungsn evapotranspirasi
pada bulan Januari. Dengan data sbb :

Temperature (t) = 29.20°C

Kelembaban Udara (RH) = 87%

Penyinaran Matahari (n/N) = 75%

Kecepatan Angin (u) = 5 km/jam = 120 km/jam

Tinggi Pengukuran (x) = 7 mdpl

Penyelesaian :

Untuk temperature (t) = 29,20°C berdasarkann tabel 2.4,


diperoleh harga ea, w, (1-w), dan f(t) dengan cara interpolasi :

(29,20−29)
Ea = 40,1 + (42,20-40,1)
30−29

= 40,32 m.bar

Ed = ea × (RH/100)

=40,32 × (87/100)

= 35.078 m.bar
Nilai (w) dicari berdasarkan tabel 2.3. dengan acuan terhadap nilai
temperature dan nilai ketinggian suatu tempat dari muka air,
perhitungan di dapatkan dengan cara interpolasi sebanyak 3 kali.

(7−0)
a. 0,77 + (0,78-0,77)
(500−0)
= 0,77
(7−0)
b. 0,77 + (0,79-0,80)
(500−0)
= 0,77
Jadi nilai w = 0,77
(1-w) = (1-0,77)
= 0,23

Nilai Ra untuk bulan Januari berdasarkan tabel 2.7. untuk koordinat


6,58 maka nilai Ra adalah :
Konversi nilai 6,58kedalam bentuk decimal Sta 1
6,58 = 6 + (58 × 1/60)°
= 6 + 0.96
= 6,96°
Koversi nilai 6.57 kedalam bentuk decimal Sta 2
6.57 = 6+ ( 57× 1/60)°
= 6 + 0,57
= 6,57°

¿ 13,53
Sehingga nilai yang dipakai adalah 6,96 °+657 ° ¿ 2 = = 6,765
2
Untuk nilai Ra menurut tabel 2.7. didapatkan dengan cara
interpolasi:
(6,765−6)
Ra = 15,80 + (16,40-15,80)
(8−6)
= 16,029
Rs = (0,25 +0,5 n/N). Ra
= (0,25 + 0,5 . 75%) .16,029

44
= 10,018 m/hari
Untuk tanaman hijau r = 0,2 (dari tabel 2.2)
Rns = (1-r) . Rs
= (1-0,2) . 10,018
= 8,014 mm/hari
F(ed) = 0,34 - 0,044 ed0,5
= 0,34 – 0,044 (335,078)0,5
= 0,079
F(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N
= 0,1 + 0,9 . 75%
= 0,775
T = t°C + 273 k
= 29,2 + 273
= 302,2
F(t) = 1,99 × 10-9 (302,24)
= 1,99 × 10-9 (302,24)
= 16,597 mm/hari
Rn1 = f(t) × f(ed) × f(n/N)
= 16,597 × 0,079 × 0,775
= 1,003 mm/hari
Rn = Rns –Rn1
= 8,014 – 1,003
= 7,011 mm/hari
U = 5 km/jam
U2 = ( U × 1000 ) : 3600
= (5 × 1000) : 3600
= 1,388 m/s
F(u) = 0,27 (1+U/100)
= 0,27 (1+120/100)
= 0,594

ii
Nilai C berdasarkan 7 kali interpolasi dari tabel 2.6 adalah sebagai
berikut :
Interpolasi untuk Rhmax = 60%
(1,388−0)
a. 0,98 + (1-0,98)
(3−0)
= 0,989
(1,388−0)
b. 1,05 + (1,11-1,05)
(3−0)
= 1,077
(10,018−6)
c. 0,989 + (1,077-0,989)
(9−6)
= 0,988
Interpolasi untuk Rhmax = 90%
(1,388−0)
a. 1,06 + (1,10-1,06)
(3−0)
= 1,074
(1,388−0)
b. 1,10 + (1,27-1,10)
(3−0)
= 1,161
(10,018−6)
c. 1,074 + (1,161- 1,074)
(9−6)
= 1,073
Interpolasi untuk Rhmax = 79,75%
(75−60)
a. 1,024 + (1,073-1,024)
(90−60)
=1,048
Sehingga nilai C adalah 1,126

Eto = C (w.Rn+(1-w).f(u).(ea-ed))
= 1,048 ((0,77 . 10,018) + (1-0,77) . 0,594 . (40,32-35,078))
= 1,048 (8,43)
= 8,83 mm/hari
Eto rata-rata perbulan adalah Eto × Jumlah hari ( masing-masing
dalam bulan)
Eto = 8,83 × 31

46
=273,73 mm/bulan

ii
Tabel 4.1 Perhitungan Evapotranspirasi Dengan Metode Penmann Modifikasi
No Uraian Simbol Sumber Satuan Jan. Feb. Mar. Apr. Mei. Jun. Jul. Agust. Sep. Okt. Nop. Des.
Data Meteorologi

1 Temperatur Rata-rata T data c 29,2 29,3 29,4 29,5 30,1 29,9 29,1 29,9 30,8 32,1 31,1 30,1
2 Kelembaban Udara rata- RH data %
rata-rata
87 85,5 83,5 81 78 78 74 75 79 77 81,5 87,5
rata
3 Kecepatan Angin pada U data km/jam
5 4,5 4,5 3,5 4 3,5 4,5 4 3,5 3 2 3
elv 2m
4 Kecepatan Angin pada U data m/dt
1,39 1,25 1,25 0,97 1,11 0,97 1,25 1,11 0,97 0,83 0,56 0,83
elv 2m
5 Kecepatan Angin pada U2 data km/hari
120 108 108 84 96 84 108 96 84 72 48 72
elv 2m
6 Penyinaran Matahari n/N data % 0,3 0,4 0,48 0,5 0,71 1,045 0,72 2,7 0,85 0,51 0,57 0,4
Perhitungan
Ev apotranspirasi
7 Tekanan uap jenuh ea tabel m bar 40,1 40,1 40,1 40,1 42,4 40,1 40,1 40,1 42,4 47,6 44,9 42,4
8 ed=ea.RH ed hitung m bar 34,887 34,286 33,484 32,481 33,072 31,278 29,674 30,075 33,496 36,652 36,594 37,100
9 (ea-ed) ea-ed hitung m bar 5,213 5,815 6,617 7,619 9,328 8,822 10,426 10,025 8,904 10,948 8,307 5,300
10
Rata rata Evaporasi tabel mm/hari 16,4 16,3 15,5 14,2 12,8 12 12,4 13,5 14,8 15,9 16,2 16,2
11 Fungsi kecepatan angin = f(U) hitung m/dt
0,594 0,5616 0,5616 0,4968 0,5292 0,4968 0,5616 0,5292 0,4968 0,4644 0,3996 0,4644
0,27(1+(U2/100))
12 Radiasi extra terresterial Ra tabel mm/hari
16,524 16,485 16,179 15,682 15,147 14,841 14,994 15,414 15,912 16,332 16,447 16,447
(tabel)
13 Radiasi sinar matahari = Rs hitung mm/hari
6,609 7,418 7,928 7,919 9,164 11,464 9,146 24,663 10,740 8,248 8,799 7,401
(0,25+0,50*n/N)*Ra
14 T = (t c +273K) T hitung 302,2 302,3 302,4 302,5 303,1 302,9 302,1 302,9 303,8 305,1 304,1 303,1
15 Fungsi temperatur (T) f(T) tabel mm/hari 16,597 16,619 16,641 16,652 16,796 16,751 16,564 16,740 16,940 17,243 17,018 16,796
16 f(ed) = 0,34-0,044*ed^0,5 f(ed) hitung mm/hari 0,080 0,082 0,085 0,089 0,087 0,094 0,100 0,099 0,085 0,074 0,074 0,072
17 f(n/N) = 0,1+0,9*n/N f(n/N) hitung mm/hari 0,37 0,46 0,532 0,559 0,739 1,0405 0,748 2,53 0,865 0,559 0,613 0,46

18 Faktor Albedo r tabel 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
19 Radiasi gel.pendek netto Rns hitung mm/hari 5,288 5,935 6,342 6,336 7,331 9,171 7,317 19,730 8,592 6,598 7,039 5,921
= (1-r)*Rs
20 Radiasi gel.panjang = Rnl hitung mm/hari 0,492 0,630 0,756 0,831 1,079 1,637 1,243 4,180 1,251 0,710 0,770 0,556
f(T)*f(ed)*f(n/N)
21 Radiasi netto Rn = (Rns- Rn hitung mm/hari 4,796 5,305 5,586 5,505 6,252 7,534 6,074 15,550 7,342 5,889 6,269 5,365
Rnl)
22 Faktor bobot (suhu dan W tabel 0,777 0,777 0,776 0,776 0,778 0,775 0,777 0,775 0,778 0,8 0,789 0,778
elevasi)
23 (1-w ) 1-W tabel 0,223 0,223 0,224 0,224 0,222 0,225 0,223 0,225 0,222 0,2 0,211 0,222

24 c(faktor kondisi musim) c tabel 2,326 3,366 3,404 2,989 2,485 2,91 3,103 2,333 3,147 3,111 2,075 2,24

25 Eto = c*((W*Rn)+((1- Eto hitung mm/hari 28,444 47,758 57,665 50,864 62,385 77,341 89,798 151,944 82,603 77,676 35,521 24,235
W)*fu*(ea-
ed)))
26 Evapotranspirasi rata-rata Eto hitung mm/bulan 881,76 1289,46 1787,60 1525,92 1933,95 2320,24 2783,75 4710,26 2478,08 2407,95 1065,63 751,29
perbulan
27 Eto rata-rata persetengah Eto/2 hitung mm/0,5 440,88 644,73 893,80 762,96 966,98 1160,12 1391,87 2355,13 1239,04 1203,98 532,81 375,64
bulan
28 unsur W 29 29 29 29 30 30 29 30 31 32 31 30
6.2 Penghitungan Curah Hujan Efektif Pada Tanaman
Penghitungan curah hujan efektif ini diambil dari harga curah hujan bulanan
dari stasiun pencatat hujan yakni BMKG Stasiun Ahmad Yani dan Stasiun Tanjung
Mas. Data yang digunakan adalah data hujan selama 11 tahun dari tahun 2010 –
2020.
Langkah penghitungannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan tahun dasar perencanaan dari curah hujan diurutkan dari
nilai terkecil sampai nilai yang terbesar. Berikut tabel urutan rangking jumlah
curah hujan bulan Januari.
Tabel 4.2. Rangking Jumlah Curah Hujan Bulanan Pada Bulan Januari
No Tahun Januari
1 2019 57,4
2 2015 59,1
3 2018 61,2
4 2017 67,7
5 2016 68,7
6 2011 89
7 2012 94,7
8 2013 102
9 2010 109,9
10 2014 120,5
11 2020 123,9

2. Berdasarkan metode R80 dan R50 yang telah dijelaskan sebelumnya, maka:
n
a) Tanaman Padi (R80) = +1
5
11
= + 1 = 3,2
5
Jadi, data yang dipergunakan untuk penghitungan hujan efektif
tanaman padi adalah tahun urutan ke – 4 dari tabel 4.2. yakni tahun 2017.
n
b) Tanaman Palawija (R50) = +1
2
11
= + 1 = 6,5
2
Jadi, data yang dipergunakan untuk penghitungan hujan efektif
tanaman padi adalah tahun urutan ke – 7 dari tabel 4.2. yakni tahun 2012.
3. Penghitungan curah hujan efektif tanaman padi pada bulan Januari 2017 adalah
sebagai berikut :
a) 15 harian I :
R80 = 39,6+31+67,7+14,6+2+10,5+13,7+1+4+19,2
= 203,3 mm/hari
Re = 1/15 x 70% x R80
= 1/15 x 70% x 203,3
= 9,487 mm/hari
b) 15 harian II :
R80 = 36+6+4,5+3+3,6+1+2,5+2+28+1+45+10
= 142,6 mm
Re = 1/15 x 70% x R80
= 1/15 x 70% x
= 6,655 mm/hari
4. Penghitungan curah hujan efektif tanaman palawija pada bulan Januari 2012
adalah sebagai berikut :
a) 15 harian I :
R50 = 20,4+15,7+11,5+1,4+23,3+36+39,4+48,6+11,7+23,4+19,1+ 29,8
+21,1+33,8+2,4
= 337,6 mm/hari
Re = 1/15 x 70% x R50
= 1/15 x 70% x 333,7
= 15,755 mm/hari
b) 15 harian II :
R50 = 21,5+9,8+0,5+7,9+19,6+18,4+8,8+5,4+53,6+47,4+28,5+3,7+ 19,1
+94,7+47,4
= 386,3 mm
Re = 1/15 x 70% x R50
= 1/15 x 70% x 386,3
= 18,027 mm/hari

50
Untuk penghitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk table 4.2 :
Tabel 4.3 Data Jumlah Curah Hujan Bulan (mm) Tahun 2010 – 2020
No Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 2010 109,9 95,6 106 89,2 107,6 82,4 157,5 51 58 62,5 43,5 168,6
2 2011 89 68,2 49,8 55,6 39,7 69,4 23,1 0 59,6 64,3 111,8 31,3
3 2012 94,7 96 69,4 41,7 28,5 35,4 0,8 4 27 83,5 65 61,3
4 2013 102 170,4 75 99 106,8 49 43 62 14 20,5 50,2 59,5
5 2014 120,5 112 33,4 18 37 52 79 79 1,5 24 43,3 60,6
6 2015 59,1 119,4 44,5 49,5 71 54 14,6 11,9 0,8 0,5 42,2 53
7 2016 68,7 70,1 45 56 48,5 60,5 66,5 66,3 74 80,2 45 29,6
8 2017 67,7 67 51,5 86 40 60 10,5 7,2 54,2 122,3 56,4 76,1
9 2018 61,2 138,5 72 59 20 50 0,4 0 20,5 42 97 105,7
10 2019 57,4 92,7 35,5 47,7 46,3 1,4 2 39 48 3,4 35 86
11 2020 123,9 121,2 78,8 64,7 59,5 17 64,4 44,5 45 39 0 0
Jumlah 954,1 1151,1 660,9 666,4 604,9 531,1 461,8 364,9 402,6 542,2 589,4 731,7
Rata - Rata 86,736 104,645 60,082 60,582 54,991 48,282 41,982 33,173 36,600 49,291 53,582 66,518
Rangking Data Curah Hujan Per Bulannya Dari 11 Tahun Pengamatan
4 2016 45
Tabel 4.4. Bulan Januari 5 2011 49,8
6 2017 51,5
No Tahun Januari 7 2012 69,4
1 2019 57,4 8 2018 72
2 2015 59,1 9 2013 75
3 2018 61,2 10 2020 78,8
4 2017 67,7 11 2010 106
5 2016 68,7
6 2011 89
7 2012 94,7 Tabel 4.7. Bulan April
8 2013 102 No Tahun April
9 2010 109,9 1 2014 18
10 2014 120,5 2 2012 41,7
11 2020 123,9 3 2019 47,7
4 2015 49,5
Tabel 4.5. Bulan Februari 5 2011 55,6
6 2016 56
No Tahun Februari 7 2018 59
1 2017 67 8 2020 64,7
2 2011 68,2 9 2017 86
3 2016 70,1 10 2010 89,2
4 2019 92,7 11 2013 99
5 2010 95,6
6 2012 96
7 2014 112
8 2015 119,4
9 2020 121,2
10 2018 138,5
11 2013 170,4
Ket : Tabel 4.8. Bulan Mei
Urutan Ke – 3 adalah R80 (Untuk Padi) No Tahun Mei
Urutan Ke – 6 adalah R50 (Untuk 1 2018 20
2 2012 28,5
Palawija)
3 2014 37
4 2011 39,7
Tabel 4.6. Bulan Maret 5 2017 40
6 2019 46,3
No Tahun Maret 7 2016 48,5
1 2014 33,4 8 2020 59,5
2 2019 35,5 9 2015 71
3 2015 44,5 10 2013 106,8

52
11 2010 107,6 4 2017 7,2
5 2015 11,9
6 2019 39
Tabel 4.9. Bulan Juni
7 2020 44,5
No Tahun Juni 8 2010 51
1 2019 1,4 9 2013 62
2 2020 17 10 2016 66,3
3 2012 35,4 11 2014 79
4 2013 49
5 2018 50
6 2014 52
7 2015 54
8 2017 60
9 2016 60,5
10 2011 69,4
11 2010 82,4 Tabel 4.12. Bulan September
No Tahun September
Ket : 1 2015 0,8
2 2014 1,5
Urutan Ke – 3 adalah R80 (Untuk Padi)
3 2013 14
Urutan Ke – 6 adalah R50 (Untuk 4 2018 20,5
Palawija) 5 2012 27
6 2020 45
7 2019 48
Tabel 4.10. Bulan Juli 8 2017 54,2
No Tahun Juli 9 2010 58
1 2018 0,4 10 2011 59,6
2 2012 0,8 11 2016 74
3 2019 2
4 2017 10,5 Tabel 4.13. Bulan Oktober
5 2015 14,6
6 2011 23,1 No Tahun Oktober
7 2013 43 1 2015 0,5
8 2020 64,4 2 2019 3,4
9 2016 66,5 3 2013 20,5
10 2014 79 4 2014 24
11 2010 157,5 5 2020 39
6 2018 42
7 2010 62,5
Tabel 4.11. Bulan Agustus 8 2011 64,3
No Tahun Agustus 9 2016 80,2
1 2011 0 10 2012 83,5
2 2018 0 11 2017 122,3
3 2012 4 Ket :
Urutan Ke – 3 adalah R80 (Untuk Padi) Tabel 4.15. Bulan Desember
Urutan Ke – 6 adalah R50 (Untuk No Tahun Desember
Palawija) 1 2016 29,6
2 2011 31,3
Tabel 4.14. Bulan November
3 2015 53
No Tahun November 4 2013 59,5
1 2020 0 5 2014 60,6
2 2019 35 6 2012 61,3
3 2015 42,2 7 2018 71,2
4 2014 43,3 8 2017 76,1
5 2010 43,5 9 2020 86
6 2016 45 10 2019 105,7
7 2013 50,2 11 2010 168,6
8 2017 56,4
9 2012 65
10 2018 97
11 2011 111,8

54
Tabel 4.16. Jumlah Curah Hujan Tengah Bulanan Tanaman Padi Periode 15 hari I
Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2017 2016 2019 2015 2011 2013 2017 2017 2018 2014 2014 2013
1 39,6 8,6 12 49,5 29,4 27 0 0 0 0 0 0
2 31 0,5 27,6 44 7,4 6 0 0 20,5 2,8 0 6,4
3 67,7 0,8 3,2 7 0 29 0,5 0 0 0 0 1
4 14,6 0 0 15 10,4 9 3,5 0 0 0 0 59,5
5 0 13,4 30,5 1 1 0 0 0 0 0 43,3 8
6 2 10,4 1,8 0 4,8 0 0 0 0 2 0 28,5
7 10,5 42 16,5 0 6 8 0 0 0 0 0 0,2
8 0 2,6 0 0 5 49 0 0 0 0 9,9 0,8
9 13,7 6,5 0 0 7,4 4 1 0 0 0 34,5 0,3
10 0 33,8 1 0 12,2 9 0 0 0 0 25 7,8
11 1 3 3,6 3,2 1,1 0 0 1,5 0 0 1,2 16,5
12 0 23,2 1 9 14,6 1 0 0 0 0 1 12,9
13 4 1,1 1,2 41,4 1 0 0 0 0 0 0 34,7
14 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 9,6
15 19,2 0 2,1 42,2 0 0 0 0 0 1 34,7 1,8
Jumlah 203,3 145,9 100,5 212,3 100,3 143 5 1,5 20,5 5,8 149,6 188
Re
9,487 6,809 4,690 9,907 4,681 6,673 0,233 0,070 0,957 0,271 6,981 8,773
Sumber : Analisis Penghitungan 2015
Tabel 4.17. Jumlah Curah Hujan Tengah Bulanan Tanaman Padi Periode 15 hari II
Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2017 2016 2019 2015 2011 2013 2017 2017 2018 2014 2014 2013
16 36 27 5,7 0,2 2,3 39 0 0 0 0 1,3 0
17 6 8 3,8 0 39,7 43 0 0 0 0 0 4,9
18 4,5 0 1,2 0,4 26,6 0 0 0 0 0 0 57,4
19 3 2,3 10,5 3 8 4 0 0 0 0 20,5 1,8
20 0 0 25,5 5 19 0 0 0 0,2 0 0 12,1
21 3,6 10,2 0 0 0 30 10,2 0 0,6 0 30,4 2
22 1 64 34,5 0 0 1 10,5 0 0 24 0 7,2
23 2,5 70,1 7,6 0,6 0 0 0 0 1,6 6,4 0 4,8
24 0 5 1,4 14,4 6,5 0 0 0 0 2,5 11 3,1
25 2 0,2 35,5 40,9 12 0 0 0 0 0 14,7 1
26 28 11,1 10,9 0,8 4,8 0 0 0 0 7 16,6 0,5
27 0 2,2 0 3,4 0 3 0 0 0 0 0,4 0
28 1 0,8 7 0,9 0 0 6,6 0 0 0 0 0
29 45 0 3 0 0 0 0 0 0 1,6 2,5 0
30 10 21 38,5 0 3 0 7,2 0 0 8,1 0,5
31 0 0 0 0 3,7 0 20,9
Jumlah 142,6 200,9 167,6 108,1 118,9 123 27,3 10,9 2,4 41,5 105,5 116,2
Re
6,655 9,375 7,821 5,045 5,549 5,740 1,274 0,509 0,112 1,937 4,923 5,423
Sumber : Analisis Penghitungan 2015
56
Tabel 4.18. Jumlah Curah Hujan Tengah Bulanan Tanaman Palawija Periode 15 hari I
Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2012 2014 2012 2018 2016 2015 2013 2020 2019 2010 2013 2018
1  0
20,4 34,5 2 0 0 28,9 0 0 0 30,6 0
2  0
15,7 53,5 0 39,5 0,5 0 0 0 0 0 0
3 50,2
11,5 112 0 43,5 3,6 0 4 0 0,2 0 40,2
4  0
1,4 87,7 4,8 0 0,7 19,4 1 0 0 1,6 105,7
5  0
23,3 12,2 28 3,6 0,2 0 0 0 0 0,4 14,5
6 0
36 11,5 3,2 40 0 0 0 1 0 2,3 2,3
7 7,4
39,4 0,7 12,7 1,5 0 0 0 0 0 4,1 0
8 1,3
48,6 19,2 21 1 1 0,4 4,1 0 0 2 18,3
9 8
11,7 16,8 15,3 1,5 0 0 21 0 0 5,7 3,8
10  0
23,4 16,1 32 0 0 23 38,8 0 0 0 28,2
11 0,6
19,1 0 0,6 0 48,5 0 27,2 0 0 0 0
12 29
29,8 0 8,8 0 1,5 0 14 1,5 0 0 0
13 2,3
21,1 0 19,5 0 14,5 0 2 0 0 0 26
14 10,2
33,8 1,5 26,9 1 0 0 22,6 20,5 0 0 26,5
15  0
2,4 35,6 5 0 0 54 30 0 0 0 10,5
Jumlah
337,6 401,3 179,8 131,6 70,5 125,7 164,7 23 0,2 46,7 109 276
Re
15,755 18,727 8,391 6,141 3,290 5,866 7,686 1,073 0,009 2,179 5,087 12,880
Sumber : Analisis Penghitungan 2015
Tabel 4.19. Jumlah Curah Hujan Tengah Bulanan Tanaman Palawija Periode 15 hari II
Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2012 2014 2012 2018 2016 2015 2013 2020 2019 2010 2013 2018
16 22,8
21,5 26 11,3 7,8 12,8 0 0 44,5 4,5 33 1
17 1
9,8 1 5,4 0 0 0 0 0 0 62,5 0
18 18
0 21 1,8 0 28,8 0 0 0 0 44,1 0
19  0
0,5 12 45,6 1,5 0 0 0 10,5 0 0 0
20 5
7,9 0,8 21 59 33 0 0 0 0 4,9 4,1
21 3
19,6 0 0 1,8 2,4 0 5,9 0 0 26,2 5
22 0
18,4 11,6 0 6 3,8 0 43 0 0 31 0
23  0
8,8 8 0 4,5 20,1 0 0 0 0 45 0
24 0
5,4 7,4 48,8 14,5 0 0 0 1,2 0 20 6,6
25 20,5
53,6 0,2 56,9 25 17,5 0 3 0 0 31,5 3,3
26  0
47,4 0 34,5 0 3,7 0 2 0 0 2 17,3
27 0
28,5 0 69,4 0 0 0 0 0 11 19,4 8,5
28  0
3,7 0,4 0 1,4 1,2 0 0 0 0,2 1 0
29  0
19,1 0 0 2,8 0 0 0 0 48 5,4 0
30 0  0
94,7 0 0 2,3 0 0 9,2 0 22,8 0
31 0 0
47,4 0 0,2 0 0 0 0 2,4  0 0
Jumlah
386,3 88,4 294,7 124,3 125,8 0 53,9 65,4 63,7 351,2 70,3 45,8
Re
18,027 4,125 13,753 5,801 5,871 0,000 2,515 3,052 2,973 16,389 3,281 2,137
Sumber : Analisis Penghitungan 2015

58
Tabel 4.20. Penghitungan Curah Hujan Efektif Tanaman Padi Setiap Bulannya

No Bulan 15 harian R80 Re Re


(mm/15 hari) (mm/15 hari) (mm/hari)
1 2 3 4 5
1 Januari I 203,300 9,487 0,632
II 142,600 6,655 0,444
2 Februari I 145,900 6,809 0,454
II 200,900 9,375 0,625
3 Maret I 100,500 4,690 0,313
II 167,600 7,821 0,521
4 April I 212,300 9,907 0,660
II 108,100 5,045 0,336
5 Mei I 100,300 4,681 0,312
II 118,900 5,549 0,370
6 Juni I 143,000 6,673 0,445
II 123,000 5,740 0,383
7 Juli I 5,000 0,233 0,016
II 27,300 1,274 0,085
8 Agustus I 1,500 0,070 0,005
II 10,900 0,509 0,034
9 September I 20,500 0,957 0,064
II 2,400 0,112 0,007
10 Oktober I 5,800 0,271 0,018
II 41,500 1,937 0,129
11 November I 149,600 6,981 0,465
II 105,500 4,923 0,328
12 Desember I 188,00 8,773 0,585
II 116,200 5,423 0,362
Sumber : Analisis Penghitungan 2015

Tabel 4.21. Penghitungan Curah Hujan Efektif Tanaman Palawija Setiap Bulannya

No Bulan 15 harian R50 Re Re


(mm/15 hari) (mm/15 hari) (mm/hari)
1 2 3 4 5
1 Januari I 337,600 15,755 1,050
II 386,300 18,027 1,202
2 Februari I 401,300 18,727 1,248
II 88,400 4,125 0,275
3 Maret I 179,800 8,391 0,559
II 294,700 13,753 0,917
4 April I 131,600 6,141 0,409
II 124,300 5,801 0,387
5 Mei I 70,500 3,290 0,219
II 125,800 5,871 0,391
6 Juni I 125,700 5,866 0,391
II 0,000 0,000 0,000
7 Juli I 164,700 7,686 0,512
II 53,900 2,515 0,168
8 Agustus I 23,000 1,073 0,072
II 65,400 3,052 0,203
9 September I 0,200 0,009 0,001
II 63,700 2,973 0,198
10 Oktober I 46,700 2,179 0,145
II 351,200 16,389 1,093
11 November I 109,000 5,087 0,339
II 70,300 3,281 0,219
12 Desember I 276,000 12,880 0,859
II 45,800 2,137 0,142
Sumber : Analisis Penghitungan 2015

6.3 Penghitungan Daerah Aliran Sungai (DAS)


Luas DAS merupakan keseluruhan DAS sebagai suatu sistem sungai yang
diproyeksikan secara horisontal pada bidang datar. Untuk mengetahui luas DAS dapat
digunakan planimeter, kertas milimeter atau dengan menggunakan digitizer-computer
(ITC, 1988). Untuk menghitung luas DAS menggunakan metode Segi Empat (Square
Method).
Pengukuran luas dengan metode segi empat ini dilakukan dengan cara
membuat prtak-petak atau kotak-kotak bujur sangkar pada daerah yang akan dihitung
luasnya. Pada batas tepi yang luasnya setengah kotak atau lebih dibulatkan menjadi
satu kotak sedangkan kotak yang luasnya kurang dari setengah dihilangkan (tak
dihitung). Hal yang perlu diperhatikan adalah pertimbangan keseimbangan. Harus ada
penyesuaian antara kotak yang akan dibulatkan dengan yang dihilangkan. Berikut ini
rumus untuk menghitung luas dengan Square method:
L = Ʃn x ƩA
Dimana:
L = Luas DAS (ha)
n = Jumlah Petak
A = Luas setiap petak (A)

60
L = Ʃn x ƩA
= 7 x 3,84
= 26,88 ha
Jadi, Luas DAS adalah sebesar 26,88 ha
6.4 Perhitungan Debit Andalan
Adapun perhitungan besarnya dari pada debit andalan ini dilakukan dengan
menggunakan data curah hujan, contoh perhitungan debit andalan untuk bulan
Januari adalah sebagai berikut :
k = 0.278 (ketentuan)
C = 0.800 (ketentuan)
I = 67,7
A = 26,88 Ha

Q=kxCxIxA

= 0,278 x 0,8 x 67,7 x 26,88


3
= 404,781 m /dtk
Untuk perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel berikut
Tabel 4.22. Perhitungan Debit Andalan Luas A

N I (mm / Q= K x C x I x
BULAN K C A (ha)
O hari) A
1 Januari 0,278 0,8 67,7 26,88 404,718
2 Februari 0,278 0,8 92,7 26,88 554,171
3 Maret 0,278 0,8 45 26,88 269,015
4 April 0,278 0,8 49,5 26,88 295,917
5 Mei 0,278 0,8 39,7 26,88 237,331
6 Juni 0,278 0,8 49 26,88 292,927
7 Juli 0,278 0,8 10,5 26,88 62,770
8 Agustus 0,278 0,8 7,2 26,88 43,042
9 September 0,278 0,8 20,5 26,88 122,551
10 Oktober 0,278 0,8 24 26,88 143,475
11 November 0,278 0,8 43,3 26,88 258,852
12 Desember 0,278 0,8 59,5 26,88 355,698
Sumber : Analisis Penghitungan Debit Andalan
Keterangan Bulan yang ditinjau :
: 15 harian I dan II
: R80
: Hujan efektif 15 harian
: Hujan Efektif Harian

62
6.5 Perhitungan Kebutuhan Air

Adapun penghitungan kebutuhan air dengan pola tanam padi – padi – palawija adalah
sebagai berikut:
a. Kebutuhan air penyiapan lahan untuk tanaman padi adalah 45 hari (Bulan Februari
Periode I)
Eto = 5,698 mm/hari
Re = 1,248 mm/hari
T = 45 hari
S = 300 mm (Dari Tabel)
M = (Eto x 1,1) + P
= (5,698 x 1,1) + 2
= 8,267 mm/hari
T
k =M.
S
45
= 8,267.
300
= 1,24
Harga IR dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
IR = M .ek / (ek – 1)
= 8,267. e1,24 / (e1,24 – 1)
= 11,633 mm/bulan
Kebutuhan air irigasi (NFR) untuk penyiapan lahan adalah sebagai berikut:
NFR = IR – Re
= 11,633 – 1,248
= 10,385 mm/hari
Penghitungan kebutuhan air irigasi di pintu pengambilan pada masa penyiapan
lahan adalah sebagai berikut:
Luas daerah irigasi = 26,88 ha
Bulan Maret periode I
NFR
DR =
8,64
1 0 ,385
=
8,64
= 1,201 liter/detik/ha

63
Maka, kebutuhan air irigasi di pintu pengambilan untuk area seluas 26,88 ha setiap
bulannya adalah sebagai berikut:
= 1,201 x 26,88 ha = 32,282 liter/detik
b. Kebutuhan air pada masa tanam untuk tanaman padi (Bulan Mei periode I)
Eto = 5,359 mm/hari
Re = 0,219 mm
Etc = Eto x Kc
=5,359 x 1,10
= 5,894
WLR = 1,65
Kebutuhan air irigasi (NFR) untuk masa tanam adalah sebagai berikut:
NFR = Etc + P + WLR – Re
= 5,894+ 2 + 1,65 – 0,219
= 9,325 mm/hari
Penghitungan kebutuhan air irigasi di pintu pengambilan pada masa tanam adalah
sebagai berikut:
Luas daerah irigasi = 26,88 ha
Bulan Oktober periode 1
NFR
DR =
8,64
9,325
=
8,64
= 1,079 liter/detik/ha
Maka, kebutuhan air irigasi di pintu pengambilan untuk area seluas 26,88 ha setiap
bulan adalah sebagai berikut:
= 1,079 x 26,88 ha = 29,011 liter/detik
Untuk hasil penghitungan kebutuhan air selanjutnya dapat dilihat pada table berikut
ini:

64
Tabel 4.25. Perhitungan Kebutuhan Air di Sawah
Kebutuhan Air
di

B
E
u
T rat
l
o P R Re WLR a ETc IR NFR DR Sawah
a
Pola Tanam n Kc Eo M k
mm/har l/dt.h
mm/hari mm/hari i mm/hari mm/harimm/harimm/hari a lt/dt
Sep
Penyiapan t 1 5,612 2 0,295 LP LP LP 6,1738,1730,817 0,000 14,637 14,343 1,660 4692,572
Lahan
2 5,612 2 0,369 1,10 LP LP 6,1738,1730,817 0,000 14,637 14,268 1,651 4668,075
Okt 1 6,585 2 0,351 1,65 1,10 1,10 1,10 7,244 10,543 1,220 3449,435

2 6,585 2 0,477 1,65 1,10 1,10 1,10 7,244 10,417 1,206 3408,094

Nov 1 5,178 2 0,405 1,65 1,10 1,10 1,10 5,696 8,940 1,035 2925,015
Padi

2 5,178 2 0,483 1,65 1,10 1,10 1,10 5,696 8,863 1,026 2899,634

Des 1 5,644 2 0,495 1,65 1,10 1,10 1,10 6,208 9,364 1,084 3063,612

Panen 2 5,644 2 0,595 0,000 0,000 0,000 0,000


Penyiapan Jan 1 5,497 2 0,354 LP LP LP 6,0478,0470,805 0,000 14,557 14,203 1,644 4646,998
Lahan 2 5,497 2 0,354 1,10 LP LP 6,0478,0470,805 0,000 14,557 14,203 1,644 4647,020
65
Feb 1 4,996 2 0,292 1,65 1,10 1,10 1,10 5,496 8,854 1,025 2896,872

2 4,996 2 0,255 1,65 1,10 1,10 1,10 5,496 8,891 1,029 2908,941

Mar 1 6,448 2 0,390 1,65 1,10 1,10 1,10 7,093 10,352 1,198 3387,077
Padi

2 6,448 2 0,503 1,65 1,10 1,10 1,10 7,093 10,239 1,185 3350,108

Apr 1 5,529 2 0,425 1,65 1,10 1,10 1,10 6,082 9,307 1,077 3045,175

Panen 2 5,529 2 0,474 0,000 0,000 0,000 0,000


Penyiapan Mei 1 4,953 2 0,426 LP LP LP 5,4487,4480,745 0,000 14,182 13,756 1,592 4500,778
Lahan
2 4,953 2 0,292 1,10 LP LP 5,4487,4480,745 0,000 14,182 13,890 1,608 4544,564
Jun 1 4,964 2 0,293 1,65 1,10 1,10 1,10 5,461 8,818 1,021 2884,947

2 4,964 2 0,305 1,65 1,10 1,10 1,10 5,461 8,806 1,019 2881,009

Jul 1 5,351 2 0,246 1,65 1,10 1,10 1,10 5,886 9,289 1,075 3039,289
Palawija

2 5,351 2 0,339 1,65 1,10 1,10 1,10 5,886 9,196 1,064 3008,839

Ags 1 5,351 2 0,246 1,65 1,10 1,10 1,10 5,886 9,289 1,075 3039,289

Panen 2 5,351 2 0,339 0,000 0,000 0,000 0,000

66
6.6 Penghitungan Hujan Rencana
Berdasarkan pengamatan di sekitar, diperkirakan hujan terjadi selama sehari penuh.
Dalam analisa ini, data pengamatan sebaran hujan jam – jaman penghitungannya
menggunakan rumus mononobe sebagai berikut:
R 24 24
I=
24
(t )
Dimana:
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
t = Lamanya hujan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum harian selama 24 jam (mm)

a. Ytr untuk periode ulang tahun


Ytr dengan periode ulang tahun di ambil tabel Reduced Variabel yang telah
dilampirkan:
 Ytr untuk periode ulang tahun
Dimana:
x = 15
x1 = 10
x2 = 20
y1 = 2,2510
y2 = 2,9709
x− x 1 y− y 1
=
x 2−x 1 y 2− y 1
15−10 y−2,2510
=
20−10 2,9709−2,2510
5 y −2,2510
=
10 0,7199
10(y-2,2510) =5 x 0,7199
10y – 22,510 = 3,5995
10y = 26,1095
26,1095
y=
10
y = 2,61095
Jadi, nilai Ytr yang digunakan adalah
b. Penghitungan Hujan Rencana dengan Metode Gumbel

67
Diketahui:
Sn = (n = 11)
Yn = (n = 11)
Ytr = (Untuk periode ulang tahun)
Tabel 4.22 Data YTR yang digunakan untuk penghitungan
Period
Ytr
e
2 0,3668
5 1,5004
10 2,2510
2,6109
15
5
Sumber: Materi Rekayasa Irigasi

Rumus metode penghitungan dengan metode Gumbel


YT - Yn
X T = X́+ ( Sn
r
*S)
 Data Curah Hujan di Stasiun 1
Tabel 4.23 Data Curah Hujan Efektif Periode 15 Hari I Bulan Januari
Stasiun 1
Tahun X1  
2010 147.5 556.96
2011 111.8 12499.24
2012 94.7 8968.09
2013 170.4 3940.415
2014 112 12544
2015 71 5041
2016 80.2 6432.04
2017 122.3 14957.29
2018 97 9409
2019 53.1 2819.61
2020 123.9 15351.21
Jumlah 1183.9 1269907
107.627
Rata-Rata (X́ ) 115446.1
3
Standard Deviasi  
Sumber: Materi Rekayasa Irigasi
 Data Curah Hujan di Stasiun 2
Tabel 4.23 Data Curah Hujan Efektif Periode 25 Hari II Bulan Januari
Stasiun 2
Tahun X1 (X1-X)2
2010 168.6 3133.96
68
4
2011 89 7921
2012 96 9216
2013 135 18225
14520.2
2014 120.5
5
14256.3
2015 119.4
6
2016 74 5476
2017 99.5 9900.25
19182.2
2018 138.5
5
2019 92.7 8593.29
11151.3
2020 105.6
6
121575.
Jumlah 1238.8
7
112.618 11052.3
Rata-Rata (X́ )
2 4
Standard Deviasi  
Sumber: Materi Rekayasa Irigasi
 Penghitungan Hujan Rencana di Stasiun 1
Penghitungan hujan rencana di stasiun 1 menggunakan metode
Gumbel:
Tabel 4.24 Penghitungan Hujan Rencana di Stasiun 1
Stasiun 1
Hujan
Period Rencana
Yt Yn Sn X́ S
e (mm)
Xt
2
5
10
15
Sumber : Analisa Penghitungan
 Penghitungan Hujan Rencana di Stasiun 2
Penghitungan hujan rencana di stasiun 2 menggunakan metode
Gumbel:
Tabel 4.25 Penghitungan Hujan Rencana di Stasiun 1
Stasiun 2
Periode Yt Yn Sn X́ S Hujan Rencana

69
(mm)
Xt
2
5
10
15
Sumber : Analisa Penghitungan

70
Tabel 4.27 Data Curah Hujan Efektif Periode 15 Hari I (Distribusi Gumbel)
N Bulan
Tahun
o Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
1 2010
2 2011
3 2012
4 2013
5 2014
6 2015
7 2016
8 2017
9 2018
10 2019
11 2020
12 Rata-rata (Xrerata)
13 Ʃ(Xi-Xrerata)²
14 n-1
15 Sdeviasi
16 Sn
17 Yn
18 Ytr
19 K
20
21 Re padi (mm/15hari)
22 Re padi (mm/hari)

71
Tabel 5.27 Data Curah Hujan Efektif Periode 15 Hari I (Distribusi Gumbel)
N Bulan
Tahun
o Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
1 2010
2 2011
3 2012
4 2013
5 2014
6 2015
7 2016
8 2017
9 2018
10 2019
11 2020
12 Rata-rata (Xrerata)
13 Ʃ(Xi-Xrerata)²
14 n-1
15 Sdeviasi
16 Sn
17 Yn
18 Ytr
19 K
20
21 Re padi (mm/15hari)
22 Re padi (mm/hari)

72
6.7 Perhitungan Debit Saluran
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air disawah dari tabel diperoleh
NFR maksimal adalah 1,201 l/dt.ha, sehingga dari hasil tersebut dapat dihitung debit
saluran primer dan saluran sekunder yang mengalirkan air ke sawah tersebut, adapun
perhitungan itu adalah sebagai berikut :
1) Saluran Sekunder (SKA1)

Q = A x NFR = 1,2 x 1,201 = 2,956 lt/dt


Eff x Eff 0,75 x
sekunder tersier 0,65
2) Saluran Primer (SP)
A x NFR 26,88 x 1,201
Q = = = 82,77 lt/dt
Eff x Eff x Eff
primer 0,80 x 0,75 x 0,65
sekunder tersier

Untuk perhiungan selanjutnya di sajikan dalam bentuk tabel berikut ini


Tabel 4.26. Perhitungan Kapasitas Saluran (Q)
Notasi Petak yang dialiri NFR Eff Kapasitas (Q) Kapasitas (Q)
No Saluran
( 3 Sumber :
l
( Analisi
/
d
m
/
t d
Saluran No Petak Luas (ha) Maks Primer Sekunder Tersier ) t)
1 Primer SA 1 26,88 1,201 0,80 0,75 0,65 82,77 8,277
TOTAL 82,77 8,277
2 Sekunder SKA1
A1 1,2 1,201 0,80 0,75 0,65 1,25 0,125
A1 1,2 1,201 0,80 0,75 0,65 1,25 0,125
TOTAL 2,50 0,25 0,

SKA2
A2 3 1,201 0,80 0,75 0,65 3,122 0,3122
A2 3 1,201 0,80 0,75 0,65 3,122 0,3122
TOTAL 6,244 0,6244
SKA3
A
A3 4,1 1,201 0,80 0,75 0,65 4,267 0,4267 1
A3 4,1 1,201 0,80 0,75 0,65 4,267 0,4267
TOTAL 8,534 0,8534
SKA4
A4 1,35 1,201 0,80 0,75 0,65 1,405 0,1405
A4 1,35 1,201 0,80 0,75 0,65 1,405 0,1405
TOTAL 2,81 0,281
3 Sekunder SKB1
B1 1,05 1,201 0,80 0,75 0,65 1,09 0,109
B1 1,05 1,201 0,80 0,75 0,65 1,09 0,109
TOTAL 2,18 0,218
SKB2
B2 1,25 1,201 0,80 0,75 0,65 1,301 0,1301
B2 1,25 1,201 0,80 0,75 0,65 1,301 0,301
TOTAL 2,602 0,2602
SKB3
B3 1,49 1,201 0,80 0,75 0,65 1,55 0,155
B3 1,49 1,201 0,80 0,75 0,65 1,55 0,155
TOTAL 3,1 0,31
Perhitungan Kapasitas Saluran 201

73
6.8 Perhitungan Dimensi Saluran
Dimensi saluran yang direncanakan adalah dengan bentuk penampang
trapesium dengan alasan penampang ini paling sering digunakan karena paling
ekonomis dan dari segi bentuk kanstruksinya direncanakan dari beton, hal ini bertujuan
untuk mencegah kehilangan air akibat rembesan, mencegah gerusan serta erosi.
Sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan. Perhitungan untuk dimensi saluran
adalah sebagai berikut :
Diketahui :
Q Sal. Muka A1 = 0,002 m3/dt ( Sal. Sekunder )
Luas A1 ki = 1,2 ha
Dari tabel 2.8, 2.9, 2.10, 2.11 dapat diketahui nilai n, m, k dan w dengan parameter
debit saluran yang sudah diketahui diatas sehingga didapat :
n = 1,00
m = 1,00
k = 35
w = 0,40
s = (n +m)
= (1,00 + 1,00)
= 2,00
Dengan diketahui harga – harga diatas maka dapat kita hitung untuk dimensi
menggunakan rumus trial and error sebagai berikut :
V’ = 0,42 x Q0,182
= 0,42 x 0,0020,182
= 0,135 m/dt

A’ = Q / V’
= 0,002 / 0,135
= 0,015 m2

h' = (A’ / s)0,5


= (0,015 / 2)0,5
= 0,086 m

b' = h’ x n
= 0,086 x 1,00
= 0,086 m
Lebar saluran (b) adalah nilai pembulatan harga (b’) lebar dasar minimum yang
diizinkan adalah 0,1 m sehingga nilai b = 0,086 m
h =b/n
= 0,086 / 1
= 0,086 m

P = b + 2h ( 1+ m2)1/2

74
= 0,086 + 2(0,086) ( 1+ 1,002)1/2
= 0,33 m

A = (b + mh)h
= (0,086 + (1,00x0,086)) x 0,086
= 0,093 m2

R =A/P
= 0,093 / 0,33
= 0,281 m
V =Q/A
= 0,002 / 0,093
= 0,021 m/dt

Hitung nilai kemiringan saluran (I) dengan menggunakan rumus Stickler V = k


x R2/3 x I1/2

V = k x R2/3 x I1/2
I = (V/k x R2/3)2
= (0,021/35 x 0,282/3)2
= 0,0000659
Sehingga didapat dimensi saluran Muka A1 ki (Sal. Sekunder) sebagai berikut : Q =
0,02 m3/dt
V = 0,021 m/dt
b = 0,086 m
h = 0,67 m
m = 1,00 m
w = 0,40 m

Berikut adalah gamb ar Saluran Muka A1 k1 (Sal. Sekunder)

Gambar 5.3 Penampang Saluran Bentuk Trapesiu m

75
Perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
Tabel 5.27a Perhitungan Dimensi Saluran
Luas Areal Debit Talu Koef Tinggi
Nama Effesien Harga Coba-Coba
(ha) Q b/h d Stickler Jagaan S Karakteristik Saluran
Saluran si 3 2 2
(n + V' A' b h A R V
Sekunder Primer (m /dt) (n) (m) (k) (w) m) (m/dt) (m ) h' (m) b' (m) (m) (m) P (m) (m ) (m) (m/dt) I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

0,0004
1,2 1,25
A1 Ki 0,72 2 1 40 0,5 3 0,361 1,205 0,694 1,041 1,00 0,67 2,89 1,11 0,39 0,39 5
Sal Muka 0,0004
1,2 1,25
A1 Ki 0,72 2 1 40 0,5 3 0,361 1,205 0,694 1,041 1,00 0,67 2,89 1,11 0,39 0,39 5

0,0004
3 3,122
A2 Ki 0,72 3 1 40 0,6 4 0,357 1,153 0,679 1,018 1,00 0,67 2,89 1,11 0,39 0,37 0
Sal Muka 0,0004
3 3,122 4
A2 Ki 0,72 3 1 40 0,6 0,357 1,153 0,679 1,018 1,00 0,67 2,89 1,11 0,39 0,37 0
0,0003
4,1 4,267 4,5
A3 Ki 0,72 3,5 1 40 0,6 0,351 1,068 0,654 0,981 1,00 0,67 2,89 1,11 0,39 0,34 3
Sal Muka 0,0003
4,1 4,267
A3 Ki 0,72 3,5 1 40 0,6 4,5 0,351 1,068 0,654 0,981 1,00 0,67 2,89 1,11 0,39 0,34 3
0,0003
1,35 1,405
A4 Ki 0,72 2 1 40 0,5 3 0,290 0,450 0,474 0,474 0,50 0,50 1,91 0,50 0,26 0,26 3
Sal Muka 0,0003
1,35 1,405
A4 Ki 0,72 2 1 40 0,5 3 0,290 0,450 0,474 0,474 0,50 0,50 1,91 0,50 0,26 0,26 3
76
Sumber : Analisis Perhitungan Dimensi Saluran 2015

77
Tabel 5.27b Perhitungan Dimensi Saluran
Luas Areal Debit Koef Tinggi
Nama Effesien Harga Coba-Coba Karakteristik Saluran
(ha) Q b/h Talud Stickler Jagaan S
Saluran si 3 2 2
Sekunde
Primer (n + V' A' b h A V
r
(m /dt) (n) (m) (k) (w) m) (m/dt) (m ) h' (m) b' (m) (m) (m) P (m) (m ) R (m) (m/dt) I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
B1 Ki 1,05 0,72 1,09 2 1 40 0,5 3 0,374 1,409 0,685 1,371 1,40 0,70 3,38 1,47 0,43 0,36 0,00032
Sal Muka B1
1,05
Ki 0,72 1,09 2 1 40 0,5 3 0,374 1,409 0,685 1,371 1,40 0,70 3,38 1,47 0,43 0,36 0,00032
B2 Ki 1,25 0,72 1,301 2 1 40 0,5 3 0,355 1,119 0,669 1,003 1,00 0,67 2,89 1,11 0,39 0,36 0,00037
Sal Muka B2
1,25
Ki 0,72 1,301 2 1 40 0,5 3 0,355 1,119 0,669 1,003 1,00 0,67 2,89 1,11 0,39 0,36 0,00037

B3 Ki 1,49 0,72 1,55 2,5 1 40 0,6 3,5 0,379 1,496 0,706 1,412 1,40 0,70 3,38 1,47 0,43 0,39 0,00037
Sal Muka B3
1,49
Ki 0,72 1,55 2,5 1 40 0,6 3,5 0,379 1,496 0,706 1,412 1,40 0,70 3,38 1,47 0,43 0,39 0,00037
Sal. Primer
26,88
1 0,65 82,77 4,5 1,5 42,5 0,75 6 0,528 6,648 1,215 3,646 3,60 1,20 7,93 6,48 0,82 0,54 0,00024
Sumber : Analisis Perhitungan Dimensi Saluran 2015

78
4.8 Perhitungan Debit Banjir Rencana
Luas Aliran DAS (A) =1,2 ha = 0,0012 km2
Panjang Sungai Total = 15000 m = 1,5 km
i = 0,000932
t = 0,1 x L0,8 x i-0,3
t = 0,1 x 1,5 x 0,000932-0,3
t = 1,217
1+ 0,012. A 0,7
α =
1+ 0,075. A 0,7
1+ 0,012.0,00120,7
=
1+ 0,075.0,00120,7
= 0,998
3
1 −0,4 t
A4
= 1+ t+3,7. 10 ×
β 2
12
t +15
3
−0,4 (1,217 ) 4
= 1+ 1,217+3,7.10 ×
0,0012
2
1,217 + 15 12
= 1+ 16,636 x 0,0000537
= 1,00893
Menghitung Intensitas Hujan Untuk Skala Ulang 7 Tahun :
t × R24
Rt =
t+1
1,217× 170,154
=
1,217+ 1
= 171,154
Menghitung hujan Maksimum
Rt
qt =
3,6 ×t
171,154
=
3,6 ×1,217
= 60,379
Dapat dihitung debit banjir rencana untuk periode ulang 15 tahun dengan
menggunakan Metode Hasper adalah sebagai berikut :
Qt = α × β × qt × A
= 0,998 x 1,00893 x 60,379 x 0,0012
=72,955
Jadi, debit banjir rencana untuk periode ulang 7 tahun sebesar 72,955 m3/detik.

79
80

Anda mungkin juga menyukai