Anda di halaman 1dari 14

HUKUM ZAKAT FITRAH DENGAN UANG

Ustadz pembimbing : ust.( )

Disusun oleh

Muafiy Rahmatullah

6F
Medan Sunggal

RAUDHATUL HASANAH

MEDAN TUNTUNGAN

SUMATERA UTARA 2021


Kata Pengantar

Buat sendiri…
Daftar Isi
Kata Pengantar.....................................................................................................................

Daftar Isi..............................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................................

A. Latar Belakang ..............................................................................................................


B. Rumusan Masalah..........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................................

A. Pengetian Zakat Dan Zakat Fitrah.................................................................................


B. Syarat Wajib Zakat Fitrah..............................................................................................
C. Jenis Harta, Nisab, Haul, Dan Kadar Zakat Fitrah........................................................
D. Hukum Membayar Zakat Fitrah Dengan Uang.............................................................

BAB III : PENUTUP...........................................................................................................

A. Kesimpulan ...................................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................................

Daftar Pustaka......................................................................................................................
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Dalam agama islam pasti kita sudah mengenal yang namanya zakat fitrah.Zakat fitrah
termasuk ibadah yang mengandung dua dimensi yakni dimensi ritual mengajarkan kepatuhan
terhadap perintah Allah dan dimensi sosial zakat mengajarkan kepedulian social yang tinggi
terhadap sesama.
Dalam Zakat Fitrah mempunyai ketentuan-ketentuan yang perlu sekali adanya pemahaman
yang luas agar masyarakat tidak salah dalam melakukan Zakat Fitrah menurut syariat islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengetian Zakat Dan Zakat Fitrah?
2. Apa Syarat Wajib Zakat Fitrah?
3. Apa Jenis Harta, Nisab, Haul, Dan Kadar Zakat?
4. Apa Hukum Membayar Zakat Fitrah Dengan Uang?

C. Tujuan penulisan
1. Dapat Mengetahui Pengertian Zakat Dan Zakat Fitrah
2. Dapat Mengetahui Syarat Wajib Zakat Fitrah
3. Dapat Mengetahui Jenis Harta, Nisab, Haul, Dan Kadar Zakat
4. Dapat Mengetahui Hukum Membayar Zakat Fitrah Dengan Uang
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengetian Zakat Dan Zakat Fitrah

Zakat secara etimologi merupakan bentuk masdar dari akar kata yang bermakna an nama’
(tumbuh) , al barakah (barokah), at thaharah (bersih), as salah (kebaikan) , safwatu asy ya’i
( jernihnya sesuatu), dan al madu (pujian) zakat juga bermakna takziah ( mensucikan).

Sedangkan menurut terminology zakat adalah pemberian suatu yang wajib diberikan dari
sekumpulan harta tertentu, menurut sifat – sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu
yang berhak menerimanya.Atau zakat adalah kadar harta tertentu yang di berikan kepada orang
yang berhak menerimanya ,dengan beberapa syarat tertentu pula.1

Pada setiap hari raya idul fitri, setiap orang islam, lali-laki dan perempuan, besar kecil,
merdeka atau hamba, diwajibkan membayar zakat fitrah sebanyak 3,1 liter dari makanan yang
mengenyangkan menurut tiap-tiap tempat atau negeri.
Zakat fitrah adalah zakat jiwa ( setiap jiwa umat islam ) yang di tunaikan berkenaan
dengan selesainya mengerjakan siyam (puasa) ramadhan yang di fardhukan .zakat fitrah ini
diwajibkan atas setiap individu muslim yang ada (hidup) sampai di malam hari lebaran dan
menjelang sholat idul fitri, termasuk bayi lahir sebelum waktu itu.2

Zakat fitrah di syari’atkan pada bulan sya’ban tahun ke-02 hijriyah. Kehadirannya
merupakan nilai tambah (hussusiyyah) bagi umat Muhammad SAW . Menurut imam Waki’zakat
fitrah memiliki kesamaan fungsi dengan sujud sahwi,yakni sama-sama sebagai penyempurna
ibadah. Sujud sahwi sebagai pengganti kekurangan yang terjadi dalam shalat,sedangkan zakat
fitrah sebagai penyempurna kekurangan yang trjadi dalam berpuasa3
Pengertian zakat fitrah menurut ulama ahli fikih adalah zakat yang diwajibkan bagi setiap
muslim, baik laki-laki, maupun perempuan, besar maupun kecil, merdeka maupun budak yang
memiliki kelebihan makan bagi diri dan keluarganya pada tanggal 1 Syawal. Zakat fitrah adalah
zakat wajib yang tanpa memandang status sosial, gender (jenis kelamin) maupun umur.

1 Arfawie nukhtoh, zakat dan infaq profesi,(Yogyakarta : pustaka belajar) hlm 21-22
2 Rasjid sulaiman, fiqh islam (Bandung :sinar baru algesindo) hlm 207
3 Anas mohamad, fiqih ibadah (Kediri :lembagata’tifwannasyr ) hlm 233
Dinamakan zakat fitrah karena zakat ini wajib ditunaikan ketika telah bebuka atau selesai
dati bulan Ramadhan (fathr). Zakat fitrah juga dinamakan “zakat badan”, karena ia ditujukan
untuk membersihkan dan mensucikan diri. Hukum mengeluarkan zakat fitrah adalah wajib atas
tiap-tiap muslim, bahkan bagi bayi yang baru lahir dan orang sakit yang mendekati ajal
sekalipun. Orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah tidak disyaratkan agar memiliki harta
setara dengan nishab perak, yaitu 200 dirham4

B. Syarat Wajib Zakat Fitrah


Ada tiga syarat wajib zakat fitrah, yaitu ;
1. Islam
2. Masih hidup ketika matahari terbenam pada hari terakhir bulan Ramadhan atau menjelang
malam idul fitri.seorang muslim yang meninggal sebelum matahari terbenam ada hari
terakhir bulan Ramadhan tidak wajib membayar zakat fitrah. Akan tetapi jika meninggal
ketika matahari tenggelam pada hari terakhir bulan Ramadhan maka dia tetap berkewajiban
membayar zakat fitrah. Lain dari pada itu, bayi yang lahir sesudah matahari terbenam pada
terakhir bulan Ramadhan, maka ia tidak wajib membayar zakat fitrah, akan tetapi jika bayi
itu lahir sebelum matahari tenggelam pada hari terakhir bulan Ramadhan, maka ia wajib
dizakat fitrah. Demikian juga dengan laki-laki yang menikah sesudah terbenamnya matahari
pada hari terakhir bulan Ramadahn juga tidak berkewajiban membayarkan zakat fitrah untuk
istrinya.
3. Mempunyai kelebihan makanan pokok untuk diri dan keluarganya yang menjadi
tanggungannya pada malam idul fitri dan siang harinya.

Orang –orang yang telah memenuhi syarat sebagaimana diatas wajib membayar zakat fitrah atas
diri dan keluarga yang menjadi tanggungannya, meliputi anak-anaknya, istrinya, orang tuanya,
dan semua anggota keluarga yang menjadi tanggungannya5

4 Asrifin an nakhrawie , sucikan hati&bertambah kaya dengan zakat(delta prima press)hlm153-155


5 Asrifin an nakhrawie , sucikan hati&bertambah kaya dengan zakat(delta prima press)hlm 155-156
C. Jenis Harta, Nisab, Haul, Dan Kadar Zakat

D. Hukum Membayar Zakat Fitrah Dengan Uang

Membayar zakat fitri (kaum muslimin Indonesia banyak yang menyebutnya zakat fitrah/pitrah)
adalah dengan qut (makanan pokok) yang biasa dikonsumsi di tempat masing-masing.

Dasar ketentuan ini adalah hadis Nabi yang menunjukkan bahwa beliau memerintahkan kaum
muslimin untuk membayar zakat fitri dengan tamr (kurma) dan sya’ir (gandum).

Bukhari meriwayatkan:

‫ول اللَّ ِه‬ ِ ِ ‫َز َكا َة الْ ِفطْ ِر صاعا ِمن مَتٍْر أَو ص‬
َ ‫ َع ْن ابْ ِن عُ َمَر َرض َي اللَّهُ َعْن ُه َما قَ َال َفَر‬i ‫اعا م ْن‬
ُ ‫ض َر ُس‬ ً َ ْ ْ ً َ
‫ني َوأ ََمَر هِبَا أَ ْن ُت َؤ َّدى َقْب َل‬ ِِ ِ َّ ‫َشعِ ٍري َعلَى الْ َعْب ِد واحْلُِّر و‬
ِ َّ ‫الذ َك ِر واأْل ُْنثَى و‬
َ ‫الصغ ِري َوالْ َكبِ ِري م ْن الْ ُم ْسلم‬ َ َ َ َ
‫َّاس إِىَل الصَّاَل ِة‬
ِ ‫وج الن‬
ِ ‫ُخُر‬

Artinya: “Dari Ibnu ‘Umar, beliau berkata: ‘Rasulullah mewajibkan zakat fitri satu sho’ kurma
atau sho’ gandum, (wajib) bagi setiap hamba sahaya (budak) maupun yang merdeka, laki-laki
maupun perempuan, kecil maupun besar, dari kaum Muslimin. Beliau memerintahkan agar
menunaikannya sebelum orang-orang berangkat untuk shalat (‘Ied) ‘” (Al-Bukhari, 1987: 370).
Tamr (kurma) dan sya’ir (gandum) maknanya adalah qut (makanan pokok) sebagaimana
dinyatakan oleh Asy-Syafi’i dalam kitab Al-Umm:

ِ َّ ‫ – أِل‬i – ‫ات الشَّعِ َري قَلِياًل‬


ِ َ‫َن اأْل َ ْغل‬
ِّ ‫ب م ْن الْ ُقوت َكا َن يِف َز َم ِن النَّيِب‬
َ
ِ ِ
ُ َ‫بِالْ َمدينَة الت َّْمَر َو َكا َن َم ْن َي ْقت‬

Artinya: “Karena mayoritas makanan pokok yang ada di zaman Nabi di Madinah adalah kurma.
Adapun orang yang memakan jewawut jumlahnya sedikit” (Asy-Syafi’i, 1990: 75).

َّ ‫ت مِم َّا فِ ِيه‬


‫الز َكاةُ َفلَ ُه ْم‬ ٍ َّ ‫ أَو أ‬،‫ أَو أُرزا‬،‫ أَو س ْلتًا‬،‫ أَو دخنًا‬،‫وإِ ْن ا ْقتَات َقوم ذُر ًة‬
ْ َ‫َي َحبَّة َما َكان‬ ْ ًْ ْ ُ ْ ْ ُ ْ َ ٌْ َ َ
‫ول اللَّ ِه‬ َّ ‫الز َك ِاة ِمْن َها؛ أِل‬ ِ ِ ِ
َ ‫َن َر ُس‬ َّ ‫اج‬ ْ – i – ،‫ض َز َكاةَ الْفطْ ِر م ْن الطَّ َع ِام َومَسَّى َشع ًريا َومَتًْرا‬
ُ ‫إخَر‬ َ ‫إ ْذ َفَر‬
ِ ‫َف َق ْد ع َق ْلنَا عْنه أَنَّه أَراد ِمن الْ ُق‬
‫وت‬ ْ ََ ُ َُ َ

Artinya: “Jika ada suatu kaum yang memakan jagung atau dukhn atau sult atau beras atau biji
apa pun yang ada zakatnya, maka mereka boleh mengeluarkan zakat darinya. Karena Rasulullah
ketika mewajibkan zakat fitri dari makanan dan beliau menyebut jewawut dan kurma, maka kita
memahaminya bahwa beliau memaksudkan qut atau makanan pokok” (Asy-Syafi’i, 1990: 75).

Tidak bisa dikatakan bahwa kata tho’am (makanan) pada hadis Abu Sa’id Al-Khudri tidak dapat
dimaknai makanan secara umum karena sudah ada bayan tafshil (keterangan terperinci) pada
hadis-hadis yang lain. Tidak bisa dikatakan demikian karena dua alasan.

Pertama; bayan tafshil (keterangan terperinci) dalam hadis Nabi sifatnya tidak membatasi
(hashr) tetapi hanya memberi contoh (dzikrun ‘ala sabilil mitsal).

Kedua; Ketika Rasulullah menyebut kurma dan gandum, maka sahabat langsung memahami qut
(makanan pokok), sehingga mereka mengeluarkan zakat fitri bukan hanya kurma dan gandum,
tetapi juga zabib (kismis) dan aqith (keju). Misalnya bisa dilihat dalam hadis berikut:
ٍ ِ‫ي أَنَّه مَسِ ع أَبا سع‬
ِ َّ ‫يد اخْلُ ْد ِر‬ ِ ِ ِ ِ ِ َ‫َع ْن ِعي‬
ُ‫ي َرض َي اللَّهُ َعْنه‬ َ َ َ ُ ِّ ‫اض بْ ِن َعْبد اللَّه بْ ِن َس ْعد بْ ِن أَيِب َس ْر ٍح الْ َعام ِر‬
‫اعا ِم ْن‬ ِ ‫ول ُكنَّا خُنْرِج َز َكا َة الْ ِفطْ ِر صاعا ِمن طَع ٍام أَو صاعا ِمن َشعِ ٍري أَو ص‬
ً‫ص‬ َ ‫اعا م ْن مَتٍْر أ َْو‬
ً َ ْ ْ ً َ ْ َ ْ ً َ ُ ُ ‫َي ُق‬

ٍ ِ‫اعا ِم ْن َزب‬
‫يب‬ ٍِ
ً‫ص‬ َ ‫أَقط أ َْو‬

Artinya: “Dari ‘Iyadh bin ‘Abdullah bin Sa’ad bin Abu Sarhi Al-‘Amiriy bahwa dia mendengar
Abu Sa’id Al-Khudriy berkata, ‘Kami mengeluarkan zakat fitri satu sho’ dari makanan atau satu
sho’ gandum atau satu sho’ kurma atau satu sho’ keju (mentega) atau satu kismis (anggur
kering)’” (Al-Bukhari, 1987: 376).

Juga riwayat Ibnu Umar;

‫اعا ِم ْن َشعِ ٍري أ َْو مَتٍْر أ َْو‬ ِ ِ ِ ‫ع ِن اب ِن عمر قَ َال َكا َن النَّاس خُيْ ِرجو َن عن‬
ً‫ص‬ َ ِّ ‫ص َدقَة الْفطْ ِر ىِف َع ْهد النَّىِب‬
َ َْ ُ ُ ََ ُ ْ َ
ٍ ‫س ْل‬
ٍ ِ‫ت أ َْو َزب‬
‫يب‬ ُ

Artinya: “Dari Ibnu ‘Umar, dia berkata, ‘Dahulu orang-orang mengeluarkan zakat fitri di zaman
Nabi sebesar satu sho’ gandum, kurma, atau sejenis gandum -yang berwarna putih tak berkulit-
atau anggur kering’” (An-Nasa’i, 1986: 329).

Abu Sa’id sendiri menegaskan bahwa alasan para sahabat mengeluarkan berbagai macam
makanan untuk membayar zakat fitri di zaman itu adalah karena berbagai macam makanan itu
menjadi makanan pokok para sahabat.

‫اعا ِم ْن‬ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ‫عن أَيِب سع‬


ِ ِّ ‫يد اخْلُ ْد ِر‬
ً‫ص‬ َ ‫ِج يِف َع ْهد َر ُسول اللَّه َي ْو َم الْفطْ ِر‬
ُ ‫ي َرض َي اللَّهُ َعْنهُ قَ َال ُكنَّا خُنْر‬ َ َْ

ُ ِ‫يب َواأْل َق‬


‫ط َوالت َّْمُر‬ ُ
ِ‫الزب‬
َّ ‫و‬
َ ‫ري‬
ُ َ َ
ٍ ِ‫طَع ٍام وقَ َال أَبو سع‬
ِ‫يد و َكا َن طَعامنَا الشَّع‬
َ َ ُ َ َ
Artinya: “Dari Abu Sa’id Al Khudriy, dia berkata, ‘Pada zaman Nabi kami mengeluarkan (zakat
fitri) pada hari Raya ‘Iedul fitri satu sho’ dari makanan.’ Dan berkata Abu Sa’id, ‘Dan saat itu
makanan kami adalah gandum, kismis, keju atau kurma’” (Al-Bukhari, 1987: 383).

Itu semua menunjukkan bahwa para sahabat memahami gandum dan kurma yang disebutkan
Nabi itu maknanya adalah qut (makanan pokok). Jadi, tho’am (makanan) yang disebut Abu Sa’id
Al-Khudri bermakna qut (makanan pokok). Oleh karena itu, lafaz tho’am (makanan) di situ tidak
benar jika dipahami sebagai lafaz mujmal (global) yang kemudian dirinci (ditafshil) secara hashr
(pembatasan) oleh hadis yang lain, yaitu lafaz tamr (kurma) dan syair (gandum).

Lagipula, lafaz tho’am (makanan) adalah lafaz Abu Said Al-Khudri, bukan lafaz Rasulullah.
Artinya, lafaz itu adalah hasil pemahaman (ma’qul) Abu Said Al-Khudri berdasarkan perintah
Rasulullah. Hubungan mujmal-mubayyan/mujmal-mufasshol hanya bisa diterima jika dua lafaz
yang dipersandingkan adalah setara dari sisi kekuatan wahyu, yaitu sama-sama berasal dari
sumber syara’ (Allah dan Rasul-Nya).

Patut diketahui bahwa yang memahami sabda Nabi sebagai qut (makanan pokok) bukan hanya
Abu Said Al-Khudri, tetapi semua sahabat. Buktinya, beliau memakai lafaz “kunna” (kami).
Lafaz kunna” (kami) dalam riwayat tersebut adalah para sahabat.

ٍ ِ‫ي أَنَّه مَسِ ع أَبا سع‬


ِ َّ ‫يد اخْلُ ْد ِر‬ ِ ِ ِ ِ ِ َ‫َع ْن ِعي‬
ُ‫ي َرض َي اللَّهُ َعْنه‬ َ َ َ ُ ِّ ‫اض بْ ِن َعْبد اللَّه بْ ِن َس ْعد بْ ِن أَيِب َس ْر ٍح الْ َعام ِر‬
‫اعا ِم ْن‬ ِ ‫ول ُكنَّا خُنْرِج َز َكاةَ الْ ِفطْ ِر صاعا ِمن طَع ٍام أَو صاعا ِمن َشعِ ٍري أَو ص‬
ً‫ص‬ َ ‫اعا م ْن مَتٍْر أ َْو‬
ً َ ْ ْ ً َ ْ َ ْ ً َ ُ ُ ‫َي ُق‬

ٍ ِ‫اعا ِم ْن َزب‬
‫يب‬ ٍِ
ً‫ص‬ َ ‫أَقط أ َْو‬

Artinya: “Dari ‘Iyadh bin ‘Abdullah bin Sa’ad bin Abu Sarh Al-‘Amiriy bahwa dia mendengar
Abu Sa’id Al-Khudriy berkata: ‘Kami mengeluarkan zakat fitri satu sho’ makanan atau satu sho’
gandum atau satu sho’ kurma atau satu sho’ dari keju atau satu kismis (anggur kering)’” (Al-
Bukhari, 1987: 376).
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ‫الرفْع إِل‬ ِِ
ِّ ‫َي َز َكا َة الْفطْ ِر َق ْولُهُ يِف َز َمان النَّيِب‬
ْ ‫ ُكنَّا نُ ْعط َيها أ‬i ‫ضافَته إىَل َز َمنه‬
َ ُ َّ ُ‫ َه َذا ُح ْك ُمه‬i ‫فَفيه‬
‫وض ُع ِعْن َدهُ َوجُتْ َم ُع‬ ْ َ‫ور ِة الَّيِت َكان‬
َ ُ‫ت ت‬ ُّ ‫ك َوَت ْق ِري ِر ِه لَهُ َواَل ِسيَّ َما يِف َه ِذ ِه‬
َ ‫الص‬
ِ
َ ‫إِ ْش َع ٌار بِاطِّاَل ِع ِه َعلَى َذل‬

‫ض َها َوَت ْف ِرقَتِ َها‬


ِ ‫بِأَم ِر ِه وهو اآْل ِمر بَِقب‬
ْ ُ َُ َ ْ

Artinya: “’Kami membayarnya,’ yakni zakat fitri, ucapan beliau pada zaman Nabi, ini hukumnya
adalah marfu’ karena mengidhofahkan pada zaman Nabi. Jadi, ada kesan bahwasanya Nabi
mengetahui hal tersebut dan mendiamkannya (yaitu membayar zakat fitri dengan kurma,
gandum, kismis dan keju). Apalagi bentuk seperti ini jelas diletakkan di dekat beliau dan
dikumpulkan dengan perintah beliau. Beliaulah yang memerintahkan untuk mengambil zakat
fitri dan membagikannya” (Al-‘Asqolani, 1959: 373).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Zakat adalah kadar harta tertentu yang di berikan kepada orang yang berhak menerimanya
,dengan beberapa syarat tertentu pula.

Zakat fitrah adalah zakat jiwa ( setiap jiwa umat islam ) yang di tunaikan berkenaan dengan
selesainya mengerjakan siyam (puasa) ramadhan yang di fardhukan.

Syarat wajib zakat fitrah:

Islam
Masih hidup ketika matahari terbenam pada hari terakhir bulan Ramadhan atau menjelang
malam idul fitri
Mempunyai kelebihan makanan pokok untuk diri dan keluarganya yang menjadi
tanggungannya pada malam idul fitri dan siang harinya.

B. Saran

Tidak boleh merendahkan atau mengejek pendapat kaum muslimin yang mengatakan boleh
membayar zakat dengan uang karena pendapat tersebut adalah fatwa ulama-ulama besar
seperti Al-Hasan Al-Bishri, Umar bin Abdul Aziz, Sufyan Ats-Tsauri, Bukhari, Abu Hanifah,
Abu Yusuf, Abu Ja’far Ath-Thohawi, As-Sarokhsi, Al-Marghinani, Az-Zaila’i, Al-Kasani,
dan lain-lain. Bagi kaum muslimin yang memiliki keyakinan ini, mereka harus dihormati
seperti penghormatan terhadap pendapat-pendapat fikih yang mengandung ikhtilaf yang lain.
Pendapat yang mengatakan bahwa membayar zakat fitrah harus dengan makanan pokok
adalah fatwa Ibnu Umar, Qosim, Salim, Urwah, Atho’, Malik, Syafi’i, Ahmad, Ibnu Hazm,
Ibnu Al-Mundzir, Ibnu Abdil Barr, Ibnu Qudamah, Al-Mardawi, Al-Husaini, Abu Ishaq Asy-
Syirozi, dan lain-lain. Ini adalah pendapat jumhur.
Daftar Pustaka

Rozikin, Mokhamad Rohma. 2016. Membayar Zakat Fitrah dengan Uang, Bolehkah?. Malang:
UB Press
https://irtaqi.net/2017/06/23/bolehkah-membayar-zakat-fitri-dengan-uang/
Mas’ud,Ridwan, 2005, zakat dan kemiskinan, Yogyakarta:UII Press.
An nakhrawie,Asrifin, 2011, sucikan hati & bertambah kaya bersama zakat, delta prima press.
Anas, muhammad, fiqh ibadah, Kediri: Lembaga ta’lif wannasyir.
Kurde, arfawi nuktah, 2005, zakat dan infaq profesi,Yogyakarta:Pustaka belajar.
Rasjid, Sulaiman,2013,fiqh islam, Bandung:Sinar Baru Al Gesindo.
(rapikan sendiri daftar pustakanya)

Anda mungkin juga menyukai