Anda di halaman 1dari 5

SUMBERDAYA GEOLOGI

Beberapa sumberdaya geologi berupa batuan dapat dijumpai di daerah penelitian, antara lain
granit yang terdapat di stasiun 3 dan gamping yang terdapat di stasiun 2, dan stasiun 4.

Batu granit sejak zaman dulu sering digunakan sebagai bahan bagunan dikarenakan
batunann ya yang massif sehin gga tahan terhadap erosi dan abrasi, mampu menahan beban yang
berat serta tahan terhadap pelapukan batuan. Beberapa manfaat granit antara lain :

1. Bahan dasar konstruksi bangunan eksterior


Gran it dapat dijadikan paving dan bahan dasar konstruksi bangunan seperti monumen,
jembatan dan gedung- gedung perkantoran.  Selain itu, batuan granit yang dihancurkan
dapat dimanfaatkan sebagai agregat dalam pembangunan rel kereta api dan jalan raya.
2. Bahan dasar konstruksi bangunan interior
Granit bisa digunakan sebagai bahan interior bagunan Karena warnanya yang terang
dapat memperindah interior Ruangan
3. Sebagai acuan alat ukur
Batuan granit bersifat kaku, non-higroskopis, kedap air dan memiliki koefisien termal
yang rendah. Sifat- sifat tersebut membuat batuan ini dicari untuk dijadikan bidang acuan
dalam pembuatan alat pengukur. Contoh implikasinya adalah sebagai bidang acuan pada
alat pengukur koordinat (coordinate measuring machine).
4. Sebagai bahan pembatan atung dan batunisan

Batugamping adalah salah satu diantara bahan galian industri yang paling banyak kegunaannya
dalam berbagai sektor industri# baik sebagai bahan baku utama maupunsebagai bahan
tambahan-campuran. Beberapa kegunaa batugamping atara lain
1. Industry semen
Batugamping merupakan bahan baku utama dalam pembuatan semen. Komponen
terbesar dalam semenadalah batugamping (karbonaT) yaitu sekitar 64%.
s ec ar a u mu m un tu k s a tu to n s e me nd ip er l uk an le bi h ku ra n g s a tu to n
b at ug am pi ng . P ers ya ra ta n b at ug am pi ng un tu k da pa t dijadikan bahan baku
semen adalah : kadar CaCO3 50-55%, MgO maksiumum 2%, Fe2O3 2,47%, dan
Al2O3 0,95% dan kekentalan luluhan 3200 centipoise (40% H2O) (Prajartoro, 1992).
2. Pembuatan karbit

Batugamping yang digunakan untuk bahan ini adalah jenis kapur tohor sebesar 60% dan
merupakan bahan baku utama bahan lainnya adalah kokas 40%, antrasit, petrolium coke (carbon
black).

3. Bahan peleburan dan pemurnian baja


fungsi batugamping/dolomit dalam peleburan dan pemurnian besi atau logam adalah sebagai
bahan imbuh pada tanur tinggi. Disamping itu batugamping berperan sebagai pengikat gas-gas
seperti SO2, H2S, dan HF sehingga diperlukan batugamping yangmempunyai kadar /a0 yang tinggi#
dimana batuan tersebut harus sarang dan keras.

Pemanfaatan gamping di sekitar daerah penelitian sudah dilakukan dengan adanya bukti
banyak penambangan kaprdi sarah tersebut. Namun yang masih dilakukan peneitian yaitu peman
faatan granit sebagai bahan bagunan.

Prajartoro, A. (1992). Penelitian Geologi dalam Industri Semen. Yokyakarta :


Universitas Gadjah Mada.

Potensi KEBENCANAAN
Aspek topografi dan kemiringan lereng merupakan faktor yang berperan sebagai pengontrol
dalamterjadinya peristiwa longsor. Semakin besar kelerengan pada suatu lahan, akan semakin
berpotensi mengalami longsor. Berdasarkan peta indeks resiko bencana gerakan tanah
BNPB (2010), daerah praktikum teretak di zona yang tingkat resiko pergerakan tanah
menegah-tinggi. Hal tersebut berkolerasi dengan kemiringan lereng di daerah
praktikum yang mencapai < 40o yang merupakan kemiringan lereng ya san gat curam
(70-140%) (Van Zuidam, 1985).

Pada daerah praktikum juga, terdapat satuan yang ditemukan dalam kondisi lapuk. Satuan
granit yang dalam keadaan segar memiliki kompaksi yang baik, pada daerah praktium satuan ini
menjadi gampang dihancurkan. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh bidang-bidang kekar yang
berada pada singkapan membuat tingkat kekompakan satuan ini menjadi menurun. Bidang kekar
yang terdapat pada sngkapan juga terisi oleh mineral (vein). Menurut Hutagalung (2014),
berdasarkan analisis XRD pada granit yang ditemukan di daerah Leato teah mengalami
pelapukan sebagian. Hasil dari analisis tersebut mengatakan bahwa telah mengalami pelapukan
diperoleh kandungan mineral lempung berupa Zeolit, Albit, Kuarsa, Aluminium oksida,
Potassium dioksida, sedangkan granit segar berdasarkan hasil analisis kualitatif dengan XRD
mengandung mineral Silicon Oxide, Alpha-SiO, Silimanite,Magnesium Oxyde, Kumdykolite
dan Calcium Aluminade. Sedngkan hasil dari analisis SEM terlihat bahwa batuan granit yang
telah mengalami alterasi pada sebagian darinya terlihat mengalami pelapukan pada bagian
tepinya.
Pelapuakn terjadi tdak hanya pada satua granit di stasiun 3, melainkan juga pada stasiun
lain, terutama pada singkapan yang terletak di samping jalan. Pelapukan mengulit bawang atau
biasa disebut Spheroidal weathering terlihat pada beberaa sngkapan sepanjang jalan daerah
praktikum. Pelapukan ini mengakibatkan pergerakan tanah tipe jatuan batuan (rockfall). Terlihat
jelas juga pergerakan tanah terjadi pada singkapan stasiun satu dan empat dilihat dari material
longsran yang ada di bwahnya.
Banyak kasus yang terjadi di sekitar daerah praktikum yang mengalami bencana alam
berupa masswasting. Dengan kondisi zona longsoran tersebut yang di dekat jalan, pasti akan
membahayakan pengguna jalan yang melitas. Salah satu penanggulanagn yang sudah dilakukan
oleh pemerintah yaitu dengan membangun pembatas jalan agar material longsoran tidak jatuh ke
bahu jalan.

Zuidam, R.A. van, 1985.


 Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping
.
 ITC, Smits Publ., Enschede, The Netherlands
Sejarah geologi daerah praktikum

Sejarah geologi daerah praktikum yag dilakukan berdasarkan hasil interpretasi data-data
geologi baik di lapangan maupun dari literatur para peneliti terdahulu yang menyangkut sejarah
geologi regional.

Hubungan statigrafi daerah praktikum dengan sejarah geologi yaitu pertamakali terbentuk
satuan granit pada kala Miosen Akhir (12 juta tahun yang lalu) yang merupakan intrusi batolit.
Pada kala Pliosen Awal sampai plistosen awal (1.8 juta tahun yang lalu) terendapkan satuan tuf,
tuf lapili, dan breksi vulkanik yang pengendapannya terjadi di laut dalam. Selama kala pliosen-
plistosen, batugamping terumbu terbentuk di dekat formasi Batuan Gunungapi Pinogu.

Diperkirakan bahwa pada kala Pliosen sampai Plistosen awal terjadi aktivitas vulkanik
gunungapi purba yang melontarkan materialnya hingga lokasi praktikum. Berdasarkan fasies
gunungapi oleh Bronto (2006), komposisi batuan penyusun di lokasi praktikum terletak pada
fasies medial. Pada fasies medial, karena sudah lebih menjauhi lokasi sumber, aliran lava dan
aglomerat sudah berkurang, tetapi breksi piroklastika dan tuf sangat dominan, dan breksi lahar
juga sudah mulai berkembang (Bronto, 2006).

Pengendapan satuan tuf, tuf lapili, dan breksi vulkanik diperkirakan terjadi di lingkungan
laut dangkal sampai laut dalam (Zona Neritik sampai zona Bathial) karena berdasarkan Geologi
Regional Tilamuta (1993) formasi batuan Gunungapi Pinogu memiliki ketebalan sekitar 250
meter yang berarti lingkungan pengendapanya berada lebih dalam lagi. Batugamping terumbu
akan terbentuk pada lingkungan laut dangkal (Zona Neritik) karena pada lingkungan laut tersebut
cahaya matahari masih bisa masuk untuk kehidupan terumbu. Batugaming terumbu terbentuk di
atas formasi TQpv karena lingkugan pengenapan Batuan Gunungapi Pinogu lebih dalam lagi.
Diperkirakan pada kala Plistosen (sekitar 1.8 juta – 10 ribu tahun yang lalu) terjadi pengangkatan
sehingga kedua formasi ini dapat tersingkap di dataran sampai sekarang.
GEOMORFOLOGI

Berdasarkan klasifikasi benuk muka bumi oleh Brahmantyo (2006), daerah raktikum
terletak pada bentukanasal gunungapi dan bentukan asal laut. Bentukanasal gunungap pada
daerah praktikum berupa bukit intrusi dan punggungan aliran piroklastik sementara bentukan
asal laut berupa punggungan pantai yang terletak di sepanjang pesisir Leato.

Morfologi daerah praktikum merupakan lereng terjal dengan kemiringan > 40o. Lereng yang
terdpat pada daerah praktikum berlereng lurus daan cembung. Bentuk lereng lurus
biasanyaMenurut Taslim (2017),

Anda mungkin juga menyukai