Anda di halaman 1dari 3

Sebenarnya sudah banyak pelaksanaan pembelajaran dari rumah yang baik yang dilakukan oleh

para guru. Mestinya contoh-contoh praktik baik tersebut bisa menjadi inspirasi bagi para pendidik
lain untuk lebih memaksimalkan pembelajaran online yang mereka hadirkan selama masa belajar
di rumah ini.

Mengenai hal tersebut, Kemendikbud telah meluncurkan program Guru Berbagi untuk membantu
guru dalam melaksanakan pembelajaran daring pada masa darurat COVID-19. Program tersebut
diakses di laman guruberbagi.kemendikbud.go.id. Laman yang bisa diakses publik secara umum
ini hadir sebagai ruang berbagi ide dan praktik baik penunjang pembelajaran selama belajar dari
rumah atau selama masa darurat. Laman guruberbagi.kemendibud.go.id. memiliki tiga fitur
utama. Pertama, berbagi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kedua, berbagi bacaan dan
ketiga berbagi aksi. Di laman ini guru dan para penggerak pendidikan dapat saling berbagi
Rencana Pelaksanaan Pembeajaran (RPP), berbagi semangat positif, juga inspirasi prsktik baik
pendidikan jarak jauh atau belajar dari rumah. Melalui laman tersebut, guru bisa saling membantu
sesama dalam situasi yang tidak mudah saat ini.
Pada masa pandemi   seperti ini banyak guru mencoba berinovasi dan mengembangkan
kreativitas. Ini merupakan sebuah bentuk bagaimana seorang guru melakukan hal yang relevan
dengan keadaan siswa tetapi tetap masuk dalam koridor mata pelajaran. Peningkatan mutu
pendidikan tidak berpatokan pada bagaimana kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
dilaksanakan di lapangan semata. Pelaku pendidikan seperti guru juga berperan besar sebagai
penentu kualitas pendidikan yang bagus.
Kecakapan guru dalam mengajar setidaknya berpegang pada keterampilan 4C
yaitu communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), critical thinking (berpikir kritis),
dan creativity (kreativitas). Bukan hal mudah memang untuk menata diri sehingga menjadi guru
yang professional yang memenuhi kualifikasi akademik dan mempunyai sertifikat sebagai
pendidik.
Guru semestinya mempunyai empat standar kompetensi yaitu kompetensi pedagogic,
kepribadian, social, dan professional. Terutama di masa revolusi 4.0 yaitu tren di dunia industri
yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber. Siswa yang termasuk dalam
kaum milenial yang hidup di ekosistem digital sudah terbiasa dengan tehnologi informasi dan
komunikasi. Budaya digital sudah menjadi bagian utama kehidupan mereka. Semua sumber
informasi terbuka dan mudah diakses. Siswa terbiasa mencari informasi di internet serta bekerja
tim menjadi model belajar utama mereka.

Maka di saat pandemi seperti ini guru di tuntut menjadi kreatif dengan penggunaan internet di
kelas. Clasroom learning yang dulu biasa dilakukan seorang guru sekarang diubah blended
learning yang menggabungkan pengajaran langsung (fase-to-fase) dan e-learning. Pada
konsep e-learning, siswa dapat belajar sendiri memakai laptop, computer, atau ponselnya.
Namun, tentu saja penggunaan ponsel di luar kelas perlu terus dipantau. Ponsel memang perlu,
kemajuan teknologi perlu diterapkan, tetapi tetap harus dikontrol.
Di samping itu, cara penyampaian guru ketika di kelas juga menjadi hal penting untuk
diperhatikan. Siswa tidak akan mencerna materi pelajaran dengan baik jika diajar guru yang
kurang menyenangkan. Gaya bicara, ramah dan mampu berdialog dengan nuansa humor saja
kurang cukup untuk menjadi pengajar yang baik. Gesture atau gerak tubuh juga penting. Guru
todak bolah merengut wajahnya, tampil ramah dan mudah diajak berkomunikasi akan membuat
siswa menjadi senang. Kelas yang sehat kelak akan menghasilkan siswa yang sehat dan berbakat
pula.

Beberapa kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran secara online ini tidak
menyurutkan semangat mereka. Hal ini terbukti dari upaya yang dilakukan guru agar dengan
sumber daya yang ada,mereka bisa memberikan pembelajaran yang berarti untuk para siswanya.
Poin pemanfaatan teknologi dalam kondisi pandemi ini merupakan hal yang luar biasa. Salah satu
masalah terbesar dalam mengadopsi tehnologi pada pendidikan di Indonesia adalah kecemasan
bukan kemampuan. Sebenarnya para guru kita ini mampu tetapi cemas. Sekarang karena
dikondisikan oleh wabah covid-19 sehingga mau tidak mau harus mencoba. Mencoba suatu hal
baru memang membutuhkan proses dan waktu. Banyak guru mencoba berinovasi dan
mengembangkan kreativitasnya. Ini merupakan sebuah bentuk bagaimana seorang guru
melakukan hal yang relevan dengan keadaan siswa tetapi tetap dalam koridor mata pelajaran.

Ilmu pendidikan selalu berkembang seiring dengan lajunya perkembangan pengetahuan dan
tehnologi,budaya, maupun tuntutan dan ekspektasi masyarakat.Kuantitas dan kualitas seorang
guru akan berimbas pada kualitas peserta didik .Guru harus mengikuti perkembangan (updating
skill) pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru harus mempunyai bekal
pengetahuan berbagai hal tentang konsep pembaharuan dalam pendidikan, tentang paradigm
pembelajaran terkini (Tecnology based, Scientific approach) agar dapat menjadi agent of change
ketika menjadi pengajar, pendidik atau pengelola yang inovatif dan motivatif di era Revolusi
industry.

Revolusi industry banyak membawa perubahan dalam kehidupan manusia, yang secara
fundamental telah mengubah cara beraktivitas manusia dan memberikan pengaruh yang besar
terhadap dunia kerja. Pengaruh positif revolusi industry 4.0 berupa efektifitas dan efisiensi
sumber daya dan biaya produksi meskipun berdampak pada pengurangan lapangan pekerjaan.Era
Revolusi industry 4.0 membutuhkan tenaga kerja termasuk guru yang memiliki keterampilan
dalam literasi, digital, literasi teknologi, dan literasi manusia.

Menurut Teori Darwin ,”Bukan yang terkuat yang mampu bertahan, melainkan yang paling 
adaptif dalam merespon perubahan”. Melalui pendidikan terlahir hal-hal kreatif, konstruksi dan
inovatif dalam menapaki setiap perkembangan zaman. Keluarga, sekolah, dan masyarakat adalah
ekosistem pendidikan yang harus bersinergi.

Bukan hanya kreativitas dan inovasi pembelajaran online dari guru yang dibutuhkan agar anak
belajar dari rumah bisa maksimal, tetapi juga adanya kemandirian siswa dalam belajar. Sebab,
system belajar online minim control dan pendampingan dari guru secara langsung. Lewat sedikit
arahan dan panduan dari guru, terutama dalam penggunaan aplikasi belajar online, untuk
selanjutnya siswa diharapkan memiliki kesadaran untuk belajar secara mandiri. Di sinilah
kemudian peran aktif orang tua dibutuhkan. Orang tua mempunyai kesempatan berharga untuk
membangun komunikasi yang intens dengan anak. Orang tua bisa meluangkan waktu menemani
anak belajar, juga membangun kreativitas anak lewat berbagai aktivitas bersama yang
bermanfaat.

Kreativitas guru dan peran aktif orang tua sanga dibutuhkan dalam mendukung proses anak
belajar di rumah. Keduanya mesti membangun kolaborasi demi memaksimalkan kegiatan belajar
anak. Kreativitas guru dalam menghadirkan pembelajaran daring yang menarik dan
menyenangkan akan sangat menentukan besarnya atensi siswa terhadap kegiatan belajar daring
tersebut. Sedangkan pendampingan dan keaktifan orang tua dalam menemani anak akan
mementukan sejauh mana kegiatan belajar di rumah akan bermanfaat dan bermakna. Pendiri
Kampus Guru Cikal Najeela Shihab menuturkan, penting untuk menciptakan rutinitas bagi anak
meski sekolah pun dilakukan dari rumah.

”Anak-anak perlu punya struktur, kapan mengerjakan tugas sekolah, kapan main, kapan nonton
TV,” kata Najeela dalam konferensi pers daring Wrdah Inspiring Teacher 2020, belum lama ini.

Menurut Najeela, belajar dari rumah tidak serta merta seperti memindahkan sekolah ke rumah.
Contohnya, durasi belajar anak. Jika di sekolah anak diberi waktu lima jam untuk belajar, bukan
berarti mereka juga wajib menghabiskan waktu yang sama saat belajar di rumah. ”Perlu
fleksibilitas,”kata Najeela.
Sebab, ada kendala yang bisa dihadapi terkait belajar jarak jauh. Misalnya jaringan internet
hingga gawai yang dimiliki. Ada kalanya anak harus memakai gawai secara bergantian dengan
saudaranya yang juga bersekolah dari rumah. Belajar dari rumah adalah kesempatan bagi anak
untuk menumbuhkan kemandirian buah hati dalam mengerjakan tugas-tugas. Biarkan anak
mengerjakan tugasnya, bila ada kesulitan, bantu mereka untuk berkomunikasi dengan gurunya.
Belajar dari rumah di tengah pandemi adalah kesempatan orang tua untuk menumbuhkan
kompetensi anak agar bisa belajar dari mana saja. Saat anak belajar di rumah orang tua berperan
sebagai pengajar atau pendamping belajar. Orang tua, baik ayah maupun ibu,perlu berkolaborasi
dalam pendampingan dan pengajaran bagi anak, baik di tengah situasi pandemi  maupun normal.

Maya Sita Darlina Psikolog Dompet Dhuafa mengatakan, di tengah COVID-19 Saat ini ada
tantangan baru bagi orang tua dalam mendampingi anak belajar dari rumah. Orang tua perlu
memiliki strategi untuk menyesuaikan diri dengan konsep belajar dari rumah, selain juga
perlunya dukungan sarana belajar yang dapat menunjang proses pembelajaran selama anak
belajar dari rumah, misalnya internet. Dengan menyiapkan strategi dan segala sesuatunya, beban
tanggung jawab orang tua dapat sedikit berkurang dan tidak akan lebih tertekan karena
kemungkinan beban lain.

Selain itu, orang tua juga perlu memahami mekanisme belajar dari rumah yang diterapkan
masing-masing sekolah, karena setiap sekolah memiliki peraturan yang berbeda-beda. Orang tua
katanya, bersama anak menyepakati tata tertib selama belajar di rumah sehingga mereka bisa
diingatkan saat proses belajar tidak sesuai dengan kesepakatan. Misalnya, kapan dimulai, kapan
selesai, kapan waktu  istirahat  dan seterusnya,” kata dia.

Selain itu, katanya orang tua juga perlu nelakukan evaluasi secara berkala dan melakukan
penyesuaian yang dibutuhkan. Evaluasi perlu dilakukan dengan melibatkan anak sehingga anak
bisa menyampaikan perasaannya selama belajar di rumah,  orang tua juga perlu senantiasa
berusaha melakukan penyesuaian.

Anda mungkin juga menyukai