Anda di halaman 1dari 7

Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 2 (1): 71-77, 2016

NILAI EKONOMI, LINGKUNGAN, DAN SOSIAL DARI PERKEBUNAN


SAWIT SWADAYA DI KABUPATEN SERUYAN, KALIMANTAN
TENGAH, INDONESIA

Hafiizh Prasetia1, N. Annisa2, Ariffin3, A.W. Muhaimin4, and Soemarno5


1. Program Doktor Ilmu Lingkungan, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia; dan
Universitas Darwan Ali, Kuala Pembuang, Indonesia
2. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik,Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru, Indonesia
3. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,Universitas Brawijaya, Malang,
Indonesia
4. Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian,Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
5. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia
E-mail: hafiizh.prasetia@gmail.com

ABSTRAK

Tanaman sawit adalah suatu komoditas perkebunan unggulan di Kabupaten Seruyan. Hal ini
disebabkan adanya nilai ekonomi yang tinggi dari perkebunan tersebut. Selain itu, kondisi
agroekologi di wilayah ini sebagian besar sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sawit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai ekonomi, lingkungan,
dan sosial dari perkebunan sawit swadaya di Kabupaten Seruyan. Metode penelitian
menggunakan metode surveieksploratif (exploratory research) dengan analisisberupa
perhitungan Net Present Value (NPV), Benefit Cost Rasio (B/C Ratio) danInternal Rate of
Return (IRR). Hasil penelitian menjelaskan bahwa NPV, B/C Ratio dan IRRdi beberapa lokasi
pada aspek finansial dan lingkungan masih ada yang tidak signifikan, namun signifikan pada
aspek sosial ekonomi.Dengan hasil ini mengindikasikan bahwa pemanfaatan lahan untuk
dikonversi menjadi perkebunan sawit akan memperoleh manfaat yang besar pada aspek sosial
ekonomi namun kurang menguntungkan pada aspek finansial dan lingkungan. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan lahan untuk dikonversi menjadi perkebunan
sawit dapat meningkatkankesejahteraan masyarakat di wilayah Kabupaten Seruyan, Kalimantan
Tengah.

Kata kunci: Perkebunan Sawit Swadaya, Kelayakan Usaha, NPV, B/C Ratio, IRR

ABSTRACT

Oil palm is a featured commodity plantation in Seruyan Regency. This is due to the high
economic value of the those plantations. In addition, the agro-ecological conditions in this
region mostly suitable for oil palm growth and development. The purpose of this study was to
analyze the economy, environment, and social value of oil palm plantations in Seruyan Regency.

71
The research method was used exploratory survey (exploratory research) with analysis such as
calculation of Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B / C Ratio) and Internal Rate of
Return (IRR). The results of the study explained that the NPV, B / C Ratio and IRR at several
locations on the financial aspects and the environment there is not significant, but significant to
the socio-economic aspects. With these results indicate that the use of land to be converted into
oil palm plantations will gain great benefits to social and economic aspects but is less favorable
financial and environmental aspects. Based on the results of this study concluded that the use of
land to be converted into oil palm plantations can improve the welfare of people in the area
Seruyan District, Central Kalimantan.

1. PENDAHULUAN

Kegiatan konversi lahan hutan menjadi perkebunan sawit mampu memberikan manfaat bagi
masyarakat. Salah satu manfaat yang paling penting adalah kegiatan perkebunan sawit akan menyerap
tenaga kerja, dengan kata lain membuka lapangan kerja bagi penduduk setempat maupun bagi para
pencari kerja yang berasal dari luar daerah. Para pekerja akan mendapatkan penghasilan dengan bekerja
di perkebunan sawit. Hal ini mendorong munculnya aktivitas kegiatan ekonomi di luar dari kegiatan
langsung perkebunan sawit, sehingga penduduk yang bekerja pada usaha baru ini mendapatkan
penghasilan di luar kegiatan perkebunan sawit.Pendapatan ini sering disebut dengan pendapatan
derivatif. Pada sisi lain, keberadaan perkebunan sawit memberikan manfaat dalam bentuk pelayanan
sosial kepada masyarakat disekitarnya sebagai bentuk kepedulian petani perkebunan sawit. Dengan
adanya perkebunan sawit, masyarakat dapat memperoleh fasilitas sosial tersebut (Belcher, et al., 2005;
Butler, 2009; Dallinger, 2011; Basiron, 2012).Kegiatan perkebunan sawit juga dapat menimbulkan
kerugian bagi masyarakat.Apalagi jika kegiatan perkebunan sawit dilakukan dengan mengkonversi
kawasan hutan. Oleh karena dari aspek sosial ekonomi, maka komponen biaya dengan adanya kegiatan
perkebunan sawit adalah terkait dengan opportunity cost, yaitu hilangnya kegiatan ekonomi penduduk
setempat, terutama bagi penduduk yang memetik hasil hutan sebagai sumber kehidupan ekonominya
karena hutan dikonversi dengan perkebunan sawit.

Aspek lain yang terkait dengan biaya lingkungan kegiatan perkebunan sawit adalah komponen
kesehatan masyarakat. Keberadaan tanaman sawit akan mengubah rona lingkungan, bahkan
digunakannya zat-zat anorganik berupa pupuk untuk kegiatan perkebunan sawit akan menimbulkan
gangguan kesehatan pada masyarakat yang berda di sekitarnya.Perkebunan sawit di Kabupaten
Seruyan, pada tahap pengembangannya sudah tidak sepenuhnya dikelola oleh perusahaan besar swasta
(PBS).Sejak Tahun 2007, masyarakat sudah mengelola perkebunan sawit secara swadaya.Berdasarkan
data dari Dinas Perkebunan Kabupaten Seruyan Pada Tahun 2013 tercatat bahwa perkebunan sawit
swadaya mempunyai luasan sekitar 14.173 ha dengan jumlah petani sebanyak 5.311 jiwa.Berdasarkan
data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Seruyan Tahun 2015, tercatat bahwa luasan
perkebunan sawit swadaya menempati luasan sebesar 15.006 ha, dengan produksi sebesar 6.265,57
ton.Rumusan tujuan yang dituangkan dari permasalahan yang telah dikemukakan yakni untuk
mengetahui besar tingkat kelayakan usaha perkebunan sawit swadaya di Kabupaten Seruyan
Kalimantan Tengah.Analisis manfaat-biaya dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi terhadap
penggunaan banyak sumber ekonomi sehingga sumberdaya yang langka tersebut dapat dimanfaatkan
secara efisien.

72
Analisis manfaat - biaya sering dimanfaatkan dalam menentukan kelayakan suatu proyek, sebab dapat
membantu para pengambil keputusan apakah suatu proyek dapat memberikan manfaat yang lebih besar
bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan (Soemarso, 1993; Soekartawi, 1996).Teknik analisis
manfaat – biaya umumnya digunakan untuk memperkirakan arus nilai uang selama umur proyek ke
dalam suatu arus nilai sekarang. Dalam menjalankan analisis terutama pada proyek yang memiliki usia
ekonomis yang relatif lama dan memberikan manfaat serta menyebabkan biayapada saat yang berbeda
- beda, maka cara pandang tentang keberadaan nilai uang menjadi sesuatu yang sangat penting dalam
menentukan kelayakan suatu proyek. Analisis harus dilaksanakan dengan memasukan seluruh
perhitungan variabel manfaat dan biaya dari suatu proyek selama usia proyek yang bersangkutandan
dihitung berdasarkan atas nilai sekarang.Menurut Hufschmids (1992) menjelaskan bahwa di dalam
konteks analisis yang berhubungan dengan aspek lingkungan, maka eksternalitas meliputi
penghitungan manfaat dan biaya terhadap dampak lingkungan dan seluruh dampak lingkungan yang
timbul akibat dari suatu aktivitas.Eksternalitas dapat bersifat memberikan tambahan manfaat
(ekstenalitas positif), serta dapat juga muncul sebagai dampak yang membebani lingkungan atau
dikenal dengan eksternalitas negatif.

Hufschmids (1992) dan Goldman (1977) menambahkan bahwa eksternalitas yang timbul seringkali
diabaikan dan tidak diperhitungkan dalam komponen untuk melakukan analisis kelayakan suatu
kegiatan.Sehingga tidak jarang, dampak kerusakan lingkungan akibat tidak memasukkan aspek
eksternalitas menyebabkan biaya yang sangat besar.Oleh karena itu, eksternalitas harus
diinternalisasikan dalam analisis untuk menentukan kelayakan suatu kegiatan baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun pihak swasta.Pembangunan perkebunan sawit selalu menimbulkan perdebatan
tentang dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Pada satu sisi adanya
pengembangan perkebunan sawit akan menggerakan roda ekonomi suatu daerah. Namun pada sisi
lainnya, adanya ekspansi perkebunan sawit menyebabkan banyak protes dari masyarakat luas dan
menjadi liputan utama dari beberapa media. Dampak negatif terhadap lingkungan yang berhasil
didokumentasikan adalah pembabatan dan alih fungsi hutan menjadi semakin luas, punahnya
keanekaragaman hayati, pencemaran air, erosi dan penipisan unsur hara tanah, dan meningkatnya emisi
karbon sebagai akibat dari pembabatan hutan dan emisi yang melekat pada proses pengolahan buah
sawit (Wakker, 2005; UCS, 2011; Obidzinski,et al., 2012).

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Seruyan dengan mengambil fokus area kawasan perkebunan
sawit swadaya. Lokasi penelitian diambil contoh (sample) secara sengaja dari 3 (tiga) kecamatan, yaitu
Kecamatan Danau Sembuluh, Kecamatan Hanau dan Kecamatan Seruyan Raya.

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer
dikumpulkan melalui survei lapangan, dan wawancara langsung dengan responden. Wawancara
dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner dan alat perekam. (Singarimbun dan
Effendi, 2006; Usman dan Akbar, 2014). Secara geografi, lokasi penelitian pada tiga kecamatan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

73
Gambar1.Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini digunakan Metode Slovin untuk menentukan ukuran sampel. Metode Slovin yang
digunakan pada penelitian ini dengan presisi 7,5% dengan perhitungan menurut Siegel (1990) dan
Setiawan (2007). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut didapatkan jumlah sampel penelitian sebesar
120 orang petani sawit swadaya yang berasal dari masing-masing kecamatan yang terdapat di wilayah
Kabupaten Seruyan.Variabel manfaat dan biaya perkebunan sawit dalam penelitian ini mengacu pada
Pahan (2008) dan Manurung (2001). Metode analisis penelitian berupa perhitungan Net Present Value
(NPV), Benefit Cost Rasio (B/C Ratio) dan Internal Rate of Return (IRR) yang mengacu kepada
perhitungan Abelson (2003); Yani (2011);Gittinger (1982); dan Kadariah, dkk (1999).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis manfaat-biaya meliputi manfaat-biaya finansial, lingkungan, sosial ekonomi dan total. Berikut
ini adalah hasil perhitungan manfaat-biaya total perkebunan sawit yang mengintegrasi aspek finansial,
lingkungan dan sosial ekonomi di Kabupaten Seruyan.

74
Tabel 1. NPV Pada Aspek Finansial, Lingkungan dan Sosial Ekonomi

Lokasi Penelitian Finansial Lingkungan Sosial Ekonomi Total


Kec Danau Sembuluh 1.938.348.089,14 -1.489.131.636,36 892.909.090,91 386.046.725,50
Kec Seruyan Raya -113.176.502,55 -849.798.090,91 429.986.363,64 4.154.075.770,17
Kec Hanau 6.350.192.596,98 9.547.784.272,73 4.312.213.636,36 1.071.568.960,62

Berdasarkan hasil perhitungan secara parsial telah memperlihatkan bahwa tiap lokasi pada aspek
finansial, lingkungan dan sosial ekonomi mampu memberikan manfaat yang signifikan memberikan
keuntungan dan adapula yang tidak signifikan atau tidak menguntungkan. Pertimbangan ketiga aspek
ini yang seringkali menjadi justifikasi para petani dan pemerintah untuk melakukan konversi areal
hutan menjadi areal perkebunan sawit. Pada aspek finansial terlihat bahwa pada lokasi kecamatan
Seruyan Raya memiliki NPV yang bernilai negatif. Hal ini dapat diartikan bahwa rencana usaha
perkebunan sawit yang akan dijalankan dipandang tidak menguntungkan dan memiliki resiko. Pada
aspek lingkungan terlihat bahwa pada lokasi kecamatan Danau Sembuluh memiliki NPV yang bernilai
negatif. Hal ini dapat diartikan bahwa manfaat rencana usaha perkebunan sawit dengan cara
mengkonversi lahan hutan lebih kecil dibandingkan nilai kerugian dan dampak lingkungan yang
ditimbulkan. Sedangkan pada aspek sosial ekonomi dan aspek total memberikan NPV yang bernilai
positif yaitu rencana usaha perkebunan sawit baik dari aspek finansial, lingkungan maupun sosial
ekonomi memberikan keuntungan pada masyarakat petani sehingga akan tercipta kesejahteraan
masyarakat.

Tabel 2.B/C Ratio Pada Aspek Finansial, Lingkungan dan Sosial Ekonomi

Lokasi Penelitian Finansial Lingkungan Sosial Ekonomi Total


Kec Danau Sembuluh 1,906 0,958 1,725 1,127
Kec Seruyan Raya 1,036 0,905 1,683 1,704
Kec Hanau 2,640 1,669 2,621 1,145

Berdasarkan hasil perhitungan secara parsial telah memperlihatkan bahwa tiap lokasi pada aspek
finansial, lingkungan dan sosial ekonomi mampu memberikan manfaat yang signifikan. Namun apabila
dilihat dari aspek lingkungan ada wilayah di Kabupaten Seruyan yang memiliki nilai B/C Ratio tidak
signifikan. Hal ini dapat diartikan bahwa lahan perkebunan hasil konversi dari lahan hutan pada lokasi
tersebut tidak sesuai untuk dijadikan usaha perkebunan sawit. Sedangkan pada aspek sosial ekonomi,
B/C Ratio memiliki nilai yang signifikan. Signifikan dalam arti yaitu mampu memberikan keuntungan
bagi mayarakat petani sehingga terbentuk kesejahteraan antar masyarakat.

75
Tabel 3.IRR Pada Aspek Finansial, Lingkungan dan Sosial Ekonomi

Lokasi Penelitian Finansial Lingkungan Sosial Ekonomi Total


Kec Danau Sembuluh 90,640 -4,212 72,529 12,698
Kec Seruyan Raya 3,640 -9,473 68,275 70,368
Kec Hanau 163,989 66,925 162,055 14,515

Berdasarkan hasil perhitungan secara parsial telah memperlihatkan bahwa tiap lokasi aspek finansial,
lingkungan dan sosial ekonomi memberikan manfaat yang signifikan dan tidak signifikan. Secara aspek
finansial, pada lokasi kecamatan Seruyan Raya memiliki nilai IRR di bawah suku bunga pinjaman bank
10%. Secara sederhana nilai IRR ini dapat diartikan bahwa perkebunan sawit swadaya mampu
menghasilkan pendapatan yang kecil sehingga lebih baik dana modal didepositokan di bank agar
memperoleh manfaat. Sedangkan pada aspek sosial ekonomi, IRR pada semua lokasi memiliki nilai
yang signifikan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa perkebunan sawit swadaya mampu
menghasilkan pendapatan untuk kesejahteraan masyarakat.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan usaha yang dilakukan pada aspek manfaat-biaya finansial,
lingkungan dan sosial ekonomi diperoleh hasil perhitungan secara keseluruhan yang positif. Hasil
perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa perkebunan sawit yang diadakan secara swadaya oleh
masyarakat di Kabupaten Seruyan adalah layak pada aspek finansial, lingkungan maupun sosial
ekonomi. Namun secara parsial pada aspek finansial, lingkungan dan sosial ekonomi masih terdapat
beberapa lokasi yang tidak signifikan. Dengan adanya hasil tersebut, maka dapat dijadikan tolok ukur
masyarakat untuk dapat mengajukan ke pemerintah setempat agar diberikan kewenangan secara jelas
untuk mengkonversi lahan hutan menjadi lahan perkebunan sawit. Sehingga akan memberikan dampak
yang baik bagi perekonomian masyarakat Kabupaten Seruyan. Selain itu, pemerintah juga berperan
penting dalam menjaga kelestarian lingkungan ekosistem lahan dengan cara memberikan penyuluhan
terkait pengolahan lahan dan memberikan kemudahan untuk petani perkebunan sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Abelson, P. 2003. Laporan Spesifikasi Teknis Penyusunan Neraca dan Valuasi Ekonomi Sumberdaya
Alam Pesisir dan Laut.Pusat Survei Alam Laut
Bakosurtanal.Http://www.scrbd.com/doc/41805763/PenyusunanNeraca dan Valuasi-
Ekonomi-sbrdyalam-pesisirdanlaut. DiaksesTanggal 4 April 2015.
Basiron, Y. 2012. Driver and Challenges in The Plantation Industry in The Next Decade. Planter. 88
(1036): 473-484.
Belcher, B., Rujehan, N. Imang and R. Achdiawan. 2005. Rattan, Rubber or Oil Palm: Cultural and
Financial Considerations for Farmer in Kalimantan. Econ.Bon. 58: 577-587.
Butler, R.A. 2009. Dampak Sosial dari Kelapa Sawit di Borneo.http://www.trulvioaia.com.

76
Dallinger, J. 2011. Oil Palm Development in Thailand: Economic, Social and Environmental
Considerations. Tren and Implication for Local Communities and Indigenous People. Asia.
Gittinger, J. P. 1982. Economic Analyasis of Agricultural Projects, Edisi ke-2. The Johns Hopkins
Univesity Press. Baltimore.
Goldman, M. 1977.The Convergences of Environmental Disruption. Economics OfEnvironmen.
Norton. New York.
Hufschmidt, M. 1992.Lingkungan, SistemAlamidan Pembangunan: PedomanPenilaianEkonomis.
Terjemahan, CetakanKedua. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Kadariah, L. Karlina, dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. FE Universitas Indonesia.
Jakarta.
Mangkoesoebroto, G. 1998.EkonomiPublik. BPFE.Yogyakarta.
Manurung, E.G.T. 2001.AnalisaValuasiEkonomiInvestasi Perkebunan Sawit Indonesia.Environment
Policy and Institutional Strengthening IQC (EPI). Jakarta.
Obidzinski, K., R. Andriani, H. Komarudin, and A. Andrianto. 2012. Environmental And
SocialImpacts Of Oil Palm Plantations And Their Implications For Biofuel Production In
Indonesia.Journal Ecology and Society.17(1).
Pahan, I. 2008. KelapaSawit: ManajemenAgribisnisdariHuluHinggaHilir. PenebarSwadaya. Jakarta.
Setiawan. 2007. Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie-Morgan :
Telaah Konsep dan Aplikasi. Diskusi Ilmiah Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan
Unpad.
Siegel, S. 1990. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT. Gramedia. Jakarta.
Singarimbun, M., dan S. Effendi. 2006. MetodePenelitianSurvei. LP3ES. Jakarta.
Soekartawi.1996. PanduanMembuatUsulanProyekPertaniandanPedesaan.Yogyakarta.
Soemarso. 1993. EvaluasiProyek. RinekaCipta. Jakarta.
UCS. 2011. The Root Of The Problem: What’s Driving Tropical Deforestation Today? Palm
Oil.Chapter6.http://www.ucsusa.org/assets/documents/global_warming/UCS_RootoftheProb
lem_Driversf. Deforestation_ FullReport.pdf
Usman, H., dan P.S. Akbar. 2014. MetodologiPenelitianSosial.BumiAksara. Jakarta.
Wakker, E. 2005.Greasy Palms: The Social And Ecological Impacts Of Large-Scale Oil Palm
Plantation Development In Southeast Asia. Friends Of The Earth UK.
http://www.foe.co.uk/resource/reports/greasy_palms_ impacts.pdf.
Yani, A. 2011. Penilaian Ekonomi Kawasan Hutan di Indonesia: Pendekatan Dalam Penentuan
Kelayakan Luas Areal Perkebunan sawit (Studi Kasus Di Kabupaten Melawi, Kalimantan
Barat). Disertasi.Universitas Indonesia. Jakarta.

77

Anda mungkin juga menyukai