Anda di halaman 1dari 2

RESUME SEJARAH

NAMA : MUHAMMAD ARIF NASYRUL HUDA


KELAS : XI MIPA 2
NO ABSEN : 13

PIAGAM JAKARTA & PROKLAMASI

Piagam Jakarta

Piagam Jakarta atau Jakarta Charter adalah salah satu piagam yang berusia sangat tua.
Piagam Jakarta sendiri merupakan hasil dari musyawarah panitia 9 yang merupakan bagian dari
BPUPKI. Penyusunan Piagam Jakarta terjadi pada bulan Juni 1945. Panitia 9 sendiri terdiri dari
8 orang muslim serta 1 orang kristiani. Mereka berhasil menyusun sebuah rancangan yang kelak
di kenal sebagai Pembukaan UUD 1945. Saat proses perumusan terdapat berbagai perbedaan
baik pendapat maupun cara pandang dari tokoh-tokoh tersebut.

Salah satu konflik yang terjadi yaitu adanya protes dari rakyat bagian timur yang
sebagian besar mereka non muslim merasa keberatan dengan adanya kalimat “Ketuhanan,
dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal tersebut memicu
ketegangan. Akhirnya Ir. Soekarno berinisiatif untuk membujuk Ki Bagus agar menghilangkan
kalimat “menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya”, setelah melalui perdebatan
panjang akhirnya Ki Bagus bersedia mengganti kalimat tersebut dengan kalimat “ Ketuhanan
yang maha esa”.

Proklamasi

Teks proklamasi dirumuskan oleh Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Ahmad Soebarjo di
rumah Laksamana Tadashi Maeda.
Terdapat 2 pandangan ketika perumusan proklamasi tentang kalimat pemindahan
kekuasaan yaitu :
1. Pandangan saat penyusunan yakni tentang adanya urusan antara Jepang dengan sekutu.
2. Internal yakni pasca kemerdekaan, sebab banyak kerajaan-kerajaan di berbgai daerah
yang memproklamirkan dirinya sebagai bagian dari negara Indonesia.
Proses penyusunan teks proklamasi:
Pada tanggal 16 Agustus 1945 Ahmad Soebarjo dating ke rengasdengklok setelah tau bahwa
Soekarno dan Hatta diasingkan disana. Kemudian setelah menjemput Soekarno dan Hatta
mereka lekas pergi ke rumah laksamana Tadashi Maeda (perwira jepang yang pro Indonesia).
Kemudian mereka merumuskan teks proklamasi. Pada saat selesai perumusan teks
proklamasi, teks tersebut dibiarkan begitu saja dirumah laksamana Tadashi Maeda. Namun
B.M Diah mengetahuinya dan langsung memungut teks tersebut. Setelah teks tersebut
disepakati, kemudian teks tersebut diketik oleh Sayuti Melik dan kemudian ditanda tangani
oleh Soekarno dan Hatta.

Anda mungkin juga menyukai