Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana

“Sistem Pelayanan Gawat Darurat”

Dosen Pengampu :

Ns. Asnah, S.Kep.,M.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 7

Alvina Nordiana Putri P07220119105

Mega Lestari P07220119131

Rafika Atifah P07220119134

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

TAHUN AJARAN

2021
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah serta mulia diucapkan hanyalah memuji syukur
kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Taufik-Nya jualah sehingga kami sempat
merampungkan satu tulisan sederhana yang berisi tentang “Sistem Pelayanan Gawat
Darurat”.

Kami menyadari bahwa materi yang disajikan dalam tulisan ini merupakan
perpaduan dari berbagai referensi yang kami dapatkan, baik dari dosen maupun dari
media cetak maupun media elektronik lainnya.Kami berharap agar materi yang disajikan
dapat bermanfaat bagi siswa-siswa lain untuk dijadikan sebagai salah satu sumber ilmu
pengetahuan.Oleh karenanya, kami sampaikan kepada pembaca bahwa dalam tulisan ini
masih banyak terdapat kekurangan.

Dengan demikian, kami sangat mengharapkan kritik, saran,serta tanggapan yang


sifatnya membangun. Tak ada gading yang tak retak, tiada laut yang tidak berombak.

Balikpapan, 12 Januari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
C. Sistematika Penulisan..........................................................................................2
BAB II................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................3
A. Definisi................................................................................................................3
B. Tujuan Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat...................3
C. Strategi dalam Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat.......4
D. Ruang Lingkup Pelayanan Gawat Darurat..........................................................4
E. Sasaran Standar Penerapan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat..................5
F. Macam-macam Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu................................6
G. Dasar Hukum Pelayanan Gawat Darurat.............................................................8
H. Fase Pada Manajemen Bencana........................................................................10
I. Peran Perawat dalam Manajemen Bencana.......................................................11
J. Alat Perlindungan Diri dalam Manajemen Bencana..........................................12
BAB III.............................................................................................................................14
PENUTUP........................................................................................................................14
A. Kesimpulan........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam manajemen bencana ada dua kegiatan besar yang dilakukan :


Pertama ; pada saat sebelum bencana (pre event) berupa kesiapsiagaan
menghadapi bencana (disaster preparedness) dan pengurangan resiko bencana
(disaster mitigation), Kedua ; kegiatan tanggap bencana (emergency response)
dan kegiatan pemulihan akibat bencana (disaster recovery). Berdasar realitas,
kita selama ini banyak melakukan kegiatan pasca bencana berupa kegiatan
tanggap darurat dan pemulihan (recovery) akibat bencana, tapi sangat sedikit
sekali perhatian terhadap kegiatan untuk kesiapsiagaan pra bencana dan
pengurangan resiko bencana. Kegiatan-kegiatan yang dapat dikategorikan
sebagai bagian dari kesiapsiagaan dan pengurangan resiko bencana adalah :
Kegiatan pendidikan kesadaran bencana (disaster awareness), Pelatihan
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, Penyiapan Teknologi Tahan/Siaga
Bencana, Membangun Sistem Sosial yang tanggap bencana dan Perumusan
Kebijakan Penanggulangan Bencana secara komprehensif dan terpadu. Kegiatan-
Kegiatan diatas tersebut tentunya harus melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan. Dan salah satu pihak tersebut adalah masyarakat di lingkungan
yang rawan bencana. Termasuk di dalam masyarakat adalah komunitas tenaga
medis dan paramedis yang menjadi bagian masyarakat. Karena mereka paham
bagaimana menyiapkan sistem kesiapsiagaan menghadapi bencana dan mereka
memiliki bekal pengetahuan-ketrampilan teknis medis yang bisa didayagunakan
dalam penanggulangan korban gawat darurat pasca bencana Bencana menjadi
tanggung jawab seluruh komponen masyarakat dan pemerintah maupun swasta.
Namun dalam pelaksanaannya menolong korban haruslah secara tepat dan cepat,
selain itu juga diperlukan koordinasi yang bagus. Diperlukan skill dan

1
pengetahuan yang cukup tentang penanganan pertama disamping pengetahuan
medan bencana serta komunikasi yang terpadu dalam menolong korban bencana

B. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan Definisi Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu


2. Menjelaskan Tujuan Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Gawat
Darurat
3. Menjelaskan Strategi dalam Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan
Gawat Darurat
4. Menjelaskan Ruang Lingkup Pelayanan Gawat Darurat
5. Menjelaskan Sasaran Standar Penerapan Pelayanan Keperawatan Gawat
Darurat
6. Menjelaskan Macam-macam Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu
7. Menjelaskan Dasar Hukum Pelayanan Gawat darurat
8. Menjelaskan Fase Pada Manajemen Bencana
9. Menjelaskan Peran Perawat dalam Manajemen Bencana
10. Menjelaskan Alat Perlindungan diri

C. Sistematika Penulisan

Penulis membagi penulisan asuhan keperawatan ini menjadi 3 bab, yang terdiri
dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
BAB III : PENUTUP

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu adalah suatu jejaring sumber daya
yang saling berhubungan untuk memberikan pelayanan gawat darurat dan
transportasi kepada penderita yang mengalami kecelakaan atau penyakit
mendadak. Pelayanan gawat darurat modern dimulai dari tempat kejadian,
berlanjut selama proses transportasi dan disempurnakan di fasilitas kesehatan.
Bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan
kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan
dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar
biasa dari pihak luar (Depkes RI). Manajemen bencana (Disaster Management)
adalah Adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan
penanggulangan bencana pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana
mencakup tanggap darurat, pemulihan, pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan.

B. Tujuan Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat


Adapun tujuan penerapan standar pelayanan keperawatan gawat darurat adalah
sebagai berikut :

1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas mutu pelayanan keperawatan gawat darurat di
UGD sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SPO)
2. Tujuan Khusus
a. Adanya perencanaan dalam pemberian pelayanan keperawatan gawat
darurat
b. Adanya peroraganisasian pelayanan keperawatan gawat darurat

3
c. Adanya implementasi/pelaksanaan pelayanan keperawatan gawat
darurat
d. Adanya asuhan keperawatan gawat darurat
e. Adanya pembinaan pelayanan keperawatan gawat darurat
f. Adanya pengendalian mutu dalam pelayanan keperawatan gawat
darurat.

C. Strategi dalam Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat

Untuk mencapai hasil yang maksimal terhadap starndar pelayanan keperawatan


gawat darurat yang diterapkan di sebuah rumah sakit, maka pihak rumah sakit
harus memiliki strategi, antara lain yaitu :

1. Memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) dengan tingkat pengetahuan dan


keterampilan yang terstandar dalam pemberian pelayanan keperawatan
gawat darurat sehingga dapat dioptimalkan fungsinya sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya.
2. Tersedianya sarana dan prasarana rumah sakit yang standar dalam
pelayanan keperawatan gawat darurat .
3. Meningkatkan kerja sama tim.
4. Meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial pelayanan keperawatan
gawat darurat.

D. Ruang Lingkup Pelayanan Gawat Darurat


Ruang lingkup pelayanan gawat darurat dapat dibagi menjadi empat bagian
antara lain yaitu:
1. Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Level I di rumah sakit: merupakan
pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan pertama pada
pasien gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya penyelamatan jiwa,
mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum dirujuk.
2. Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Level II di rumah sakit: merupakan
pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan pertama pada

4
pasien gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya penyelamatan jiwa,
mengurangi kecacatan, kesakitan pasien sebelum dirujuk, menetapkan
diagnosis dan penanggulangan kasus-kasus kegawatdaruratan.
3. Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Level III di rumah sakit: merupakan
pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan pertama
gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya penyelamatan jiwa,
mengurangi kecacatan, kesakitan pasien sebelum dirujuk, menetapkan
diagnosis dan penanggulangan kasus-kasus kegawatdaruratan, serta
pelayanan keperawatan gawat darurat spesialistik (4 besar spesialis seperti
Anak, Maternitas, Bedah, dan Penyakit Dalam).
4. Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Level IV di rumah sakit: merupakan
pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan pertolongan pertama
gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya penyelamatan jiwa,
mengurangi kecacatan, kesakitan pasien sebelum dirujuk, menetapkan
diagnosis dan penanggulangan kasus-kasus kegawatdaruratan, serta
pelayanan keperawatan gawat darurat spesialistik (4 besar spesialis seperti
Anak, Maternitas, Bedah, dan Penyakit Dalam), ditambah dengan pelayanan
keperawatan gawat darurat sub spesialistik.

E. Sasaran Standar Penerapan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat


Sasaran dalam menetapkan standar penerapan pelayanan keperawatan gawat
darurat adalah :

1. Pengelola pelayanan kesehatan di rumah sakit


2. Pengelola pelayanan keperawatan di Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten/Kota
3. Tenaga kesehatan khusunya perawat yang bertugas di Instalasi Gawat
Darurat (IGD)
4. Organisasi profesi kesehatan khususnya PPNI

5
5. Institusi pendidikan keperawatan dan institusi pendidikan kesehatan
lainnya.

F. Macam-macam Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu

SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait
yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit – di Rumah Sakit – antar Rumah
Sakit dan terjalin dalam suatu sistem. Prinsip dari SPGDT adalah memberikan
pelayanan yang cepat, cermat, dan tepat bertujuan untuk menyelamatkan nyawa
dan mencegah kecacatan.

Ada 3 fase pelayanan yaitu :


1. Sistem pelayanan pra rumah sakit
Rentang kondisi pra rumah sakit dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
sehingga sangat diperlukan peran serta bantuan masyarakat dan petugas
kesehatan, tindakan yang dapat anda lakukan untuk penanganan kondisi
kegawatdaruratan antara lain:
a. Menyingkirkan benda-benda berbahaya di sekitar korban
b. Menentukan kondisi korban serta memberikan pertolongan pertama
sebelum petugas yang lebih kompeten datang.
c. Melakukan fiksasi atau stabilisasi sementara
d. Melakukan evakuasi yaitu korban dipindahkan ke tempat yang lebih
aman atau sarana pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kondisi
korban.
2. Sistem pelayanan di rumah sakit
Pada tahap ini tindakan pertolongan terhadap korban dilakukan oleh petugas
kesehatan dalam sebuah tim dengan multi disiplin ilmu. Tujuan pertolongan
yang anda berikan di rumah sakit adalah:
a. Memberikan pertolongan profesional pada korban
b. Memberikan bantuan hidup dasar dan lanjut.
c. Melakukan stabilisasi dan pertahankan hemodinamik secara akurat

6
d. Melakukan rehabilitasi agar produktivitas korban pasca perawatan di
rumah sakit dan pulang kembali dapat setara seperti sebelum terkena
musibah atau bencana.
e. Memberikan pendidikan kesehatan kepada korban atau keluarga korban.

Hal-hal yang diperlukan untuk memberikan pelayanan medis di rumah sakit


sesuai dengan kewenangan masing-masing yaitu:

a. Pada pelayanan di rumah sakit diperlukan sarana, prasarana, UGD, HCU,


ICU, kamar jenazah, unit penunjang lain : radiologi, laboratorium klinik,
farmasi, gizi, ruang rawat inap dan lain-lain.
b. Rumah sakit memerlukan “Hospital Disaster Plan”, (perencanaan dari
suatu rumah sakit untuk menghadapi kejadian bencana) baik perencanaan
untuk bencana yang terjadi di dalam rumah sakit (intra hospital disaster
plan) dan perencanaan rumah sakit dalam menghadapi bencana yang
terjadi di luar rumah sakit (extra hospital disaster plan).
c. Pelayanan di UGD adalah pelayanan pertama bagi kasus gawat darurat
yang memerlukan organisasi yang baik, SDM yang baik dan terlatih dan
mengikuti perkembangan teknologi pada pelayanan medis.
d. Brigade Siaga Bencana yang berada di rumah sakit adalah satuan tugas
khusus terutama untuk memberi pelayanan medis pada saat kejadian
bencana yang terjadi di rumah sakit maupun di luar rumah sakit. Juga
pada kejadian lain yang menyebabkan korban massal.
e. Penunjang diagnostik dan penunjang dalam pengobatan terdiri dari
berbagai sarana dan prasarana yang merupakan pendukung dalam
pelayanan gawat darurat sehari-hari maupun dalam keadaan bencana.
f. Transportasi intra hospital adalah kegiatan pendukung untuk pelayanan
gawat darurat yang perlu mendapat perhatian untuk memberikan
pelayanan antar unit pelayanan (UGD, HCU, ICU, kamar bedah)

7
diperlukan prosedur, peralatan dan SDM yang memiliki pengetahuan
cukup.
g. Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin
peningkatan kemampuan SDM, kontinuitas dan peningkatan pelayanan
medis.
3. Sistem pelayanan medik antar rumah sakit
a. Jejaring rujukan dibuat berdasarkan kemampuan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan baik dari segi kuantitas kemampuan menerima
pasien maupun kualitas pelayanan yang dihubungkan dengan
kemampuan SDM dan kesediaan fasilitas medis maupun perkembangan
teknologi.
b. Evakuasi adalah transportasi yang utamanya ditujukan dari rumah sakit
lapangan menuju rumah sakit rujukan atau transportasi antar rumah sakit
dikarenakan adanya bencana yang terjadi pada suatu rumah sakit dimana
pasien harus dievakuasikan ke rumah sakit lain.
c. Koordinasi dalam pelayanan terutama pelayanan rujukan diperlukan
pemberian informasi keadaan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan
sebelum pasien ditransportasikan ke rumah sakit tujuan.

Keberhasilan penanggulangan pasien gawat darurat tergantung dari


terlaksananya 4 kecepatan yaitu:

a. Kecepatan ditemukannya adanya pasien gawat darurat


b. Kecepatan tindakan dan respon petugas
c. Kemampuan dan kualitas petugas
d. Kecepatan permintaan tolong

G. Dasar Hukum Pelayanan Gawat Darurat

Dasar hukum pemberian pelayanan kegawatdaruratan diatur dalam Undang-


Undang sebagai berikut:

8
1. Undang-Undang Nomor 38 tentang Keperawatan Tahun 2014 pasal 35 yaitu:
a. Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, perawat
dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai
kompetensinya.
b. Pertolongan pertama pada ayat 1 bertujuan untuk menyelamatkan klien
dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
c. Keadaan darurat pada ayat 1 merupakan keadaan yang mengancam
nyawa atau kecacatan klien.
d. Keadaan darurat sebagaimana dimaksud ayat 1 ditetapkan oleh perawat
sesuai hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana.
4. Undang-Undang Keperawatan Pasal 35 ayat (1) menyebutkan bahwa dalam
keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, perawat dapat
melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan
kompetensinya, ayat (2) mengatakan pertolongan pertama sebagaimana
dimaksud ayat (1) bertujuan untuk menyelamatkan nyawa klien dan
mencegah kecacatan lebih lanjut, ayat (3) menjabarkan lebih lanjut bahwa
keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan
yang mengancam nyawa dan kecacatan klien dan ayat (4) bahwa keadaan
darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh perawat sesuai
dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1144 tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1045/2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.

9
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/XII/2003 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten Kota.
9. Kepmenkes RI Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.
10. Kepmenkes RI Nomor 145/Menkes/SK/IX/2007 tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Gawat Darurat dan Bencana.

H. Fase Pada Manajemen Bencana


1. Fase Mitigasi
Mitigasi merupakan kegiatan mengurangi resiko dan potensi kerusakan
akibat keadaan darurat. Mitigasi mencakup pendidikan kepada public,
tindakan untuk menyiapkan bencana pada individu, keluarga, dan komunitas.
Mitigasi yang dilakukan adalah dengan pembangunan struktural dan non
struktural di daerah rentan bencana alam. Tindakan mitigasi struktural
contohnya dengan pemasangan sistem informasi peringatan dini tsunami.
Mitigasi non struktural adalah penataan ulang tata ruang area rentan bencana
2. Fase Kesiapsiagaan dan Pencegahan (Prevension phase)
Fase kesiapsiagaan adalah fase persiapan yang baik dengan berbagai
tindakan untuk meminamalisir kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya
bencana dan menyusun perencanaan agara dapat melakukan kegiatan
pertolongan serta perawatan yang efektif saat terjadi bencana. Contohnya
pemetaan daerah rawan bencana gempa, regionalisasi daerah bencana
gempa, penetapan daerah yang menjadi wilayah basis pencapaian lokasi
bencana gempa, serta penetapan daerah lokasi evakuasi saat dilakukan
penanganan korban gempa bumi.

10
3. Fase Tindakan

Fase tindakan merupakan fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang
nyata untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Tujuan dari fase
tindakan adalah mengontrol dampak negatif dari bencana. Aktivitas yang
dilakukan: instruksi pengungsiaan; pencarian dan penyelamatan korban;
menjamin keamanan dilokasi bencana; pengkajian terhadap kerugian akibat
bencana; pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi
darurat; pengiriman dan penyerahan barang material; dan menyediakan
tempat pengungsian.

4. Fase Pemulihan
Fase pemulihan merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan
kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti kondisi
sebelumnnya. Pada fase ini orang-orang mulai melakukan perbaikan darurat
tempat tinggal, mulai sekolah atau bekerja, memulihkan lingkungan tempat
tinggalnya.
5. Fase Rehabilitasi
Fase Rehabilitasi merupakan fase dimana individu atau masyarakat berusaha
mengembalikan fungsinya seperti sebelum bencana dan merencanakan
rehabilitasi terhadap seluruh komunitas.

I. Peran Perawat dalam Manajemen Bencana

1) Peran perawat dalam fase Pre-impact


a. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam penanggulangan ancaman
bencana
b. Terlibat dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi bencana kepada masyarakat
c. Terlibat dalam promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan
masyarakat menghadapi bencana melalui :
1. Pertolongan diri sendiri

11
2. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga
3. Informasi menyimpan, membawa persediaan makanan, dan
penggunaan air
4. Memberi alamat dan nomor telepon darurat
2) Peran perawat dalam fase Impact
a. Bertindak cepat
b. Konsentrasi penuh
c. Bersama pihak terkait merancang revitalizing
3) Peran perawat dalam fase Post-impact
Bekerja sama dengan unsur lintas sector menangani masalah kesehatan
masyarakat pasca gawat darurat serta mempercepat pemulihan

J. Alat Perlindungan Diri dalam Manajemen Bencana

Saat memberikan pertolongan dilengkapi dengan peralatan yang dikenal sebagai


Alat Perlindungan Diri antara lain :

1. Sarung tangan lateks


Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan penyakit
maka selalu gunakan sarung tangan steril/bersih sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan penderita.
2. Kacamata pelindung
Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam tubuh
manusia.
3. Baju pelindung
Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya cairan tubuh melalui
pakaian.
4. Masker penolong
Mencegah penularan penyakit melalui udara.
5. Masker resusitasi jantung paru
Masker yang digunakan umtuk memberikan bantuan napas

12
6. Helm
Sering terjadi resiko adanya benturan pada kepala meningkat, maka anda
bisa menggunakan helm.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu adalah suatu jejaring sumber daya
yang saling berhubungan untuk memberikan pelayanan gawat darurat dan
transportasi kepada penderita yang mengalami kecelakaan atau penyakit
mendadak.

14
DAFTAR PUSTAKA

Karohwati, H. (t.thn.). xdocs. Dipetik Januari 12, 2021, dari Sistem Pelayanan Gawat
Darurat Terpadu Kelompok 7: https://xdocs.pl/doc/sistem-pelayanan-gawat-
darurat-terpadu-kel-7docx-loyw2kgrpw83
Kurniati, A. (2015, April 29). modul 1 PPGD DAN TAGANA: Sistem Pelayanan Gawat
Darurat Terpadu dan Penilaian Awal. Diambil kembali dari slideshare:
https://www.slideshare.net/mobile/pjj_kemenkes/kb-2-sistem-pelayanan-gawat-
darurat-terpadu-spgdt-47568933
Nusdin, S. N. (t.thn.). Keperawatan Gawat Darurat (ebook). Jaka Media Publishing .

15

Anda mungkin juga menyukai