DISUSUN OLEH
INDAH SHOFYANAH
2017.01.005
DISUSUN OLEH
INDAH SHOFYANAH
2017.01.005
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Dosen Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmatNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan yang berjudul
“Laporan Kasus Gawat Darurat Pada Tn.B Dengan Diagnosa Medis Apendisitis
Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit William Booth Surabaya”.
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai laporan yang
harus di kerjakan dan dibuat setelah melakukan praktik di lapangan dan
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan keperawatan dewasa.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah mendukung dan memotivasi penulis sehingga laporan ini dapat
selesai dengan baik. Dalam penyusunan, penulis dapat banyak pengarahan dari
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Aristina Halawa, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Stikes William Booth
Surabaya.
2. Hendro Djoko Tj., M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku Kepala Program Studi S1
Keperawatan.
3. Wijar Prasetyo, S.Kep.,Ns.,MAN selaku Dosen Pembimbing.
4. Teman teman S1 keperawatan angkatan 8.
Dalam penyelesaian laporan ini, Penulis berusaha sebaik mungkin
membaca literature, konsultasi dengan pembimbing dan narasumber lain.
Penulis menyadari Asuhan Keperawatan ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan laporan ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Diabetes Mellitu ……............................................ 5
2.2 Konsep Dasar Hipoglikemi pada pasien DM ................................ 9
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan …………………………… 13
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian .................................................................................... 18
3.2 Analisa Data ……………………………………………………. 29
3.3 Diagnosa Keperawatan ................................................................ 31
3.4 Intervensi Keperawatan ……………………………………....... 32
3.5 Implementasi Keperawatan .......................................................... 37
3.6 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 40
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian .................................................................................. 42
4.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................. 43
4.3 Intervensi Keperawatan ............................................................. 44
4.4 Implementasi Keperawatan ....................................................... 45
4.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................... 46
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 47
5.2 Saran ......................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium
(Mansjoer, 2009).
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Nyeri akan beralih ke
kuadran kanan bawah dalam 2-12 jam, yang akan menetap dan diperberat bila
berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam
yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-
kadang terjadi diare, mual dan muntah (Mansjoer, 2009). Tindakan
pengobatan terhadap apendisitis dapat dilakukan dengan cara operasi. Operasi
apendiks dilakukan dengan cara apendiktomy yang merupakan suatu tindakan
pembedahan membuang apendiks. Adapun respon yang timbul setelah
tindakan apendiktomy untuk kerusakan jaringan dan rusaknya ujung – ujung
syaraf yang memyebabkan timbul masalah keperawatan kerusakan intergritas
jaringan (Aribowo, H & Andrifiliana, 2011).
Kerusakan intergritas jaringan akibat efek operasi apendiktomy yaitu
salah satu masalah keperawatan yang muncul pada klien post operasi
apendisitis dapat diatasi oleh tugas perawat dengan cara memantau
perkembangan kerusakan kulit klien setiap hari dengan mencegah
penggunaan linen bertekstur kasar dan jaga agar linen tetap bersih, tidak
lembab, dan tidak kusut. Melakukan perawatan luka secara aseptik 2 kali
sehari dan monitor karakteristik luka meliputi warna, ukuran, bau dan
pengeluaran pada luka. Perawat harus selalu mempertahankan teknik steril
dalam perawatan luka klien (Sjamsuhidajat & De Jong 2011).
2
1. Bagaimana karakteristik keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis Apendisitis?
2. Apa saja diagnosa keperawataan yang muncul pada pasien dengan
diagnosa medis Apendisitis?
3. Apa saja intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Apendisitis?
4. Bagaimana implementasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis Apendisitis?
5. Bagaimana evaluasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Apendisitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan yang baik dan tepat
pada pasien dengan diagnosa medis Apendisitis melalui pendekatan proses
keperwatan yang komprehensif.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Klasifikasi
Sedangkan menurut Sjamsuhidayat dan De (2005), apendisitis
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Apendisitis akut
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat,
disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum lokal. Gejala
apendisitis akut nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri
4
visceral didaerah epigastrium disekitar umbilicus. Keluhan ini sering
disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun.
Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri
dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri
somatic setempat.
2. Apendisitis kronis
Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan
adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang
kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria
mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding
apendiks, sumbatan parsial maupun total lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan adanya sel inflamasi kronik.
Insiden apendisitis kronik. Insiden apendisitis kronik antara 1-5%.
2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya apendisitis dapat terjadi karena adanya makanan
keras yang masuk ke dalam usus buntu dan tidak bisa keluar lagi. Setelah isi
usus tercemar dan usus meradang timbulah kuman-kuman yang dapat
memperparah keadaan tadi (Saydam Gozali, 2011).
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. berbagai hal sebagai faktor
pencetusnya:
1) Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai
faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks
dan cacing askaris.
2) Penyebab lain penyebab apendiks karena parasit seperti E. hystolitica.
3) Penelitian Epidemiologi mengatakan peran kebiasaan makan makanan
yang rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
apendisitis. Konstipasi akan menarik bagian intrasekal, yang berakibat
timbulnya tekanan intrasekal dan terjadi penyumbatan sehingga
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon (R Tsamsuhidajat & Wim
De jong, 2010).
5
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya
obstruksi ini terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab
terbanyak.
b. Adanya fekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktur lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus.
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendiks yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks (Krismanuel, H., 2012).
Jadi, berdasarkan referensi diatas yang menyebabkan terjadinya
apendisitis yaitu disebabkan oleh adanya obstruksi yang diakibatkan juga
karena gaya hidup manusia yang kurang dalam mengkonsumsi makanan
tinggi serat.
6
4. Kadang tidak terjadi nyeri tapi konstipasi.
5. Pada anak biasanya rewel, nafsu makan turun karena focus pada
nyerinya, muntah-muntah, lemah, latergik, pada bayi 80-90% apendisitis
terjadi perforasi (Tsamsuhidajat & Wong de jong, 2010).
Manisfestasi klinis lainya adalah:
1. Nyeri dikuadran kanan bawah disertai dengan demam ringan, dan
terkadang muntah kehilangan nafsu makan kerap dijumpai konstipasi
dapat terjadi.
2. Pada titik Mc Burney (terletak diantara pertengahan umbilicus dan spina
anterior ileum), terasa nyeri tekan local dan kekakuan otot bagian
bawah rektus kanan.
3. Nyeri pantul dapat dijumpai lokasi apendiks menentukan kekuatan
nyeri tekan, spasme otot dan adanya diare atau konstipasi.
4. Jika apendiks pecah, nyeri lebih menyebar abdomen menjadi lebih
terdistensi akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk. (Brunner &
Suddarth, 2014).
Jadi berdasarkan referensi diatas, manisfestasi yang sering muncul pada
kasus apendisitis adalah nyeri namun kadang bisa juga tanpa nyeri namun
terjadinya konstipasi. Pada anak-anak biasanya ditemukan data yaitu nafsu
makan menurun, terjadinya penurunan kesadaran hingga terjadinya
perforasi.
2.5 Patofisiologi
Appendiks terimflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat
atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa dank eras dan fases), tumor,
atau benda asing. Proses imflamasi meninggkatkan intraluminal,
menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif,
dalam beberapa jamterlokalisasi di kuadrat kanan bawah dari abdomen.
Akhirnya appendiks yang terimflamasi menjadi pus. Setelah dilihat penyebab
dari appediksitis adalah adanya obstruksi pada lumen appendikeal oleh
apendikolit, hyperplasia folikel limfoid submukosa, fekalit (material garam
kalsium, debris fekal ) atau parasit (Katz ,2009 ).
7
Kondisi obtruksi akan meningkat kan tekanan intraluminal dan
peningkatan perkembangan bakteri. Hal lain akan terjadi peningkatan kogesif
dan penuruna pada perfusi pada dinding apendiks yang berkelanjutan pada
nekrosis dan imflamasi, maka permukaan eksudat terjadi pada permukaan
serosa apendiks (santacroce,2009)
Dengan selanjutnya proses obtruksi, bakteri akan berproliferasi dan
meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrate pada mukosa
dinding apendiks yang disebut dengan apendisitis mukosa, dengan
manifestasi ketidak nyamanan abdomen.
Sebenarnya tubuh manusia juga melakukan usaha pertahanan untuk
membtasi proses peradangan ini dengan cara menutupi apendiks dengan
omentum dan usus halus sehingga terbentuk massa periapendikular yang
secara salah dikenal dengan istilah infiltrate apendiks berlanjut kondisi
apendiks akan meningkat risiko terjadinya perforasi dan pembentukan massa
periapendikular. perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke
rongga abdomen lalu memberikan respon imflamasi berbentuk periotenum
atau terjadi pada peritonitis. (Tzanakis, 2005)
8
Hyperplasia
WOC Benda asing Tumor apendiks jaringan limfosit
Fekalit Apendiksitis
akut
Obstruksi pada
lumen apendekal Gangguan
Apendisitis oleh apendikolit gastrointestinal Respon
kronis/rekuren sistemik
Peningkatan tekanan Mual, muntah,
intraluminal dan peningkatan kembung, diare, Peningkatan
Respon saraf perkembangan bakteri anoreksia suhu tubuh
terhadap inflamasi
10
dengan CT-scan ditegakkan jika appendix dilatasi lebih dari 5-7 mm
pada diameternya. Dinding pada appendix yang terinfeksi akan mengeci.
2.7 Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Lakukan observasi TTV klien .
b. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
c. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan,
selama pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi
11
Biasanya tidak ada pengaruh ke penyakit keturunan seperti
hipertensi, hepatitis , DM, TBC, dan asma.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya kesadaran klien normal yaitu composmetis, E :4 V:5
M:6. Tanda-tanda vital klien biasanya tidak normal karena tubuh
klien merasakan nyeri dimulai dari tekanan darah biasanya
tinggi, nadi takikardi dan pernafasan biasanya sesak ketika klien
merasakan nyeri.
e. Kepala
Pada bagian kepala klien bisanya tidak ada masalah kalau
penyakitnya itu apenditis mungkin pada bagian mata ada yang
mendapatkan mata klien seperti mata panda karena klien tidak
bisa tidur menahan sakit.
f. Leher
Pada bagian leher biasanya juga tidak ada terdapat masalah pada
klien yang menderita apedisitis.
g. Thorak
Pada bagian paru-paru biasanya klien tidak ada masalah atau
gangguan bunyi normal paru ketika di perkusi bunyinya
biasanya sonor kedua lapang paru dan apabila di auskultrasi
bunyinya vesikuler. Pada bagian jantung klien juga tidak ada
masalah bunyi jantung klien regular ketika di auskultrasi, Bunyi
jantung klien regular (lup dup), suara jantung ketiga disebabkan
osilasi darah antara orta dan vestikular. Suara jantung terakir
(S4) tubelensi injeksi darah. Suara jantung ketiga dan ke empat
disebab kan oleh pengisian vestrikuler, setelah fase
isovolumetrik dan kontraksi atrial tidak ada kalau ada suara
tambahan seperti murmur (suara gemuruh, berdesir) (Lehrel
1994).
h. Abdomen
Pada bagian abdomen biasanya nyeri dibagian region kanan
bawah atau pada titik Mc Bruney. Saat di lakukan inspeksi.
12
Biasanya perut tidak ditemui gambaran spesifik. Kembung
sering terlihat pada klien dengan komlikasi perforasi. Benjolan
perut kanan bawah dapat dilihat pada massa atau abses
periapedikular.
Pada saat di palpasi biasnya abdomen kanan bawah akan
didapatkan peninggkatan respons nyeri. Nyeri pada palpasi
terbatas pada region iliaka kanan, dapat disertai nyeri lepas.
Kontraksi otot menunjukan adanya rangsangan periotenium
parietale. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasaka nyeri
diperut kanan bawah yang disebut tanda rofsing. Pada
apendisitis restroksekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam
untuk menemukan adanya rasa nyeri. (Sjamsuhidayat 2005).
B Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnose keperawatan
yang biasanya muncul pada klien dengan appendicitis adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (mis, Abses,
amputasi, lukabakar, terpotong, mengangkat berat, trauma,
prosedur pembedahan, olah raga berlebihah
2. Pelambatan pemulihan pasca-bedah berhubungan hambatan
mobilitas
3. .Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan.
4. Hipertermi
13
C Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Indonesia Indonesia (SDKI)
(SLKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajeman nyeri :
Penyebab : asuhan keperawatan Observasi
- Agen pencedera fisiologis selama….x….. jam 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengurangi intensitas
( mis, inflamasi, iskemia, diharapkan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri yang di rasakan
neoplasma) menurun dengan kualitas, intensitas nyeri 2. Mengetahui seberapa parah
- Agen pencedera kimiawi (mis, kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri nyeri yang di derita
terbakar, bahan kimia iritan) 3. Identifikasi respon nyeri non 3. Mengetahui seberapa parah
- Agen pencedera fisik ( mis, Tingkat nyeri verbal nyeri yang diderita
abses, amputasi, terbakar, - Melaporkan 4. Identifikasi factor yang 4. Untuk mrngrtshui kualitas
terpotong, mengangkat berat, keluhan nyeri memeperberat dan nyeri yang dirasakan
prosedur operasi, trauma, menurun memperingan nyeri 5. Pengetahuan tentang nyeri
latihan fisik berlebih ) - Tidak tampak 5. Identifikasi pengetahuan dan dapat menambah wawasan
ekspresi meringis keyakinan tentang nyeri tentang cara penanganan
Gejala dan tanda mayor - Tidak gelisah 6. Identifikasi pengaruh budaya nyeri
Subjektif - Tidak kesulitan terhadap respon nyeri 6. Beberapa budaya ada yang
- Mengeluh nyeri tidur 7. Identifikasi nyeri terhadap memperparah nyeri yang
- Frekuensi nadi kualitas hidup diderita
Objektif normal 8. Monitor keberhasilan terapi 7. Semakin ringan nyeri maka
- Tampak meringis komplementer yang sudah semakin tinggi kualitas hidup
- Bersikap protektif Kontrol nyeri diberikan seseorang
- Gelisah - Melaporkan nyeri 9. Monitor efek samping 8. Terapi komplementer dapat
- Frekuensi nadi meningkat terkontrol penggunaan analgesic mengurangi intensitas nyeri
14
- Sulit tidur - Mampu mengenali 10. Monitor tanda-tanda vital 9. Pemberian analgesic dapat
onset nyeri menutunkan tingkat nyri
Gejala dan tanda minor - Mampu Terapeutik 10. Untuk mengetahui tanda
Subjektif menggunakan 11. Berikan teknik umum pasien
- Tekanan darah meningkat teknik non nonfarmakologis untuk 11. Tiknok non farmakologis
- Pola napas berubah farmakologis mengatasi nyeri (mis, TENS, dapat menurunkan tingkat
- Nafsu makan berubah - Keluhan nyeri hypnosis, akurpresur, terapi nyeri
- Proses berpikir terganggu berkurang music, biofeedback, terapi 12. Lingkungan yang aman dan
- Menarik diri pijat, aromaterapi, teknik nyaman dapat menurunkan
- Berfokus pada diri sendiri imajinasi terbimbing, kompres tingkat nyeri yang dirasakan
- Diaphoresis hangat/dingin, terapi bermain ) 13. Istirahat dan tidur yang
12. Kontrol lingkungan yang cukup dapat meningkatkan
memperberat rasa nyeri ( mis, kenyamanan pasien
suhu ruangan, pencahayaan, 14. Pemilihan stategi meredakan
kebisingan) nyeri harus sesuai dengan
13. Fasilitasi istirahat dan tidur sumber nyeri supaya nyeri
14. Pertimbangkan jenis dan dapat segera diatasi
sumber nyeri dalam pemilihan 15. Pemahaman yang cukup ttg
strategi meredakan nyeri nyeri dapat menurunkan
intensitas nyeri
Edukasi 16. Strategi meredakan nyeri
15. Jelaskan penyebab periode dan dapat berupa teknok
pemicu nyeri nonfarmakologis
16. Jelaskan stategi meredakan 17. Menambah pengetahuan
nyeri pasien tentang cara mandiri
17. Anjurkan memonitor nyeri supaya nyeri dapat menurun
secara mandiri 18. Analgesic dapat menurunkan
18. Anjurkan menggunakan tingkat nyeri yang dirasakan
15
analgesic secara tepat 19. Teknik nonfarmakologis
19. Ajarkan teknik dapat menurunkan tingkat
nonfarmakologis untuk nyeri
mengurangi nyeri 20. Pemberian analgesic dapat
menurunkan tingkat nyeri
Kolaborasi ii.
20. Kolaborasi pemberian
analgesic
16
- Nyeri - Pergerakan sendi meningkatkan ambulasi kemandirian keluarga
- Kurang terpapar informasi - Status neurologis dalam merawat pasien
tentang aktivitas fisik - Status nutrisi Edukasi
- Kecemasan - Toleransi aktifitas 8. Jelaskan tujuan dan prosedur 8. Penjelasan yang sesuai
- Gangguan kognitif ambulasi dapat menambah
- Keengganan melakukan 9. Anjurkan melakukan pengetahuan pasien
pergerakan ambulasi dini 9. Ambulasi dini dengan cara
- Gangguan sensori presepsi 10. Ajarkan ambulasi sederhana miring kanan kiri untuk
yang harus dilakukan (mis, meningkatkan pergerakan
Tanda gejala mayor berjalan dari tempat tidur ke klien
Subjektif kursi roda, berjalan dari 10. Ambulasi sederhana secara
- Mengeluh sulit menggerakkan tempat tidur ke kamar mandi, berkala dapat
ektremitas berjalan sesuai toleransi) meningkatkan tingkat
mobilitas fisik pasien
objektif Dukungan mobilisasi
- Kekuatan otot menurun Observasi
- Rentang gerak (ROM) menurun 1.Identifikasi adanya nyeri atau 1. Dengan adanya nyeri maka
keluhan fisik lainya mobilitas fisik akan semakin
Tanda gejala minor 2.Identifikasi toleransi fisik terganggu
Subjektif melakukan pergerakan 2. Untuk meningkatkan
- Nyeri saat bergerak 3.Monitor frekuensi jantung dan mobilisasi
- Enggan melakukan pergerakan tekanan darah sebelum memulai 3. Frekuensi jantung dan
- Merasa cemas saat bergerak mobilisasi tekanan darah normal dapat
4.Monitor kondisi umum selama dilakukan mobilisasi secara
objektif melakukan mobilisasi bertahap
- Sendi kaku 4. Melihat keadaan umum
- Gerakan tidak terkoordinasi Terapeutik pasien
- Gerakan terbatas 5.Fasilitasi aktifitas mobilisasi 5. Untuk meningkatkan tingkat
17
- Fisik lemah dengan alat bantu (mis, pagar mobilitas fisik pasien
tempat tidur) 6. Pergerakan kecil dapat
6.Fasilitasi melakukan meningkatkan mobilitas fisik
pergerakan, jika perlu secara bertahap
7.Libatkan keluarga untuk 7. Membantu memandirikan
membantu pasien dalam keluarga dan memotivasi
meningkatkan pergerakan klien
8. Menambah pengetahuan px,
Edukasi tentang mobilisasi
8.Jelaskan tujuan dan prosedur 9. Mobilisasi dini dapat dengan
mobilisasi cara mika miki dapat
9.Anjurkan melakukan mobilisasi meningkatkan kemampuan
dini beraktifitas klien
10.Ajarkan mobilisasi sederhana 10. Untuk meningkatkan
yang harus dilakukan (mis, kemampuan mobisasi px
duduk ditempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
11.
3. Hipertermi Termogulasi Intervensi utama
Penyebab : Setelah dilakukan Manajemen hipertermia
1. Dehidrasi asuhan keperawatan 1. Monitor suhu tubuh 1. Untuk mengetahui tanda
2. Terpapar lingkungan panas selama 3x24 jam 2. Sediakan lingkungan yang umum pasien
3. Proses penyakit (infeksi, kanker) doharapkan dingin 2. Lingkungan dingin dapat
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan termogulasi membaik, 3. Longgarkan atau lepaskan menurunkan suhu tubuh
suhu lingkungan dengan kriteria hasil : pakaian 3. Agar pasien cepat
5. Peningkatan laju metabolism 1. Menggigil 4. Basahi dan kipasi permukaan berkeringat
6. Aktivitas berlebih menurun tubuh 4. Agar pasien nyaman
18
2. Kulit merah 5. Beri cairan oral 5. Untuk menrehidrasi cairan
Tanda Gejala Mayor menurun 6. Anjurkan tirah baring yang keluar
Subjektif : - 3. Pucat menurun 7. Kolaborasi pemberian cairan 6. Tirah baring dapat membuat
Objektif : suhu tubuh diatas nilai 4. Suhu tubuh elektrolit intravena pasien nyaman
normal membaik 7. Mengganti cairan yang
5. Suhu kulit Regulasi temperature banyak keluar
Tanda Gejala Minor membaik 1. Monitor tekanan darah , 1. Untuk mengetahui tanda
Subjektif : - 6. Tekanan darah Frekuensi pernapasan dan umum pasien
Objektif : kulit merah, kejang, membaik nadi
takikardia, takipnea, dan kulit terasa 2. Monitor suhu tubuh awal tiap 2. Mengetahui perubahan suhu
hangat dua jam, jika perlu tubuh
3. Monitor warna dan suhu kulit 3. Warna kulit normal dapat
4. Tingkatkan asupan cairan mengindikasi pasien sudah
dan nutrisi yang adekuat tidak hipertermi
5. Kolaborasi pemberian 4. Untuk mengganti cairan
antipiretik, jika perlu yang keluar
5. Untuk menurunkan
hipertermi
4 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
Penyebab : asuhan keperawatan Observasi
1. Ketidak mampuan menelan selama 3x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui status
makaan doharapkan 2. Identifikasi alergi dan nutrisi pasien
2. Ketidakmamampuan mencerna termogulasi membaik, intoleransi makanan 2. Untuk mengetahui apakah
makanan dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang pasien ada alergi makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi 1. Porsi makanan disukai 3. Untuk menambah nafsu
nutrient yang dihabiskan 4. Indentifikasi kebutuhan makan Px
4. Peningkatan kebutuhan meningkat kalori dan jenis nutrient 4. Untuk menstabilkan BB
metabolism 2. Perasaan cepat 5. Identifikasi perlunya pasien
19
5. Factor ekonimi (mis, finansial kenyang menurun penggunaan selang 5. Untuk memudahkan nutrisi
tidak mencukupi) 3. Nyeri abdomen nasogastric masuk ke dalam tubuh
6. Factor psikologis ( mis, stress, menurun 6. Monitor asupan makanan 6. Untuk mengetahui
keengganan untuk makanan) 4. Sariawan menurun 7. Monitor berat badan perubahan nafsu makan
5. Diare menurun 8. Monitor hasil pemeriksaan pasien
Tanda gejala mayor 6. IMT membaik laboratorium 7. BB normal mengindikasi
Subjektif : - nutrisi pasien cukup
Objektif : BB menurun minimal 8. Dapat membantu
10% dibawah rentang ideal mengetahui penyakit Px
Terapeutik
Tanda gejala minor 1. Lakukan oral hygiene 1. Dapat membersihkan jalan
Subjektif : sebelum makan, jika perlu nutrisi masuk
- Cepat kenyang setelah makan 2. Fasilitasi menentukan 2. Untuk menstabilkan BB
- Kram/nyeri abdomen pedoman diet (mis, piramida pasien
- Nafsu makan menurun makanan) 3. Makanan hangan dapat
3. Sajikan makanan secara menambah nafsu makan Px
Objektif : menarik dan suhu yang 4. Makanan tinggi serat dapat
- Bising usus hiperaktif sesuai memudahkan BAB
- Otot pengunyah lemah 4. Berikan makanan tinggi serat 5. Agar gizi pasien cukup
- Otot menelan lemah untuk mencegah konstipasi 6. Suplemen makanan dapat
- Membrane mukosa 5. Berikan makanan tinggi menambah nafsu makan
- Sariawan kalori dan tinggi protein pasien
- Serum albumin turun 6. Berikan suplemen makanan, 7. Memudahkan jalan masuk
- Rambut rontok jika perlu nutrisi
- Diare 7. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
20
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika 1. Posisi duduk dapat
mampu mempermudah pasien
2. Ajarkan diet yang makan
diprogramkan 2. Untuk menstabilkan BB
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk menambah nafsu
medikasi sebelum makan (mis, makan Psx
pereda nyeri, antiemetic) jika 2. Menambah kalori yang
perlu dibuthkan tubuh
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
21
Terapeutik
1. Berikan perawatan mulut 1. Untuk membersihkan
sebelum pemberian makan, mulut pasien
jika perlu 2. Untuk menambah nafsu
2. Sediakan makan yang tepat makan Px
sesuai kondisi pasien (mis, 3. Makanan menarik dapat
makanan dengan tektur halus, menambah nafsu makan
makanan yang diblender, 4. Untuk menambah nafsu
makana cair yang diberikan makan pasien
melalui NGT atau 5. Pujian dapat menambah
Gastrostomi, total parenteral minat pasien untuk makan
sesuai indikasi)
3. Hidangkan makanan secara
menarik
4. Berikan suplemen jika perlu
5. Berikan pujian pada pasien
atau keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan yang 1. Makanan bergizi dapat
bergizi tinggi namun tetap meningkatkan nutrisi yang
terjangkau dibutuhkan tubuh
2. Jelaskan peningkatan asupan 2. Untuk menstabilkan kalori
kalori yang dibutuhkan tubuh
22
D Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik
secara umum maupun secara khusus pada klien post appendictomy pada
pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen.
Interdependen dan dependen
E Evaluasi Keperawatan
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana
perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi
atau muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara
SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan. Format
evaluasi mengguanakan :
S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari
klien setelah tindakan diperbaiki
O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan
tindakan
A : analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau
muncul masalah baru.
P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi,
dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).
23
BAB 3
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Biodata
1. No RM : 024xxxx
2. Nama : Tn. B
3. Umur : 18 Tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : Mahasiswa
7. Pekerjaan : Tidak bekerja
8. Alamat : Surabaya
9. Suku bangsa : Indonesia
10. Status perkawinan : belum kawin
11. Bahasa sehari-hari : Jawa & Indonesia
12. Diagnose medis : Apendisitis
13. Dokter yang merawat : dr. Y
14. Pengkajian diambil dari :
- Pasien sendiri : Ya
- Orang lain : Ya
15. Genogram :-
Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri dibagian perut kanan bawah
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan pada tanggal 6 April 2020 menegeluh perut
kanan bawah terasa sakit, keluarga membawa klien berobat
dipuskesmas, tetapi selama satu hari minum obat yang diberikan tidak
ada perubahan kondisi, klien merasakan masih sakit perut dibagian
24
kanan bawah dan muntah. Pada 7 April 2020 keluarga membawa klien
ke RS William Booth, setelah dilakukan pemeriksaan, dilkukan
pemeriksaan darah dan USG dengan hasil, Suspect Appendicitis :
dengan ada periappendicular infiltrate, ada cairan bebas intraabdominal
(menyokong perioritis), organ-organ abdomen lain normal kemudian
klien disarankan untuk opname diruang bedah.
Pada saat di IGD dilakukan pengkajian pukul 09.00 pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah, pasien tampat
menunjukkan ekspresi wajah kesakitan bila perut kanan bawah ditekan
, skala nyeri 7, nyeri seperti diramas-ramas, kekuatan otot 5/5 . pasien
mengatakan tidak bisa beraktivitas bila nyeri timbul, pasien hanya
120
berbaring di tempat tidur, hasil observasi TTV didapatkan TD: /80
mmHg, N : 92 x/menit, S : 38 0C, RR : 20 x/menit SPO2 : 99%
25
ROS (Review Of System)
Observasi dan pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : Lemah
- TTV : TD: 120/80 mmHg, N : 92 x/menit, S : 38 0C, RR : 20
x
/menit SPO2 : 99%
- Kesadaran : Composmentris
Masalah keperawatan : Hipertermi
1. B1 (Breath) pernapasan
a. Bentuk dada : simetris
Keluhan : tidak ada
Batuk : tidak ada
Secret : tidak ada
b. Ekpansi paru : simetris
c. Irama napas : teratur
d. Suara napas : trakeal / vesikuler
e. Alat bantu napas : tidak ada
f. Deviasi trakeal : tidak ada
g. Pernapasan cuping hidung : tidak ada
h. Otot bantu napas : tidak ada
i. Perkkusi dada : tidak ada
j. Vocal vremitus : simetris kanan dan kiri
k. Peningkatan vena jugularis : tidak ada
l. Clubbing finger : tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
2. B2 (Blood) Kardiovaskuler
a. Keluhan nyeri dada : tidak ada
b. Irama jantung : regular
c. S1/S2 : ya
d. Suara jantung : normal (lub-dub)
26
e. Edema : tidak ada
f. CRT : kembali dalam < 2 detik
g. Akral : hangat
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
3. B3 (Brain) Persyarafan
a. GCS : eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6, total : 15
b. Reflek fisiologis : patella +/+, Angkle +/+
c. Reflek patologis : babinsky -, kerning –
d. Pupil : isokor +/+, 3 mm ketika didekatkan cahaya
e. Sclera/konjungtiva : tidak anemis
f. Istirahat/tidur : 7 jam / hari
g. Gangguan tidur : tidak ada
h. Kejang : tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
4. B4 (Bladder) perkemihan
Kebersihan : bersih
Produksi urine : Jumlah 1200 ml / 24 jam. Warna : kuning. Bau :
khas
Alat bantu caterer : tidak ada
Keluhan kencing : tidak ada
Intake cairan : Oral : 800 cc/hari, Parenteral: 1500 cc/hari
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
5. B5 (Bowel) Pencernaan
Mulut : bersih
Mukosa : lembab
Gigi : lengkap
Tenggorokan : tidak ada nyeri telan
Abdomen :
27
- nyeri : ada di bagian kanan bawah, PSOAS Sign +,
Obsturator Sign +
- Luka operasi : tidak ada
- Jenis operasi : tidak ada
- Drain : tidak ada
Peristaltic : 10 x/menit
BAB : 1 x/hari
Diit : nasi 2 x/hari
Nafsu makan : menurun karena mual
Porsi makan : tidak habis 1 piring (8 sendok)
NGT : tidak ada
Strie : tidak ada
Masalah keperawatan : nyeri akut, devisit Nutrisi
6. B6 (Bone) Tulang
Kemampuan pergerakan sendi : bebas
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Kelainan ektremitas : tidak ada
Kelainan tulang belakang : tidak ada
Fraktur : tidak ada
Traksi / spalk / gips : tidak
Kulit : elastis
Turgor kulit : kembali dalam 2 detik
Edema : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
7. Endokrin
Tyroid membesar : tidak ada
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
Hiperglikemi : tidak ada
Hipoglikemi : tidak ada
28
Luka gangrene: tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
8. Personal hygiene
Mandi : 2 x/hari
Sikat gigi : 2 x/hari
Keramas :-
Memotong kuku : -
Ganti pakaian : 1x/hari
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
9. Psiko-sosial-spiritual
Persepsi klien terhadap penyakitmya : cobaan tuhan
Ekspresi klien terhadap penyakitnya : gelisah
Reaksi saat interaksi : kooperatif
Orang yang paling dekat : ibu
Hubungan dengan teman dan lingkungan : baik
Kegiatan ibadah : sebelum sakit: sering
Selama sakit : jarang
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
Terapi obat
No Obat Dosis Gol. Fungsi
1 Infus RL 500 cc - Sebagai sumber elektrolit
dan air untuk dehidrasi
2 Inj. 30 mg Analgesic Membentu mengurangi
Keterolak nyeri
/IV
29
11. Data penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
2. Masalah Kepewawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2. Devisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mengarbsorbsi nutrient
3. Hipertermi b.d proses infeksi.
30
Analisa Data
31
Diagnosa keperawatan
32
Intervensi Keperawatan
33
menggunakan Edukasi
teknik non
farmakologis 1. Jelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri 1. Pemahaman yang cukup
Keluhan nyeri 2. Jelaskan stategi meredakan ttg nyeri dapat
berkurang nyeri menurunkan intensitas
3. Anjurkan memonitor nyeri nyeri
secara mandiri 2. Strategi meredakan nyeri
4. Anjurkan menggunakan dapat berupa teknok
analgesic secara tepat nonfarmakologis
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis 3. Menambah pengetahuan
untuk mengurangi nyeri pasien tentang cara
Kolaborasi mandiri supaya nyeri
dapat menurun
1. Kolaborasi pemberian analgesic
1. Analgesic dapat
menurunkan tingkat
nyeri yang dirasakan
34
kenyang laboratorium nutrisi pasien cukup
menurun 5. Dapat membantu
3. Nyeri abdomen mengetahui penyakit Px
menurun Terapeutik
4. Sariawan
menurun 1. Lakukan oral hygiene sebelum 1. Agar pasien nyaman
5. Diare menurun makan, jika perlu dengan mulut yang
6. IMT membaik 2. Sajikan makanan secara bersih
menarik dan suhu yang sesuai 2. Menambah nafsu makan
Edukasi
35
120
/80 mmHg, N : 92 x/menit, S : 38 kriteria hasil : 4. Beri cairan oral 4. Untuk menrehidrasi
0
C, RR : 20 x/menit, SPO2 99 1. Menggigil 5. Kolaborasi pemberian cairan cairan yang keluar
menurun elektrolit intravena 5. Mengganti cairan yang
2. Kulit merah banyak keluar
menurun
3. Pucat menurun Regulasi temperature
4. Suhu tubuh 1. Untuk mengetahui tanda
membaik 1. Monitor tekanan darah , umum pasien
5. Suhu kulit Frekuensi pernapasan dan nadi 2. Mengetahui perubahan
membaik 2. Monitor suhu tubuh awal tiap suhu tubuh
6. Tekanan darah dua jam, jika perlu 3. Warna kulit normal
membaik 3. Monitor warna dan suhu kulit dapat mengindikasi
4. Tingkatkan asupan cairan dan pasien sudah tidak
nutrisi yang adekuat hipertermi
5. Kolaborasi pemberian 4. Untuk mengganti cairan
antipiretik, jika perlu yang keluar
5. Untuk menurunkan
hipertermi
36
Implementasi Keperawatan
37
dari kemaren, R/Px mengerti dan mengikuti anjuran
tidak nafsu perawat dengan setengah duduk
makan, pasien 5. Berkolaborasi dengan ahli gizi I.S
tampak lemas, R/Px mendapatkan gizi sesuai yang telah
TTV : TD : 120/80 diprogramkan
mmHg, N : 92
x/menit, S : 38
0
C, RR : 20
x/menit, SPO2
99%
07-04- Hipertermi 1. Memonitor suhu tubuh I.S
2020 berhubungan R/ suhu tubuh pasien 38 C
09.30 dengan proses 2. Menyediakan lingkungan yang dingin I.S
WIB penyakit R/ px sudah berada di lingkungan yang
(infeksi) yang dingin dan ber AC
ditandai dengan 3. Berkolaborasi pemberian cairan elektrolit I.S
pasien intravena
mengatahan R/Px sudah terpasang infus pada bagian
suhu badannya tangan kanan
hangat, pasien 4. Memonitor TTV pasien I.S
lemah, masil R/ TD: 120/80 mmHg, N: 92 x/mnt,
pemeriksaan RR:20x/mnt
didapatkan 5. Memberikan kompres air hangat I.S
leukosit 14,70 R/px nyaman dengan kompres yang
sel/uL. Hasil diberikan
TTV : TD : 120/80 6. Berkolaborasi dengan dokter pemberian I.S
mmHg, N : 92 antipiretik
x/menit, S : 38 R/Px mendapat obat penurun suhu tubuh
0
C, RR : 20
x/menit, SPO2
99
38
Evaluasi Keperawatan
07-04- II 12.15 S : pasien mengatakan sudah tidak mual dan mau I.S
2020 makan tapi sedikit
O:
- KU lemah
- Pasien sudah terlihat mau makan
- TTV : TD : 120/80 mmHg, N: 92 x/mnt, RR
20x/mnt : S: 37.8 C
A : masalah devisit nutrisi teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1,5
1. Mengidentifikasi status nutrisi
5. Berkolaborasi dengan ahli gizi
07-04- III 12.30 S : pasien mengatakan suhu badannya sudah tidak I.S
2020 tinggi
O:
- KU lemah
- Badan Px, masih sedikit hangat
- TTV : TD : 120/80 mmHg, N: 92 x/mnt, RR
39
20x/mnt : S: 37.8 C
A : masalah hipertermi teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 5, dan 6 di ruang inap
5. Memberikan kompres air hangat
6. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
antipiretik
40
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan mengurai tentang persamaan dan kesenjangan
antara teori dan kasus nyata pada pasien dengan masalah Diabetes Melitus Tipe II
(Hipoglikemi).
4.1 Pengkajian
Pada kasus nyata didapat menegeluh perut kanan bawah terasa sakit, klien
merasakan masih sakit perut dibagian kanan bawah dan muntah skala nyeri 7,
5
nyeri seperti diramas-ramas, kekuatan otot /5 . pasien mengatakan tidak bisa
beraktivitas bila nyeri timbul, pasien hanya berbaring di tempat tidur, hasil
120
observasi TTV didapatkan TD: /80 mmHg, N : 92 x/menit, S : 38 0C, RR : 20
x
/menit SPO2 : 99%.
Pada kasus teori pasien dengan apendisitis didapatkan Biasanya klien waktu
mau dirawat kerumah sakit denga keluhan sakit perut di kuadran kanan bawah,
biasanya disertai muntah dan BAB yang sedikit atau tidak sama sekali, kadang –
kadang mengalami diare dan juga konstipasi. Berdasarkan kedua kasus tersebut
terdapat sedikit kesenjangan yakni pada kasus nyata Px tidak mengatakan BAB
ada kendala tetapi Cuma mual dan muntah saja.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Pada kasus nyata didapatkan tiga diagnosa yang muncul yaitu, nyeri akut
berhubungan dengan Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, Devisit Nutrisi b.d
ketidakmampuan mengarbsorbsi nutrient, Hipertermi b.d proses infeksi. Pada
kasus teori, pasien dengan apendisitis terdapat beberapa diagnosa yang muncul
yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (mis, Abses, amputasi,
lukabakar, terpotong, mengangkat berat, trauma, prosedur pembedahan, olah raga
berlebihah, Pelambatan pemulihan pasca-bedah berhubungan hambatan
mobilitas, Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan dan Hipertermi.
41
Berdasatkan dari kedua kasus tersebut terdapat kesenjangan antara kasus
nyata dengan teori yakni pada kasus nyata tidak didapatkan diagnosa pelambatan
pemulihan pasca bedah karena pada saat pengkajian pasien dikalukan sebelum
dilakukan tindakan pembedahan.
4.3 Intervensi Keperawatan
Pada kasus nyata intervensi yang direncanakan sudah sesuai dengan Standar
Intervensi Indonesia, tatapi tidak semua direncanakan mengingat pasien berada
di ruang IGD, sehingga antara kasus nyata dengan teori terdapat kesenjangan.
4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada kasus nyata sudah dilakukan semuanya sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat, sedingga tidak ada kesenjangan yang terjadi
antara kasus nyata dengan teori
4.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada kasus nyata didapat nyeri pada bagian perut
kanan bawah masih terasa, masih sedikit mual muntah dan hipertermi masih
teratasi sebagian, segangkan pada kasus teori didapatkan diharapkan evaluasi
dari ke semua diagnosa daapat teratasi, senihngga terdapat kesenjangan diantara
kedua kasus
42
BAB 5
PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari laporan asuahan
keperawatan yang telah dibuat.
5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian
Karakteristik yang didapat pada Tn.B dengan diagnosa medis Apendisitis
didapat Pada kasus nyata didapat menegeluh perut kanan bawah terasa sakit,
klien merasakan masih sakit perut dibagian kanan bawah dan muntah skala nyeri
7, nyeri seperti diramas-ramas, kekuatan otot 5/5 . pasien mengatakan tidak bisa
beraktivitas bila nyeri timbul, pasien hanya berbaring di tempat tidur, hasil
120
observasi TTV didapatkan TD: /80 mmHg, N : 92 x/menit, S : 38 0C, RR : 20
x
/menit SPO2 : 99%.
2. Diagnosa
Pada kasus Tn.B terdapat 3 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu Nyeri
akut b.d agen pencedera fisik, Devisit Nutrisi b.d ketidakmampuan
mengarbsorbsi nutrient, Hipertermi b.d proses infeksi
3. Intervensi
Intervensi keperawatan pada Tn.B dengan diagnosa Apendisitis sudah sesuai
dengan teori yang diambil dari SDKI dan SLKI
4. Implementasi
Implementasi keperawatan pada Tn.B dengan diagnosa Apendisitis dapat
dilakukan dengan baik, sesuai dengan intervensi yang telah dibuat serta respon
pasien dan keluarga kooperatif dalam menerima tindakan keperawatan sehingga
dapat mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan pada setiap masalah.
5. Evaluasi
Pada kasus Tn.B dari ketiga diagnosa keperawatan yang muncul dapat teratasi
sebagian. Hal ini dikarenakan pasien dipindahkan ke ruang rawat inap untuk
43
penanganan lebih lanjut. Evaluasi tersebut mengacu pada tujuan dan kriteria
hasil yang telah dicapai.
5.2 Saran
1. Bagi Perawat
Perawat diharapkan terus melatih keterampilan serta meningkatkan
pengetahuan sehingga saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dapat
diberikan secara profesional holistic dan juga komprehensif. Perawat bisa
mengembangkan potensi melalui seminar dan juga pelatihan karena dengan
begitu kita dapat mengetahui perkembangan dunia keperawatan.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat memahami teori-teori dalam keperawatan secara
total sehingga saat dilapangan dapat mengaplikasikan ilmu pada kasus nyata
dengan baik. Sehingga mahasiswa diharapkan juga mengikuti perkembangan
ilmu keperawatan yang terbaru agar saat praktik dapat berdiskusi dengan
perawat senior maupun tim kesehatan yang lain.
44
DAFTAR PUSTAKA
45