Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KASUS GAWAT DARURAT

PADA TN.B DENGAN DIAGNOSA MEDIS APENDISITIS


DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT
WILLIAM BOOTH SURABAYA

DISUSUN OLEH

INDAH SHOFYANAH

2017.01.005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2021
LAPORAN KASUS GAWAT DARURAT

PADA TN.B DENGAN DIAGNOSA MEDIS APENDISITIS


DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT
WILLIAM BOOTH SURABAYA

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Sidang Skripsi pada Prodi S1 Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth Surabaya

DISUSUN OLEH

INDAH SHOFYANAH

2017.01.005

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

PADA TN.B DENGAN DIAGNOSA MEDIS APENDISITIS


DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT
WILLIAM BOOTH SURABAYA

Mengetahui

Dosen Pembimbing

Wijar Prasetyo, S.Kep.,Ns.,MAN

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmatNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan yang berjudul
“Laporan Kasus Gawat Darurat Pada Tn.B Dengan Diagnosa Medis Apendisitis
Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit William Booth Surabaya”.
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai laporan yang
harus di kerjakan dan dibuat setelah melakukan praktik di lapangan dan
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan keperawatan dewasa.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah mendukung dan memotivasi penulis sehingga laporan ini dapat
selesai dengan baik. Dalam penyusunan, penulis dapat banyak pengarahan dari
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Aristina Halawa, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Stikes William Booth
Surabaya.
2. Hendro Djoko Tj., M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku Kepala Program Studi S1
Keperawatan.
3. Wijar Prasetyo, S.Kep.,Ns.,MAN selaku Dosen Pembimbing.
4. Teman teman S1 keperawatan angkatan 8.
Dalam penyelesaian laporan ini, Penulis berusaha sebaik mungkin
membaca literature, konsultasi dengan pembimbing dan narasumber lain.
Penulis menyadari Asuhan Keperawatan ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan laporan ini.

Gresik, 07 Februari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Diabetes Mellitu ……............................................ 5
2.2 Konsep Dasar Hipoglikemi pada pasien DM ................................ 9
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan …………………………… 13
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian .................................................................................... 18
3.2 Analisa Data ……………………………………………………. 29
3.3 Diagnosa Keperawatan ................................................................ 31
3.4 Intervensi Keperawatan ……………………………………....... 32
3.5 Implementasi Keperawatan .......................................................... 37
3.6 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 40
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian .................................................................................. 42
4.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................. 43
4.3 Intervensi Keperawatan ............................................................. 44
4.4 Implementasi Keperawatan ....................................................... 45
4.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................... 46
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 47
5.2 Saran ......................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era Globalisasi saat ini banyak orang yang memiliki pola kebiasaan
makan makanan yang seperti cepat saji, rendah serat ,dan juga makanan yang
pedas – pedas. Boleh kita lihat kebanyakan atau mayoritas yang mempunyai
kebiasaan pola makan yang tidak sehat itu pada remaja dan dewasa.
Sedangkan dari dampak kebiasaan pola makan yang tidak sehat itu sangat
banyak dan bisa menyebabkan orang memiliki penyakit kronik dan sampai
meninggal dunia pada usia masih muda,salah satunya penyakit yang marak
terjadi dikalangan remaja dan dewasa pada saat ini yaitu apendisitis.
Istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat
karena usus yang buntu sebenarnya adalah sekum. Apendiks diperkirakan
ikut serta dalm system imun sektorik di saluran pencernaan. Namun,
pengangkatan apendiks tidak menimbulkan efek fungsi system imun yang
jelas.
Penelitian terbaru menunjukkan 7% penduduk di negara Barat menderita
apendisitis dan terdapat lebih dari 200.000 apendiktomi dilakukan di Amerika
Serikat setiap tahunnya (WHO 2014). Badan WHO (World Health
Organization) menyebutkan insidensi apendisitis di Asia dan Afrika pada
tahun 2014 adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi. Di Indonesia
insiden appendisitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya peningkatan jumlah
pasien dari tahun ketahun. Berdasarkan data yang diperoleh 2 dari (Depkes,
2016), kasus appendisitis pada tahun 2016 sebanyak 65.755 orang dan pada
tahun 2017 jumlah pasien appendisitis sebanyak 75.601 orang. Dinkes Jawa
Timur menyebutkan pada tahun 2017 jumlah kasus apendisitis di Jawa Timur
sebanyak 5.980 penderita dan 177 penderita diantaranya menyebabkan
kematian (Dinas kesehatan, 2017)
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfosit, fekalit, benda asing, struktur karena fikosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan

1
mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat
inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium
(Mansjoer, 2009).
Keluhan apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Nyeri akan beralih ke
kuadran kanan bawah dalam 2-12 jam, yang akan menetap dan diperberat bila
berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam
yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-
kadang terjadi diare, mual dan muntah (Mansjoer, 2009). Tindakan
pengobatan terhadap apendisitis dapat dilakukan dengan cara operasi. Operasi
apendiks dilakukan dengan cara apendiktomy yang merupakan suatu tindakan
pembedahan membuang apendiks. Adapun respon yang timbul setelah
tindakan apendiktomy untuk kerusakan jaringan dan rusaknya ujung – ujung
syaraf yang memyebabkan timbul masalah keperawatan kerusakan intergritas
jaringan (Aribowo, H & Andrifiliana, 2011).
Kerusakan intergritas jaringan akibat efek operasi apendiktomy yaitu
salah satu masalah keperawatan yang muncul pada klien post operasi
apendisitis dapat diatasi oleh tugas perawat dengan cara memantau
perkembangan kerusakan kulit klien setiap hari dengan mencegah
penggunaan linen bertekstur kasar dan jaga agar linen tetap bersih, tidak
lembab, dan tidak kusut. Melakukan perawatan luka secara aseptik 2 kali
sehari dan monitor karakteristik luka meliputi warna, ukuran, bau dan
pengeluaran pada luka. Perawat harus selalu mempertahankan teknik steril
dalam perawatan luka klien (Sjamsuhidajat & De Jong 2011).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di ambil beberapa
rumusan masalah antara lain:

2
1. Bagaimana karakteristik keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis Apendisitis?
2. Apa saja diagnosa keperawataan yang muncul pada pasien dengan
diagnosa medis Apendisitis?
3. Apa saja intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Apendisitis?
4. Bagaimana implementasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa
medis Apendisitis?
5. Bagaimana evaluasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Apendisitis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan yang baik dan tepat
pada pasien dengan diagnosa medis Apendisitis melalui pendekatan proses
keperwatan yang komprehensif.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu mengetahui kakateristik keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Apendisitis
2. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Apendisitis
3. Mahasiswa mampu mengetahui intervensi keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Apendisitis
4. Mahasiswa mampu mengetahui implementasi keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Apendisitis
5. Mahasiswa mampu mengetahui evaluasi keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Apendisitis

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Apendisitis


Apendisitis merupakan inflamasi akut pada apendisitis verniformis dan
merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.
(Brunner&Suddarth, 2014). Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi
pada usus buntu atau umbai cacing ( apendiks ). Usus buntu sebenarnya
adalah sekum (caecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut
sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya. (Wim de Jong et al, 2010). Peradangan apendiks
yang mengenai semua lapisan dinding organ, dimana patogenis utamanya
diduga karena obstruksi pada lumen yang disebabkan oleh fekalit (feses keras
yang terutama disebabkan oleh serat) (Wim de Jong et al, 2010).
Usus buntu atau apendis merupakan bagian usus yang terletak dalam
pencernaan. Untuk fungsinya secara ilmiah belum diketahui secara pasti,
namun usus buntu ini terkadang banyak sekali sel-sel yang berfungsi untuk
mempertahankan atau imunitas tubuh. Dan bila bagian usus ini mengalami
infeksi akan sangat terasa sakit yang luar biasa bagi penderitanya (Saydam
Gozali, 2011).
Jadi, dari referensi diatas yang di maksud dengan apendisitis merupakan
suatu peradangan pada bagian usus (Caecum) yang disebabkan karena ada
obstruksi yang mengharuskan dilakukannya tindakan bedah.

2.2 Klasifikasi
Sedangkan menurut Sjamsuhidayat dan De (2005), apendisitis
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Apendisitis akut
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat,
disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum lokal. Gejala
apendisitis akut nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri

4
visceral didaerah epigastrium disekitar umbilicus. Keluhan ini sering
disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun.
Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri
dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri
somatic setempat.
2. Apendisitis kronis
Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan
adanya riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang
kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria
mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding
apendiks, sumbatan parsial maupun total lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan adanya sel inflamasi kronik.
Insiden apendisitis kronik. Insiden apendisitis kronik antara 1-5%.

2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya apendisitis dapat terjadi karena adanya makanan
keras yang masuk ke dalam usus buntu dan tidak bisa keluar lagi. Setelah isi
usus tercemar dan usus meradang timbulah kuman-kuman yang dapat
memperparah keadaan tadi (Saydam Gozali, 2011).
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. berbagai hal sebagai faktor
pencetusnya:
1) Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai
faktor pencetus disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks
dan cacing askaris.
2) Penyebab lain penyebab apendiks karena parasit seperti E. hystolitica.
3) Penelitian Epidemiologi mengatakan peran kebiasaan makan makanan
yang rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
apendisitis. Konstipasi akan menarik bagian intrasekal, yang berakibat
timbulnya tekanan intrasekal dan terjadi penyumbatan sehingga
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon (R Tsamsuhidajat & Wim
De jong, 2010).

5
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya
obstruksi ini terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab
terbanyak.
b. Adanya fekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktur lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus.
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendiks yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks (Krismanuel, H., 2012).
Jadi, berdasarkan referensi diatas yang menyebabkan terjadinya
apendisitis yaitu disebabkan oleh adanya obstruksi yang diakibatkan juga
karena gaya hidup manusia yang kurang dalam mengkonsumsi makanan
tinggi serat.

2.4 Manifestasi Klinis


Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang di dasari dengan
radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai
maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis
adalah:
1. Nyeri visceral epigastrium.
2. Nafsu makan menurun.
3. Dalam beberapa jam nyeri pindah ke kanan bawah ke titik Mc Burney.

6
4. Kadang tidak terjadi nyeri tapi konstipasi.
5. Pada anak biasanya rewel, nafsu makan turun karena focus pada
nyerinya, muntah-muntah, lemah, latergik, pada bayi 80-90% apendisitis
terjadi perforasi (Tsamsuhidajat & Wong de jong, 2010).
Manisfestasi klinis lainya adalah:
1. Nyeri dikuadran kanan bawah disertai dengan demam ringan, dan
terkadang muntah kehilangan nafsu makan kerap dijumpai konstipasi
dapat terjadi.
2. Pada titik Mc Burney (terletak diantara pertengahan umbilicus dan spina
anterior ileum), terasa nyeri tekan local dan kekakuan otot bagian
bawah rektus kanan.
3. Nyeri pantul dapat dijumpai lokasi apendiks menentukan kekuatan
nyeri tekan, spasme otot dan adanya diare atau konstipasi.
4. Jika apendiks pecah, nyeri lebih menyebar abdomen menjadi lebih
terdistensi akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk. (Brunner &
Suddarth, 2014).
Jadi berdasarkan referensi diatas, manisfestasi yang sering muncul pada
kasus apendisitis adalah nyeri namun kadang bisa juga tanpa nyeri namun
terjadinya konstipasi. Pada anak-anak biasanya ditemukan data yaitu nafsu
makan menurun, terjadinya penurunan kesadaran hingga terjadinya
perforasi.

2.5 Patofisiologi
Appendiks terimflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat
atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa dank eras dan fases), tumor,
atau benda asing. Proses imflamasi meninggkatkan intraluminal,
menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif,
dalam beberapa jamterlokalisasi di kuadrat kanan bawah dari abdomen.
Akhirnya appendiks yang terimflamasi menjadi pus. Setelah dilihat penyebab
dari appediksitis adalah adanya obstruksi pada lumen appendikeal oleh
apendikolit, hyperplasia folikel limfoid submukosa, fekalit (material garam
kalsium, debris fekal ) atau parasit (Katz ,2009 ).

7
Kondisi obtruksi akan meningkat kan tekanan intraluminal dan
peningkatan perkembangan bakteri. Hal lain akan terjadi peningkatan kogesif
dan penuruna pada perfusi pada dinding apendiks yang berkelanjutan pada
nekrosis dan imflamasi, maka permukaan eksudat terjadi pada permukaan
serosa apendiks (santacroce,2009)
Dengan selanjutnya proses obtruksi, bakteri akan berproliferasi dan
meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrate pada mukosa
dinding apendiks yang disebut dengan apendisitis mukosa, dengan
manifestasi ketidak nyamanan abdomen.
Sebenarnya tubuh manusia juga melakukan usaha pertahanan untuk
membtasi proses peradangan ini dengan cara menutupi apendiks dengan
omentum dan usus halus sehingga terbentuk massa periapendikular yang
secara salah dikenal dengan istilah infiltrate apendiks berlanjut kondisi
apendiks akan meningkat risiko terjadinya perforasi dan pembentukan massa
periapendikular. perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke
rongga abdomen lalu memberikan respon imflamasi berbentuk periotenum
atau terjadi pada peritonitis. (Tzanakis, 2005)

8
Hyperplasia
WOC Benda asing Tumor apendiks jaringan limfosit

Fekalit Apendiksitis
akut
Obstruksi pada
lumen apendekal Gangguan
Apendisitis oleh apendikolit gastrointestinal Respon
kronis/rekuren sistemik
Peningkatan tekanan Mual, muntah,
intraluminal dan peningkatan kembung, diare, Peningkatan
Respon saraf perkembangan bakteri anoreksia suhu tubuh
terhadap inflamasi

Menghambat aliran limfe Hipertermi


Asupan nutrisi
Respon sistemik tidak adekuat
Ulserasi dan infeksi
Nyeri bakteri pada Ketidakseimbanga
dinding appendik n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Apendiksitis
Thrombosis vena
Keperitonium intraluminal
Laparotomy
Distensi Pembenhkakan
abdomen Peritonitis iskemia
Pasca bedah
Nyeri akut
Kerusakan jaringan
intergumen
9
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak
dengan appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita appendicitis
berkisar antara 12.000 - 18.000/mm3. Peningkatan persentase jumlah
neutrofil (shift to the left) dengan jumlah normal leukosit menunjang
diagnosis klinis appendicitis. Jumlah leukosit yang normal jarang
ditemukan pada pasien dengan appendicitis.
2. Pemeriksaan Urinalisis
membantu untuk membedakan appendicitis dengan pyelonephritis atau
batu ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria dapat
terjadi jika inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter.
3. Ultrasonografi Abdomen (USG)
Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan untuk
menunjang diagnosis pada kebanyakan pasien dengan gejala
appendicitis. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sensitifitas USG
lebih dari 85% dan spesifitasnya lebih dari 90%. Gambaran USG yang
merupakan kriteria diagnosis appendicitis acuta adalah appendix dengan
diameter anteroposterior 7 mm atau lebih, didapatkan suatu
appendicolith, adanya cairan atau massa periappendix. False positif dapat
muncul dikarenakan infeksi sekunder appendix sebagai hasil dari
salphingitis atau inflammatory bowel disease. False negatif juga dapat
muncul karena letak appendix yang retrocaecal atau rongga usus yang
terisi banyak udara yang menghalangi appendiks.
4. CT-Scan
CT scan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis appendicitis akut jika diagnosisnya tidak jelas.sensitifitas
dan spesifisitasnya kira-kira 95-98%. Pasienpasien yang obesitas,
presentasi klinis tidak jelas, dan curiga adanya abscess, maka CT-scan
dapat digunakan sebagai pilihan test diagnostik. Diagnosis appendicitis

10
dengan CT-scan ditegakkan jika appendix dilatasi lebih dari 5-7 mm
pada diameternya. Dinding pada appendix yang terinfeksi akan mengeci.

2.7 Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Lakukan observasi TTV klien .
b. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
c. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan,
selama pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi

2.8 Asuhan Keperawatan teori


A Pengkajian
1. Indetitas klien
Biasanya indetitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status,
agama, perkerjaan, pendidikan, alamat ,penanggung jawaban juga
terdiri dari nama,umur penanggung jawab ,hub.keluarga, dan
perkerjaan.
2. Alasan masuk
Biasanya klien waktu mau dirawat kerumah sakit denga keluhan
sakit perut di kuadran kanan bawah, biasanya disertai muntah dan
BAB yang sedikit atau tidak sama sekali, kadang –kadang
mengalami diare dan juga konstipasi.
3. Riwayat kehehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya keluhan yang terasa pada
klien yaitu pada saat post op operasi, merasakan nyeri pada
insisi pembedahan, juga bisanya tersa letih dan tidak bisa
beraktivitas atau imobilisasisendiri.
b. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya klien memiliki kebiasaan
memakan makanan rendah serat, juga bisa memakan yang
pedas-pedas.
c. Riwayat kesehatan keluarga

11
Biasanya tidak ada pengaruh ke penyakit keturunan seperti
hipertensi, hepatitis , DM, TBC, dan asma.
d. Pemeriksaan Fisik
Biasanya kesadaran klien normal yaitu composmetis, E :4 V:5
M:6. Tanda-tanda vital klien biasanya tidak normal karena tubuh
klien merasakan nyeri dimulai dari tekanan darah biasanya
tinggi, nadi takikardi dan pernafasan biasanya sesak ketika klien
merasakan nyeri.
e. Kepala
Pada bagian kepala klien bisanya tidak ada masalah kalau
penyakitnya itu apenditis mungkin pada bagian mata ada yang
mendapatkan mata klien seperti mata panda karena klien tidak
bisa tidur menahan sakit.
f. Leher
Pada bagian leher biasanya juga tidak ada terdapat masalah pada
klien yang menderita apedisitis.
g. Thorak
Pada bagian paru-paru biasanya klien tidak ada masalah atau
gangguan bunyi normal paru ketika di perkusi bunyinya
biasanya sonor kedua lapang paru dan apabila di auskultrasi
bunyinya vesikuler. Pada bagian jantung klien juga tidak ada
masalah bunyi jantung klien regular ketika di auskultrasi, Bunyi
jantung klien regular (lup dup), suara jantung ketiga disebabkan
osilasi darah antara orta dan vestikular. Suara jantung terakir
(S4) tubelensi injeksi darah. Suara jantung ketiga dan ke empat
disebab kan oleh pengisian vestrikuler, setelah fase
isovolumetrik dan kontraksi atrial tidak ada kalau ada suara
tambahan seperti murmur (suara gemuruh, berdesir) (Lehrel
1994).
h. Abdomen
Pada bagian abdomen biasanya nyeri dibagian region kanan
bawah atau pada titik Mc Bruney. Saat di lakukan inspeksi.

12
Biasanya perut tidak ditemui gambaran spesifik. Kembung
sering terlihat pada klien dengan komlikasi perforasi. Benjolan
perut kanan bawah dapat dilihat pada massa atau abses
periapedikular.
Pada saat di palpasi biasnya abdomen kanan bawah akan
didapatkan peninggkatan respons nyeri. Nyeri pada palpasi
terbatas pada region iliaka kanan, dapat disertai nyeri lepas.
Kontraksi otot menunjukan adanya rangsangan periotenium
parietale. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasaka nyeri
diperut kanan bawah yang disebut tanda rofsing. Pada
apendisitis restroksekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam
untuk menemukan adanya rasa nyeri. (Sjamsuhidayat 2005).
B Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnose keperawatan
yang biasanya muncul pada klien dengan appendicitis adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (mis, Abses,
amputasi, lukabakar, terpotong, mengangkat berat, trauma,
prosedur pembedahan, olah raga berlebihah
2. Pelambatan pemulihan pasca-bedah berhubungan hambatan
mobilitas
3. .Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan.
4. Hipertermi

13
C Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Indonesia Indonesia (SDKI)
(SLKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajeman nyeri :
Penyebab : asuhan keperawatan Observasi
- Agen pencedera fisiologis selama….x….. jam 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengurangi intensitas
( mis, inflamasi, iskemia, diharapkan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri yang di rasakan
neoplasma) menurun dengan kualitas, intensitas nyeri 2. Mengetahui seberapa parah
- Agen pencedera kimiawi (mis, kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri nyeri yang di derita
terbakar, bahan kimia iritan) 3. Identifikasi respon nyeri non 3. Mengetahui seberapa parah
- Agen pencedera fisik ( mis, Tingkat nyeri verbal nyeri yang diderita
abses, amputasi, terbakar, - Melaporkan 4. Identifikasi factor yang 4. Untuk mrngrtshui kualitas
terpotong, mengangkat berat, keluhan nyeri memeperberat dan nyeri yang dirasakan
prosedur operasi, trauma, menurun memperingan nyeri 5. Pengetahuan tentang nyeri
latihan fisik berlebih ) - Tidak tampak 5. Identifikasi pengetahuan dan dapat menambah wawasan
ekspresi meringis keyakinan tentang nyeri tentang cara penanganan
Gejala dan tanda mayor - Tidak gelisah 6. Identifikasi pengaruh budaya nyeri
Subjektif - Tidak kesulitan terhadap respon nyeri 6. Beberapa budaya ada yang
- Mengeluh nyeri tidur 7. Identifikasi nyeri terhadap memperparah nyeri yang
- Frekuensi nadi kualitas hidup diderita
Objektif normal 8. Monitor keberhasilan terapi 7. Semakin ringan nyeri maka
- Tampak meringis komplementer yang sudah semakin tinggi kualitas hidup
- Bersikap protektif Kontrol nyeri diberikan seseorang
- Gelisah - Melaporkan nyeri 9. Monitor efek samping 8. Terapi komplementer dapat
- Frekuensi nadi meningkat terkontrol penggunaan analgesic mengurangi intensitas nyeri

14
- Sulit tidur - Mampu mengenali 10. Monitor tanda-tanda vital 9. Pemberian analgesic dapat
onset nyeri menutunkan tingkat nyri
Gejala dan tanda minor - Mampu Terapeutik 10. Untuk mengetahui tanda
Subjektif menggunakan 11. Berikan teknik umum pasien
- Tekanan darah meningkat teknik non nonfarmakologis untuk 11. Tiknok non farmakologis
- Pola napas berubah farmakologis mengatasi nyeri (mis, TENS, dapat menurunkan tingkat
- Nafsu makan berubah - Keluhan nyeri hypnosis, akurpresur, terapi nyeri
- Proses berpikir terganggu berkurang music, biofeedback, terapi 12. Lingkungan yang aman dan
- Menarik diri pijat, aromaterapi, teknik nyaman dapat menurunkan
- Berfokus pada diri sendiri imajinasi terbimbing, kompres tingkat nyeri yang dirasakan
- Diaphoresis hangat/dingin, terapi bermain ) 13. Istirahat dan tidur yang
12. Kontrol lingkungan yang cukup dapat meningkatkan
memperberat rasa nyeri ( mis, kenyamanan pasien
suhu ruangan, pencahayaan, 14. Pemilihan stategi meredakan
kebisingan) nyeri harus sesuai dengan
13. Fasilitasi istirahat dan tidur sumber nyeri supaya nyeri
14. Pertimbangkan jenis dan dapat segera diatasi
sumber nyeri dalam pemilihan 15. Pemahaman yang cukup ttg
strategi meredakan nyeri nyeri dapat menurunkan
intensitas nyeri
Edukasi 16. Strategi meredakan nyeri
15. Jelaskan penyebab periode dan dapat berupa teknok
pemicu nyeri nonfarmakologis
16. Jelaskan stategi meredakan 17. Menambah pengetahuan
nyeri pasien tentang cara mandiri
17. Anjurkan memonitor nyeri supaya nyeri dapat menurun
secara mandiri 18. Analgesic dapat menurunkan
18. Anjurkan menggunakan tingkat nyeri yang dirasakan

15
analgesic secara tepat 19. Teknik nonfarmakologis
19. Ajarkan teknik dapat menurunkan tingkat
nonfarmakologis untuk nyeri
mengurangi nyeri 20. Pemberian analgesic dapat
menurunkan tingkat nyeri
Kolaborasi ii.
20. Kolaborasi pemberian
analgesic

2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan Dukungan ambulasi


Penyebab : asuhan keperawatan Observasi
- Kerusakan integritas struktur selama….x….. jam 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Semakin tinggi intensitas
tulang diharapkan mobilitas keluhan fisik lainya nyeri maka mobilitas fisik
- Perubahan metabolism fisik meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik semakin tergangggu
- Ketidakbugaran fisik menurun dengan melakukan ambulasi 2. Agar mobilitas fisik
- Penurunan kendali otot kriteria hasil : 3. Monitor frekuensi jantung semakin menurun
- Penurunan massa otot dan tekanan darah sebelum 3. Peningkatan frekuensi
- Penurunan kekuatatn otot Utama : memulai ambulasi jantung menandakan
- Keterlambatan perkembangan - Mobilitas fisik 4. Monitor kondisi umum 4. Kondisi umum yang
- Kekakuan sendi selama melakukan ambulasi kurang baik tidak bisa
- Kontraktur Tambahan dilakukan ambulasi
- Malnutrisi - Berat badan Terapeutik
- Gangguan musculoskeletal - Fungsi sensoris 5. Jelaskan tujuan dan prosedur 5. Tujuan ambulasi untuk
- Gangguan neuromuscular - Keseimbangan ambulasi meningkatkan kemampuan
- Indek masa tubuh di atas - Konservasi energy 6. Fasilitasi melakukan bergerak pasien
persentil ke 75 sesuai usia - Koordinasi ambulasi dini 6. Untuk meningkatkan
- Efek agen farmakologis pergerakan 7. Libatkan keluarga untuk kemampuan klien
- Program pembatasan gerak - Motivasi membantu pasien dalam 7. Meningkatkan kemampuan

16
- Nyeri - Pergerakan sendi meningkatkan ambulasi kemandirian keluarga
- Kurang terpapar informasi - Status neurologis dalam merawat pasien
tentang aktivitas fisik - Status nutrisi Edukasi
- Kecemasan - Toleransi aktifitas 8. Jelaskan tujuan dan prosedur 8. Penjelasan yang sesuai
- Gangguan kognitif ambulasi dapat menambah
- Keengganan melakukan 9. Anjurkan melakukan pengetahuan pasien
pergerakan ambulasi dini 9. Ambulasi dini dengan cara
- Gangguan sensori presepsi 10. Ajarkan ambulasi sederhana miring kanan kiri untuk
yang harus dilakukan (mis, meningkatkan pergerakan
Tanda gejala mayor berjalan dari tempat tidur ke klien
Subjektif kursi roda, berjalan dari 10. Ambulasi sederhana secara
- Mengeluh sulit menggerakkan tempat tidur ke kamar mandi, berkala dapat
ektremitas berjalan sesuai toleransi) meningkatkan tingkat
mobilitas fisik pasien
objektif Dukungan mobilisasi
- Kekuatan otot menurun Observasi
- Rentang gerak (ROM) menurun 1.Identifikasi adanya nyeri atau 1. Dengan adanya nyeri maka
keluhan fisik lainya mobilitas fisik akan semakin
Tanda gejala minor 2.Identifikasi toleransi fisik terganggu
Subjektif melakukan pergerakan 2. Untuk meningkatkan
- Nyeri saat bergerak 3.Monitor frekuensi jantung dan mobilisasi
- Enggan melakukan pergerakan tekanan darah sebelum memulai 3. Frekuensi jantung dan
- Merasa cemas saat bergerak mobilisasi tekanan darah normal dapat
4.Monitor kondisi umum selama dilakukan mobilisasi secara
objektif melakukan mobilisasi bertahap
- Sendi kaku 4. Melihat keadaan umum
- Gerakan tidak terkoordinasi Terapeutik pasien
- Gerakan terbatas 5.Fasilitasi aktifitas mobilisasi 5. Untuk meningkatkan tingkat

17
- Fisik lemah dengan alat bantu (mis, pagar mobilitas fisik pasien
tempat tidur) 6. Pergerakan kecil dapat
6.Fasilitasi melakukan meningkatkan mobilitas fisik
pergerakan, jika perlu secara bertahap
7.Libatkan keluarga untuk 7. Membantu memandirikan
membantu pasien dalam keluarga dan memotivasi
meningkatkan pergerakan klien
8. Menambah pengetahuan px,
Edukasi tentang mobilisasi
8.Jelaskan tujuan dan prosedur 9. Mobilisasi dini dapat dengan
mobilisasi cara mika miki dapat
9.Anjurkan melakukan mobilisasi meningkatkan kemampuan
dini beraktifitas klien
10.Ajarkan mobilisasi sederhana 10. Untuk meningkatkan
yang harus dilakukan (mis, kemampuan mobisasi px
duduk ditempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
11.
3. Hipertermi Termogulasi Intervensi utama
Penyebab : Setelah dilakukan Manajemen hipertermia
1. Dehidrasi asuhan keperawatan 1. Monitor suhu tubuh 1. Untuk mengetahui tanda
2. Terpapar lingkungan panas selama 3x24 jam 2. Sediakan lingkungan yang umum pasien
3. Proses penyakit (infeksi, kanker) doharapkan dingin 2. Lingkungan dingin dapat
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan termogulasi membaik, 3. Longgarkan atau lepaskan menurunkan suhu tubuh
suhu lingkungan dengan kriteria hasil : pakaian 3. Agar pasien cepat
5. Peningkatan laju metabolism 1. Menggigil 4. Basahi dan kipasi permukaan berkeringat
6. Aktivitas berlebih menurun tubuh 4. Agar pasien nyaman

18
2. Kulit merah 5. Beri cairan oral 5. Untuk menrehidrasi cairan
Tanda Gejala Mayor menurun 6. Anjurkan tirah baring yang keluar
Subjektif : - 3. Pucat menurun 7. Kolaborasi pemberian cairan 6. Tirah baring dapat membuat
Objektif : suhu tubuh diatas nilai 4. Suhu tubuh elektrolit intravena pasien nyaman
normal membaik 7. Mengganti cairan yang
5. Suhu kulit Regulasi temperature banyak keluar
Tanda Gejala Minor membaik 1. Monitor tekanan darah , 1. Untuk mengetahui tanda
Subjektif : - 6. Tekanan darah Frekuensi pernapasan dan umum pasien
Objektif : kulit merah, kejang, membaik nadi
takikardia, takipnea, dan kulit terasa 2. Monitor suhu tubuh awal tiap 2. Mengetahui perubahan suhu
hangat dua jam, jika perlu tubuh
3. Monitor warna dan suhu kulit 3. Warna kulit normal dapat
4. Tingkatkan asupan cairan mengindikasi pasien sudah
dan nutrisi yang adekuat tidak hipertermi
5. Kolaborasi pemberian 4. Untuk mengganti cairan
antipiretik, jika perlu yang keluar
5. Untuk menurunkan
hipertermi
4 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
Penyebab : asuhan keperawatan Observasi
1. Ketidak mampuan menelan selama 3x24 jam 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui status
makaan doharapkan 2. Identifikasi alergi dan nutrisi pasien
2. Ketidakmamampuan mencerna termogulasi membaik, intoleransi makanan 2. Untuk mengetahui apakah
makanan dengan kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan yang pasien ada alergi makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi 1. Porsi makanan disukai 3. Untuk menambah nafsu
nutrient yang dihabiskan 4. Indentifikasi kebutuhan makan Px
4. Peningkatan kebutuhan meningkat kalori dan jenis nutrient 4. Untuk menstabilkan BB
metabolism 2. Perasaan cepat 5. Identifikasi perlunya pasien

19
5. Factor ekonimi (mis, finansial kenyang menurun penggunaan selang 5. Untuk memudahkan nutrisi
tidak mencukupi) 3. Nyeri abdomen nasogastric masuk ke dalam tubuh
6. Factor psikologis ( mis, stress, menurun 6. Monitor asupan makanan 6. Untuk mengetahui
keengganan untuk makanan) 4. Sariawan menurun 7. Monitor berat badan perubahan nafsu makan
5. Diare menurun 8. Monitor hasil pemeriksaan pasien
Tanda gejala mayor 6. IMT membaik laboratorium 7. BB normal mengindikasi
Subjektif : - nutrisi pasien cukup
Objektif : BB menurun minimal 8. Dapat membantu
10% dibawah rentang ideal mengetahui penyakit Px
Terapeutik
Tanda gejala minor 1. Lakukan oral hygiene 1. Dapat membersihkan jalan
Subjektif : sebelum makan, jika perlu nutrisi masuk
- Cepat kenyang setelah makan 2. Fasilitasi menentukan 2. Untuk menstabilkan BB
- Kram/nyeri abdomen pedoman diet (mis, piramida pasien
- Nafsu makan menurun makanan) 3. Makanan hangan dapat
3. Sajikan makanan secara menambah nafsu makan Px
Objektif : menarik dan suhu yang 4. Makanan tinggi serat dapat
- Bising usus hiperaktif sesuai memudahkan BAB
- Otot pengunyah lemah 4. Berikan makanan tinggi serat 5. Agar gizi pasien cukup
- Otot menelan lemah untuk mencegah konstipasi 6. Suplemen makanan dapat
- Membrane mukosa 5. Berikan makanan tinggi menambah nafsu makan
- Sariawan kalori dan tinggi protein pasien
- Serum albumin turun 6. Berikan suplemen makanan, 7. Memudahkan jalan masuk
- Rambut rontok jika perlu nutrisi
- Diare 7. Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi

20
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika 1. Posisi duduk dapat
mampu mempermudah pasien
2. Ajarkan diet yang makan
diprogramkan 2. Untuk menstabilkan BB

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk menambah nafsu
medikasi sebelum makan (mis, makan Psx
pereda nyeri, antiemetic) jika 2. Menambah kalori yang
perlu dibuthkan tubuh
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

Promosi berat badan


Observasi
1. Identifikasi kemungkinan 1. Untuk mengetahui
penyebab BB kurang penyabab kekurangan BB
2. Monitor adanya mual dan 2. Mencegah px agar tidak
muntah mual muntah lagi
3. Monitor jumlah kalori yang 3. Menstabilkan kalori dalam
dikonsumsi sehari-hari tubuh
4. Monitor BB 4. Mengontrol BB
5. Monitor albumin, limfosit dan 5. Untuk mengetahui
elektrolit serum kerusakan organ dalam Px

21
Terapeutik
1. Berikan perawatan mulut 1. Untuk membersihkan
sebelum pemberian makan, mulut pasien
jika perlu 2. Untuk menambah nafsu
2. Sediakan makan yang tepat makan Px
sesuai kondisi pasien (mis, 3. Makanan menarik dapat
makanan dengan tektur halus, menambah nafsu makan
makanan yang diblender, 4. Untuk menambah nafsu
makana cair yang diberikan makan pasien
melalui NGT atau 5. Pujian dapat menambah
Gastrostomi, total parenteral minat pasien untuk makan
sesuai indikasi)
3. Hidangkan makanan secara
menarik
4. Berikan suplemen jika perlu
5. Berikan pujian pada pasien
atau keluarga untuk
peningkatan yang dicapai

Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan yang 1. Makanan bergizi dapat
bergizi tinggi namun tetap meningkatkan nutrisi yang
terjangkau dibutuhkan tubuh
2. Jelaskan peningkatan asupan 2. Untuk menstabilkan kalori
kalori yang dibutuhkan tubuh

22
D Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik
secara umum maupun secara khusus pada klien post appendictomy pada
pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen.
Interdependen dan dependen

E Evaluasi Keperawatan
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana
perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi
atau muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara
SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan. Format
evaluasi mengguanakan :
S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari
klien setelah tindakan diperbaiki
O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan
tindakan
A : analisa adalah membandingkan antara inormasi subjektif dan objektif
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau
muncul masalah baru.
P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi,
dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).

23
BAB 3
TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
Biodata
1. No RM : 024xxxx
2. Nama : Tn. B
3. Umur : 18 Tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : Mahasiswa
7. Pekerjaan : Tidak bekerja
8. Alamat : Surabaya
9. Suku bangsa : Indonesia
10. Status perkawinan : belum kawin
11. Bahasa sehari-hari : Jawa & Indonesia
12. Diagnose medis : Apendisitis
13. Dokter yang merawat : dr. Y
14. Pengkajian diambil dari :
- Pasien sendiri : Ya
- Orang lain : Ya
15. Genogram :-

Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri dibagian perut kanan bawah
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan pada tanggal 6 April 2020 menegeluh perut
kanan bawah terasa sakit, keluarga membawa klien berobat
dipuskesmas, tetapi selama satu hari minum obat yang diberikan tidak
ada perubahan kondisi, klien merasakan masih sakit perut dibagian

24
kanan bawah dan muntah. Pada 7 April 2020 keluarga membawa klien
ke RS William Booth, setelah dilakukan pemeriksaan, dilkukan
pemeriksaan darah dan USG dengan hasil, Suspect Appendicitis :
dengan ada periappendicular infiltrate, ada cairan bebas intraabdominal
(menyokong perioritis), organ-organ abdomen lain normal kemudian
klien disarankan untuk opname diruang bedah.
Pada saat di IGD dilakukan pengkajian pukul 09.00 pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah, pasien tampat
menunjukkan ekspresi wajah kesakitan bila perut kanan bawah ditekan
, skala nyeri 7, nyeri seperti diramas-ramas, kekuatan otot 5/5 . pasien
mengatakan tidak bisa beraktivitas bila nyeri timbul, pasien hanya
120
berbaring di tempat tidur, hasil observasi TTV didapatkan TD: /80
mmHg, N : 92 x/menit, S : 38 0C, RR : 20 x/menit SPO2 : 99%

2. Riwayat penyakit dahulu


a. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular maupun
menurun, hanya panas dan batuk pilek biasa
b. Kebiasaan berobat
Pasien mengatakan biasanya beli obat di apotek dan warung terdekat.
c. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi obat makanan maupun
minuman.

3. Riwayat kesehatan keluarga


a. Penyakit ayng pernah diderita anggota keluarga
Pasien mengatakan anggota keluarganya tida pernah menderita
penyakit menular maupun menurun, hanya panas dan batuk pilek
biasa.
b. Penyakit yang sedang diderita anggota keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak sedang menderita penyakit
apapun.

25
ROS (Review Of System)
Observasi dan pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : Lemah
- TTV : TD: 120/80 mmHg, N : 92 x/menit, S : 38 0C, RR : 20
x
/menit SPO2 : 99%
- Kesadaran : Composmentris
Masalah keperawatan : Hipertermi

1. B1 (Breath) pernapasan
a. Bentuk dada : simetris
Keluhan : tidak ada
Batuk : tidak ada
Secret : tidak ada
b. Ekpansi paru : simetris
c. Irama napas : teratur
d. Suara napas : trakeal / vesikuler
e. Alat bantu napas : tidak ada
f. Deviasi trakeal : tidak ada
g. Pernapasan cuping hidung : tidak ada
h. Otot bantu napas : tidak ada
i. Perkkusi dada : tidak ada
j. Vocal vremitus : simetris kanan dan kiri
k. Peningkatan vena jugularis : tidak ada
l. Clubbing finger : tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

2. B2 (Blood) Kardiovaskuler
a. Keluhan nyeri dada : tidak ada
b. Irama jantung : regular
c. S1/S2 : ya
d. Suara jantung : normal (lub-dub)

26
e. Edema : tidak ada
f. CRT : kembali dalam < 2 detik
g. Akral : hangat
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

3. B3 (Brain) Persyarafan
a. GCS : eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6, total : 15
b. Reflek fisiologis : patella +/+, Angkle +/+
c. Reflek patologis : babinsky -, kerning –
d. Pupil : isokor +/+, 3 mm ketika didekatkan cahaya
e. Sclera/konjungtiva : tidak anemis
f. Istirahat/tidur : 7 jam / hari
g. Gangguan tidur : tidak ada
h. Kejang : tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

4. B4 (Bladder) perkemihan
Kebersihan : bersih
Produksi urine : Jumlah 1200 ml / 24 jam. Warna : kuning. Bau :
khas
Alat bantu caterer : tidak ada
Keluhan kencing : tidak ada
Intake cairan : Oral : 800 cc/hari, Parenteral: 1500 cc/hari
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

5. B5 (Bowel) Pencernaan
Mulut : bersih
Mukosa : lembab
Gigi : lengkap
Tenggorokan : tidak ada nyeri telan
Abdomen :

27
- nyeri : ada di bagian kanan bawah, PSOAS Sign +,
Obsturator Sign +
- Luka operasi : tidak ada
- Jenis operasi : tidak ada
- Drain : tidak ada
Peristaltic : 10 x/menit
BAB : 1 x/hari
Diit : nasi 2 x/hari
Nafsu makan : menurun karena mual
Porsi makan : tidak habis 1 piring (8 sendok)
NGT : tidak ada
Strie : tidak ada
Masalah keperawatan : nyeri akut, devisit Nutrisi

6. B6 (Bone) Tulang
Kemampuan pergerakan sendi : bebas
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Kelainan ektremitas : tidak ada
Kelainan tulang belakang : tidak ada
Fraktur : tidak ada
Traksi / spalk / gips : tidak
Kulit : elastis
Turgor kulit : kembali dalam 2 detik
Edema : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

7. Endokrin
Tyroid membesar : tidak ada
Pembesaran kelenjar getah bening : tidak ada
Hiperglikemi : tidak ada
Hipoglikemi : tidak ada

28
Luka gangrene: tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

8. Personal hygiene
Mandi : 2 x/hari
Sikat gigi : 2 x/hari
Keramas :-
Memotong kuku : -
Ganti pakaian : 1x/hari
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

9. Psiko-sosial-spiritual
Persepsi klien terhadap penyakitmya : cobaan tuhan
Ekspresi klien terhadap penyakitnya : gelisah
Reaksi saat interaksi : kooperatif
Orang yang paling dekat : ibu
Hubungan dengan teman dan lingkungan : baik
Kegiatan ibadah : sebelum sakit: sering
Selama sakit : jarang
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

10. Terapi / tindakan lain


USG dengan hasil :
- Suspect Appendicitis : dengan ada periappendicular infiltrate
- ada cairan bebas intraabdominal (menyokong perioritis)
- organ-organ abdomen lain normal

Terapi obat
No Obat Dosis Gol. Fungsi
1 Infus RL 500 cc - Sebagai sumber elektrolit
dan air untuk dehidrasi
2 Inj. 30 mg Analgesic Membentu mengurangi
Keterolak nyeri
/IV

29
11. Data penunjang
- Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal


Hematologi
Hemoglobin 12,7 gr/dL 13,9-16,3 gr/dL
Hematocrit 47 % 33,5-47,7 %
Eritrosit 5,29 juta sel/uL 4,1-5,1 juta sel/uL
Leukosit 14,70 sel/Ul 4,400-11,300 sel/uL
Trombosit 273,000 sel/uL 150,000-350,000
Hitung Jenis sel/uL
Eosophil 1%
Basophil 0% 0-3 %
Segment 70% 0-1 %
Monosit 2% 35-65 %
Limfosit 27% 4-10 %
20-35 %

2. Masalah Kepewawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2. Devisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mengarbsorbsi nutrient
3. Hipertermi b.d proses infeksi.

30
Analisa Data

Nama Px : Tn. B Umur : 18 Tahun


No RM : xxxxx
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : klien mengatakan nyeri Apendisitis akut Nyeri akut
pada perut kanan bawah
DO : respon syaraf
- Skala nyeri 7 terhadap
- Ekspresi wajah tampak inflamasi
kesakitan bila dibuat
gerak respon sistemik
- Nyeri seperti diramas-
ramas
- TTV : TD : 120/80 mmHg,
N : 92 x/menit, S : 38
0
C, RR : 20 x/menit,
SPO2 99%
2. DS : Px mengatakan mual gangguan Devisit Nutrisi
muntah gastrointestinal
DO : - K.U lemah
- TTV : TD : 120/80 mmHg, mual-muntah,
N : 92 x/menit, S : 38 0C, anoreksia
RR : 20 x/menit, SPO2
99% asupan tidak
- Px tidak mau makan adekuat

3. DS : Px mengatakan badannya proses infeksi Hipertermi


hangat
DO : - K.U lemah respon sistemik
- TTV : TD : 120/80 mmHg,
N : 92 x/menit, S : 38 0C, penigkatan suhu
RR : 20 x/menit, SPO2 tubuh
99%
- Hasil lab didapat Leukosit
14,70 sel/Ul

31
Diagnosa keperawatan

Nama Px : Tn. B Umur : 18 Tahun


No RM : xxxxx
No
Tangga
D Diagnosa T.T
l
X
1. 07 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera I.S
April fisiologis dan respon sistemik terhadap inflamasi
2020 yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri
pada bagian perut kanan bawah, skala nyeri 7,
nyeri seperti diramas-ramas, wajah tampak
120
menyeringai kesakitan. Hasil TTV : TD : /80
mmHg, N : 92 x/menit, S : 38 0C, RR : 20
x/menit, SPO2 99%
2. 07 Devisit Nutrisi berhubungan dengan I.S
April ketidakmampuan mengasorbsi nutrient yang
2020 ditandai dengan pasien mengeluh mual muntah
dari kemaren, tidak nafsu makan, pasien tampak
120
lemas, TTV : TD : /80 mmHg, N : 92 x/menit,
S : 38 0C, RR : 20 x/menit, SPO2 99%
3. 07 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit I.S
April (infeksi) yang ditandai dengan pasien mengatahan
2020 suhu badannya hangat, pasien lemah, masil
pemeriksaan didapatkan leukosit 14,70 sel/uL.
Hasil TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 92 x/menit, S :
38 0C, RR : 20 x/menit, SPO2 99

32
Intervensi Keperawatan

Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


07-04- Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Manajeman nyeri :
2020 agen pencedera fisiologis dan asuhan keperawatan Observasi
respon sistemik terhadap inflamasi selama 1x60 menit 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengurangi
yang ditandai dengan pasien diharapkan nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri yang di
mengatakan nyeri pada bagian menurun dengan intensitas nyeri rasakan
perut kanan bawah, skala nyeri 7, kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri 2. Mengetahui seberapa
nyeri seperti diramas-ramas, wajah Tingkat nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non parah nyeri yang di
tampak menyeringai kesakitan. - Melaporkan verbal derita
Hasil TTV : TD : 120/80 mmHg, N : keluhan nyeri 4. Identifikasi factor yang 3. Mengetahui seberapa
92 x/menit, S : 38 0C, RR : 20 menurun memeperberat dan parah nyeri yang diderita
x/menit, SPO2 99% - Tidak tampak memperingan nyeri 4. Untuk mrngrtshui
ekspresi 5. Monitor tanda-tanda vital kualitas nyeri yang
meringis dirasakan
- Tidak gelisah 5. Untuk mengetahui tanda
- Tidak kesulitan Terapeutik umum pasien
tidur
- Frekuensi nadi 1. Berikan teknik nonfarmakologis 1. Tiknok non farmakologis
normal untuk mengatasi nyeri (mis, dapat menurunkan
TENS, hypnosis, akurpresur, tingkat nyeri
Kontrol nyeri terapi music, biofeedback, terapi 2. Lingkungan yang aman
- Melaporkan pijat, aromaterapi, teknik dan nyaman dapat
nyeri terkontrol imajinasi terbimbing, kompres menurunkan tingkat
- Mampu hangat/dingin, terapi bermain ) nyeri yang dirasakan
mengenali onset 2. Kontrol lingkungan yang
nyeri memperberat rasa nyeri ( mis,
- Mampu suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

33
menggunakan Edukasi
teknik non
farmakologis 1. Jelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri 1. Pemahaman yang cukup
Keluhan nyeri 2. Jelaskan stategi meredakan ttg nyeri dapat
berkurang nyeri menurunkan intensitas
3. Anjurkan memonitor nyeri nyeri
secara mandiri 2. Strategi meredakan nyeri
4. Anjurkan menggunakan dapat berupa teknok
analgesic secara tepat nonfarmakologis
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis 3. Menambah pengetahuan
untuk mengurangi nyeri pasien tentang cara
Kolaborasi mandiri supaya nyeri
dapat menurun
1. Kolaborasi pemberian analgesic
1. Analgesic dapat
menurunkan tingkat
nyeri yang dirasakan

07-04- Devisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


2020 dengan ketidakmampuan asuhan keperawatan Observasi
mengasorbsi nutrient yang selama 1x60 menit 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui status
ditandai dengan pasien mengeluh doharapkan 2. Identifikasi alergi dan nutrisi pasien
mual muntah dari kemaren, tidak termogulasi intoleransi makanan 2. Untuk menambah nafsu
nafsu makan, pasien tampak membaik, dengan 3. Identifikasi makanan yang makan Px
lemas, TTV : TD : 120/80 mmHg, kriteria hasil : disukai 3. Untuk mengetahui
N : 92 x/menit, S : 38 0C, RR : 20 1. Porsi makanan 4. Monitor asupan makanan perubahan nafsu makan
x/menit, SPO2 99% yang dihabiskan 5. Monitor berat badan pasien
meningkat 6. Monitor hasil pemeriksaan 4. BB normal mengindikasi
2. Perasaan cepat

34
kenyang laboratorium nutrisi pasien cukup
menurun 5. Dapat membantu
3. Nyeri abdomen mengetahui penyakit Px
menurun Terapeutik
4. Sariawan
menurun 1. Lakukan oral hygiene sebelum 1. Agar pasien nyaman
5. Diare menurun makan, jika perlu dengan mulut yang
6. IMT membaik 2. Sajikan makanan secara bersih
menarik dan suhu yang sesuai 2. Menambah nafsu makan

Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk, jika 1. Dapat memberikan rasa


mampu nyaman
2. Ajarkan diet yang 2. Membantu menstabilkan
diprogramkan nutrisi
Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Membantu menutrisi


untuk menentukan jumlah pasien
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

07-04- Hipertermi berhubungan dengan Termogulasi Intervensi utama


2020 proses penyakit (infeksi) yang Setelah dilakukan Manajemen hipertermia
ditandai dengan pasien asuhan keperawatan 1. Monitor suhu tubuh 1. Untuk mengetahui
mengatahan suhu badannya selama 1x60 menit 2. Sediakan lingkungan yang perubahan suhu tubuh
hangat, pasien lemah, masil jam doharapkan dingin 2. Lingkungan dingin dapat
pemeriksaan didapatkan leukosit termogulasi 3. Longgarkan atau lepaskan menurunkan suhu tubuh
14,70 sel/uL. Hasil TTV : TD : membaik, dengan pakaian 3. Agar pasien nyaman

35
120
/80 mmHg, N : 92 x/menit, S : 38 kriteria hasil : 4. Beri cairan oral 4. Untuk menrehidrasi
0
C, RR : 20 x/menit, SPO2 99 1. Menggigil 5. Kolaborasi pemberian cairan cairan yang keluar
menurun elektrolit intravena 5. Mengganti cairan yang
2. Kulit merah banyak keluar
menurun
3. Pucat menurun Regulasi temperature
4. Suhu tubuh 1. Untuk mengetahui tanda
membaik 1. Monitor tekanan darah , umum pasien
5. Suhu kulit Frekuensi pernapasan dan nadi 2. Mengetahui perubahan
membaik 2. Monitor suhu tubuh awal tiap suhu tubuh
6. Tekanan darah dua jam, jika perlu 3. Warna kulit normal
membaik 3. Monitor warna dan suhu kulit dapat mengindikasi
4. Tingkatkan asupan cairan dan pasien sudah tidak
nutrisi yang adekuat hipertermi
5. Kolaborasi pemberian 4. Untuk mengganti cairan
antipiretik, jika perlu yang keluar
5. Untuk menurunkan
hipertermi

36
Implementasi Keperawatan

Tgl Diagnosa Tindakan Keperawatan Paraf


Jam Keperawatan
07-04- Nyeri akut 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, I.S
2020 berhubungan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
09.30 dengan agen R/ nyeri pada perut kanan bawah, seperti
WIB pencedera diramas-ramas, nteri hilang timbul, skala
fisiologis dan nyari 7.
respon sistemik 2. Memonitor Tanda Vital I.S
terhadap TD : 120/80, RR 20 x/mnt, S 38 C, N: 92
inflamasi yang x/mnt
ditandai dengan 3. Memberikan teknik nonfarnmkologis dengan I.S
pasien cara relaksasi nafas dalam , distraksi dan
mengatakan kompres air hangat
nyeri pada R/ pasien paham dan melakukan apa yang
bagian perut dianjurkan perawat
kanan bawah, 4. Berkolaborasi dengan dokter pemberian I.S
skala nyeri 7, analgesic
nyeri seperti R/ px mendapatkan analgesic keterolak
diramas-ramas,
wajah tampak
menyeringai
kesakitan. Hasil
TTV : TD : 120/80
mmHg, N : 92
x/menit, S : 38
0
C, RR : 20
x/menit, SPO2
99%
07-04- Devisit Nutrisi 1. Mengidentifikasi status nutrisi I.S
2020 berhubungan R/BB pasien turun dan nafsu makan
09.30 dengan menurun akibat mual muntah
WIB ketidakmampua 2. Melakukan oral hygiene sebelum makan I.S
n mengasorbsi R/Px melakukanya sendiri dengan dibantu
nutrient yang perawat
ditandai dengan 3. Menyajikan makanan selagi masi hangat I.S
pasien mengeluh R/Px sedikit mau makan
mual muntah 4. Menganjurkan posisi duduk I.S

37
dari kemaren, R/Px mengerti dan mengikuti anjuran
tidak nafsu perawat dengan setengah duduk
makan, pasien 5. Berkolaborasi dengan ahli gizi I.S
tampak lemas, R/Px mendapatkan gizi sesuai yang telah
TTV : TD : 120/80 diprogramkan
mmHg, N : 92
x/menit, S : 38
0
C, RR : 20
x/menit, SPO2
99%
07-04- Hipertermi 1. Memonitor suhu tubuh I.S
2020 berhubungan R/ suhu tubuh pasien 38 C
09.30 dengan proses 2. Menyediakan lingkungan yang dingin I.S
WIB penyakit R/ px sudah berada di lingkungan yang
(infeksi) yang dingin dan ber AC
ditandai dengan 3. Berkolaborasi pemberian cairan elektrolit I.S
pasien intravena
mengatahan R/Px sudah terpasang infus pada bagian
suhu badannya tangan kanan
hangat, pasien 4. Memonitor TTV pasien I.S
lemah, masil R/ TD: 120/80 mmHg, N: 92 x/mnt,
pemeriksaan RR:20x/mnt
didapatkan 5. Memberikan kompres air hangat I.S
leukosit 14,70 R/px nyaman dengan kompres yang
sel/uL. Hasil diberikan
TTV : TD : 120/80 6. Berkolaborasi dengan dokter pemberian I.S
mmHg, N : 92 antipiretik
x/menit, S : 38 R/Px mendapat obat penurun suhu tubuh
0
C, RR : 20
x/menit, SPO2
99

38
Evaluasi Keperawatan

Tgl No. Jam Evaluasi Paraf


Dx.
07-04- I 12.00 S : Pasien mengatakan nyeri masih terasa I.S
2020 O:
 KU lemah
 Nyeri pada bagian perut kanan bawah, skala
nyeri 6, neyri seperti diramas-ramas
 TTV : TD : 120/80 mmHg, N: 92 x/mnt, RR
20x/mnt : S: 37.8 C
A : masalah nyeri akut teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 2,3 dan 4
2. Memonitor Tanda Vital
3. Memberikan teknik nonfarnmkologis dengan
cara relaksasi nafas dalam , distraksi dan
kompres air hangat
4. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
analgesic

07-04- II 12.15 S : pasien mengatakan sudah tidak mual dan mau I.S
2020 makan tapi sedikit
O:
- KU lemah
- Pasien sudah terlihat mau makan
- TTV : TD : 120/80 mmHg, N: 92 x/mnt, RR
20x/mnt : S: 37.8 C
A : masalah devisit nutrisi teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1,5
1. Mengidentifikasi status nutrisi
5. Berkolaborasi dengan ahli gizi

07-04- III 12.30 S : pasien mengatakan suhu badannya sudah tidak I.S
2020 tinggi
O:
- KU lemah
- Badan Px, masih sedikit hangat
- TTV : TD : 120/80 mmHg, N: 92 x/mnt, RR

39
20x/mnt : S: 37.8 C
A : masalah hipertermi teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 5, dan 6 di ruang inap
5. Memberikan kompres air hangat
6. Berkolaborasi dengan dokter pemberian
antipiretik

40
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan mengurai tentang persamaan dan kesenjangan
antara teori dan kasus nyata pada pasien dengan masalah Diabetes Melitus Tipe II
(Hipoglikemi).
4.1 Pengkajian
Pada kasus nyata didapat menegeluh perut kanan bawah terasa sakit, klien
merasakan masih sakit perut dibagian kanan bawah dan muntah skala nyeri 7,
5
nyeri seperti diramas-ramas, kekuatan otot /5 . pasien mengatakan tidak bisa
beraktivitas bila nyeri timbul, pasien hanya berbaring di tempat tidur, hasil
120
observasi TTV didapatkan TD: /80 mmHg, N : 92 x/menit, S : 38 0C, RR : 20
x
/menit SPO2 : 99%.
Pada kasus teori pasien dengan apendisitis didapatkan Biasanya klien waktu
mau dirawat kerumah sakit denga keluhan sakit perut di kuadran kanan bawah,
biasanya disertai muntah dan BAB yang sedikit atau tidak sama sekali, kadang –
kadang mengalami diare dan juga konstipasi. Berdasarkan kedua kasus tersebut
terdapat sedikit kesenjangan yakni pada kasus nyata Px tidak mengatakan BAB
ada kendala tetapi Cuma mual dan muntah saja.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Pada kasus nyata didapatkan tiga diagnosa yang muncul yaitu, nyeri akut
berhubungan dengan Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, Devisit Nutrisi b.d
ketidakmampuan mengarbsorbsi nutrient, Hipertermi b.d proses infeksi. Pada
kasus teori, pasien dengan apendisitis terdapat beberapa diagnosa yang muncul
yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (mis, Abses, amputasi,
lukabakar, terpotong, mengangkat berat, trauma, prosedur pembedahan, olah raga
berlebihah, Pelambatan pemulihan pasca-bedah berhubungan hambatan
mobilitas, Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan dan Hipertermi.

41
Berdasatkan dari kedua kasus tersebut terdapat kesenjangan antara kasus
nyata dengan teori yakni pada kasus nyata tidak didapatkan diagnosa pelambatan
pemulihan pasca bedah karena pada saat pengkajian pasien dikalukan sebelum
dilakukan tindakan pembedahan.
4.3 Intervensi Keperawatan
Pada kasus nyata intervensi yang direncanakan sudah sesuai dengan Standar
Intervensi Indonesia, tatapi tidak semua direncanakan mengingat pasien berada
di ruang IGD, sehingga antara kasus nyata dengan teori terdapat kesenjangan.
4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada kasus nyata sudah dilakukan semuanya sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat, sedingga tidak ada kesenjangan yang terjadi
antara kasus nyata dengan teori
4.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada kasus nyata didapat nyeri pada bagian perut
kanan bawah masih terasa, masih sedikit mual muntah dan hipertermi masih
teratasi sebagian, segangkan pada kasus teori didapatkan diharapkan evaluasi
dari ke semua diagnosa daapat teratasi, senihngga terdapat kesenjangan diantara
kedua kasus

42
BAB 5
PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari laporan asuahan
keperawatan yang telah dibuat.

5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian
Karakteristik yang didapat pada Tn.B dengan diagnosa medis Apendisitis
didapat Pada kasus nyata didapat menegeluh perut kanan bawah terasa sakit,
klien merasakan masih sakit perut dibagian kanan bawah dan muntah skala nyeri
7, nyeri seperti diramas-ramas, kekuatan otot 5/5 . pasien mengatakan tidak bisa
beraktivitas bila nyeri timbul, pasien hanya berbaring di tempat tidur, hasil
120
observasi TTV didapatkan TD: /80 mmHg, N : 92 x/menit, S : 38 0C, RR : 20
x
/menit SPO2 : 99%.
2. Diagnosa
Pada kasus Tn.B terdapat 3 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu Nyeri
akut b.d agen pencedera fisik, Devisit Nutrisi b.d ketidakmampuan
mengarbsorbsi nutrient, Hipertermi b.d proses infeksi
3. Intervensi
Intervensi keperawatan pada Tn.B dengan diagnosa Apendisitis sudah sesuai
dengan teori yang diambil dari SDKI dan SLKI
4. Implementasi
Implementasi keperawatan pada Tn.B dengan diagnosa Apendisitis dapat
dilakukan dengan baik, sesuai dengan intervensi yang telah dibuat serta respon
pasien dan keluarga kooperatif dalam menerima tindakan keperawatan sehingga
dapat mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan pada setiap masalah.
5. Evaluasi
Pada kasus Tn.B dari ketiga diagnosa keperawatan yang muncul dapat teratasi
sebagian. Hal ini dikarenakan pasien dipindahkan ke ruang rawat inap untuk

43
penanganan lebih lanjut. Evaluasi tersebut mengacu pada tujuan dan kriteria
hasil yang telah dicapai.

5.2 Saran
1. Bagi Perawat
Perawat diharapkan terus melatih keterampilan serta meningkatkan
pengetahuan sehingga saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dapat
diberikan secara profesional holistic dan juga komprehensif. Perawat bisa
mengembangkan potensi melalui seminar dan juga pelatihan karena dengan
begitu kita dapat mengetahui perkembangan dunia keperawatan.

2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat memahami teori-teori dalam keperawatan secara
total sehingga saat dilapangan dapat mengaplikasikan ilmu pada kasus nyata
dengan baik. Sehingga mahasiswa diharapkan juga mengikuti perkembangan
ilmu keperawatan yang terbaru agar saat praktik dapat berdiskusi dengan
perawat senior maupun tim kesehatan yang lain.

3. Bagi Rumah Sakit


Keberhasilan rumah sakit dapat ditinjau juga dari kepuasan pasien saat
dirawat di rumah sakit tersebut. Rumah sakit diharapkan terus memperbaiki
sistem pelayanan yang berorientasi pasa pasien misalnya nelayani pasien juga
keluarga pasien dengan kasih, tulus dan iklas .

44
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Ar-


Ruzz.
Aprizal, Reonaldi. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Operasi
Apendiktomi dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman di Ruang Melati
RSUD Kota Kendari Tahun 2018. Kendari : Poltekes
Pinzon, Rizaldy. (2014). Assessment Nyeri. Yogyakarta : Betha Grafika

45

Anda mungkin juga menyukai