MAKALAH CTL Contextual Teaching and Lear
MAKALAH CTL Contextual Teaching and Lear
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang
membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta
didik, pendidik/guru, manajemen pendidikan, kurikulum, fasilitas, proses belajar
mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam dunia
pendidikan kita adalah lemahnya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di
sekolah. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan
anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun
berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya banyak peserta didik yang
ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin
aplikasi.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa Pendidikan
Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. (UU Sisdiknas, 2003).
Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut terletak juga tanggung jawab guru
untuk mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan proses pembelajaran yang mampu
bermutu dan berkualitas. Salah satu strategi yang dapat dipergunakan guru untuk
memperbaiki mutu dan kualitas proses pembelajaran adalah dengan menerapkan strategi
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and Learning) ada 7 ,antara lain :
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (Constructivism) adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut
pengembang filsafat konstruktivisme Mark Baldawin dan diperdalam oleh Jean Piaget
menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hannya dari objek semata, tetapi
juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang
diamatinya.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan (Inquiry) adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah
fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dalam
model inquiry dapat dilakukan melalui beberapa langkah sistematis, yaitu :
a. Merumuskan masalah.
b. Mengajukan hipotesis.
c. Mengumpulkan data.
d. Menguji hipotesis berdasarkan data yang dikumpulkan.
e. Membuat kesimpulan.
3. Bertanya (Quesrioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya
dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin tahuan setiap individu. Sedangkan
menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.
b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
d. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang diinginkan.
e. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sendiri.
f. Menggali pemahaman siswa.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar
hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun
dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil
sharing dengan orang lain, antarteman atau antarkelompok; yang sudah tahu memberi
tahu kepada yang belum tahu atau yang pernah memiliki pengalaman membagi
pengalamannya kepada orang lain. Inilah hakekat dari masyarakat belajar yaitu
masyarakat yang saling membagi.
5. Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses
modeling tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga memanfaatkan siswa yang
dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam
pembelajaran CTL sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang
teoristis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi (Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang baru di terima. Melalui proses
refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang
pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata (Authentic Assessment) adalah proses yang dilakukan oleh guru
untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan oleh
siswa. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau
tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap
perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan
secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-
menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya
diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
E. Sintaks Contextual Teaching and Learning (CTL)
Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan
barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6 . Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan
beberapa hal berikut ini:
1. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada
keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara
nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi
hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
2.Terdapat enam karakteristik penting dalam proses pembelajaran CTL, yaitu:
pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing
knowledge), pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh
dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge), pemahaman pengetahuan
(understanding knowledge), mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut
(applying knowledge), melakukan refleksi (reflecting knowledge),dan bekerjasama
( collaborating ).
3. Komponen-komponen dari CTL (Contextual Teaching and Learning) ada 7 ,antara
lain: konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Quesrioning),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection),
penilaian nyata (Authentic Assessment).
B. Saran
Dari makalah yang telah di buat, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya memperhatikan metode, strategi, dan
model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa mudah memahami pelajaran/materi
yang disampaikan.
2. Tidak hanya guru yang aktif dalam pembelajaran, namun siswa juga harus aktif
dalam mencari pengetahuan melalui pengalaman siswa itu sendiri serta penerapan
pada keterampilan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C. Asri, DR. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Paul,Suparno.1997.Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:Kanisius
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta :Kencana
http://gakuseishinsetsu.wordpress.com/2013/03/31/model-pembelajaran-konstektual/
//PDRTJS_settings_1036222_post_228={“id”:1036222,”unique_id”:”wp-post-
228″,”title”:”Model Pembelajaran Konstektual”,”permalink”