Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENYAKIT TETANUS

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

1. Amik Setiyo B. (10218003) 8. Dia Ayu Tri A. (10218021)


2. Anggina Firdausi (10218006) 9. Dwi Gandhi W. (10218022)
3. Arinda Akmelia (10218012) 10. Erica Septiana (10218027)
4. Aulia Rahma D. (10218015) 11. Galuh Ayu W. (10218037)
5. Cindy Novid (10218018) 12. Galih Ardiyanto (10218036)
6. Etana Nugraha Y. (10218030) 13. Aning Ratna S. (10218009)
7. Feby Vovia L. N. (10218033)

INSTITUT ILMU KESEHATAN

BHAKTI WIYATA KEDIRI

TAHUN AKADEMIK

2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan
rahmat-Nya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Penyakit Tetanus”
dengan lancar. Adapun maksud penyusunan karya tulis ini untuk memenuhi tugas
Ilmu Dasar Keperawatan.
Rasa terima kasih kami tidak terkirakan kepada yang terhormat Ibu Sheylla
Septina M.,S.kep.Ns.,M.Kep selaku pembimbing materi dalam pembuatan makalah
ini, teman-teman yang membantu dalam proses pembuatan, serta semua pihak yang
telah mendukung dalam penyusunan karya tulis ini yang tidak bisa kami sebutkan
satupersatu. 
Harapan kami bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan seputar penyakit tetanus, sehingga kedepanya
pembaca bisa mengantisipasi kemungkinan yang dapat terjadi.
Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima dengan
tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini. 

                                                                                                                                          
Kediri, 12 Maret 2019
                        

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................2
BAB II..........................................................................................................3
2.1 Definisi Penyakit Tetanus.............................................................3
2.2 Etiologi Penyakit Tetanus.............................................................4
2.3 Patofisiologi Penyakit Tetanus.....................................................4
2.4 Manifestasi Klinis Penyakit Tetanus............................................6
2.5 Pathway Tetanus...........................................................................8
2.6 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang................................................9
2.7 Penatalaksanaan Penyakit dan Peran Perawat..............................10
BAB III........................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................14
3.2 Saran.............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tetanus merupakan penyakit dominan negara-negara belum berkembang, di


negara-negara tanpa program imunisasi yang komprehensif. Secara keseluruhan,
kejadian tahunan tetanus adalah 0,5-1.000.000 kasus. WHO memperkirakan
bahwa pada tahun 2002, ada 213.000 kematian tetanus, 198.000 dari mereka pada
anak-anak muda dari 5 tahun. Tidak ada prediksi jenis kelamin secara
keseluruhan yang telah dilaporkan, kecuali sejauh bahwa laki-laki mungkin
memiliki eksposur tanah lebih dalam beberapa kebudayaan. Tetanus
mempengaruhi semua ras. Di Indonesia sendiri, belum ada jumlah pasti insiden
kejadian tetanus

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi dari penyakit tetanus?


2. Apa etiologi dari tetanus?
3. Bagaimana patofisiologi dari tetanus?
4. Manifestasi klinis penyakit tetanus?
5. Pathway tetanus?
6. Pemeriksaan penunjang?
7. Penatalaksanaan penyakit tetanus dan peran perawat?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk menjelaskan Pengertian dari Tetanus
2. Untuk menjelaskan Etiologi dari Tetanus
3. Untuk menjelaskan Patofisiologi dari Tetanus

1
4. Untuk menjelaskan Tanda dan gejala dari Tetanus
5. Untuk menjelaskan Gambaran Umum yang Khas pada Tetanus
6. Untuk menjelaskan Pemeriksaan Diagnostik pada Tetanus
7. Untuk menjelaskan Komplikasi pada Tetanus
8. Untuk menjelaskan Pencegahan dari Tetanus

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PENYAKIT TETANUS

Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme)


tanpa disertai gangguan kesadaran, disebabkan oleh toksin (tetanospasmin)
yang dihasilkan oleh kuman clostridium tetani (FKUI, 2000).
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
Clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara
proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu
nampak pada otot masester dan otot rangka (Vanessa, 2007).
Tetanus adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan oleh adanya
kontaminasi luka dari toksin yang dihasilkan oleh bakteri yang bernama
Clostridium tetani, yaitu bakteri yang hidup bertahun-tahun di tanah dalam
bentuk spora (Davis, 2009).
Berdasarkan ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tetanus
merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin yang
dihasilkan bakteri Clostridium tetani dengan gejala utama adalah kejang otot
secara proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan tanpa disertai adanya
gangguan kesadaran.
Cclostridium tetani bisa bertahan hidup diluar tubuh dalam bentuk spora
untuk waktu yang sangat lama. Misalnya dalam debu, tanah, serta kotoran
hewan maupun manusia. Spora clostridium tetani umumnya masuk ke tubuh
melalui luka yang kotor. Contohnya luka akibat cedera, digigit hewan, paku
berkarat, atau luka bakar.

3
2.2 ETIOLOGI PENYAKIT TETANUS

Tetanus adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan oleh adanya


kontaminasi luka dari toksin yang dihasilkan oleh bakteri yang bernama
Clostridium tetani, yaitu bakteri yang hidup bertahun-tahun di tanah dalam
bentuk spora
BakteriClostridium tetaniini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan
hewan peliharaan serta di daerah pertanian. Bakteri ini peka terhadap panas
dan tidak dapat bertahan dalamlingkungan yang terdapat oksigen. Sebaliknya, dalam
bentuk spora sangat resisten terhadap panas danantiseptik. Spora mampu bertahan dalam
keadaan yang tidak menguntungkan selama bertahun-tahundalam lingkungan yang anaerob
yang dapat berubah menjadi bentuk vegetative yang akanmenghasilkan eksotoksin. Spora
dapat bertahan dalam autoklaf pada suhu 249,8 °F (121°C) selama10-15 menit. Spora
juga relatif resisten terhadap fenol dan agen kimia lainnya. Spora dapat
menyebar kemana-mana, mencemari lingkungan secara fisik dan biologik.
Clostridium tetani biasanya masuk ke dalam tubuh melalui luka. Adanya
luka mungkin dapattidak disadari, dan seringkali tidak dilakukan pengobatan.
Tetanus juga dapat terjadi akibat beberapakomplikasi kronik seperti ulkus
dekubitus, abses dan gangren. Dapat juga terjadi akibat frost bite,infeksi
telinga tengah, pembedahan, persalinan, dan pemakaian obat-obatan intravena atau
subkutan.
Tempatmasuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan
dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan
kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dankecil atau luka geser yang
terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan
dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan

2.3 PATOFISIOLOGI PENYAKIT TETANUS

Clostridium tetani tetani biasanya memasuki tubuh melalui luka,


masuk ke dalam tubuh manusia  dalam bentuk spora. Dalam keadaan anaerob

4
(oksigen rendah), spora berkecambah menjadi bentuk vegetatif dan
menghasilkan racun tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanolisin mampu secara
lokal merusak jaringan yang masih hidup yang mengelilingi sumber infeksi
dan mengoptimalkan kondisi yang memungkinkan multiplikasi bakteri. Klinis
khas tetanus disebabkan ketika toksin tetanospasmin yang mengganggu
pelepasan neurotransmiter, menghambat impuls inhibitor yang mengakibatkan
kontraksi otot yang kuat dan spasme otot.
Racun yang diproduksi dan disebarkan melalui darah dan limfatik. Racun
bertindak di beberapa tempat dalam sistem saraf pusat, termasuk motor
endplate, sumsum tulang belakang, dan otak, dan di saraf simpatis. Transport
terjadi pertama kali di saraf motorik, lalu ke saraf sensorik dan saraf autonom.
Jika toksin telah masuk ke dalam sel, ia akan berdifusi keluar dan akan masuk
dan mempengaruhi ke neuron di dekatnya. Apabila interneuron inhibitor
spinal terpengaruh, gejala-gejala tetanus akan muncul. Transpor interneuron
retrogard lebih jauh terjadi dengan menyebarnya toksin ke batang otak
dan otak tengah. Penyebaran ini meliputi transfer melewati celah sinaps
dengan mekanisme yang tidak jelas.
  Toksin ini mempunyai efek dominan pada neuron inhibitori, dimana
setelah toksin menyebrangi sinaps untuk mencapai presinaps, ia akan
memblokade pelepasan neurotransmitter inhibitori yaitu glisin dan asam
aminobutirat. Interneuron yang menghambat neuron motorik alfa yang
pertama kali dipengaruhi, sehingga neuron motorik ini kehilangan fungsi
inhibisinya. Lalu karena jalur yang lebih panjang, neuron simpatetik
preganglion pada ujung lateral dan pusat parasimpatik  juga dipengaruhi.
Neuron motorik juga dipengaruhi dengan cara yang sama, dan pelepasan
asetilkolin ke dalam celah neuromuskular dikurangi. Dengan hilangnya
inhibisi sentral, terjadi hiperaktif otonom serta kontraksi otot yang tidak
terkontrol (kejang) dalam menanggapi rangsangan yang normal seperti suara
atau lampu.Spasme otot rahang, wajah dan kepala sering terlihat pertama kali

5
karena jalur aksonalnaya lebih pendek. Tubuh dan anggota tubuh mengikuti,
sedangkan otot-otot perifer tangan dan kaki relatif jarang terlibat.
Setelah toksin menetap di neuron, toksin tidak dapat lagi dinetralkan
dengan antitoksin. Pemulihan fungsi saraf dari racun tetanus membutuhkan
tumbuhnya terminal saraf baru dan pembentukan sinapsis baru. Tetanus lokal
berkembang ketika hanya saraf yang memasok otot yang terkena terlibat.
Genelized Tetanus terjadi ketika racun dirilis pada luka menyebar melalui
sistem limfatik dan darah ke terminal saraf.

2.4 MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT TETANUS

Pada penyakit tetanus dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk,

diantaranya:

a. Generalized Tetanus ini adalah bentuk paling umum. Mungkin dimulai


sebagai tetanus lokal yang menjadi umum setelah beberapa hari, atau
mungkin menyebar dari awal. Trismus sering merupakan manifestasi
pertama. Dalam beberapa kasus didahului oleh rasa kaku pada rahang atau
leher, demam, dan gejala umum infeksi. Kekakuan otot lokal dan kejang
menyebar dengan cepat ke otot bulbar, leher, batang tubuh, dan anggota
badan. Timbul gejala kekakuan pada semua bagian seperti trismus, risus
sardonicus (dahi mengkerut, mata agak tertutup, sudut mulut tertarik ke
luar dan ke bawah), mulut mencucu, opistotonus (kekakuanyang
menunjang tubuh seperti: otot punggung, otot leher, otot badan, trunk
muscle), perut seperti papan. Bila kekakuan semakin berat, akan timbul
kejang yang terjadi secara spontan atau direspon terhadap stimulus
eksternal.
Pada tetanus yang berat terjadi kejang terus menerus atau kekuan pada
otot laring yang menimbulkan apnea atau mati lemas. Pengaruh toksin
pada saraf otonom menyebabkan gangguan sirkulasi (gangguan irama
jantung atau kelainan pembuluh darah). Kematian biasanya disebabkan

6
oleh asfiksia dari laringospasme, gagal jantung, atau shock, yang
dihasilkan dari toksin pada hipotalamus dan sistem saraf
simpatik.Terdapat trias klinis berupa rigiditas, spasme otot dan apabila
berat disfungsiotonomik.
b. Local Tetanus adalah bentuk yang paling jinak. Gejala awal adalah
kekakuan, sesak, dan nyeri di otot-otot sekitar luka, diikuti oleh twitchings
dan kejang singkat dari otot yang terkena. Tetanus lokal terjadi paling
sering dalam kaitannya dengan luka tangan atau lengan bawah, jarang di
perut atau otot paravertebral. Bisa terjadi sedikit trismus yang berguna
untuk menegakkan diagnosis. Gejala dapat bertahan dalam beberapa
minggu atau bulan. Secara bertahap kejang menjadi kurang dan akhirnya
menghilang tanpa residu. Prognosis tetanus ini baik.

c. Cephalic tetanus merupakan bentuk tetanus lokal pada luka pada wajah
dan kepala. Masa inkubasi pendek, 1 atau 2 hari. Otot yang terkena
(paling sering wajah) menjadi lemah atau lumpuh. Bisa terjadi kejang
wajah, lidah dan tenggorokan, dengan disartria, disfonia, dan disfagia.
Banyak kasus fatal.

Klasifikasi tetanus berdasarkan derajat panyakit dapat dibagi menjadi


IV diantaranya, yaitu:
a. Derajat 1 (ringan):  Trismus ringan sampai sedang, Kekakuan umum:
kaku kuduk, opistotonus, perut papan, tidak dijumpai disfagia atau ringan,
tidak dijumpai kejang, tidak dijumpai gangguan respirasi
b. Derajat II (sedang): Trismus sedang, rigiditas/kekakuan yang tampak
jelas, spasme singkat ringan sampai sedang, gangguan pernafasan sedang
dengan frekuensi pernafasan lebih dari 30 kalipermenit disfagia ringan.
c. Derajat III (berat): Trismus berat, spastisitas generalisata: otot spastis,
kejang spontan,spasme reflex berkepanjangan frekuensi pernafasan lebih

7
dari 40x/ menit, serangan apneu disfagia berat dan takikardia lebih
dari 120.
d. Derajat IV (sangat berat): derajat III ditambah dengan gangguan otonomik
berat melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipertensi berat dengan
takikardia terjadi berselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah
satunya dapat menetap.

2.5 PATHWAY TETANUS

8
2.6 PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

a. Anamnesa
 Apakah dijumpai luka tusuk, luka kecelakaan atau patah tulang
terbuka, lukadengan nanah atau gigitan binatang?
 Apakah pernah keluar nanah dari telinga?
 Apakah sedang menderita gigi berlubang?
 Apakah sudah mendapatkan imunisasi DT atau TT, kapan melakukan
imunisasi yang terakhir?
 Selang waktu antara timbulnya gejala klinis pertama (trismus atau
spasme lokal) dengan kejang yang pertama.

b. Pemeriksaan fisik
 Trismus yaitu kekakuan otot mengunyah (otot maseter) sehingga sukar
membuka mulut. Pada neonatus kekakuan ini menyebabkan mulut
mencucut seperti mulut ikan, sehingga bayi tidak dapat menyusui.
Secara klinis untuk menilai kemajuan kesembuhan, lebar membuka
mulut diukur setiap hari.
 Risus sardonicus terjadi sebagai akibat kekakuan otot mimik, sehingga
tampak dahi mengkerut, mata agak tertutup dan sudut mulut tertarik
keluar dan ke bawah
 Opistotonus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti otot
punggung,otot leher, otot badan dan trunk muscle. Kekakuan yang
sangat berat dapatmenyebabkan tubuh melengkung seperti busur
 Perut papan
 Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum yang awalnya
hanya terjadi setelah dirangsang, misalnya dicubit, digerakkan secara
kasar atau terkena sinar yang kuat. Lambat laun masa istirahat kejang
semakin pendek sehingga anak  jatuh dalam status konvulsivus.

9
 Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan sebagai
akibat kejang yang terus-menerus atau oleh kekakuan otot laring yang
dapat menimbulkan anoksia dan kematian. Pengaruh toksin pada saraf
autonom menyebabkan gangguan sirkulasi dan dapat pula
menyebabkan suhu badan yang tinggi atau berkeringat banyak.
Kekakuan otot sfingter dan otot polos lain sehingga terjadi retentio
alvi, retentio urinae, atau spasme laring. Patah tulang panjang dan
kompresi tulang belakang.

c. Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium untuk penyakit tetanus tidak
khas, yaitu:
 Lekositosis ringan
 Trombosit sedikit meningkat
 Glukosa dan kalsium darah normal
 Enzim otot serum mungkin meningkat-
 Cairan serebrospinal normal tetapi tekanan dapat meningkat5

d. Penunjang lainnya
 EKG dan EEG normal
 Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis nanah yang diambil dari
luka dapat membantu, tetapi Clostridium tetani sulit tumbuh dan
batang gram positif berbentuk tongkat penabuh drum seringnya tidak
ditemukan.

2.7 PENATALAKSANAAN PENYAKIT DAN PERAN PERAWAT

2.7.1 Penatalaksanaan Penyakit

Terdiriatas    :

10
1. Pemberianantitoksin tetanus
2. Penatalaksanaanluka
3. Pemberianantibiotika
4. Penanggulangankejang
5. Perawatanpenunjang
6. Pencegahankomplikasi

1. Pemberian antitoksin tetanus. 


Pemberian serum dalamdosisterapetikuntuk ATS
bagiorangdewasaadalahsebesar 10.000 – 20.000 IU IM danuntukanak –
anaksebesar 10.000 IU IM, untukhypertetbagiorangdewasaadalahsebesar 300
IU – 6000 IU IM danbagianak – anaksebesar 3000 IU IM. 
Pemberianantitoksindosisterapetikselama 2 – 5 hariberturut – turut.

2. Penatalaksanaan luka. 
Eksisi dan debridement luka yang dicurigai harus segera dikerjakan 1
jam setelah terapi sera (pemberian anti toksin tetanus).  Jika memungkinkan
dicuci dengan perhydrol.  Luka dibiarkan terbuka untuk mencegah keadaan
anaerob.  Bila perlu disekitar luka dapat disuntikan ATS.
3. Pemberian antibiotika.
Obat pilihannya adalah Penisilin, dosis yang diberikan untuk orang
dewasa adalah sebesar 1,2 juta IU/8 jam IM, selama 5 hari, sedang untuk anak
– anak adalah sebesar 50.000 IU/kg BB/hari, dilanjutkan hingga 3 hari bebas
panas.
Bila penderita alergi terhadap penisilin, dapat diberikan tetra siklin.  Dosis
pemberian tetra siklin pada orang dewasa adalah 4 x 500 mg/hari, dibagi
dalam 4 dosis.
Pengobatan dengan anti biotika ditujukan untuk bentuk
vegetatif clostridium tetani, jadi sebagai pengobatan radikal, yaitu untuk
membunuh kuman tetanus yang masih ada dalam tubuh, sehingga tidak ada
lagi sumber eksotoksin.
ATS atau HTIG ditujukan untuk mencegah eksotoksin berikatan dengan
susunan saraf pusat (eksotoksin yang berikatan dengan susunan saraf
pusatakan menyebabkankejang, dansekalimelekatmaka ATS / HTIG

11
takdapatmenetralkannya. 
Untukmencegahterbentuknyaeksotoksinbarumakasumbernyayaitukuman clost
ridium tetaniharusdilumpuhkan, denganantibiotik.
4. Penaggulangan Kejang. 
Dahuludilakukanisolasikarenasuaradancahayadapatmenimbulkanseran
gankejang.  Saatiniprinsipisolasisudahditinggalkan, karenadenganpemberian
anti kejang yang memadaimakakejangdapatdicegah.
Bilakejangbelumjugateratasi, dapatdigunakanpelemasotot (muscle relaxant)
ditambahalatbantupernapasan (ventilator).  Cara
inihanyadilakukandiruangperawatankhusus (ICU = Intesive Care Unit)
dandibawahpengawasanseorangahlianestesi.
5. Perawatan penunjang. 
Yaitudengantirah baring, diet per sonde, denganasupansebesar 200
kalori / hariuntukorangdewasa, dansebesar 100 kalori/kg BB/hariuntukanak –
anak, bersihkanjalannafassecarateratur, berikancairan infuse danoksigen,
awasidenganseksamatanda – tanda vital (seperti kesadaran, keadaanumum,
tekanandarah, denyutnadi, kecepatanpernapasan), trisnus (diukurdengan cm
setiaphari), asupan / keluaran (pemasukandanpengeluarancairan), temperatur,
elektrolit (bilafasilitaspemeriksaanmemungkinkan), konsultasikankebagian
lain bilaperlu.
6. Pencegahan komplikasi. 
Mencegahanoksiaotakdengan
(1) pemberianantikejang, sekaligusmencegahlaringospasme,
(2) jalannapas yang memadai, bilaperlulakukanintubasi (pemasangan
tuba endotrakheal) ataulakukantrakheotomiberencana,
(3) pemberianoksigen.Mencegah pneumonia
denganmembersihkanjalannapas teratur,
pengaturanposisipenderitaberbaring, pemberianantibiotika. 
Mencegahfraktur vertebra denganpemberianantikejang 
yangmemadai.

2.7.2 Peran Perawat

12
Perawatan luka harus segera dilakukan terutama pada luka tusuk,luka
kotor atau luka yang diduga tercemar dengan spora tetanus, guna mencegah
timbulnya jaringan anaerob.
Pemberian ATS dan tetanus toksoid pada luka perlu disegerakan karena
profilaksis dengan pemberianATS hanya efektif pada luka baru (kurang dari 6
jam) dan harus segeradilanjutkan dengan imunisasi aktif. Imuniasi aktif yang
diberikan yaitu DPT, DT, atau tetanustoksoid. Jenis imuniasi tergantung
dari golongan umur dan jenis kelamin. VaksinDPT diberikan sebagai
imunisasi dasar sebanyak 3 kali, DPT IV pada usia 18bulan dan DPT V pada
usia 5 tahun dan saat usia 12 tahun diberikan DT.
Tetanustoksoid diberikan pada setiap wanita usia subur, perempuan usia
12 tahun dan ibuhamil. DPT atau DT diberikan setelah pasien sembuh dan
dilanjutkan imuniasiulangan diberikan sesuai jadwal, oleh karena tetanus tidak
menimbulkankekebalan yang berlangsung lama.
Peran perawat disini adalah sebagi care giver dan educator dalam segala
bentuk pencegahan dan penanganan penyakit tetanus.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Tetanus merupakan suatu penyakit yang disebabkan adanya kontaminasi luka


dari toksin yang dihasilkan oleh toksin dari bakteri clostridium tetani, Gejala
utama yang ditimbulkan yaitu kejang otot secara proksimal dengan diikuti
kekakuan seluruh badan tanpa adanya gangguan tingkat kesadaran seseorang.
Secara klinis tetanus dibagi menjadi 3 macam yaitu tetanus umum, tetanus lokal,
dan tetanus chepalic. Penatalaksaan umum penyakit tetanus yaitu penderita harus
ditempatkan ditempat teduh dan tenang selain itu dapat menggunakan
imunoterapi, pemberian obat antibiotic, control kejang, control disfungsiotonom,
control pernafasan, dan cairan yang memadai dan gizi harus disediakan. Peran
perawat dalam menyembuhkan penyakit tetanus yaitu perawatan luka, Pemberian
ATS dan tetanus toksoid pada luka imunisasi aktif.

3.2 SARAN

Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebeb itu, kami mengharapkan dan menerima segala kritik
ataupun saran yang dapat mendukung dan membangun demi kesempurnaan
pembuatan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat dijadikan tambahan
wawasan yang bermanfaat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Davis, Charles. 2009. Tetanus.


http://www.emedicinehealth.com/tetanus/article_em.htm. Diakses tanggal
7 Maret 2019 pukul 08:31 WIB.
Fakultas Kedokteran UI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Medi
Aesculapius. Jakarta
Itaputratika, Arasy. 2015.Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Dan Balita Tetanus.
https://www.academia.edu/11837145/tetanus. Diakses tanggal 6 Maret
2019 pukul 18:30 WIB.
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Syaraf Prof. DR Sulianti Saroso
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. 2016. Referat Tetanus.
https://www.academia.edu/28689034/Referat_tetanus. Diakses Tanggal 6
Maret Pukul 18:36 WIB.

15

Anda mungkin juga menyukai