BAB 1
PENDAHULUAN
lahan yang ada (mengurangi biaya investasi lahan), serta dapat turut mengurangi
beban jaringan sistem yang ada.
Mengingat saat ini PLN telah mengakomodasi pemanfaatan PLTS oleh
pelanggan secara terintegrasi jaringan melalui sistem net-metering dimana produksi
listrik oleh pelanggan akan mengimbangi energi listrik dari sistem PLN, maka sistem
PLTS yang akan dibangun adalah PLTS rooftop on grid dilengkapi dengan baterei
sebagai kompensasi atas fluktuasi radiasi surya yang mungkin terjadi.
Untuk menentukan berapa kapasitas PLTS yang diperlukan maka perlu
diperhatikan berapa produksi energi yang diinginkan. Sebagai contoh, misal jika
PLTS rooftop ini diimplementasikan di gedung Direktorat Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) dengan profil beban konsumsi
energi harian adalah sebesar 3,2 megawatt hour (MWh), apabila digunakan asumsi 7
persen dari energi listrik yang diperlukan dan load factor 0,6 maka diperoleh
kapasitas sistem sebesar 133 kWp. Dengan luasan per kWp 7 m 2, maka luasan yang
diperlukan untuk sistem 132,96 kWp adalah sekitar 931 m2. Dengan harga PLTS Rp
28 juta per kWp (rata-rata rooftop residential), maka diperlukan biaya sekitar Rp
3,76 miliar. Dengan asumsi pengurangan emisi CO2 sebesar 0,891 kg/kWh maka
dalam satu tahun akan diperoleh penurunan emisi 172 ton CO2.
1.2. Regulasi
Dasar hukum yang melandasi atau yang digunakan pada pekerjaan ini adalah:
1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan energi Nasional;
3) Peraturan Menteri ESDM No. 13 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 49 Tahun 2018 Tentang
Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap Oleh Konsumen PT
Perusahaan Listrik Negara (Persero);
4) Peraturan Menteri ESDM No. 10 Tahun 2012 tentang pelaksanaan kegiatan fisik
pemanfaatan energi baru terbarukan;
5) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral;
6) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 49 Tahun 2018
tentang penggunaan sistem pembangkit listrik tenaga surya atap oleh konsumen
PT. PLN (Persero);
7) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2017
tentang pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik.
1.3. Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah melakukan melakukan perencanaan
secara komprehensif pembangunan PLTS Rooftop di Wilayah Sulawesi untuk
bangunan/gedung non komersial yang terletak di Sulawesi Utara-80 lokasi, Sulawesi
Barat-15 lokasi dan Sulawesi Selatan-15 Lokasi.
2) Kegiatan Utama
Feasibility Study (FS) pembangunan PLTS yang merupakan suatu evaluasi
dan analisis dari potensi proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) yang didasarkan atas investigasi dan research secara ekstensif
untuk mendukung proses pengambilan keputusan tentang kelayakan proyek.
a. Survey Tapak (Site Survey)
Aktivitas dari pekerjaan ini meliputi kegiatan – kegiatan sebagai berikut :