Anda di halaman 1dari 6

Penyusunan FS.

DED PLTS Rooftop Wilayah Sulawesi


Tahun Anggaran 2019 LAPORAN AKHIR

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kegiatan


Indonesia memiliki potensi energi surya yang sangat baik, rata-rata 4,80
kWh/m2/hari. Seiring dengan berkembangnya teknologi konversi energi surya
menjadi energi listrik serta menurunnya biaya peralatan yang diperlukan, potensi
energi surya nasional menjadi hal yang layak untuk didorong pemanfaatannya di
Indonesia.
Melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun
2013 tentang Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN dari Pembangkit Listrik Tenaga
Surya Fotovoltaik, Pemerintah telah memberikan kesempatan bagi pengusahaan
energi surya sebagai pembangkit listrik melalui mekanisme kuota kapasitas dan
penetapan harga patokan tertinggi sebesar US$25 sen perkilowatt hours (kWh).
Memperhatikan kondisi tersebut diatas maka Pemerintah perlu mendorong
pemanfaatan energi terbarukan sebagai sumber energi di bangunan-bangunan
perkantoran yang hampir seluruhnya menggunakan listrik dari jaringan PLN
sehingga dapat menekan penggunaan bahan bakar minyak dan penurunan emisi CO2.
Pemanfaatan energi terbarukan yang cocok untuk perkantoran adalah
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan menggunakan modul surya
fotovoltaik yang dipasang di atap bangunan (rooftop). PLTS rooftop merupakan
solusi yang handal bagi penyediaan energi di gedung-gedung perkantoran karena
mayoritas gedung perkantoran menggunakan listrik pada siang hari atau jam kerja
pasalnyabiaya pengadaan listrik yang lebih murah dari diesel ataupun bahan bakar
minyak (BBM). Selain itu, perawatan dan pengoperasiannya juga mudah namun
dampaknya signifikan untuk mengurangi polusi dan efek rumah kaca.
Disamping itu, bentuk PLTS rooftop tersebut memiliki keunggulan tersendiri
apabila dibandingkan dengan PLTS skala besar, diantaranya lebih mudah dan murah
untuk diintegrasikan dengan sistem kelistrikan yang sudah ada, dapat memanfaatkan

PT. Media Architects and Enginners BAB I/ 1


Penyusunan FS. DED PLTS Rooftop Wilayah Sulawesi
Tahun Anggaran 2019 LAPORAN AKHIR

lahan yang ada (mengurangi biaya investasi lahan), serta dapat turut mengurangi
beban jaringan sistem yang ada.
Mengingat saat ini PLN telah mengakomodasi pemanfaatan PLTS oleh
pelanggan secara terintegrasi jaringan melalui sistem net-metering dimana produksi
listrik oleh pelanggan akan mengimbangi energi listrik dari sistem PLN, maka sistem
PLTS yang akan dibangun adalah PLTS rooftop on grid dilengkapi dengan baterei
sebagai kompensasi atas fluktuasi radiasi surya yang mungkin terjadi.
Untuk menentukan berapa kapasitas PLTS yang diperlukan maka perlu
diperhatikan berapa produksi energi yang diinginkan. Sebagai contoh, misal jika
PLTS rooftop ini diimplementasikan di gedung Direktorat Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) dengan profil beban konsumsi
energi harian adalah sebesar 3,2 megawatt hour (MWh), apabila digunakan asumsi 7
persen dari energi listrik yang diperlukan dan load factor 0,6 maka diperoleh
kapasitas sistem sebesar 133 kWp. Dengan luasan per kWp 7 m 2, maka luasan yang
diperlukan untuk sistem 132,96 kWp adalah sekitar 931 m2. Dengan harga PLTS Rp
28 juta per kWp (rata-rata rooftop residential), maka diperlukan biaya sekitar Rp
3,76 miliar. Dengan asumsi pengurangan emisi CO2 sebesar 0,891 kg/kWh maka
dalam satu tahun akan diperoleh penurunan emisi 172 ton CO2.

1.2. Regulasi
Dasar hukum yang melandasi atau yang digunakan pada pekerjaan ini adalah:
1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan energi Nasional;
3) Peraturan Menteri ESDM No. 13 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 49 Tahun 2018 Tentang
Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap Oleh Konsumen PT
Perusahaan Listrik Negara (Persero);
4) Peraturan Menteri ESDM No. 10 Tahun 2012 tentang pelaksanaan kegiatan fisik
pemanfaatan energi baru terbarukan;
5) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral;

PT. Media Architects and Enginners BAB I/ 2


Penyusunan FS. DED PLTS Rooftop Wilayah Sulawesi
Tahun Anggaran 2019 LAPORAN AKHIR

6) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 49 Tahun 2018
tentang penggunaan sistem pembangkit listrik tenaga surya atap oleh konsumen
PT. PLN (Persero);
7) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2017
tentang pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik.

1.3. Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah melakukan melakukan perencanaan
secara komprehensif pembangunan PLTS Rooftop di Wilayah Sulawesi untuk
bangunan/gedung non komersial yang terletak di Sulawesi Utara-80 lokasi, Sulawesi
Barat-15 lokasi dan Sulawesi Selatan-15 Lokasi.

1.4. Ruang Lingkup Pekerjaan


1) Persiapan (Preliminary)
Persiapan adalah melakukan koordinasi dengan instansi terkait, survey
lokasi serta pengumpulan data awal. Tugas pokok ini mencakup kegiatan –
kegiatan sebagai berikut:
a) Mengkonsolidasikan tim tenaga ahli;
b) Menyiapkan peralatan dan perangkat untuk melakukan survey;
c) Berkoordinasi dengan instansi terkait;
d) Menyusun rencana kegiatan yang akan dituangkan dalam laporan
pendahuluan Feasibility Study.

2) Kegiatan Utama
Feasibility Study (FS) pembangunan PLTS yang merupakan suatu evaluasi
dan analisis dari potensi proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) yang didasarkan atas investigasi dan research secara ekstensif
untuk mendukung proses pengambilan keputusan tentang kelayakan proyek.
a. Survey Tapak (Site Survey)
Aktivitas dari pekerjaan ini meliputi kegiatan – kegiatan sebagai berikut :

PT. Media Architects and Enginners BAB I/ 3


Penyusunan FS. DED PLTS Rooftop Wilayah Sulawesi
Tahun Anggaran 2019 LAPORAN AKHIR

1. Desk Study, yang termasuk pekerjaan persiapan dan koordinasi dengan


instansi terkait, pengumpulan data awal lokasi survey, serta mengkaji
regulasi terkait pembangunan PLTS.
2. Survey lokasi, kegiatan ini mencakup :
a) Survey lokasi pemasangan PLTS di lokasi-lokasi yang telah
ditentukan, meliputi identifikasi area Rooftop bangunan, diantaranya:
ketersediaan area Rooftop, kekuatan struktur, aktual area yang
lainnya yang dapat dipergunakan dan keamanannya;
b) Observasi dan pengumpulan data terkait system kelistrikan dan data
terkait rata – rata kebutuhan beban atau konsumsi listrik di area yang
telah ditentukan setiap bulannya serta cost yang harus dibayar setiap
bulannya.
b. Feasibility study dan Detail Engineering Design PLTS Rooftop
Aktivitas dari kegiatan – kegiatan ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Deskripsi latar belakang dan histori proyek, meliputi :
a. Latar belakang proyek;
b. Objektif proyek dan outline dari strategi proyek, termasuk area
geografis, dan lain – lain;
c. Lokasi proyek;
d. Kebijakan – kebijakan ekonomi dan industri yang mendukung
proyek.
2) Studi tapak/peletakan PLTS, meliputi :
a. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan lokasi secara umum;
b. Mengidentifikasi aspek – aspek kritis dan alasan pemelihan lokasi
pemasangan PLTS;
c. Mengkaji solar resource;
d. Karakteristik lingkungan (termasuk suhu dan kecepatan angin);
e. Mengkaji potensi shading disekitar area PLTS rooftop;
f. Menentukan lokasi yang tepat untuk pemasangan PLTS rooftop;
g. Deskripsi pekerjaan sipil utama yang diperlukan;
h. Studi aspek lahan dan status hibah;

PT. Media Architects and Enginners BAB I/ 4


Penyusunan FS. DED PLTS Rooftop Wilayah Sulawesi
Tahun Anggaran 2019 LAPORAN AKHIR

i. Evaluasi struktur bangunan untuk menentukan jika ada limitasi yang


mungkin melarang tambahan kapasitas beban PV-Array.

3) Studi Sistem Kelistrikan, meliputi :


a. Analisis permintaan listrik (electricity demand);
b. Penentuan kapasitas PLTS rooftop;
c. Analisa sistem pasokan listrik (electricity supply system), termasuk
sistem kelistrikan yang mampu untuk mengintegrasikan output dari
sistem PLTS.
d. Mengkaji opsi teknologi yang memberikan cost/benefit untuk
penempatan PLTS di area yang ditentukan termasuk mengkaji:
 Jenis sistem PV;
 Komponen – komponen sistem PV;
 Operasi dan maintenance;
 Ukuran PV dan performance;
 Sistem bantalan (Mounting system);
4) Desain dan engineering, termasuk :
a. Deskripsi proses Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), desain
pemasangannya serta kapasitas pembangkit;
b. Deskripsi dan alasan teknologi yang dipilih (modul, inverter dan
mounting frame), me-review ketersediaannya dan kemungkinan
keunggulan signifikan atau kelemahannya;
c. Menentukan shade dan layout PLTS. Proses optimasi ini
memperhitungkan:
 Shading angles;
 Kebutuhan O&M;
 Strategi pembersih modul;
 Sudut kemiringan (tilt angle) dan orientasinya;
 Suhu dan profil angin dilapangan;
 Cable run dan minimalisasi kerugian listrik;
d. Desain sistem pengkabelan (electrical cabling design) dan single line
diagram;

PT. Media Architects and Enginners BAB I/ 5


Penyusunan FS. DED PLTS Rooftop Wilayah Sulawesi
Tahun Anggaran 2019 LAPORAN AKHIR

e. Koneksi listrik (electrical connection) dan peralatan monitoring;


f. Desain sistem integrasi PLTS rooftop dan existing pembangkit;
g. Analisa energy yield.
5) Organisasi dan biaya overhead, yang mencakup desain organisasi dan
manajemen ;
6) Sumber daya manusia (SDM), meliputi :
1. Deskripsi ketersediaan SDM dan kebutuhan perekrutan dan
pelatihan;
2. Penentuan key person (keterampilan yang diperlukan) dan total
tenaga kerja (jumlah dan biaya).
3. strategi dan sarana penglolaan risiko skenario kemungkinan masa
depan dan kemungkinan berdampak pada kelayakan finasial proyek
investasi.
c. Penyusunan Laporan
Laporan yang harus disiapkan terdiri dari laporan pendahuluan dan laporan
akhir FS dan DED untuk pembangunan PLTS.

PT. Media Architects and Enginners BAB I/ 6

Anda mungkin juga menyukai