Anda di halaman 1dari 82

Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema

Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

KATA PENGANTAR

Feasibility Study (FS) ini merupakan Laporan yang disusun dalam pekerjaan
Perencanaan Pembangunan PLTS Terpusat Maluku Utara, Papua dan Papua Barat (FS, DED
dan Verifikasi) di Direktorat Jendral Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Tahun
Anggaran 2015.

Feasibility Study (FS) ini secara umum merupakan penjabaran dari hasil survey yang
telah kami lakukan di wilayah Desa Yoyok dan Tabalema, Kecamatan Mandioli Selatan,
Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara serta sesuai dengan perencanaan dan
metode pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Pembangunan PLTS Terpusat Maluku Utara,
Papua dan Papua Barat (FS, DED dan Verifikasi).

Demikian Feasibility Study (FS) ini kami susun dan sampaikan dengan harapan dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai rencana pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan.

Jakarta, Januari 2016

CV. SAPTA BUANA JAYA

1
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................1

Daftar Isi .............................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................3


1.2 Maksud dan Tujuan Kegiatan ...................................................................................5
1.3 Sasaran Kegiatan .......................................................................................................5
1.4 Ruang Lingkup Kegiatan ..........................................................................................5
1.5 Waktu Pelaksanaan Kegiatan ....................................................................................7
1.6 Lokasi Kegiatan ........................................................................................................7
1.7 Sistematika Penulisan Laporan .................................................................................8

BAB 2 PENDEKATAN TEKNIS DAN METEDOLOGI

2.1 Pemahaman Terhadap KAK.......................................................................................9

2.2 Pemahaman Terhadap Substansi pekerjaan................................................................13

BAB 3 EXECUTIVE SUMMARY

3.1 Konsep Dasar PLTS ..................................................................................................16

3.2 PLTS Terpusat ...........................................................................................................38

3.3 Analisa Keteknikan PLTS..........................................................................................

3.4 Analisa Keekonomian PLTS......................................................................................

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan.................................................................................................................

4.2 Saran...........................................................................................................................

2
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

BAB 1 STUDI KELAYAKAN


DAN DED PLTS

Setelah mempelajari, memahami dan melakukan pengkajian terhadap Kerangka Acuan Kerja
(KAK) pekerjaan Perencanaan Pembangunan PLTS Terpusat Maluku Utara, Papua dan
Papua Barat (FS, DED dan Verifikasi) yang didukung dengan informasi tambahan pada saat
mengukuti rapat penjelasan pekerjaan (aanwazjing) yang dilaksanakan oleh panitia
pelelangan pekerjaan pada Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konsevasi Energi
tahun anggaran 2015, berikut ini dapat kami uraikan tentang pendekatan dan metodologi
yang akan digunakan dalam penyelesaian pekerjaan ini, yang akan kami uraikan dalam
beberapa point bahasan berikut ini :

1.1 PEMAHAMAN TERHADAP KAK

Untuk dapat menentukan strategi pendekatan penanganan pekerjaan perlu dilakukan


pemahaman kami terhadap materi yang disampaikan pada KAK tersebut yang meliputi:
latar belakang permasalahan, ruang lingkup pekerjaan, maksud dan tujuan pekerjaan
maupun sasaran dan hasil akhir yang akan dicapai.

a. Latar Belakang

Latar belakang pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Pembangunan PLTS Terpusat


Maluku Utara, Papua dan Papua Barat (FS, DED dan Verifikasi) ini telah dapat
dipahami dengan jelas sebagai berikut :
 Indonesia merupakan negara kepulauan yang diantaranya berupa pulau-pulau
kecil terluar dimana pulau-pulau tersebut sebagai kawasan perbatasan
Indonesia dengan negara tetangga yang harus kita jaga keutuhannya sebagai
wilayah NKRI dan sudah seharusnya kawasan tesebut menjadi perhatian kita.

3
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

 Sumber potensi energi terbarukan yang terdapat di pulau-pulau kecil yang


dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan listrik adalah energi matahari
dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
 Mengingat sedikitnya informasi yang dimiliki menganai kebutuhan energi
listrik (demand) di desa/kelompok permukiman yang masuk ke dalam daerah
– daerah tersebut, serta mengingat terbatasnya sumber daya manusia pada
Direktorat Jendral EBTKE yang berkompeten dalam menyusun perencanaan
PLTS Terpusat, maka Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan,
Ditjen EBTKE perlu melakukan studi kelayakan serta rancang bangun teknis
pembangunan PLTS dimana dalam kegiatan ini sangat diperlukan untuk
memastikan bahwa pada lokasi-lokasi yang direncanakan pembangunannya
pada tahun anggaran berikutnya dapat di desain dengan baik, sehingga proses
pelaksanaan pembangunannya dapat terlaksana dengan baik sehingga proses
pelaksanaan pembangunannya dapat terlaksana dengan baik dan terencana.

b. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Pembangunan PLTS


Terpusat Maluku Utara, Papua dan Papua Barat (FS, DED dan Verifikasi) ini telah
dapat dipahami dengan jelas sebagai berikut :

1. Maksud Kegiatan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan verifikasi dan perencanaan teknis
PLTS Terpusat pada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan agar proses
pelaksanaan pembangunannya pada tahun anggaran berikutnya (2016) dapat
berjalan dengan baik dan sesuai peruntukannya.

2. Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelancaran kegiatan pembangunan
PLTS pada tahun anggaran berikutnya sehingga pelaksanaannya berjalan
lancar dan dapat tepat waktu.

4
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

c. Keluaran Pekerjaan
Keluaran pekerjaan Perencanaan Pembangunan PLTS Terpusat Maluku Utara,
Papua dan Papua Barat (FS, DED dan Verifikasi) ini telah dapat dipahami dengan
jelas sebagai beikut :
Tersedianya Laporan Penyusunan FS dan DED Pembangunan PLTS Terpusat
Maluku Utara, Papua dan Papua

d. Ruang Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup kegiatan Perencanaan Pembangunan PLTS Terpusat Maluku Utara,


Papua dan Papua Barat (FS, DED dan Verifikasi) ini meliputi :
1. Koordinasi dengan instansi yang menangani bidang energi di lokasi yang
telah ditetapkan dalam KAK
2. Pengumpulan data yang meliputi :
a) Penentuan Lokasi rencana (rumah pembangkit dan rangkaian modul
surya) PLTS Terpusat yang dilengkapi dengan koordinat serta informasi
status dan luas lahan yang tersedia
b) Pengumpulan data jumlah rumah maupun fasilitas umum yang akan
menjadi calon pelanggan PLTS Terpusat
c) Pengukuran jarak dari lokasi rencana PLTS Terpusat ke masing-masing
beban sehingga didapatkan perkiraan panjang jaringan
d) Pengumpulan informasi akses ke lokasi rencana PLTS Terpusat yang
dapat dijadikan acuan untuk mobilisasi personil dan peralatan pada saat
proses pembangunan PLTS Terpusat
3. Menyusun studi kelayakan dan perencanaan teknis (FS dan DED) dengan
mempertimbangkan data yang diperoleh dan dengan memperhatikan hal-hal
berikut :
a) Dalam menghitung perkiraan kebutuhan beban, ditentukan setiap rumah
penduduk mendapat penerangan sebanyak 3 (tiga) titik lampu LED
masing-masing 3 W dan 1 (satu) tusuk kontak.
b) Disesuaikan dengan kebutuhannya.
c) Desain kontruksi pondasi modul surya dibuat menyesuaikan kondsi
tanah yang akan dijadikan lokasi untuk rangkaian modul surya.

5
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

d) Membuat gambar teknis perencanaan jaringan dengan dilengkapi denah


lokasi calon pelanggan dan lay-out PLTS Terpusat dimana seluruh
fasilitasnya (rumah pembangkit, modul surya dan penangkal petir)
didesain masuk ke dalam pagar BRC.
e) Menentukan luas rumah pembangkit dan membuat gambar lay-out
susunan baterai dan ruang kontrolnya (inverter, controller dan panel
distribusi)
4. Pengumpulan data dilaksanakan di 15 desa yang masuk dalam wilayah
Maluku Utara, Papua dan Papua Barat (lokasi terlampir)
5. Menyusun laporan pendahuluan, laporan antara dan laporan akhir. FS dan
DED dibuat terpisah dari laporan akhir.

e. Laporan

Laporan yang dihasilkan dari pekerjaan Perencanaan Pembangunan PLTS Terpusat


Maluku Utara, Papua dan Papua Barat (FS, DED dan Verifikasi) ini telah dapat
dipahami dengan jelas sebagai berikut :

1. Laporan Pendahuluan

 Laporan pendahuluan memuat :


1. Kegiatan konsultan mengenai pendekatan metoda/model yang
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
2. Rencana kerja konsultan dan personil yang akan digunakan (Job
Description)
3. Jadwal mobilisasi personil ke lapangan
4. Pengenalan lokasi (akses jalan menuju ke lokasi pembangunan)
5. Materi-materi dan bahan (data sekunder) persiapan, pelaksanaan dan
laporan
 Laporan pendahuluan ini diserahkan paling lambat 14 hari setelah
dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja.

6
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

2. Laporan Antara

 Laporan antara merupakan laporan yang diserahkan selambat-lambatnya 14


(empat belas) hari, 30 (tiga puluh) hari, dan 45 (empat puluh lima) hari,
sejak SPMK, berisi anatara lain :
1. Perkembangan kemajuan pelaksanaan pekerjaan (presentase) per bulan
Dokumentasi/ foto progres lapangan
2. Kendala dan hambatan (jika ada)
 Laporan Antara ini diserahkan paling lambat 14 hari, 30 hari, dan 45 hari
setelah dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja.

3. Laporan Akhir

 Laporan akhir berisi perkembangan akhir dan hasil perbaikan dari laporan
berdasarkan masukan-masukan dari tim teknis, tim pengguna
 Buku Studi Kelayakan (FS) dan DED dibuat tersendiri.
 Laporan Akhir diserahkan paling lambat pada tanggal berakhirnya SPMK.

1.2 PEMAHAMAN TERHADAP SUSBTANSI PEKERJAAN


a. Kerangka Pikir
Kerangka pikir / konseptual yang dimaksud diatas adalah alur pikir konsultan berupa
konsep kerangka kerja dalam memahami maksud, tujuan serta sasaran dari pekerjaan
ini yang diharapkan nantinya dapat memperoleh output yang dapat memenuhi sasaran
dari proyek dengan adanya kegiatan ini.
kerangka pikir ini berupa bagan alir yang akan menggambarkan latar belakang,
permasalahan dan kajian serta rumusan yang akan disusun oleh konsultan. Dalam
kerangka pikir ini terlihat instrumen input, subject dan object serta metode yang
digunakan. selain itu dari hasil tinjauan lapangan akan diperoleh kondisi saat ini dan
selanjutnya kondisi yang diharapkan setelah dilakukan kajian.
Selain itu parameter lain adalah subject yang dalam hal ini adalah institusi yang
terlibat baik dari proyek maupun pengguna / masyarakat setempat dan pemda
setempat. Sedangkan parameter berikutnya adalah metode yang akan digunakan
dalam pembahasan atau pelaksanaan pekerjaan ini baik teknis maupun non teknis
yang berhubungan dengan masyarakat dan institusi terkait.

7
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

8
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

INSTRUMENTAL INPUT

set setidaknya informasi yang dimiliki mengenai kebutuhan energi listrik


(demand)di desa/kelompok permukiman yang masuk ke dalam pulau
terluar dan kawasan perbatasan

Kondisi SUBJECT OBJECT METODE


potensi INSTANSI TERKAIT
DATA KEBUTUHAN LISTRIK PERSIAPAN DAN IDENTIFIKASI Perencanaan
ASPEK TEKNIK LAPANGAN teknis dan FS
dan PEMDA KECAMATAN
LOKASI KRITERIA & KEBUTUHAN LISTRIK PLTS yang
PEMANFAAT matang
kebutu MASYARAKAT
AKSES LOKASI ANALISA PERENCANAAN PLTS
KONDISI PENYALURAN SKALA PRIORITAS
han

INPUT
Undang-undang No. 30 Tahu 2007 Tentang Energi
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional.
Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolahan Pulau-Pulau Kecil Terluar
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Kegiatan fisik Pemanfaatan Energi Baru dan
Energi Terbarukan
Rencana Strategis Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (Renstra KESDM) 2010-2014

9
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

b. Monitoring dan Koordinasi Kegiatan


Dalam pelaksanaannya, monitoring dan koordinasi proyek untuk setiap item kegiatan
dapat diuraikan secara matrix yang menggambarkan hubungan interaksi masing-
masing yang berkaitan dengan kegiatan diatas seperti tabel dibawah ini

Tabel Monitoring dan Koordinasi dalam Pelaksanaan Pekerjaan

N
TAHAPAN KEGIATAN MONITORING KOORDINASI
O
A. Pekerjaan persiapan dan » PPK » Direksi Pekerjaan
penyusunan RMK » Kasub Dit Terkait
» Kasi terkait
B. Survey dan inventarisasi
data2 » PPK » Direksi Pekerjaan
yang dibutuhkan » Kasub Dit Terkait » Dinas Terkait
» Kasi terkait » Pemda Kab & Kec
C. 1 Mengkaji studi2
. terdahulu » PPK » Direksi Pekerjaan
2 Mengkaji Aspek teknis
. dan » Kasub Dit Terkait » Dinas Terkait
  lainnya » Kasi terkait » Dll nya
D. 1 Identifikasi
. permasalahan » PPK » Direksi Pekerjaan
2 Identifikasi kebutuhan » Kasub Dit Terkait » Dinas Terkait
. » Kasi terkait » Pemda
E. Analisa data dan detail » PPK » Direksi Pekerjaan
desain » Kasub Dit Terkait
» Kasi terkait
F. Penyusunan Laporan » PPK » Direksi Pekerjaan
» Kasub Dit Terkait
» Kasi terkait
G. Pembahasan (Diskusi) » PPK » Direksi Pekerjaan
» Kasub Dit Terkait
» Kasi terkait

10
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

BAB 2 PENDAHULUAN

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN PLTS TERPUSAT MALUKU UTARA,


PAPUA DAN PAPUA BARAT

2.1 MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

Maksud dari kegiatan Studi Kelayakan Pembangunan PLTS Terpusat Maluku Utara,
Papua dan Papua Barat ini adalah sebagai berikut :

a. Maksud
Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan verifikasi kelayakan lokasi PLTS
Terpusat pada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan agar proses perancangan dan
pelaksanaan pembangunannya pada tahun anggaran berikutnya (2016) dapat
berjalan dengan baik dan sesuai peruntukannya.
b. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelancaran kegiatan pembangunan PLTS
Terpusat pada tahun anggaran berikutnya sehingga pelaksanaannya berjalan
lancar dan dapat tepat waktu.

2.2 SASARAN KEGIATAN

Sasaran dari kegiatan Studi Kelayakan adalah untuk memudahkan dalam proses
Perencanaan dan Pembangunan PLTS Terpusat Maluku Utara, Papua dan Papua Barat
ini dan diharapkan dapat memberi manfaat kepada instansi/ kementerian maupun
daerah terkait dalam rangka melaksanakan pemenuhan kebutuhan masyarakat Maluku
Utara, Papua dan Papua Barat agar pelaksanaan pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya dapat berjalan sesuai dengan rencana, baik dari sisi biaya, mutu, dan
waktu.

11
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

2.3 RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup dari kegiatan Studi Kelayakan Perencanaan dan Pembangunan


PLTS Terpusat Maluku Utara, Papua dan Papua Barat ini adalah

a. Survey Lapangan
Survey Lapangan bertujuan untuk mendapatkan data tentang semua aspek yang
terkait untuk kepentingan pembangunan PLTS Terpusat. Aspek-aspek yang perlu
diambil dalam tahap survey meliputi :
1. Moda Transportasi Bandara ke Lokasi PLTS
2. Sistem Pengamanan Lokasi
3. Kondisi keamanan
4. Kondisi Lokasi PLTS
5. Status Lahan PLTS
6. Kondisi Lahan PLTS
7. Tanggapan Penduduk Terhadap Pembangunan PLTS
8. Tipe Rumah
9. Tenaga Kerja Lokal
10. Kontak Person
11. Fasilitas Umum
12. Keberadaan Toko Bangunan
13. Informasi Banjir
14. Curah Hujan
15. Kondisi Ekonomi Masyarakat
16. Jarak Lokasi PLTS ke Beban
17. Jarak antar Rumah
18. Temperature rata-rata
19. Koordinat Lokasi PLTS
20. Iradasi Matahari saat Survey
21. Luas Area PLTS
22. Jenis Tanah
23. Gambaran Umum Layout Desa

12
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

2.4 METODE PELAKSANAAN


a. Persiapan Studi Kelayakan
1. Pembentukan Tim Survey dan Laporan Studi Kelayakan
2. Kordinasi antara tim survey dengan pusat pengkaji sistem PLTS
3. Penjelasan Teknis dan kebutuhan data yang akan diambil di lokasi PLTS
4. Mempersiapkan kelengkapan peralatan survey dan safety
5. Penyusunan Jadwal Keberangkatan Tim Survey
6. Kordinasi dengan pihak terkait yang menyangkut izin-izin, surat tugas dan
persyaratan lainnya
7. Tahap akses ke lokasi PLTS
8. Tahap pengambilan data
9. Menutup kegiatan survey ditandai dengan penerbitan berita acara
penyelesaian survey yang ditanda tangani oleh tim survey dan pejabat
setempat yang ditugaskan
b. Pengiriman Data ke Pusat
1. Rekap hasil survey lapangan sesuai data data yang dibutuhkan
2. Laporan kendala kendala yang dihadapi ketika pengambilan data
3. Pengiriman semua data survey via email ke Jakarta dilakukan sehari setelah
audit lapangan selesai.
c. Tahap Penyusunan Studi Kelayakan
1. Tahap analisa dan penentuan kelayakan apakah lokasi bersangkutan layak
untuk dibangun sebuah PLTS ditinjau dari aspek aspek diatas.
2. Tahap perancangan sistem PLTS. Tahap ini dilakukan ketika dalam analisis
Studi Kelayakan dinyatakan lokasi tersebut layak untuk dibangun PLTS
Terpusat. Dalam tahap perancangan meliputi :
 Perhitungan beban
 Penentuan sistem dan kapasitas peralatan PLTS
 Membuat gambar layout dan detil-detil untuk sistem PLTS, bangunan
sipil, penangkal petir dan grounding
 Menyusun spesifikasi teknis semua peralatan PLTS
 Menyusun RAB semua biaya yang terkait pembangunan PLTS

13
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

2.5 LOKASI KEGIATAN

Lokasi Survey dari kegiatan Perencanaan Pembangunan PLTS Terpusat Maluku Utara,
Papua dan Papua Barat (FS, DED dan Verifikasi) ini adalah sebagai berikut :

No Provinsi Kab Kec Desa

1 Maluku Utara Halmahera Mandioli Selatan Yoyok dan


Selatan
Tabalema

2 Maluku Utara Halmahera Botang Lomang Batu Taga


Selatan

3 Maluku Utara Halmahera Bacan Kaputusan


Selatan

4 Papua Jayapura Muara Tami Gambut Koya Barat

5 Papua Mimika Amar Kawar

6 Papua Barat Kaimana Teluk Etna Siawotan

7 Papua Barat Fak-Fak Kramong- Kampung Kwamkuamur,


mongga Pipik dan Bahbadan

8 Papua Barat Raja Ampat Misool Dabatan

9 Papua Barat Raja Ampat Meosman-sar Yenbekwan

10 Papua Barat Raja Ampat Kofiar Awat

11 Papua Barat Raja Ampat Supnin Kapadiri

12 Papua Barat Raja Ampat Kofiau Deer

13 Papua Barat Raja Ampat Kofiau Dibabal

14 Papua Barat Raja Ampat Kofiau Mikiran

15 Papua Barat Raja Ampat Waigeo Timur Yenbekaki

2.6 WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN

Waktu Pelaksanaan Kegiatan keluaran dari kegiatan Perencanaan Pembangunan


PLTS Terpusat Maluku Utara, Papua dan Papua Barat (FS, DED dan Verifikasi) ini
adalah 60 (enam puluh) hari kalender.

14
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

BULAN
KETERANGAN
NO KEGIATAN Nov-15 Des-15
1 2 3 4 1 2 3 4
TAHAP PERSIAPAN DAN
I                  
KOORDINASI
II TAHAP PENGUMPULAN DATA                  
TAHAP ANALISIS DAN
III                  
EVALUASI
IV PENYERAHAN LAPORAN                  

Shedule Survey Studi Kelayakan PLTS Area Maluku Utara, Papua dan Papua Barat

2.7 STRUKTUR ORGANISASI DAN TENAGA KERJA PENDUKUNG

KORDINATOR
FS DAN DED

15
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

ADMIN

TEAM SURVEY TEAM LAPORAN TEAM PERANCANGAN

TEAM 1 TEAM 2 TEAM 3 TEAM 1 TEAM 2 TEAM 3 TEAM 1 TEAM 2 TEAM 3

TENAGA KERJA PENDUKUNG STUDI KELAYAKAN DAN DED

Pengalaman
No Nama Klasifikasi Tenaga Ahli Kualifikasi Pendidikan
(Tahun)
Tenaga Ahli
1 Ir. Abdul Muis. M, MT Ketua Tim S1 - Teknik Elektro 27
2 Ir. Suganda Ahli Elektrikal S1 - Teknik Elektro 20
3 Reno Andriyono, ST Ahli Elektrikal S1 - Teknik Elektro 14
4 Ir. Iryandi, MT Ahli Elektrikal S1 - Teknik Elektro 19
5 R. Arta Heryudana, ST Ahli Sipil S1 - Teknik Sipil 15
6 Yanti Adriyani, ST Ahli Sipil S1 - Teknik Sipil 13
Tenaga Pendukung
1 Wahyudi Surveyor S1 - Teknik Sipil 12
2 Diana Setiawan Surveyor D3 - Sipil 10
3 Bayu Adi Nugroho Surveyor S1 - Teknik Elektro 6
4 Nova Prayoga Surveyor S1 - Teknik Sipil 10
5 Arif Imam Santosa Surveyor S1 - Teknik Sipil 13
6 Fatkul Ali Imron Surveyor S1 - Teknik Sipil 19
7 Sofyan Hadi Surveyor S1 - Teknik Elektro 10
8 Moh. Alfansyuri Eriyana Drafter S1 - Teknik Sipil 8
9 M. Alkindi Drafter S1 - Teknik Sipil 11
10 Gisca Ayu Trihastati Administrasi S1 - Ilmu Komunikasi 7

16
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

2.8 METODOLOGI

set
INSTRUMENTAL
setidaknya informasi
INPUT
yang
dimiliki mengenai kebutuhan energi
listrik (demand)di desa/kelompok
permukiman yang masuk ke dalam
Kon pulau terluar dan kawasan
disi perbatasan Perenc
SUBJECT OBJECT METODE
PERSIAPAN DAN
pot DATA KEBUTUHAN
IDENTIFIKASI
anaan
teknis
LISTRIK
INSTANSI TERKAIT LAPANGAN
ensi PEMDA KECAMATAN
ASPEK TEKNIK
KRITERIA &
dan FS
LOKASI PLTS
dan PEMANFAAT
AKSES LOKASI
KEBUTUHAN LISTRIK
yang
MASYARAKAT ANALISA
keb KONDISI
PERENCANAAN PLTS
matan
PENYALURAN g
utu INPUT
SKALA PRIORITAS
Undang-undang No. 30 Tahu 2007 Tentang Energi
han Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi
Nasional.
Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolahan Pulau-
Pulau Kecil Terluar
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bomor 18 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral
Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan
Kegiatan fisik Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan
Rencana Strategis Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (Renstra
KESDM) 2010-2014
2.9 PERALATAN SURVEY

PERALATAN YANG DIGUNAKAN

NO NAMA ALAT GAMBAR FUNGSI

GPS digunakan untuk mengambil data


koordinat lokasi yang diperlukan. Data ini
1 GPS kemudian akan dijadikan bahan untuk
perhitungan baik itu potensi matahari,
perletakan PV modul dan lainnya.

Kompas diguunakan untuk mengambil data


2 KOMPAS posisi lokasi terhadap utara. Data ini
menjadi dasar penentu posisi PV modul.

17
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

Pyranometer digunakan untuk mengukur


profilintensitas matahari di lokasi. Namun
sebagai catatan bahwa untuk memperoleh
data iradiasi rata-rata di suatu lokasi perlu
3 PYRANOMETER
dilakukan pengukuran selama setidaknya 1
tahun. Alternatif lain untuk mendapatkan
data tersebut ialah mengakses data dari
NASA.

Walking distance meter digunakan untuk


mengukur jarak baik jarak antara lokasi
4 WALKING DISTANCE
PLTS dengan beban maupun perkiraan
panjang jaringan listrik kerumah-rumah

Digunakan untuk mendokumentasikan


kegiatan survey dan juga peralatan atau
5 KAMERA
item yang akan menjadi dasar pembuatan
design

Digunakan untuk mengukur suhu ,


6 THERMOMETER
kelembaban udara dan waktu

Digunakan untuk gambar / layout sebaran


KERTAS + PENSIL+ rumah/ beban PLTS serta untuk gambar
7
PENGHAPUS letak PLTS dengan rumah penduduk ,PJU
dan Fasos/Fasum

2.10 FORM SURVEY

Keberadaan Alat yang


No Uraian Data Survey Data Keterangan
Digunakan
(cek list)
Bus    

Kapal kecil/Besar     Kamera


Moda Transportasi Angkot    
1. Bandara ke Lokasi
PLTS Motor    
Informasi
Mobil    
DISHUB
Sepeda    
2. Sistem Pengamanan Polisi     Kamera
Lokasi

18
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

Informasi
Siskamling
    Perangkat
Warga
Desa
Swadaya
   
Masyarakat
Sering Terjadi
Kerusuhan/    
Pencurian
Informasi
3. Kondisi keamanan Jarang Terjadi Perangkat
Kerusuhan/     Desa
Pencurian
Aman    
Berbukit    
4. Kondisi Lokasi PLTS Dataran Terbuka     Kamera
Hutan    
Sudah dibebaskan     Informasi
5. Status Lahan PLTS Belum Perangkat
    Desa
Dibebaskan
Berbukit    
6. Kondisi Lahan PLTS Dataran Terbuka     Kamera
Hutan    
Tanggapan Penduduk Mendukung    
7. Terhadap Interview
Pembangunan PLTS Menolak    
21    
36     Kamera
8. Tipe Rumah 45    
60     Informasi
Perangkat
70     Desa
Elektrik    
Informasi
9. Tenaga Kerja Lokal Sipil     Perangkat
Desa
Kuli    
Kepala Desa   No.Telp………
Informasi
10
Kontak Person Polsek   No.Telp……… Perangkat
.
Desa
Pihak Terkait   No.Telp………
    PJU   Jumlah……..... Kamera
11 Fasilitas Umum Kapasitas…..

19
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

.
  Informasi
Jumlah…………
  Fasilitas Umum   Perangkat
Kapasitas…..
Desa

Ada   Jarak…. Kamera


Keberadaan Toko
12 Informasi
Bangunan
Tidak Ada     Perangkat
Desa
Sering Terjadi
   
Banjir
Jarang Banjir     Informasi
13
Informasi Banjir Perangkat
. Adakemungkinan
    Desa
Banjir
Ada Potensi Banjir    

14 Tinggi     Informasi
Curah Hujan
. Sedang     BMKG

Menengah    
Informasi
15 Kondisi Ekonomi
Sedang     Perangkat
. Masyarakat
Desa
Rendah    

 
Jauh Jarak ... Meteran/
Sedang   Jarak ... Walking
Jarak Lokasi PLTS ke distance
16 Dekat   Jarak ...
Beban meter
Jauh   Jarak ... Meteran/
Walking
17 Jarak antar Rumah Sedang   Jarak ...
distance
Dekat   Jarak ... meter
Tinggi    
Temperature
18 Sedang     Thermometer
rata-rata
Rendah    
19 Koordinat Lokasi PLTS     ... GPS
Tinggi   ...
Iradasi Matahari saat
20 Sedang   ... Pyranometer
Survey
Rendah   ....
Informasi
21 Luas Area PLTS       Perangkat
Desa/ Kamera

20
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

Berbatu    
Gambut    
22 Jenis Tanah Kamera
Rawa    
Tanah    

Gambaran Umum Kamera dan


23      
layout Desa Sketch

21
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

KONSEP DED
BAB 3
PLTS TERPUSAT

3.1 KONSEP SPESIFIKASI TEKNIS

1.1 PERATURAN UMUM

1.2 PERATURAN DAN ACUAN

Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan-peraturan sebagai


berikut:

1. Permen ESDM RI No.10 Tahun 2015 tentang petunjuk teknis pengunaan dana
alokasi khusus bidang energi perdesaan tahun anggaran 2015

2. PUIL 2000 (SNI 04-0225-2000)

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.05/MEN/1982

4. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti PLN,
TELKOM, Dit.Jen.Bina Lindung dari Pusat maupun Daerah.

Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh:


1. Perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi dari Instansi yang berwenang dan
telah biasa mengerjakannya.

2. Khusus untuk izin dari Instansi PLN (PAS PLN dengan kelas yang sesuai)
diperkenankan bekerja sama dengan perusahaan lain yang telah memiliki PAS
PLN yang dimaksud)

1.3 GAMBAR - GAMBAR


1. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu
kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya. Jika terdapat perbedaan

22
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

antara gambar dan persyaratan teknik, dan tidak ada klarifikasi pada dokumen
setelahnya, maka yang berlaku adalah pada ketentuan pada pesyaratan teknik.

2. Gambar-gambar sistim ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan,
sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari
bangunan yang ada dan mempertimbangkan juga kemudahan service/
maintenance jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.

3. Gambar-gambar Arsitek dan Struktur / Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk
pelaksanaan pekerjaan ini.

4. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar kerja dan


detail kepada MK untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu. Dengan
mengajukan gambar-gambar tersebut, Kontraktor dianggap telah mempelajari
situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini.

5. Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang (AS


Built Drawing) yang disertai dengan operating dan Maintenance Instruction serta
harus diserahkan kepada MK sebelum penyerahan pertama dalam rangkap 5
(lima) terdiri 1 kalkir dan 4 blue print, dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi
dan data notasi beserta 1 (satu) set CD electronic copy.

6. Kontraktor wajib mengajukan as-built drawing untuk peralatan atau instalasi yang
sudah terpasang perbagian pekerjaan, kompilasi gambar as-built drawing
dilakukan setelah semua system instalasi sudah terpasang dengan lengkap dan
benar. Kompilasi gambar tersebut sebagai dasar acuan untuk pembuatan final as-
built drawing.

1.4 KOORDINASI
1. Kontraktor instalasi ini wajib bekerja sama dengan Kontraktor instalasi lainnya,
agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan.

2. Koordinasi yang baik wajib ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi
kemajuan instalasi yang lain.

23
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

3. Apabila pelaksanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang lain, maka semua
akibatnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.5 PELAKSANAAN PEMASANGAN


1. Selama memungkinkan, semua peralatan/material tetap dalam packaging asli
tanpa dibuka dari pabrik. Jika tidak memungkinkan harus dibungkus dengan
bahan penutup yang dapat menjaga dari kerusakan. Peralatan/material tersebut
harus diangkat, dibawa, diturunkan dan disimpan dengan baik untuk menjaga
agar terhindar dari kerusakan.

2. Simpan peralatan/material tersebut ditempat yang bersih dan kering dan


dilindungi dari kerusakan. Jika peralatan/material rusak, jangan dipasang, tetapi
harus dilakukan tahapan secepatnya untuk mendapatkan penggantian atau
perbaikan. Semua perbaikan harus mendapatkan review dan persetujuan dari
Pemberi Tugas.

3. Lakukan perbaikan atau penggatian secara rutin terhadap kerusakan yang


disebabkan karena pemotongan dalam pekerjaan seperti. Pemotongan channel,
cabinet dan pengeboran lantai, dinding dan ceiling yang diperlukan untuk
pemasangan yang baik, penunjang dan angkur dari raceway, boks atau peralatan
lain. Perbaiki semua kerusakan pada gedung, pemipaan, peralatan atau finishing.
Jalankan perbaikan dengan material yang sesuai dengan aslinya, dan pasang
sesuai dengan spesifikasi.

4. Membuat lubang core-drill melalui slab dengan alat yang sesuai untuk keperluan
ini. Semua opening, sleeve dan lubang di slab antar lantai dan partisi harus
ditutup kembali dengan seal, fire-proof, dan waterproof.

5. Hindarkan akumulasi kotoran, boks, serpihan, dll dari instalasi ini. Buang setiap
hari semua kotoran, boks, serpihan, dll tersebut dan area instalasi dijaga tetap
bersih.

6. Bersihkan semua peralatan dan instalasi setelah penyelesaian proyek.

24
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

7. Pastikan semua panel listrik, jalur kabel, dll sudah terpasang dengan baik dan
benar, sebelum mengaktifkan peralatan.

8. Sediakan lampu penerangan dan sistem distribusi listrik sementara dengan ukuran
yang cukup untuk peralatan yang ada termasuk ukuran kabel feeder yang cukup
untuk mengatasi penurunan tegangan. Panel dilengkapi dengan meter untuk
pembayaran kepihak lain jika diperlukan.

9. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Kontraktor harus


menyerahkan gambar kerja/ shop drawing dan detailnya kepada Pemberi Tugas
dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui.

10. Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan
kapasitas peralatan yang akan dipasang. Apabila ada sesuatu yang diragukan,
Kontraktor harus segera menghubungi Pemberi Tugas.

11. Pengambilan ukuran dan/atau pemilihan kapasitas peralatan yang salah akan
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

12. Gambar pelaksanaan /shop drawing yang digunakan di lokasi proyek mutlak
harus yang sudah disetujui oleh pemberi tugas / MK.

13. Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaannya harus berkoordinasi secara baik


dengan kontraktor lain yang terkait untuk mencapai hasil pekerjaan yang
sempurna bagi semua pihak. Jika terjadi resiko ketidak sempurnaan pekerjaan,
bongkar pasang pekerjaan, penggantian material, pembobokan, dan sebagainya
yang disebabkan oleh kurangnya koordinasi, maka resiko tersebut merupakan
tanggung jawab pihak yang kurang berkoordinasi. Jika penanggung jawab di
antara para kontraktor yang terkait tersebut tidak dicapai kesepakatan, maka
Pemberi Tugas atau MK dengan pertimbangannya sendiri dapat menetapkan
penanggung jawabnya. Penyelesaian atau perbaikan atas resiko tersebut harus
dilaksanakan secepat mungkin dengan waktu yang disetujui oleh Pemberi Tugas
atau MK yang mana dalam hal ini Pemberi Tugas berhak menunjuk pihak lain
yang melaksanakannya dengan biaya yang ditanggung oleh penanggung jawab
yang telah di tetapkan.

25
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

14. Kontraktor wajib membuat as-built drawing setiap kali suatu bagian pekerjaan
selesai dipasang, kemudian secara bertahap disusun terintegrasi, sehinga pada
akhir pekerjaan dicapai as built drawing keseluruhan yang lengkap, terintegrasi
dan benar. Bagian-bagian as built drawing yang di buat tersebut harus diserahkan
kepada Pemberi Tugas atau MK setiap bulan, atau waktu lain yang di tentukan
kemudian berdasarkan kemajuan pekerjaan, dalam keadaan sudah diperiksa dan
benar. Jika terjadi keterlambatan atau kelalaian dalam menyerahkan as built
drawing tersebut, maka kontraktor dapat dikenakan denda kelalaian, dan atau
penundaan pembayaran pekerjaan.

15. Material yang diajukan dan akan digunakan pada proyek ini harus asli atau
original bukan hasil modifikasi.

16. Kontraktor wajib melakukan test lab independen terhadap material dan produk
yang akan digunakan di proyek dengan mengacu standar code yang berlaku pada
produk/material tersebut.

17. Semua spesifikasi peralatan yang digunakan dalam proyek ini tidak boleh diganti
dengan merek atau kualitas yang lebih rendah. Bila ada penggantian merek harus
dengan ijin MK/Pemberi Tugas.

1.6 TESTING DAN COMMISSIONING


1. Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning untuk
mengetahui dan membuktikan apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi
dengan baik dan dapat memenuhi semua persyaratan yang diminta.

2. Testing dan commissioning harus benar-benar dilakukan secara lengkap sesuai


dengan metoda dan prosedur yang benar, disaksikan oleh Pemberi Tugas atau
pihak yang ditugaskan, MK, disaksikan dan disetujui oleh Konsultan Perencana.

Sebelum melakukan testing dan commissioning, kontraktor wajib menyusun dan


menyerahkan metode dan prosedur testing dan commissioning yang sudah benar dan
disetujui oleh Konsultan Perencana dan MK. Kontraktor dalam rangka melakukan
testing dan commissioning wajib berkoordinasi dengan kontraktor dan pihak lain yang

26
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

terkait. Semua kerusakan dan kerugian yang diakibatkan oleh kegiatan testing dan
commissioning merupakan tanggung jawab kontraktor.

3. Semua bahan dan perlengkapannya termasuk bahan bakar, tenaga listrik dan air
yang diperlukan serta tenaga kerja untuk mengadakan testing tersebut merupakan
tanggung jawab Kontraktor.

4. Pemberi Tugas berhak meminta kontraktor untuk melakukan pengujian terhadap


material / peralatan yang diragukan kesesuaian/keasliannya ke badan independen,
tanpa ada biaya tambahan.

5. Kontraktor berkewajiban mengajukan skedul testing dan commissioning, sesuai


dengan item pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas/MK,
sebelum dilaksanakan dilapangan.

6. Bila pada keadaan tertentu sehingga pengujian dan commissioning secara


keseluruhan sistem tidak mungkin dilaksanakan secara serempak, maka pada
kesempatan pertama berikutnya Kontraktor wajib mengulang pekerjaan tersebut
diatas.

7. Bila ada bagian pekerjaan yang telah diuji dan dicommissioning secara terpisah,
maka pada saat tahap akhir penyelesaian pekerjaan Kontraktor wajib
membuktikan bahwa bagian pekerjaan tersebut dapat berfungsi dengan baik
secara terus menerus, dimana hal ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi
dalam kontrak. Didalam jadwal pelaksanaan secara keseluruhan bila ada bagian
pekerjaan yang telah diserah terimakan dan Pemberi Tugas / MK yang ditunjuk
memandang perlu untuk dilaksanakan pengujian dan commissioning ulang maka
Kontraktor wajib melaksanakannya. Untuk hal ini Kontraktor wajib menaruh
perhatian yang cukup sehingga pelaksanaan Pengujian dan commissioning bagian
pekerjaan tersebut tidak mengganggu dan membahayakan aktivitas Pemberi
Tugas bila bekerja pada lokasi tersebut.

8. Bilamana pengujian sistem gagal, padahal peralatan dan perlengkapannya yang


terpasang telah berfungsi, maka Kontraktor wajib segera memeriksa apakah

27
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

bagian yang tidak berfungsi tersebut merupakan kesalahan Sub Kontraktor


Pemasok peralatan sehingga pengujian ulang dapat segera dilaksanakan .

9. Semua peralatan test yang digunakan harus sudah dikalibrasi dengan masa
berlaku sesuai kontrak.

10. Kalibrasi peralatan harus dilakukan oleh badan resmi yang ditunjuk oleh
pemerintah.

1.7 SERAH TERIMA PERTAMA


1. Serah terima pekerjaan pertama kali dapat dilakukan setelah pekerjaan selesai
100%, setelah dilakukan testing dan commissioning, dokumen-dokumen yang
benar dan lengkap telah diserahkan. Termasuk training operator dan teknisi yang
ditunjuk oleh pemberi tugas.

2. Dokumen-dokumen teknis yang harus diserahkan terlebih dahulu adalah meliputi:

a. Kontraktor telah menyerahkan semua Surat Izin Pemakaian dari Instansi


Pemerintah yang berwenang, misalnya Instansi Keselamatan Kerja, dll,
hingga instalasi yang telah terpasang dapat dipakai tanpa menyalahi
peraturan instansi yang bersangkutan.

b. As Built Drawing yang benar, lengkap dan terintegrasi.

c. Berita acara testing dan commissioning yang ditandatangani bersama oleh


Kontraktor, MK, Pemberi Tugas dan Konsultan Perencana.

1. Operating, instruction, technical, dan maintenance manual.

2. Surat Keaslian Barang dari Pabrikan dengan menyebutkan serial number yang
sesuai dan dapat diverifikasi kebenarannya.

3. Sertifikat Country of Origin dari pabrikan (khusus untuk peralatan utama)

4. Sertifikat bahwa barang belum pernah dipakai (baru) dan teknologi terbaru serta
tahun pembuatan maksimal 1 tahun sebelum peralatan tersebut atau barang
tersebut dipasang. (khusus untuk peralatan utama)

28
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

5. Berita acara kesesuaian dengan spesifikasi yang ditandatangani oleh perencana,


pemberi tugas, MK dan kontraktor yang bersangkutan (khusus peralatan utama).

6. Warranty asli dari pabrikan sesuai dengan ketentuan oleh pemberi tugas.

Semua diserahkan kepada MK sebanyak rangkap 5 (lima) termasuk 1 (satu) set asli
dan khusus untuk point b beserta 1 (satu) set softcopy (CD) elektrikal.

1.8 MASA PEMELIHARAAN


1. Peralatan dan instalasi yang termasuk dalam lingkup tugas pekerjaan ini harus
digaransi minimum selama satu tahun terhitung sejak saat penyerahan pertama.
Penggunaan peralatan gedung untuk sementara dan testing tidak merupakan awal
dari masa garansi.
2. Masa pemeliharaan untuk instalasi adalah selama dua belas bulan terhitung sejak
saat penyerahan pertama.

3. Selama masa pemeliharaan , Kontraktor instalasi ini diwajibkan mengatasi segala


kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.

Kontraktor wajib melaksanakan perawatan rutin minimum satu kali dalam satu
bulan terhadap peralatan dan instalasi yang termasuk dalam lingkup tugasnya,
termasuk penyetelan-penyetelan, pemeriksaan-pemeriksaan, perbaikan-perbaikan,
penggantian-penggantian material untuk memastikan seluruh sistem dari pekerjaan
ini bekerja sempurna dengan pemakaian daya dan energi yang paling
efisien.Kontraktor harus membuat catatan-catatan tentang penyetelan dan kondisi
peralatan dan instalasi dan disampaikan secara baik dan teratur kepada Pemberi
Tugas. Perawatan yang dimaksud harus bersifat preventif maintenance dan
kontraktor wajib melaporkan kepada pemberi tugas mengenai hal-hal yang perlu
diantisipasi untuk mencegah terjadinya permasalahan seluruh akibat yang
disebabkan oleh ketidaksempurnaan pekerjaan seperti kebocoran, hubung singkat
listrik, beban listrik berlebih (overload), tekanan berlebih, tekanan kurang,
kebanjiran dan lain-lain merupakan tanggung jawab kontraktor pekerjaan ini.
Dalam hal diperlukan tindakan perawatan maka kontraktor harus menghadirkan
teknisi yang menguasai dan terampil pada bidangnya besesrta perlatan yang

29
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

memadai dan setidaknya material yang diperlukan untuk tindakan pertama dalam
waktu paling lambat 2 (dua) jam sejak diberitahukan oleh pemberi tugas atau pihak
yang ditugaskan untuk itu.

4. Selama masa pemeliharaan , seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan


masih merupakan tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.

5. Selama masa pemeliharaan , apabila Kontraktor instalasi ini tidak melaksanakan


tugas perawatan / perbaikan / penggantian / penyetelan / lain-lain yang
diperlukan, maka Pemberi Tugas berhak menyerahkan pekerjaan tersebut kepada
pihak lain atas biaya Kontraktor instalasi ini.

6. Selama masa pemeliharaan , Kontraktor instalasi ini harus melatih petugas-


petugas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas sehingga dapat mengenali sistim
instalasi dan dapat melaksanakan pemeliharaannya.

7. Setiap kegiatan dalam masa pemeliharaan harus dibuatkan berita acaranya.

1.9 SERAH TERIMA KEDUA


Serah terima kedua atau terakhir kali dapat dilakukan setelah seluruh pekerjaan dalam
masa pemeliharaan dilaksanakan dengan baik dengan melampirkan bukti-bukti
pelaksanaan pekerjaan yang sah dan dapat diterima oleh Pemberi Tugas.Jika serah
terima kedua belum dapat dilaksanakan karena adanya pekaerjaan atau kewajiban
kontraktor yang belum terlaksana, maka masa pemeliharaan tetap berlaku sampai
dengan dilakukannya serah terima kedua.

1.10 LAPORAN - LAPORAN


1. Laporan Harian dan Mingguan

Kontraktor wajib membuat laporan harian dan laporan mingguan yang


memberikan gambaran mengenai:

 Kegiatan fisik

 Catatan dan perintah Pemberi Tugas yang disampaikan secara lisan maupun
secara tertulis.

30
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

 Jumlah material masuk/ ditolak

 Jumlah tenaga kerja

 Keadaan cuaca, dan

 Pekerjaan tambah / kurang

Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan setelah ditanda
tangani oleh Project Manager harus diserahkan kepada Pemberi Tugas/MK untuk
diketahui/ disetujui.

2. Laporan Pengetesan

Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan kepada Pemberi Tugas/MK laporan


tertulis mengenai hal-hal sebagai berikut:

 Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi.

 Foto-foto hasil pengetesan termasuk tanggal pengetesan.

 Hasil pengetesan peralatan

 Hasil pengetesan kabel

 dan lain-lainnya.

Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan oleh
pihak Pemberi Tugas, MK, disaksikan dan disetujui oleh Konsultan Perencana.

1.11 PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN


Kontraktor instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan
yang ahli dan berpengalaman yang harus selalu berada dilapangan, yang bertindak
sebagai wakil dari Kontraktor dan mempunyai kemampuan untuk memberikan
keputusan teknis dan yang bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi
yang akan diberikan oleh pihak MK. Penanggung jawab tersebut diatas juga harus
berada ditempat pekerjaan pada saat diperlukan/dikehendaki oleh pihak MK.

31
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

1.12 PENAMBAHAN/ PENGURANGAN / PERUBAHAN INSTALASI


1. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Pemberi
Tugas dan MK.
2. Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada
kepada pihak Pemberi Tugas/MK dalam rangkap 3 (tiga).

3. Perubahan material, dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Kontraktor kepada MK


secara tertulis dan pekerjaan tambah/ kurang/ perubahan yang ada harus disetujui
oleh MK secara tertulis.

1.13 IJIN - IJIN


Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh
biaya yang diperlukannya menjadi tanggung jawab Kontraktor meliputi :

1. Pengurusan dan biaya yang timbul untuk instalasi bangunan yang dikeluarkan
oleh PLN dan Depnaker

2. Pengurusan dan biaya yang timbul untuk High-pot-test peralatan tegangan


menengah yang dikeluarkan oleh PLN.

3. Biaya dan pengurusan ijin penangkal petir.

4. Biaya dan pengurusan terminasi kabel TM pada cubicle gardu PLN.

1.14 PEMBOBOKAN, PENGELASAN DAN PENGEBORAN


1. Pembobokan tembok, lantai dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam
pelaksanaan instalasi ini serta mengembalikannya kekondisi semula, menjadi
lingkup pekerjaan instalasi ini.

2. Pembobokan/ pengelasan/ pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada


persetujuan dari pihak MK secara tertulis.

32
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

1.15 PEMERIKSAAN RUTIN DAN KHUSUS


1. Pemeriksaan rutin harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi secara periodik
dan tidak kurang dari tiap dua minggu.

2. Pemeriksaan khusus harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi ini, apabila ada
permintaan dari pihak Pemberi Tugas dan atau bila ada gangguan dalam instalasi
ini.

3. Pemberi Tugas atau pihak lain yang ditugaskan dapat melakukan audit proyek
dan untuk itu kontraktor harus memberi ijin dan keleluasaan memberikan
informasi dan dokumen, bersedia melakukan pengetesan dan pengukuran
termasuk peralatan yang diperlukan, membantu pemeriksaan, dan sebagainya
untuk kelancaran proses audit. Kontraktor berkewajiban segera memperbaiki
cacat-cacat (defects), penyimpangan-penyimpangan, pengerjaan yang buruk,
melakukan penyetelan, penyesuaian-penyesuaian atas temuan audit sesuai
lingkup tugas dan ketentuan yang berlaku.

4. Kewajiban kontraktor melakukan test-lab indenpenden terhadap material &


produk yang akan digunakan di proyek dengan mengacu state standard code
seluruh material & produk.

1.16 RAPAT LAPANGAN


Wakil Kontraktor harus selalu hadir dalam setiap rapat proyek yang diatur oleh
Pemberi Tugas dan MK..

2.1 LINGKUP PEKERJAAN

2.1 Umum
Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan baik dalam
spesifikasi ini ataupun yang tertera dalam gambar-gambar, dimana bahan-bahan dan
peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.Bila
ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban

33
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan
ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.

2.2 Uraian Lingkup Pekerjaan


Sebagai tertera dalam gambar-gambar rencana, Kontraktor pekerjaan instalasi listrik
ini harus melakukan pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam keadaan
baik dan siap untuk dipergunakan.Garis besar lingkup pekerjaan yang dimaksud
adalah sebagai berikut :

1) Pengadaan, pemasangan dan pengujian instalasi PLTS lengkap dengan peralatan


bantunya.

2) Pengadaan, pemasangan dan pengujian kabel utama dari PLTS ke Rumah.

3) Pengadaan, pemasangan dan pengujian instalasi penerangan dan instalasi stop


kontak dalam rumah

4) Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pembumian.

5) Pembuatan as built drawing (gambar terpasang).

6) Mendapatkan pengesahan instalasi dari instansi yang berwenang.

7) Mengadakan pelatihan terhadap operator dari pihak pemberi tugas.

2.3 GAMBAR KERJA


Sebelum kontraktor melaksanakan suatu bagian pekerjaan lapangan, harus
menyerahkan gambar kerja antara lain sebagai berikut:

 Denah tata ruang dan detail pemasangan dari peralatan utama, perlengkapan dan
fixtures.

 Detail denah perkabelan yang terkoordinasi dengan instalasi atau pekerjaan yang
lain.

 Detail penempatan sparing, sleeve yang menembus lantai, atap, tembok dll.

34
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

 Gambar koordinasi instalasi yang terkait dengan instalasi kontraktor lain dalam
bentuk gambar tumpang tindih terpadu (composite drawing) pada area-area
instalasi bersama, dengan cara berkoordinasi dan bekerja sama dengan kontraktor
terkait, sehingga dicapai instalasi yang rapi, benar, dan terkoordinasi secara baik.
Pemberi Tugas atau MK berhak menentukan kontraktor yang mengkoordinir
penggambaran tersebut.

 Detail lain yang diminta oleh MK / Pemberi Tugas.

2.4 GAMBAR INSTALASI TERPASANG


Setiap tahapan penyelesaian pekerjaan, kontraktor harus memberi tanda sesuai jalur
terpasang pada Re-Kalkir gambar tender maupun gambar kerja, atau cara lain yang
memadai sehingga pada akhir penyelesaian pemasangan sudah tersedia gambar
terpasang yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

3.1. KETENTUAN BAHAN DAN PERALATAN

3.2. Panel Tegangan Rendah

1. Panel tegangan rendah harus mengikuti standard peraturan IEC dan PUIL dan
mengikuti standard VDE/DIN.

2. Panel-panel harus dibuat dari plat besi tebal 2 mm dengan rangka besi dan
seluruhnya harus dizinchromat dan di duco 2 kali dan harus dipakai cat dengan
cat powder coating dengan cat texture, warna dan cat dikonfirmasikan kepihak
Interior dan Direksi / Manajemen Konstruksi, dilengkapi dengan double cover
dengan tebal plat 2 mm, memakai sepatu kabel dan handslip, kapasitor bank harus
menggunakan sistem otomatik (APFR). Pintu dari panel-panel tersebut harus
dilengkapi dengan master key.

3. Konstruksi dalam panel-panel serta letak dari komponen-komponen dan


sebagainya harus diatur sedemikian rupa, sehingga bila perlu dilaksanakan
perbaikan-perbaikan, penyambungan-penyambungan pada komponen-komponen
dapat mudah dilaksanakan tanpa mengganggu komponen-komponen lainnya.

35
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

4. Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3 busbar phase R-S-T,
1 busbar neutral dan 1 busbar untuk grounding. Besarnya busbar harus
diperhitungkan untuk besar arus yang akan mengalir dalam busbar tersebut tanpa
menyebabkan suhu yang lebih dari 650C dengan dimensi busbar minimum 1,5
kali dari kemampuan lewat arus (kapasitas incoming breaker). Setiap busbar
copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN, lapisan yang dipergunakan
untuk memberi warna busbar dan saluran harus dari jenis yang tahan terhadap
kenaikan suhu yang diperbolehkan. Semua Cu bar harus dilapisi oleh Tin Platting
(electro platting).

5. Alat ukur yang dipergunakan adalah jenis semi flush mounting dalam kotak tahan
getaran. Ampermeter dan Voltmeter yang digunakan berukuran 96 x 96 mm
dengan skala linear dan ketelitian 1% dan bebas dari pengaruh induksi, serta ada
sertifikat tera dari LMK / PLN (minimum 1 buah untuk setiap jenis alat ukur).

6. Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan keperluan
sesuai dengan yang telah disetujui oleh Direksi / Manajemen Konstruksi
lapangan.

7. Unit Box Panel haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga mendapat ventilasi
udara yang cukup. Pada lubang ventilasi udara harus diberi filter yang
konstruksinya diperkuat sehingga didapatkan suatu konstruksi yang baik.

8. Unit Box Panel yang berfungsi untuk MotorControlCenter haruslah dilengkapi


dengan force ventilasi.

9. Main switch breaker tipe air break 3 pole atau 4 pole yang telah direkomendasi
dari NEMA serta karakteristiknya menurut standard IEC 947-2 dan kemampuan
arus hubung singkat alat tersebut tidak kurang dari 50 KA pada tegangan 500
VAC.

10. Unit Box Panel Indoor mempunyai IP rating minimum 31. Panel di daerah umum
dilengkapi dengan lockable double door lengkap dengan kaca.

11. Unit Box Panel Outdoor mempunyai IP rating minimum 55, lockable double door
lengkap dengan kaca.

36
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

12. Panel harus dilengkapi dengan gambar Single Line Diagram, ukuran A4 atau A3
disesuaikan dengan ukuran gambar sehingga terbaca dengan jelas. Gambar Single
Line Diagram harus delaminating dan ditempel dibalik pintu panel.

13. Instalasi kabel menuju panel dilengkapi dengan gland cable.

14. Main circuit breaker harus menggunakan tipe spring charged yang dapat
dioperasikan secara manual atau automatic yang dikombinasikan dengan sistem
motorized untuk versi fix dan drawout serta dilengkapi pengaman untuk tidak
merusak switch breaker pada saat posisi ON / OFF / TRIP.

15. Sistem penutupan atau kontak breaker harus menggunakan toggle action, free
type dan dilengkapi dengan indikator mekanikal untuk posisi ON atau OFF serta
indikasi charged dan discharged.

16. Jika main circuit breaker dioperasikan secara otomatis maka harus dilengkapi
dengan pelepas penutupan (XF) pemutus tegangan jatuh (MN) / pemutus shunt
(MX), saklar alarm dan saklar bantu.

17. Kapasitas dari kontak utama harus mampu dibebani dengan beban penuh pada
temperatur yang telah direkomendasikan dari pabrik serta waktu pemutusan tidak
lebih dari tiga detik.

18. Panel untuk sump pump dilengkapi dengan 1 buah kotak kontak yang diletakkan
di dalam panel.

19. Main circuit breaker harus dilengkapi dengan proteksi beban lebih (over current),
arus hubung singkat (short circuit), proteksi hubungan pentanahan.

20. Komponen–komponen pengaman yang dapat dipakai adalah:

a. Miniatur Circuit Breaker (MCB)

 Menurut standard IEC 947 - 2

 Terdiri dari 1 dan 3 kutub

 Breaking capacitynya antara 5 s/d 25 KA untuk tegangan 220/415 V.

37
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

 Kurva trip B & C

 Dilengkapi dengan saklar alarm, Auxiliary contact dan pemutus shunt


(MX) / pelepas tegangan (MN).

 Jika digunakan untuk melindungi motor listrik maka yang digunakan


adalah MMCB (Magnetic Motor Circuit Breaker).

b. Busbar Support

 Sesuai standard IEC 439, VDE 0100-520 dan BS 5486 Bus-bar support
terdiri dari unipolar/multi polar.

 Isolasi support harus sesuai dengan ukuran copper (tembaga).

 Kapasitas dari Bus - bar harus sesuai dengan standard Puil dan DIN 43671

 Terdiri dari 1,2,3, dan 4 pole

 Spesifikasinya :

- High Dielectric strength

- High Mechanical wisthstand

- Tahan terhadap temperatur sesuai dengan rekomendasi

c. Isolator Support

Bahan terdiri dari SMC/DMC spesifikasi terdiri dari :

 High Dielectric Strenght

 High Mechanical Withstand

 High Temperature.

d. Pilot Lamp, Push Button, Selector Switch

Sesuai standard IEC 529, IEC 947

 Jenis pilot lamp yang digunakan adalah tipe transformasi.

38
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

 Push Button menggunakan tipe flush dengan bahan chromium.

 Selector switch tingkat isolasinya harus 660 V dengan kapasitas thermal


12 A adalah 20 A serta dilengkapi dengan pegangan isolasi ganda.

e. Fuse Dan Fuse Link

 Standard BS 88.

 Jenis Fuse yang digunakan adalah HRC class Q sedangkan Fuse Carier
sebagai pengaman circuit control menggunakan type catridge & Holder.

f. Panel Surya (Sel Surya)

 Maximum power (Pmax) 250 Wp

 Type cell monocrystalin

 Voltage at pmax (Vmp) 30.2V

 Current at pmax (Imp) 8.28 A

 Short circuit current (Isc) 9.18 A

 Open circuit voltage (Voc) 36.3V

 Number of cells 60 cells/modul

 Dimensions 1650 x 992 x 40 (mm)

 Garansi minimal 20 tahun untuk degradasi output lebih kecil 20 %

g. Solar Charge Controller

 Rating Tegangan 48 V

 Arus Beban 80 A

 Type: MPPT (Maximum power point tracking)

 Arus Beban per Array 80 A

 I-max 320 A

39
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

 Tegangan Baterai 48V

 Efisiensi : lebih besar 90 %

 Sistem Proteksi : HVD (High Voltage Disconnect), LVD (Low Voltage


Disconnect), Short Sircuit Protection

h. Baterai

 Kapasitas Arus 1000 Ah

 Kapasitas Energi 2000 Wh

 Type : Deep Cycle, OpzV Stationary Battery

 Tegangan 2 V

 Kemampuan Cycling : Paling Sedikit 1200 Cycle pada 80 % DOD

 Teknologi Valve Regulated Lead Acid (VRLA gel)

 Garansi : Paling Sedikit 1 tahun

 Umur teknis minimal 10 tahun pada suhu 200C

 Harus dilengkapi dengan sistem koneksi yang dapat mencegah korosi dan
arus hubung singkat (termasuk pada waktu pemasangan).

 Wajib menggunakan produk dalam negeri, yang dibuktikan dengan


melampirkan salinan tanda sah capaian tingkat komponen dalam negeri
yang diterbitkan oleh kementrian perindustrian.

i. Inverter

 Pure sine wave

 Kapasitas 5000 W

 Tegangan Input (Vdc) 48 V

 Tegangan Output (Vac) 220-230 V

40
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

 Frekuensi : 50 Hz

 Output Voltage THD Factor : < 3 %

 Efisiensi : >92%

 Sistem Proteksi : DC over/under-voltage, AC over/under voltage, over


load, short circuit protection.

 Garansi 3 tahun

 Dilengkapi dengan display, data logger dan tersedia fasilitas remote


monitoring system yang terintegrasi.

3.3. Kabel Tegangan Rendah


1) Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan minimal 0,6
kV untuk NYY dan NYFGbY sedangkan untuk kabel NYM dengan tegangan
minimal 0,5 kV.

2) Pada prinsipnya kabel-kabel daya yang dipergunakan adalah jenis NYFGBY,


NYY dan NA2XY (untuk kabel berpenampang lebih besar atau sama dengan
50mm2), sedangkan untuk kabel penerangan dipergunakan kabel NYA, NYM
dan NYFGBY.

3) Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan


persetujuan terlebih dahulu pada MK.

4) Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 1,5 mm2.

5) Khusus untuk kabel penerangan dalam unit, dapat digunakan kabel


berukuran1,5mm2.

3.4. Lighting Fixtures


Lampu LED (Down Light)
1) Lighting fixtures harus dilengkapi dengan reflector aluminium, atau sesuai
gambar.

2) Lamp holder menggunakan standar E-27.

41
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

3) Diameter dari kap lampu minimal lihat gambar.

4) Lampu yang dipakai dari jenis LED 7 Watt

3.5. Kotak - Kontak Dan Saklar


1) Kotak-kontak dan saklar yang akan dipasang pada dinding tembok bata adalah
type pemasangan outbow dan tipe floor mounted.

2) Kotak-kontak biasa (inbow) yang dipasang mempunyai rating 3 A dan mengikuti


standard VDE.

3) Inbow dus untuk tempat saklar, kotak-kontak dinding dan push button harus
dipakai dari jenis bahan PVC. Bila dipasang inbow, maka inbow dus tersebut
terbuat dari metal dengan ketebalan 1 mm.

4) Kotak-kontak dinding yang dipasang 30 cm dari permukaan lantai dari ruang-


ruang yang basah / lembab harus jenis water tight sedang untuk saklar dipasang
150 cm dari permukaan lantai atau sesuai gambar. Sebelum pemasangan, pihak
Kontraktor harus mendapat persetujuan dari Direksi / Managemen Konstruksi.

3.6. Grounding
1) Pada bak control, kawat grounding yang dipergunakan dari terminal grounding
sampai ke massive copper adalah kawat tembaga BC 70 mm2. Sedangkan dari
peralatan yang akan digrounding sampai ke bak kontrol menggunakan kawat
aluminium isolasi XLPE (NA2XY) ukuran 120 mm2 kecuali untuk penangkal
petir menggunakan kawat high voltage shielded dengan ukuran dan jenis sesuai
dengan rekomendasi dari supplier penangkal petir.

2) Pada bak kontrol terdapat terminal grounding yang terbuat dari bahan tembaga
untuk menghubungkan antara grounding bagian atas dan bagian bawah. Untuk
terminasi kabel pada terminal grounding pada bak kontrol, kawat grounding
ujungnya diberi cable shoe kemudian dibaut pada terminal grounding tersebut.

3) Untuk grounding dipergunakan kabel BC 70 mm2 dalam Pipa Galvanis diameter


1 inch dan pada ujungnya dipasang Massive Copper Rod dengan diameter

42
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

minimum 5/8 ” sebagai elektrode pentanahan sepanjang ½ meter. Grounding


tersebut ditanam dalam tanah minimal 6 m.

4) Nilai tahanan grounding system adalah sebagai berikut:

- Instalasi listrik ≤ 2  minimal kedalaman 6 meter

- Instalasi penyalur petir ≤ 5  minimal kedalaman 6 meter

- Instalasi elektronik ≤ 1  minimal kedalaman 6 meter

Nilai hambatan diukur setelah tidak turun hujan selama 3 hari berturut - turut.

5) Lihat gambar detail untuk bak kontrol dan terminal grounding.

6) Grounding untuk peralatan elektronik, grounding lift dan grounding elektrikal


masing – masing dipisah antara satu dengan yang lain, dengan metoda grounding
yang sama.

7) Lingkup pekerjaan grounding untuk kontraktor elektrikal adalah:

1. Instalasi grounding peralatan elektrikal (trafo,PDTM, PDTR, penyalur petir)


sampai ke bak kontrol grounding masing – masing peralatan.

2. Semua instalasi grounding pada bak kontrol yang belum dikerjakan pada
pekerjaan SAP 1 seperti terlihat pada gambar.

4.1 PERSYARATAN TEKNIS DAN PEMASANGAN

4.1 Panel-panel

1) Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya dan
harus rata (horisontal).

2) Setiap kabel yang masuk / keluar dari panel harus dilengkapi dengan gland, dan
diberi lapisan seal dari karet untuk menutupi bagian bekas lubang yang

43
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

permukaannya tajam atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang
tajam.

3) Untuk panel-panel yang dipasang diluar ruangan (Outdoor Panel) type Free
Standing diberi kaki dengan jarak minimal 50 cm dengan permukaan tanah
dilengkapi dengan pondasi cor.

4) Semua panel harus ditanahkan.

4.2 Kabel-Kabel
1) Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas
dan tidak mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah beban.

2) Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengindentifikasikan phasanya sesuai dengan PUIL 2000.

- Phasa R = Merah

- Phase S = Kuning

- Phase T = Hitam

- Netral = Biru

- Grounding = Hijau - Kuning

3) Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga kabel, diklem dan
disusun yang rapi.

4) Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada kabel
penerangan, dimana terminasi sambungan dilakukan pada termination / junction
box.

5) Untuk kabel dengan diameter 16 mm2 atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu
kabel untuk terminasinya. Material sepatu kabel harus sesuai dengan material
konduktor kabel, jika menggunakan kabel aluminium dan busbar tembaga maka
sepatu kabel harus menggunakan tipe bimetal (Al-Cu lug).

44
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

6) Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm2 atau lebih harus


mempergunakan alat pres hidraulis yang kemudian disolder dengan timah pateri.

7) Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman 100 cm minimum, dimana
sebelum kabel ditanam ditempatkan lapisan pasir setebal 15 cm dan diatasnya
diamankan dengan batu bata sebagai pelindungnya. Lebar galian minimum adalah
40 cm yang disesuaikan dengan jumlah kabel.

8) Sudut pembelokan (Bending Radius) kabel Feeder harus mengikuti ketentuan


yang disyaratkan oleh pabrik untuk masing-masing diameter kabel.

9) Untuk kabel serabut, terminasi ujung kabel tersebut harus menggunakan handslip.

10) Semua kabel yang berada didalam trench kabel harus diletakkan / disusun dalam
kabel ladder (Fabricated, hot deep galvanized) kabel ladder harus disupport setiap
jarak 100 cm.

11) Untuk kabel feeder yang dipasang didalam trench harus mempergunakan kabel
ladder.

12) Pada route kabel setiap 25 m dan disetiap belokan harus ada tanda arah jalannya
kabel dan dilengkapi dengan Cable Mark.

13) Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan instalasi lainnya harus
ditanam lebih dalam dari 60 cm dan diberikan pelindung pipa galvanis medium
dengan diameter minimum 2-1/2 kali penampang kabel.

14) Semua kabel yang dipasang diatas langit-langit harus diletakkan pada suatu
trunking kabel.

15) Kabel penerangan yang terletak diatas rak kabel tidak menggunakan PVC High
Impact. Setiap kabel yang keluar dari Cable Tray harus dipasang dalam PVC
High Impact. Pada bagian pertemuan antara Conduit dan Cable Tray dipasang
Joining Coupling.

16) Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus dibuatkan
sleeve dari pipa galvanis medium dengan diameter minimum 2-1/2 kali
penampang kabel.

45
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

17) Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak – kontak harus didalam kotak
terminal yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan konduitnya dan
dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal kotak terminal tersebut
minimum 4 cm.

18) Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1m disetiap
ujungnya.

19) Penyusunan konduit diatas trunking kabel harus rapi dan tidak saling menyilang.

20) Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak - kontak harus didalam kotak
penyambungan dan memakai alat penyambungan berupa las – dop.

21) Semua kabel yang menuju / keluar dari panel - panel type outdoor harus di dalam
pipa Sleeve GIP Medium / PVC Conduit diameter 2-1/2 x diameter kabel.

22) Kabel yang keluar dari trench yang menembus permukaan tanah, yang menuju
kabel ladder harus dilengkapi / dilindungi dengan GIP Medium sepanjang lebih
kurang 1 m dengan ketentuan ± 50 cm bagian yang berada di bawah permukaan
tanah sampai 50 cm dari permukaan tanah.

23) Semua kabel instalasi motor yang berada di daerah utility harus dipasang dalam
metal conduit, yang penampangnya minimum 1,5 penampang kabel dan lengkap
dengan Flexible Metal Conduit.

24) Setiap kabel dalam PVC High Impact Conduit yang dipasang pada Slab harus
diberi Saddle Spacers setiap jarak 150 cm.

25) Untuk instalasi kabel yang menggunakan PVC Hight Impact Conduit yang
melintas diatas balok, harus menembus balok dengan jarak minimum 10 Cm dari
atas balok yang ditembus, atau melintas dibawah balok.

4.3 Kotak-kontak dan Saklar


1) Kotak-kontak dan saklar yang akan dipakai adalah type pemukaan (outbow) pada
dalam dinding dan dipasang pada ketinggian 300 mm dari permukaan lantai
untuk kotak-kontak dan 1500 mm untuk saklar atau sesuai gambar detil. Bila

46
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

tidak terdapat gambar detail, pihak Kontraktor harus meminta persetujuan dari
pihak Manajemen konstruksi (MK) dan pihak Interior atau Arsitektur.

2) Kotak kontak dan saklar yang dipasang pada tempat yang lembab / tipe outdoor
harus menggunakan tipe weatherproof, Industrial Type IP 56.

4.4 Lampu Penerangan


1) Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana plafond dari
Arsitek dan disetujui oleh Direksi / Manajemen Konstruksi.

2) Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka plafond yang


terbuat dari bahan aluminium.

3) Tiang lampu penerangan untuk diluar bangunan harus dipasang tegak lurus.

4) Semua lampu penerangan type Flouresscent harus digantung dengan


menggunakan adjustable hanger.

5) Flexible Conduit digunakan antara terminasi titik lampu dengan PVC High
Impact Conduit.

4.5 Grounding
1) Semua bagian dari sistim listrik harus digrounding.
2) Elektrode grounding harus ditanam sedalam minimum 6 m dan mencapai
permukaan air tanah.

3) Tahanan grounding maximum adalah sebagai berikut :

- Instalasi listrik ≤ 2  minimal kedalaman 6 meter

- Instalasi penyalur petir ≤ 5  minimal kedalaman 6 meter

- Instalasi elektronik ≤ 1  minimal kedalaman 6 meter

47
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

4) Jarak minimum dari elektrode grounding adalah 10 m dan disesuaikan dengan


sifat tanahnya.

5) Metode pemasangan grounding adalah dengan terlebih dahulu mengebor sedalam


+ 6 meter kemudian baru dipasang grounding.

5.1. PENGUJIAN

5.2. Umum
Sebelum semua peralatan utama dari sistim dipasang harus diadakan pengujian secara
individual parsial (Partial Test). Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah
dilengkapi dengan sertifikat pengujian yang baik dari pabrik yang bersangkutan dan
LMK / PLN serta instansi lain yang berwenang untuk itu. Setelah peralatan tersebut
dipasang, harus diadakan pengujian secara menyeluruh dari sistim, untuk menjamin
bahwa sistem berfungsi dengan baik. Semua biaya untuk mendapatkan sertifikat lulus
pengujian dan peralatan untuk pengujian yang perlu disediakan oleh Kontraktor
menjadi tanggung jawab Kontraktor sendiri.

5.3. Peralatan dan Bahan


Peralatan dan Bahan Instalasi Listrik yang harus diuji.

5.2.1. Pengujian PLTS


Sebelum dilakukan pengujian pada sistem pembangkit listrik tenaga surya kapasitas
50Wp, yang harus diutamakan adalah kelengkapan instalasi. Apakah telah terpasang
dengan benar dan rapih agar dapat dilakukan pengujian dan menghasilkan data yang
akurat. Parameter yang diobservasi meliputi pengukuran besaran secara berkala antara
pukul 08:00 – 17:00 WIB dan setiap satu jam sekali dilihat pada alat ukur yang
digunakan pada pengujian dan mencatatnya, untuk mendapatkan nilai atau hasilhasil
yang mendekati sebenarnya. Penggunaan alat ukur perlu diperhatikan dari jenis dan
kegunaannyaseperti yang digunakan pada pengujian sistem pembangkit listrik tenaga
surya kapasitas 250Wp, alat ukur yang digunakan berupa Amperemeter digital yang
berfungsi untuk mengukur arus dan Voltmeter analog yang berfungsi untuk mengukur

48
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

tegangan. Ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan pada pengujian sistem
pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 250Wp :
1) Memeriksa dan mengamati ketelitian dan kecermatan alat ukur yang digunakan
pada pengujian.
2) Untuk mengetahui data-data yang akurat dari hasil pengujian digunakan alat
ukur berupa. Voltmeter analog 48 V, alat ini digunakan untuk mengetahui
tegangan DC yang keluar dari panel surya dan untuk mengetahui arus AC yang
keluar dari panel surya, maka alat ukur yang digunakan adalah Amperemeter
digital 1000Ah.
3) Mencatan data-data hasil pengukuran dari alat ukur yang digunakan dalam
pengujian, alat ukur yang digunakan berupa Voltmeter analog 48V dan
Amperemeter digital 1000Ah.
4) Selama pengujian dilakukan, keadaan cuaca harus benar-benar diperhatikan
karena keadaan cuaca sangat berpengaruh pada perfomansi atau unjuk kerja
pada panel surya.
5) Setelah data-data dari hasil pengujian terkumpul, langkah selanjutnya adalah
pembuatan tabel dan grafik hubungan antara arus terhadap waktu dan hubungan
antara tegangan terhadap waktu.

5.2.2. Panel-panel Tegangan Rendah


Panel - panel tersebut harus dilengkapi dengan sertifikat lulus pengujian dari
pembuat panel yang menjamin bahwa setiap peralatan dalam panel tersebut
berfungsi baik dan bekerja sempurna dalam keadaan operasional maupun gangguan
berupa undervoltage, over current, overthermis, short circuit dan lain - lain serta
megger antara fasa, fasa netral, fasa nol.

5.2.3. Kabel-kabel Tegangan Rendah.


Untuk kabel tegangan rendah sertifikat lulus pengujian harus dari PLN yang
terutama menjamin bahan isolasi kabel baik serta tidak melanggar ketentuan-
ketentuan PLN tentang isolasi kabel tegangan rendah, pengujian dengan megger
tetap harus dilaksanakan, dengan nilai tahan isolasi minimum 50 mega Ohm.

49
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

5.2.4. Lighting Fixtures


Setiap lighting fixtures yang menggunakan Ballast dan kapasitor harus dilakukan
pengujian / pengukuran faktor daya. Dalam hal ini faktor daya yang diperbolehkan
minimal 0,85.

5.2.5. Pentanahan / Grounding


Semua grounding dari sistem harus dilakukan pengukuran tahanan dengan ketentuan
nilai tahanan sebagai berikut :

- Instalasi listrik ≤ 5  minimal kedalaman 6 meter

Dan dilakukan pada keadaan cuaca tidak turun hujan selama minimal 3 hari berturut-
turut.

6.1. PRODUK

6.1 Umum
Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor harus mengajukan salah
satu merk yang tercantum dalam spesifikasi teknis dan akan mengikat dalam
pelaksanaan. Kontraktor baru bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis
dari Pemberi Tugas. Produk bahan dan peralatan pada dasarnya adalah seperti
tercantum dalam outline specification
STANDARD
NO URAIAN SPESIFIKASI
CODE
ELEKTRIKAL  
A Panel & Instalasi  
Simetri, Panelindo, Inti Muara,
1 Panel Maker TR IEC 60439
Sinar Tekindo Mandiri
2 Panel Surya SNI, SPLN Sky Tech. , setara
Type cell monocrystalin
3 Baterai Charger Regulator SNI, SPLN View Star, setara
Type PWM
4 Baterai IEC,ISO3746 Rocket, setara
Type Calsium MF
5 Inverter SNI, SPLN Sente, Iwell, Belt, Setara
Type Pure sine wave
Scheneider, ABB, GE, LG,
6 Komponen Panel SPLN,LMK,IEC
Hager,

50
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

Type ACB, MCCB, MCB, LBS


7 Meter-meter IEC Telemecanique, GAE
Supreme, Kabelindo,
8 Kabel Daya SNI,SPLN,IEC
Kabelmetal,
NYYHY, NYMHY, NYY,
Type
NYA, NYM
BS 729, ASTM
9 Kabel Marking CABS, Legrand, 3M
A123, JIS
BSEN 50086, BS
10 PVC Conduit Clipsal, EGA, Ginde
4607 & IEC 433
Type High Impact, Fire Retardant
11 Armature Lampu
CIE 43 & 51 Clipsal, Broco
Marcs,Lion way, Comfolite,
12 Lampu LED
Powermark, Setara
Clipsal, MK, ABB, National,
13 Saklar & Stop kontak 1 phase BS EN 60669-1
Broco Premium, Berker
14 Komponen MCB box IEC,SPLN,LMK ABB, Hager, MG,Clipsal
15 Fitting E27 BS EN 60669-1 National,Clipsal,MK
tipe plastik
16 Pentanahan Lokal
Bak kontrol,copper masive

3.2 KONSEP RAB (RANCANGAN ANGGARAN BIAYA)


3.3 KONSEP GAMBAR TENDER
(Terlampir)

51
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

BAB 3 EXECUTIVE SUMMARY

Laporan Study Kelayakan Awal ini, disajikan sehubungan dengan rencana pelaksanaan
pekerjaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Desa Yoyok dan
Tabalema, Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku
Utara.

Laporan Study Kelayakan awal ini memuat informasi mengenai kelayakan lahan, kondisi
jalur aksis, pemilihan konfigurasi system yang sesuai dengan hasil survey lokasi serta analisa
menggunkan sofware, perhitungan energi, dan analisa ekonomi yang berupa anggaran
pembangunan (CAPEX) dan anggaran operasional (OPEX).

Dari Study Kelayakan ini diharapkan agar para piphak pengambil keputusan dapat
memahami detil pembangunan PLTS yang akan menjadi acuan dalam memulai pekerjaan ini.
Dari hasil Study Kelayakan awal, diharapkan adanya rekomendasi untuk pembangunan PLTS
dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementrian Energi
dan Sumber Daya Mineral.

Berdasarkan data awal dipilih desa Yoyok dan Tabalema dan PLTS yang akan dibangun
direncanakan sebesar 30 kWp dan baterai 192 kWH.

Analisa Finansial juga dilakukan pada studi kelayakan ini, dan diperoleh harga investasi
sebesar Rp. ...........................,00

3.1 KONSEP DASAR PLTS

Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi


krisis energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an mendapat
perhatian yang cukup besar dari banyak negara di dunia. Disamping jumlahnya yang
tidak terbatas, pemanfaatannya juga tidak menimbulkan polusi yang dapat merusak

52
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

lingkungan. Cahaya atau sinar matahari dapat di konversi menjadi listrik dengan
menggunakan teknologi sel surya atau fotovoltaik.
Potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 kWh/m 2 atau
setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp.
Saat ini pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi surya yang
menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW
atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup
besar dalam pengembangan energi surya di masa datang.
Pada asasnya sel surya fotovoltaik merupakan suatu dioda semikonduktor yang
bekerja dalam proses tak seimbang dan berdasarkan efek fotovoltaik. Dalam proses itu
sel surya menghasilkan tegangan 0,5-1 volt tergantung intensitas energi yang
terkandung dalam sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi besarnya sekitar
1000 Watt. Tapi karena daya guna konversi energi radiasi menjadi energi listrik
berdasarkan efek fotovoltaik baru mencapai 25 maka produksi listrik maksimal yang
dihasilkan sel surya baru mencapai 250 Watt per m 2. Dari sini terlihat bahwa PLTS itu
membutuhkan lahan yang luas. Hal itu merupakan salah satu penyebab harga PLTS
menjadi mahal. Ditambah lagi harga sel surya fotovoltaik berbentuk kristal mahal, hal
ini karena proses pembuatannya yang rumit. Namun, kondisi geografis Indonesia yang
banyak memiliki daerah terpencil sulit dihubungkan dengan jaringan listrik PLN.
Kemudian sebagai negara tropis Indonesia mempunyai potensi energi surya yang
tinggi. Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu sebesar 4,5 kWh/m2/hari. Berarti prospek
fotovoltaik di masa mendatang cukup cerah. Untuk itulah perlu diusahakan menekan
harga fotovoltaik misalnya dengan cara sebagai berikut. Pertama menggunakan bahan
semikonduktor lain seperti Kadmium Sulfat dan Galium Arsenik yang lebih kompetitif.
Kedua meningkatkan efisiensi sel surya dari 10% menjadi 15%.
Energi listrik yang berasal dari energi surya pertama kali digunakan untuk
penerangan rumah tangga dengan sistem desentralisasi yang dikenal dengan Solar
Home System (SHS), kemudian untuk TV umum, komunikasi dan pompa air.
Sementara itu evaluasi program SHS di Indonesia pada proyek Desa Sukatani,
Bampres, dan listrik masuk desa menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan
dengan keberhasilan penerapan secara komersial.

53
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sampai tahun 94 jumlah pemakaian sistem


fotovoltaik di Indonesia sudah mencapai berkisar 2,5-3 MWp. Yang pemakaiannya
meliputi kesehatan 16 hibrida 7 pompa air 5 penerangan pedesaan 13 radio dan TV
komunikasi 46,6 lainnya 11,8 kemudian dari kajian awal BPPT diperoleh proyeksi
kebutuhan sistem PLTS diperkirakan akan mencapai 50 MWp. Sementara itu menurut
perkiraan yang lain pemakaian fotovoltaik di Indonesia 5-10 tahun mendatang akan
mencapai 100 MW terutama untuk penerangan di pedesaan. Sedangkan permintaan
fotovoltaik diperkirakan sudah mencapai 52 MWp.

Fotovoltaik
Komponen utama sistem surya fotovoltaik adalah modul yang merupakan unit
baterai dan beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat modul fotovoltaik secara
pabrikasi bisa menggunakan teknologi kristal dan thin film. Modul fotovoltaik kristal
dapat dibuat dengan teknologi yang relatif sederhana, sedangkan untuk membuat sel
fotovoltaik diperlukan teknologi tinggi. Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sel
fotovoltaik yang dihubungkan secara seri dan paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk
membuat modul sel surya yaitu sebesar 60 dari biaya total. Jadi, jika modul sel surya itu
bisa di produksi di dalam negeri berarti akan bisa menghemat biay pembangunan
PLTS. Untuk itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia tahap pertama adalah
membuat bingkai (frame), kemudian membuat laminasi dengan sel-sel yang masih
diimpor. Jika permintaan pasar banyak maka pembuatan sel dilakukan di dalam negeri.
Hal ini karena teknologi pembuatan sel surya dengan bahan silikon single dan poly
cristal secara teoritis sudah dikuasai. Dalam bidang fotovoltaik yang digunakan pada
PLTS, Indonesia ternyata telah melewati tahapan penelitian dan pengembangan dan
sekarang menuju tahapan pelaksanaan dan instalasi untuk elektrifikasi untuk pedesaan.
Teknologi ini cukup canggih dan keuntungannya adalah harganya murah, bersih,
mudah dipasang dan di operasikan dan mudah dirawat. Sedangkan kendala utama yang
dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah investasi awal yang
besar dan harga per kWh listrik yang dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan
subsistem yang terdiri atas baterai, unit pengatur dan inverter sesuai dengan
kebutuhannya.

54
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

Sistem PLTS
PLTS dengan sistem sentralisasi artinya pembangkit tenaga listrik dilakukan
secara terpusat dan suplai daya ke konsumen dilakukan melalui jaringan distribusi.
Sistem ini cocok dan ekonomis pada daerah dengan kerapatan penduduk yang tinggi.
Contohnya PLTS di Desa Kentang Gunung Kidul mempunyai kapasitas daya 19 kWp,
kapasitas baterai 200 volt dan beban berupa penerangan yang terpasang pada 85 rumah.
Sementara itu PLTS dengan sistem individu daya terpasangnya relatif kecil yaitu
sekitar 48-55 Wp. Jumlah daya sebesar 50 Wp per rumah tangga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan penerangan, informasi (TV dan Radio) dan komunikasi (Radio
Komunikasi). Dan sampai tahun 95 sistem ini sudah terpasang sekitar 10.000 unit yang
tersebar di seluruh pedesaan Indonesia dan pengelolaannya yang meliputi pemeliharaan
dan pembayaran dilaksanakan KUD.
Meliaht trend harga sel surya yang sembaterain menurun dan dalam rangka
memperkenalkan sistem pembangkit yang ramah lingkungan, pemanfaatan PLTS
dengan sistem individu sembaterain ditingkatkan. Pada tahap pertama direncanakan
akan dipasang 36.000 unit SHS selama tiga tahun dengan prioritas 10 propinsi di
kawasan timur Indonesia. Paling tidak ada 5 keuntungan pembangkit dengan surya
fotovoltaik. Pertama energi yang digunakan adalah energi yang tersedia secara cuma-
cuma. Kedua perawatannya mudah dan sederhana. Ketiga tidak terdapat peralatan yang
bergerak, sehingga tidak perlu penggantian suku cadang dan penyetelan dan pelumasan.
Keempat peralatan bekerja tanpa suara dan tidak berdampak negatif terhadap
lingkungan. Kelima dapat bekerja secara otomatis.
Komponen utama sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan
menggunakan teknologi fotovoltaik adalah sel surya. Saat ini terdapat banyak teknologi
pembuatan sel surya. Sel surya konvensional yang sudah komersil saat ini
menggunakan teknologi wafer silikon kristalin yang proses produksinya cukup
kompleks dan mahal. Secara umum, pembuatan sel surya konvensional diawali dengan
proses permurnian silika untuk menghasilkan silika solar grade (ingot), dilanjutkan
dengan pemotongan silika menjadi wafer silika. Selanjutnya wafer silika di proses
menjadi sel surya, kemudian sel-sel surya disusun membentuk modul surya. Tahap
terawal adalah mengintergrasi modul surya dengan BOS (Balance of System) menjadi

55
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

sistem PLTS. BOS adalah komponen pendukung yang digunakan dalam sistem PLTS
seperti inverter, batere, sistem kontrol, dan lain-lain.
Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup
kuat dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum
dimanfaatkan secara optimal. Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia
baru mampu melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan
mengintergrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel
surya adalah komponen utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang
masih tinggi menjadi isu penting dalam perkembangan industri sel surya. Berbagai
teknologi pembuatan sel surya terus diteliti dan dikembangkan dalam rangka upaya
penurunan harga produksi sel surya agar mampu bersaing dengan sumber energi lain.
Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60% dan hampir
seluruh daerah yang belum dialiri listrik adalah daerah pedesaan yang jauh dari pusat
pembangkit listrik, maka PLTS yang dapat dibangun hampir di semua lokasi
merupakan alternatif sangat tepat untuk dikembangkan. Dalam kurun waktu tahun
2005-2025, Pemerintah telah merencanakan menyediakan 1 juta Solar Home System
berkapasitas 50 Wp untuk masyarakat berpendapatan rendah serta 346,5 MWp PLTS
hibrid untuk daerah terpencil. Hingga tahun 2025 pemerintah merencanakan akan ada
sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang.
Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50% pasar energi surya di Indonesia
sudah cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya berkapasitas
hingga 25 MWp per tahun. Hal ini tentu merupakan peluang besar bagi industri lokal
untuk mengembangkan bisnisnya ke pabrikasi sel surya.

a. PLTS TERPUSAT

PLTS Terpusat artinya pembangkitan tenaga listrik dengan menggunakan energy


matahari dilakukan secara terpusat dan suplai daya ke konsumen dilakukan melalui
jaringan distribusi.
Komponen utama dari PLTS Terpusat ini adalah :
1) Modul sel surya
2) Baterai
3) Baterai Charger Regulator (BCR)
4) Inverter

56
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

5) Jaringan distribusi
6) Monitor Performansi PLTS
7) Performansi Solar Cell Panel
Uraian dan penjelasan fungsi dan pengertian teknik lainnya berkaitan dengan
komponen-komponen utama PLTS tersebut adalah sebagai berikut :

1. Modul Sel Surya


Panel surya – solar cell mengubah sinar matahari menjadi listrik. Listrik tersebut
disimpan di dalam baterai, baterai menghidupkan lampu.

Gambar 3.1 Modul Sel surya


blog.solardaya.com

Panel surya menghasilkan energi listrik tanpa biaya, dengan mengkonversikan


tenaga matahari menjadi listrik. Sel silikon (disebut juga solar cell) yang disinari
matahari/surya, membuat photon yang menghasilkan arus listrik. Sebuah solar
cell menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah panel surya / solar
cell 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel (untuk menghasilkan 17 Volts
tegangan maksimum).
Dalam penggunaan panel surya untuk membangkitkan listrik ada beberapa hal
yang perlu kita pertimbangkan karena karakteristik dari panel surya :

57
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

 Panel Surya / solar cell memerlukan sinar matahari. Tempatkan panel


surya / solar cell pada posisi dimana tidak terhalangi oleh objek sepanjang
pagi sampai sore.
 Panel surya – solar cell menghasilkan listrik arus searah DC.
 Untuk efisiensi yang lebih tinggi, gunakan lampu DC seperti lampu LED.

2. Baterai
Baterai adalah alat penyimpan tenaga listrik arus searah (DC). Ada beberapa jenis
baterai di pasaran yaitu jenis baterai basah/konvensional, hybrid dan MF
(Maintenance Free).

Gambar 3.2 Baterai


www.panelsurya.com

Baterai basah/konvensional berarti masih menggunakan asam sulfat


(H2S04) dalam bentuk cair. Sedangkan baterai MF sering disebut juga barerai
kering karena asam sulfatnya sudah dalam bentuk gel/selai. Dalam hal
mempertimbangkan posisi peletakannya maka baterai kering tidak mempunyai
kendala, lain halnya dengan baterai basah.
Baterai konvensional juga kandunganya timbalnya (Pb) masih tinggi sekitar
2,5% untuk masing-masing sel positif dan negatif. Sedangkan jenis Hybrid
kandungan timbalnya sudah dikurangi menjadi masing-masing 1,7% hanya saja
sel negatifnya sudah ditambahkan unsur Calsium. Sedangkan baterai MF / baterai
kering sel positifnya masih menggunakan timbal 1,7% tetapi sel negatifnya

58
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

sudah tidak menggunakan timbal menggunakan timbal melainkan Calsium


sebesar 1,7%. Pada Calsium battery Asam Sulfatnya (H2S04) masih berbentuk
cairan, hanya saja hampir tidak memerlukan perawatan karena tingkat
penguapannya kecil sekali dan dikondensasi kembali. Teknologi sekarang bahkan
memakai bahan silver untuk campuran sel negatifnya.
Ada beberapa pertimbangan dalam memilih baterai :
 Tata letak, apakah posisi tegak, miring atau terbalik. Bila pertimbangannya
untuk segala posisi maka baterai kering adalah pilihan utama karena cairan
air baterai tidak akan tumpah. Kendaraan off road biasanya menggunakan
baterai kering mengingat medannya yang berat. Baterai ikut terguncang-
guncang dan terbanting. Baterai kering tahan goncangan sedangkan baterai
basah bahan elektodanya mudah rapuh terkena goncangan.
 Voltase / tegangan, dipasaran Yng mudah ditemui adalah yang bertegangan
6V, 12V da 24V. Ada juga yang multipole yang mempunyai beberapa titik
tegangan. Yang custom juga ada, biasanya dipakai untuk keperluan industri.
 Kapasitas baterai yang tertulis dalam satuan Ah, (Ampere hour), yang
menyatakan kekuatan baterai, seberapa lama baterai tersebut dapat bertahan
mensuplai arus untuk beban / load.
 Cranking Ampere yang menyatakan seberapa besar arus start yang dapat
disuplai untuk pertama kali pada saat beban dihidupkan. Baterai kering
biasanya mempunyai cranking ampere yang lebih kecil dibandingkan
baterai basah, akan tetapi suplai tegangan dan arusnya relatif stabil dan
konsisten. Itu sebabnya perangkat audio mobil banyak menggunakan
baterai kering.
 Pemakaian dari baterai itu sendiriapakah untuk kebutuhan rutin yang sering
dipakai ataukah Cuma sebagai back-up saja. Baterai basah, tegangan dan
kapasitasnya akan menurun bila disimpan lama tanpa recharger, sedangkan
baterai kering relatif stabil bila disimpan untuk jangka waktu lama tanpa
charger.
 Harga karena baterai kering mempunyai banyak keunggulan maka harganya
pun jauh lebih mahal daripada baterai basah. Untuk menjembatani rentang

59
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

harga yang jauh maka produsen baterai juga memproduksi jenis baterai
kalsium ( calcium battery ) yang harganya diantara keduanya.
Secara garis besar, battery dibedakan berdasarkan aplikasi dan
krontruksinya. Berdasarkan aplikasi battery dibedakan untuk outomotif, marine
dan deep cycle. Deep cycle itu meliputi battery yang biasa digunakan untuk PV
(Photo Voltaic) dan back up power. Sedangkan secara kontruksi maka battery
dibedakan menjadi type basah, gel dan AGM (Absored Glass Mat). Battery jenis
AGM biasanya juga dikenal dengan VRLA (Valve Regulated Lead Acid).
Battery kering Deep Cycle juga dirancang untuk menghasilkan tegangan
yang stabil dan konsisten. Penurunan kemampuannya tidak lebih dari 1-2% per
bulan tanpa perlu dicharger. Bandingkan dengan battery konvensional yang bisa
mencapai 2% per minggu untuk self discharger. Konsekuensinya untuk charging
pengisian arus ke dalam battery Deep Cycle harus lebih kecil dibandingkan
battery konvensional sehingga butuh waktu yang lebih lama untuk mengisi
muatannya. Antara type gel dan AGM hampir mirip hanya saja battery AGM
mempunyai semua kelebihan yang dimiliki type gel tanpa memiliki
kekurangannya. Kekurangan type Gel adalah pada waktu dicharger maka
tegangannya harus 20% lebih rendah dari battery type AGM ataupun basah. Bila
overcharged maka akan timbul rongga didalam gelnya yang sulit diperbaiki
sehingga berkurang kapasitas muatannya.
Karena tidak ada cairan yang dapat membeku maupun mengembang,
membuat battrey Deep Cycle tahan terhadap cuaca ekstrim yang membekukan.
Itulah sebabnya mengapa pada cuaca dingin yang ekstrim, kendaraan yang
menggunakan baterai konvensional tidak dapat distart alias mogok.
Ada 2 ranting untuk battery yaitu CCA dan RC.
 CCA ( Cold Cranking Ampere ) menunjukan seberapa besar arus yang
dapat dikeluarkan serentak selama 30 detik pada titik beku air yaitu 0°C.
 RC ( Reserve Capacity ) menunjukan berapa lama ( dalam menit ) battery
tersebut dapat menyalurkan arus sebesar 25A sambil tetap menjaga
tegangannya diatas 10,5 Volt.
Battery Deep Cycle mempunyai 2-3 kali lipat nilai RC dibandingkan battery
konvensional. Umur battrey AGM rata-rata antara 5-8 tahun

60
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

3. Baterai Charger Regulator (BCR)

BCR, digunakan untuk mengatur pengaturan pengisian baterai. Tegangan


maksimum yang dihasilkan panel surya / solar cell pada hari yang terik akan
menghasilkan tegangan tinggi yang dapat merusak baterai. BCR, adalah
komponen penting dalam Pembangkit Listri Tenaga Surya. BCR adalah
elektronik yang digunakan untuk mengatur arus searah yang diisi ke baterai dan
diambil dari baterai ke beban.

Gambar 3.3 Battery Charger Regulator


www.panelsurya.com

BCR mengatur overcharging (kelebihan pengisian – karena batere sudah


‘penuh’) dan kelebihan voltase dari panel surya / solar cell. Kelebihan voltase dan
pengisian akan mengurangi umur baterai.
BCR menerapkan teknologi Pulse Width modulation (PWM) untuk
mengatur fungsi pengisian baterai dan pembebasan arus dari baterai ke beban.
Jadi tanpa BCR, baterai akan rusak oleh over-charging dan ketidakstabilan
tegangan.
Beberapa fungsi detail dari BCR adalah sebagai berikut:
 Mengatur arus untuk pengisian ke baterai, menghindari overcharging, dan
overvoltage.
 Mengatur arus yang dibebaskan / diambil dari baterai agar baterai tidak ‘full
dischaeger’, dan overloading.

61
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

 Monitoring temperatur baterai

Untuk membeli BCR yang harus diperhatikan adalah:


 Voltage 12 Volt DC / 24 Volt DC
 Kemampuan (dalam arus searah) dari controller. Misalnya 5 Ampere, 10
Ampere, dsb.
 Full charge dan low voltage cut
Seperti yang telah disebutkan diatas BCR yang baik biasanya mempunyai
kemampuan mendeteksi kapasitas baterai. Bila baterai sudah penuh terisi maka
secara otomatis pengisian arus dari panel surya / solar cell berhenti. Cara deteksi
adalah melalui monitor level tegangan baterai. BCR akan mengisi baterai sampai
level tegangan tertentu, kemudian apabila level tegangannya drop, maka baterai
akan diisi kembali.
BCR biasanya terdiri dari : 1 input ( 2 teminal ) yamg terhubung dengan
output panel surya / solar cell, 1 output ( 2 terminal ) yang terhubung dengan
beban baterai / baterai dan 1 output (2 terminal ) yang terhubung dengan beban
( load ). Arus listrik DC yang berasal dari baterai tidak mungkin masuk ke panel
sel surya karena biasanya ada ‘diode protection’ yang hanya melewatkan arus
listrik DC dari panel surya / solar cell ke baterai, bukan sebaliknya.
Charge Controller bahkan ada yang mempunyai lebih dari 1 sumber daya,
yaitu bukan hanya berasal dari matahari, tapi juga bisa berasal dari tenaga angin
ataupun mikro hidro. Dipasaran sudah banyak ditemui charge controller ‘tandem’
yaitu mempunyai 2 input yang berasal dari matahari dan angin. Untuk ini energi
yang dihasilkan menjadi berlipat ganda karena angin bisa bertiup kapan saja,
sehingga keterbatasan waktu hanya tidak bisa disuplai energi matahari secara full,
dapat disupport oleh tenaga angin. Bila kecepatan rata-rata angin terpenuhi maka
daya listrik per bulannya bisa jauh lebih besar dari energi matahari.

Charging Mode BCR


Dalam Charging mode, umumnya baterai diisi dengan metoda three stage
charging:

62
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

 Fase bulk : baterai akan dichargr sesuai dengan tegangan setup (bulk -
antara 14.4 – 14.6 Volt) dan arus diambil secara maksimum dari panel
surya / solar cell. Pada saat baterai sudah pada tegangan setup (bulk)
dimulailah fase absorption.
 Fase absorption: pada sase ini, tegangan baterai akan dijaga sesuai dengan
tegangan bulk, sampai BCR timer (umumnya satu jam) tercapai, arus yang
dialirkan menurun sampai tercapai kapasitas dari baterai.
 Fase flloat: baterai akan dijaga pada tegangan float setting ( umumnya 13.4
– 13.7 Volt ). Beban yang terhubung ke baterai dapat menggunakan arus
maksimum dari panel surya / solar cell pada stage ini.

Mode Operation BCR


Pada mode ini, baterai akan melayani beban. Apabila ada over-discharge atau
over-load, maka baterai akan dilepaskan dari beban. Hal ini berguna untuk
mencegah kerusakan dari baterai

4. Inverter

Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus


listrik searah (DC) menjadi arus listrik bolak balik (AC). Inverter mengkonversi
DC dari perangkat seperti baterai, panel surya / solar cell menjadi AC.

63
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

Gambar 3.4. inverter


www.panelsurya.com

Pengguna inverter dari dalam Pembangki Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah
untuk perangkat yang menggunakan AC ( Alternating Current ). Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan inverter:
 Kapasitas beban dalam Watt, usahakan memilih inverter yang beban
kerjanya mendekati dengan beban yang hendak kita gunakan effisiensi
kerjanya maksimal
 Input DC 12 Volt atau 24 Volt
 Sinewave ataupun square wave output AC
True sine wave inverter diperlukan terutama ntuk beban-beban yang masih
mengunakan motor agar bekerja lebih mudah, lancar dan tidak cepat panas, oleh
karena itu dari sisi harga maka true sine wave inverter adalah yang paling mahal
diantara yang lainnya karena dialah yang paling mendekati bentuk gelombang asli
dari jaringan listrik PLN.
Dalam perkembangnanya dipasaran juga beredar modified sine wave
inverter yang merupakan kombinasi anatara square wave dan sine wave. Bentuk
gelombangnya bila dilihat melalui oscilloscope berbentuk sinus dengan ada garis
putus-putus di antara sumbu y=0 dan grafiknya sinusnya. Perangkatnya yang
menggunakan kumparam masih bisa beroperasi dengan modified sine wave
inverter, hanya saja kurang maksimal.
Sedangkan pada square wave inverter beban-beban listrik yang
menggunakan kumparan / motor tidak dapat bekerja sama sekali.
Selain itu dikenal juga istilah Grid Tie Inverter yang merupakan special
inverter yang biasanya digunakan dalam sistem energi listrik terbarukan, yang

64
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

mengubah arus listrik DC menjadi AC yang kemudian diumpankan ke jaringan


listrik yang sudah ada. Grid Tie Inverter juga dikenal sebagai synchronous
inverter dan perangkat ini tidak dapat berdiri sendiri, apalagi bila jaringan tenaga
listriknya tidak tersedia. Dengan adanya grid tie inverter kelebihan kWH yang
diperoleh dari sistem PLTS ini bisa disalurkan ke jaringan listrik PLN untuk
dinikmati bersama dan sebagai penggantinya besarnya kWH yang disuplai harus
dibayar PLN ke penyedia PLTS, tentunya dengan tarif yang telah disepakati
sebelumnya.
Rugi-rugi/ loss yang terjadi pada inverter biasanya berupa dissipasi daya
dalam bentuk panas. Effiensi tertinggi dipegang oleh grid tie inverter yang
diklaim bisa mencapai 95-97% bila beban outputnya hampir mendekati rated
bebannya. Sedangkan pada umumnya effisiensi inverter adalah berkisar 50-90%
tergantung dari beban outputnya. Bila beban outputnya semakin mendekati
beban kerja inverter yang tertera maka effisiensinya semakin besar, demikian
pula sebaliknya. Modified sine wave inverter ataupun square wave inverter bila
dipaksakan untuk beban-beban induktif maka effisiensinya akan jauh berkurang
dibandingkan dengan true sine wave inverter. Perangkatnya akan menyedot daya
20% lebih besar dari yang seharusnya.

5. Jaringan Distribusi

Kabel untuk menghubungkan komponen perangkat dalam implementasi


pembangkit listrik tenaga surya sebaiknya memperhatikan spesifikasi
pengkabelan untuk mengurangi loss (kehilangan) daya, pemanasan pada kabel,
dan kerusakan pada perangkat. Uuntuk menghubungkan perangkat charge
controller dan panel surya/ solar cell perhatikan spesifikasi kabel, karena dengan
tegangan 12 V, spesifikasi kabel yang sesuai dapat mengurangi loss 3% ataupun
mengurangi penurunan tegangan.
Kabel memiliki resistansi (dalam ohm), semakin besar kabel, resistansinya
semakin kecil. Pada tegangan 12 V, pengurangan tegangan terjadi pada kabel
yang panjang, sehingga mengurangi effisiensi dari instalasi pembangkit listrik
tenaga surya kita.

65
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

Untuk menghubungkan tenaga charge controller dengan baterai, gunakan


gauge kabel yang sama, dengan alasan, arus antara charge controller ke baterai,
dan arus panel surya/ solar cell ke charge controller, hampir sama.
Untuk baterai ke inverter, gunakan kabel yang sebesar mungkin ataupun
hampir sama dengan kabel yang digunakan oleh aki mobil. Usahakan jarak antar
inverter dan baterai tidak lebih dari 1.8 m. Pertimbangannya adalah 10 Amps AC
pada 240 volts, sama dengan 200 Amps pada 12 volt DC baterai. Kabel yang
tidak sesuai menyebabkan panas dan bisa menyebabkan kebakaran.

6. Monitor Performansi PLTS

Perencanaan pembangkit listrik tenaga surya memperhatikan hal sebagai berikut :


 Jumlah daya yang dibutuhkan dalam pemakaian sehari-hari (watt)
 Berapa besar arus yang dihasilkan oleh panel surya/ splar cell (dalam
ampere hour), dalam hal ini memperhitungkan jumlah panel surya/ solar
cell yang harus dipasang
 Berapa unit baterai yang diperlukan untuk kapasitas yang diinginkan dan
pertimbangan penggunaan tanpa sinar matahari (ampere hour)
Sistem Pembangkit Listrik Panel Surya, membangkitkan arus listrik da
menyimpan ke dalam baterai. Diperlukan perangkat pengukur untuk monitoring
arus yang dihasilkan panel surya/ solar cell, dan penggunaan oleh beban. Dalam
hal ini adalah arus dari baterai yang digunakan oleh beban.
Ampere meter untuk mengukur charging panel surya/ solar cell. Volt meter
digunakan untuk mengukur tegangan baterai, mengindikasikan berapa jumlah
discharge dari baterai.
Pada saat pengukuran perhatikan supaya pada saat tidak terjadi charging
maupun discharging. Jadi sebaiknyapengukuran dilakukan pagi hari pada saat
belum ada charging dan tidak ada penggunaan.
Baterai yang sering digunakan lebih dari 40%-50% akan mengurangi life
time. Jadi dalam perencanaan perhatikan penggunaan daya dan perhitungan
baterai 2 kali lipat dari daya tersebut.

66
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

7. Performansi Solar Cell Panel

Perbedaan utama dari solar cell panel adalah bahan produksi dari solar cell
panel. Bahan solar cell panel yang paling umum adalah crystalline silicon.
Bahan crystalline dapat terdiri dari single crystal, mono or single crystalline, dan
poli or multi-crystalline. Selain itu solar cells panel ada yang terbuat dari lapisan
tipis amorphous silicon. Sel cristalline silicon mempunyai 2 tipe yang hampir
serupa, meskipun sel single cristalline lebih effisien dibandingkan dengan poly-
crystalline karena poly-crystalline merupakan ikatan antara sel-sel. Keunggulan
dari amorphous silicon adalah harga yang terjangkau tetapi tidak seefisien
crystalline silicon solar cell.
Total pengeluaran listrik (wattage) dari solar cell panel adalah sebanding
dengan voltase/ tegangan operasi dikalikan dengan arus operasi saat ini. Solar
cell panel dapat menghasilkan arus dari voltase yang berbeda-beda. Hal ini
berbeda dengan baterai, yangmenghasilkan arus dari voltase yang relatif konstan.
Karakteristik output dari solar cell panel dapat dilihat dari kuva
performansi, disebut I-V curve. I-V curve menunjukan hubungan antara arus dan
votase.

Gambar 3.5. I-V Curve


www.panelsurya.com

Gambar di atas menunjukan tipikal kurva I-V. Voltase (V) adalah sumbu
horizontal. Arus (I) adalah sumbu vertikal. Kebanyakan kurva I-V diberikan
dalam Standar Test Conditions (STC) 1000 watt per meter persegi radiasi (atau
disebut satu matahari puncak/ one peak sun hour) dan 25 derajat Celcius/ 77
derajat Fahrenheit suhu solar cell panel. Sebagai informasi STC mewakili

67
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

kondisi optimal dalam lingkungan laboratorium.Kurva I-V terdiri dari 3 hal yang
penting :
a) Maximum Power Point (Vmp dan Imp)
b) Open Circuit Voltage (Voc)
c) Short Circuit Current (Isc)

a) Maximum Power Point (Vmp dan Imp)


Pada kurva I-V, Maximum Power Point Vmp dan Imp, adalah titik
operasi, dimana maksimum pengeluaran/ output yang dihasilkan oleh solar
cell panel saat kondisi operasional. Dengan kata lain, Vmp dan Imp dapat
diukur pada saat solar cell panel diberi beban pada 25 derajat Celcius dan
radiasi 1000 watt per meter persegi. Pada kurva di atas voltase 17 volts
adalah Vmp, dan Imp adalah 2,5 ampere. Jumlah watt pada batas maksimum
ditentukan dengan mengalikan Vmp dan Imp, maksimum jumlah watt pada
STC adalah 43 watt.
Output berkurang sebagaimana voltase menurun. Arus dan daya output
dari kebanyakan modul solar cell panel menurun sebagaimana tegangan/
voltase meningkat melebihi maximum power point.

b) Open Circuit Votage (Voc)


Open Circuit Voltage (Voc) adalah kapasitas tegangan maksimum yang
dapat dicapai pada saat tidak adanya arus (current). Pada kurva I-V , Voc
adalah 21 volt. Daya pada saat Voc adalah 0 watt.
Voc solar cell panel dapat diukur di lapangan dalam berbagai macam
keadaan. Saat membeli modul, sangat direkomendasikan untuk menguji
voltase untuk mengetahui apakan cocok dengan spesifikasi pabrik. Saat
menguji voltase dengan multimeter digital dari terminal positif ke terminal
negatif. Open Circuit Voltage (Voc) dapat diukur pada pagi hari dan sore
hari.

68
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

c) Short Circuit Current (Isc)


Short Circuit Current (Isc), adalah maksimum output arus dari solar cell
panel dapat dikeluarkan (output) di bawah kondisi dengan tidak ada resistensi
atau short circuit. Pada kurva I-V di atas menunjukkan perkiraan arus 2,65
ampere. Daya pada Isc adalah 0 watt.
Short Circuit Current dapat diukur hanya pada saat membuat koneksi
langsung terminal positif dan negatif dari modul solar cell panel.
Label Spesifikasi Solar Cell Panel
Semua nilai ditemukan pada kurva I-V digunakan untuk menciptakan
label spesifik untuk setiap modul solar cell panel. Semua model ditera di
bawah standar kondisi tes. Label spesifikasi dapat ditemukan di bagian
belakang dari modul solar cell panel :
Electrical rating at 1.000 watt/ m2
AM 1.5, Temperature Cell 25 degree Celcius
Max. Power : 43 W
Voc : 21.4 V
Vmp : 17.3 V
Isc : 2.65 A
Imp : 2.5 A
Sembilan hal utama yang mempengaruhi unjuk kerja/ performansi dari modul
solar cells panel:
c.1. Resistansi beban
c.2. Intensitas cahaya matahari
c.3. Suhu/ temperatur solar cells panel
c.4. Bayangan/ shading
c.5. Penentuan Arah dan Kemiringan Panel Surya
c.6. Array atau Rangkaian Modul Surya
c.7. Hubungan Modul Surya Secaran Paralel
c.8. Hubungan Modul Surya Secara Seri
c.9. Hubungan Modul Surya Secara Seri dan Paralel

69
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

c.1. Resistansi Beban

Tegangan baterai adalah tegangan operasi dari solar cell panel


module, apabila baterai dihubungkan langsung dengan solar cell panel
modul. sebagai contoh, umumnya baterai 12 Volt, Voltase/ tegangan
baterai biasanya antara 11,5 sampai 15 Volts. Untuk dapat mencharger
baterai, solar cell panel harus beroperasi pada voltase yang lebih tinggi
daripada voltase baterai bank.

Effisiensi paling tinggi adalah saat solar panel cell beroperasi dekat
pada maximum power point. Pada contoh di atas tegangan baterai harus
mendekati tegangan Vmp, maka effisiensi nya berkurang.

c.2. Intensitas Cahaya Matahari

Semakin besar intensitas cahaya matahari secara proposional akan


menghasilkan arus yang besar. seperti gambar berikut , tingkatan cahaya
matahari menurun, bentuk dari kurva I-V menunjukkan hal yang sama,
tetapi bergerak ke bawah yang mengindikasikan menurunnya arus dan
daya. Voltase adalah tidak berubah oleh bermacam-macam intensitas
cahaya matahari.

c.3. Suhu Solar Cell Panel

Sebagaimana suhu solar cell panel meningkat diatas standar suhu


normal 25˚C, efisiensi solar cell panel modul effisiensi dan tegangan
akan berkurang. Gambar dibawah ini mengilustrasikan bahwa,
sebagaimana, suhu sel meningkat diatas 25˚C (suhu solar cell panel
module, bukan suhu udara), bentuk kurva I-V tetap sama, tetapi bergeser
ke kiri sesuai dengan kenaikan suhu solar cell pane, menghasilkan
tegangan dan daya yang lebih kecil. Panas dalam kasus ini, adalah
hambatan listrik untuk aliran elektro. Untuk itu aliran udara di sekeliling
solar cell panel module sangat penting untuk menghilangkan panas yang
menyababkan suhu solar cell panel yang tinggi.

70
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

c.4. Shading/ Teduh/ Bayangan

Solar cell panel, terdiri dari beberapa silikon yang diserikan untuk
menghasilkan daya yang diinginkan. Satu silikon menghasilkan 0.46
Volt, untuk membentuk solar cell panel 12 Volt, 36 silikon diserikan,
hasilnya adalah 0.46 Volt x 36 = 16.56.

Shading adalah dimana salah satu atau lebih sel silikon dari solar
cell panel tertutup darisinar matahari. Shading akan mengurangan
pengeluaran daya dari solar cell panel. beberapa jenis solar cell module
sangat terpengaruh oleh shading dibandingkan yang lain. Tabel dibawah
ini menunjukan efek yang sangat ekstrim pengaruh shading pada satu sel
dari modul panel suryasingle crystalline yang tidak memiliki internal
bypass diodes. Untuk mengatasi hal tersebut solar cell panel dipasang
bypass diodes, bypass diode untuk arus mengalir kesatu arah, mencegah
arus silikon yang kena bayangan.

c.5. Penentuan Arah dan Kemiringan Panel Surya


Penentuan Arah dan Kemiringan Panel Surya
1. Penentuan Arah Panel Surya
Dengan menggunakan kompas, anda bisa hanya bisa menentukan
arah Utara melalui magnet (Magnetic North). Magnetic North
mempunyai perbedaan dengan Solar North. Karena anda mencari
posisi sinar matahari yang terbaik, dan bukan mencari lokasi tujuan,
maka lebih tepat jika anda menentukan Solar North.
Solar panel dipasang menghadap arah yang bervariasi, tergantung
dari letak geografis tempat instalasi.
Jika anda berada di separuh bumi sebelah Selatan / di bawah garis
khatulistiwa (Jakarta, Surabaya, Denpasar, dan kota-kota di
Australia), posisi sinar matahari akan berasal dari sisi Utara
sepanjang hari. Karena itu solar panel anda harus menghadap Utara.
Sebaliknya untuk kota kota seperti Medan dan Aceh, maka solar

71
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

panel anda mendapatkan sinar matahari lebih banyak jika


menghadap Selatan.
Untuk wilayah Surabaya, apabila tidak tersedia atap rumah yang
menghadap ke Utara, maka lokasi terbaik berikutnya adalah
Tenggara/Barat Laut. Apabila masih tidak terdapat atap di lokasi
tersebut, maka pilihan berikutnya adalah Timur /Barat. Pilihan anda
harus berdasarkan dari:
Sisi mana yang bebas dari bayangan. Apabila terkena bayangan,
solar panel hanya bisa menghasilkan 10-20% dari kapasitas
maksimalnya sehingga tujuan anda untuk menghemat biaya melalui
penggunaan listrik tenaga surya tidak bisa tercapai.
 Sisi mana dari atap rumah tinggal anda yang mendapat sinar
matahari lebih lama.
 Jumlah penggunaan air panas dan tarif listrik mana yang lebih
besar antara pagi hari dan sore hari.

2. Penentuan Kemiringan Panel Surya


Solar Panel akan lebih maksimal menghasilkan energi listrik jika
sinar matahari jatuh tegak lurus mengenai permukaan solar panel
seperti diagram di bawah.

Gambar 2.3 Kemiringan Panel Surya

Untuk wilayah Indonesia, kota kota yang terletak di sekitar garis


khatulistiwa, solar panel akan lebih efisien jika diposisikan pada
sudut 20-30 derajat dari tanah. Sedangkan untuk kota-kota di
wilayah Australia, solar panel lebih efisien diarahkan pada sudut 30-
40 derajat dari tanah.

72
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

c.6. Array atau Rangkaian Modul Surya

Sistem-sistem fotovoltaik atau lebih dikenal dengan sistem


Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dibuat berdasarkan kebutuhan
catu daya dan sistem tegangan yang diinginkan oleh beban. Untuk
membuat rangkaian modul surya dilakukan dengan cara menghubungkan
modul surya secara seri dan paralel.

c.7. Hubungan Modul Surya Secara Paralel

Untuk mendapatkan arus listrik yang lebih besar dari pada keluaran
arus listrik dari setiap modul surya, maka modul surya dihubungkan
secara paralel, dengan cara menghubungkan kutub-kutub yang sama
(kutub negatif saling dihubungkan dan kutub positif juga saling
dihubungkan).
Apabila masing-masing modul surya mempunyai tegangan kerja 30
Volt dan menghasilkan arus listrik maksimum sebesar masing-masing
8,28 Ampere, kemudian kedua dihubungkan secara paralel maka akan
didapatkan tegangan tetap listrik total sebesar 60V

73
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

Gambar 3.6 Susunan 2 buah modul surya dihubungkan secara paralel

c.8. Hubungan Modul Surya Secara Seri

Untuk mendapatkan tegangan yang diinginkan modul surya


dihubungkan secara seri yaitu dengan cara menghubungkan kutub positif
dan kutub negatif seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Tegangan total yang didapatkan dengan cara menghubungkan seri
dua buah modul masing-masing mempunyai tegangan 30 Volt adalah
merupakan jumlah yaitu 60 Volt, tetapi arus listrik total yang dihasilkan
adalah sama dengan masing-masing arus maksimum setiap modul yaitu
8,28 A.

74
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

Gambar 3.7 Susunan dua buah modul surya dihubungkan secara seri

c.9. Hubungan Modul Surya Secara Seri dan Paralel

Untuk mencatu daya sistem–sistem PLTS yang diinginkan, maka


perlu untuk menggabungkan sejumlah modul surya secara seri maupun
paralel. pada gambar terlihat bahwa array atau rangkaian modul surya
untuk menacatu daya sistem terdiri dari 2 buah modul surya yang
dihubungkan secara seri dan 4 buah modul surya yang dihubungkan
secara paralel.

Gambar 3.8 Array atau Rangkaian Modul Surya

75
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

3.2 GAMBARAN LOKASI PLTS

KABUPATEN HALMAHERA SELATAN


Kabupaten Halmahera Selatan sebagai daerah otonom yang baru dimekarkan dari
Kabupaten Maluku Utara (sekarang Halmahera Barat) Provinsi Maluku Utara sesuai
UU Nomor 1 Tahun 2003, terletak antara 1260 45’ bujur timur dan 1290 30’ bujur
timur dan 00 30’ lintang utara dan 20 00’ lintang utara.

Lokasi Kab. Halmahera


Selatan

Kabupaten Halmahera Selatan terletak di kawasan timur Indonesia, tepatnya berbatasan


dengan :
 Sebelah utara dibatasi oleh Kota Tidore Kepulauan dan Kota Ternate.
 Sebelah selatan dibatasi oleh Laut Seram.
 Sebelah timur dibatasi oleh Laut Halmahera.
 Sebelah barat dibatasi Laut Maluku.
Luas wilayah Kabupaten Halmahera Selatan adalah 40.236,72 Km2, yang terdiri dari
daratan seluas 8.779,32 Km2( 22% ) dan luas lautan sebesar 31.484,40 Km2(78%).

Keadaan iklim
Keadaan iklim di Daerah Kabupaten Halmahera Selatan dipengaruhi oleh besar
kecilnya tekanan angin yang berasal dari laut seram dan laut maluku. Musim angin
yang terjadi adalah pada musim barat atau utara dan musim selatan atau timur tenggara
yang diselingi dengan dua musim pancaroba akibat dari transisi kedua musim tersebut.

76
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

Pada musim barat atau utara umumnya berlangsung pada bulan Desember sampai
dengan bulan Maret dan bulan April adalah masa transisi ke musim selatan atau timur
tenggara dan pada saat itu biasanya diikuti dengan musim kemarau. Sedangkan musim
selatan atau timur tenggara umumnya berlangsung selama enam bulan, yang berawal
dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Masa transisi kemusim barat adalah pada
bulan November dan biasanya terjadi musim hujan.Pada masa transisi antara bulan
April dan bulan November kecepatan angin yang terjadi rata-rata 10,2 Km/Jam dengan
kecepatan terbesar 14,3 Km/Jam sedangkan curah hujan yang terjadi rata-rata 1500-
2500 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 80-150 Hari. Besarnya curah hujan tersebut
menurut klasifikasi Schmidt F.H. dan J.H.A. Ferguson yang menunjukan Daerah
Halmahera Selatan tergolong dalam klasifikasi Tipe Iklim A dan B terkecuali daerah
Saketa yang beriklim C dan daerah Laiwui yang bertipe Am (Klasifikasi Koppen).
Salah satu daerah di Kabupaten Halmahera Selatan yang berada pada garis Katulistiwa
yaitu Gugusan Pulau Gura Ici yang berakibat suhu udara didaerah tersebut cukup
tinggi, yaitu antara 20 - 31º C sedangkan daerah-daerah lainya berada pada suhu udara
27 - 30º. 

Topografi
Jika dilihat dari sifat permukaan dan kemiringan ( Topografi ) di Kabupaten Halmahera
Selatan terdapat 4 kategori yaitu :
 Tanah datar dengan kelas lereng 0-2% Seluas 107.874,05 Ha.
 Tanah landai dengan kelas lereng 2-15% seluas 243.991,08 Ha.
 Tanah agak curam kelas lereng 15-40% seluas 415.448,00 Ha.
 Tanah curam dengan kelas lereng 40% seluas 137.144,05 Ha.
Sebagai wilayah kepulauan maka topografi wilayah Kabupaten Halmahera
Selatan seluas 61,1 persen tergolong lahan agak curam (derajat kemiringan 15-40%)
dan lahan curam (derajat kemiringan >40%). Hanya 38,9 persen saja tergolong datar
dan landai yang banyak terdapat di wilayah pesisir. Semakin ke dalam dan jauh dari
pantai maka kebanyakan lahan berbukit-bukit. Wilayah kecamatan yang memiliki
mayoritas daerah dengan jenis kelerengan datar - landai (0 - 2 º) antara lain kecamatan
Kayoa, Kayoa Utara, Kayoa Selatan, Gane Timur, Gane Timur Tengah, Gane Timur
Selatan, Kepulauan Joronga, Kepulauan Botanglomang, Mandioli Utara, Mandioli

77
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

Selatan, Obi Utara, dan Obi Timur. Sedangkan wilayah kecamatan yang memiliki
kondisi kelerengan curam – sangat curam (15 - >40 º) adalah kecamatan Makian,
Makian Barat, Gane Barat Utara, Gane Barat, Gane Barat Selatan, Bacan, Bacan
Timur, Bacan Selatan, Bacan Timur Selatan, Bacan Timur Tengah, Obi, dan Obi
Selatan.

 Kecamatan Mandioli Selatan (Menunggu Hasil Survey)


1. Desa Yoyok dan Tabalema
 Lokasi
 Ketersediaan Lahan
 Kebutuhan Listrik
 Kemampuan Pengelolahan
 Analisa Keekonomian

3.3 ANALISIS KETEKNIKAN PLTS

Lokasi PLTS terletakdi Desa Hlibuei, Kecamatan Sidding, Kabupaten Bengkayang.


Akses menuju lokasi dapat digambarkan melalui tabel berikut :

Moda Waktu
No Dari Ke
Transportasi Tempuh
Ibu Kota Provinsi Ibu Kota Provinsi
1 Mobil 4 jam
(Pontianak) (Bengkayang)
Ibu Kota Provinsi Ibu Kota Provinsi
2 Motor 4,5 jam
(Bengkayang) (Sidding)
Ibu Kota Provinsi Ibu Kota Provinsi
3 Motor <0,5 jam
(Sidding) hlibuei dan sidding

Koordinat lokasi PLTS yang akan dibangun di Desa Hlibuei, Kecamatan Sidding, ialah
1˚52’54.00’’N109˚22’24.00’’E. Data potensi energi matahari yang diperoleh dari
database NASA untuk Koordinat tersebut ialah sebagai berikut :

No Bulan Iradiasi (kWh/m2.day)

78
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

1 Januari 4.09
2 Februari 4.69
3 Maret 5.05
4 April 5.32
5 Mei 5.13
6 Juni 5.05
7 Juli 4,95
8 Agustus 5.00
9 September 4.73
10 Oktober 4.67
11 November 4.44
12 Desember 4.17
13 Rata-rata 4.77

Lahan yang tersedia dilokasi tersebut berupa tanah keras berpasir putih dengan kondisi
awal ditumbuhi semak. Ukuran lahan yang disediakan untuk lokasi PLTS ialah sebasar
364 m2 namun dapat ditambah sesuai kebutuhan. Gambar kontur lahan PLTS sesuai
dengan data koordinat dari google earth ialah sebagai beriku. perbedaan ketinggian
antar titik maksimal sebesar 1 meter

IMAGE

Terdapat 50 rumah pada saat survey yang terbagi ke dalam 2 rumah betang.
Diperkirakan jumlah rumah meningkat menjadi 70 rumah ditahun 2014 yang terpusat
dirumah betang dan beberapa rumah di sekitar rumah betang tersebut. Setiap rumah
akan diperoleh supply energy sebesar 350 Wh tiap hari dari PLTS sedangkan sarana
umum yang jumlah 5 unit akan memperoleh supply energy sebesar 700 Wh. Selain itu
akan dipasang penerangan jalan umum disepanjang jalur distribusi listrik. Jumlah titik
penerangan disesuaikan dengan panjang jaringan. Untuk desa Semuntik, jumlah titik
penerangan ialah 15 titik.

79
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

Total kebutuhan beban di Desa Wirayudha ialah 28.900Wh per hari. Untuk memenuhi
kebutuhanbeban tersebut maka diperlukan PLTS dengan kapasitas sebesar 15kWp.
Berdasarkan hasil simulasi menggunakan software, diperolah grafik produksi energy
PLTS dan performance ratio untuk lokasi desa Sungai Bening sebagai berikut

GRAFIK

Dari grafik diketahui bahwa energy yang dihasilkan oleh PLTS mencukupi kebutuhan
beban dan terdapat kelebihan energy sekitar 89% untuk antisipasi pertumbuhan beban
hingga beberapa tahun kedepan.

Lahan yang dibutuhkan untuk PLTS 15 kWp di desa Nanga Bugau ialah sekitar 19 x 22
meter atau 418 m2. Kebutuhan lahan ini lebih besar dari lahan yang tersedia dilokasi.

3.4 ANALISIS KEEKONOMIAN PLTS

Analisa Keekonomian PLTS yang disampaikan pada laporan studi kelayakan ini lebih
bertujuan untuk mengetahui pembiayaan yang diperlukan untuk pembangunan PLTS di
desa Hlibuei dapat digambarkan sebagai berikut :
SUBSISTEM HARGA SUBSISTEM
     
Photovoltaic System Rp 323,581,250.00
     
Battery System, VRLA Rp 423,561,258.00
     
Controller Rp 295,801,275.00
     
Penangkal Petir Rp 49,479,375.00
     
Panel Distribusi, Power Cable & Grounding Rp 50,050,000.00
     
Remote Monitoring System Rp 10,182,445.00
     
Pyranometer Rp 40,130,013.00
     
Rumah Pembangkit/Shelter Rp 153,755,000.00
     
Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Rp 121,946,000.00

80
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

     
Instalasi Rumah Pelanggan Rp 89,640,000.00
     
TV LCD 32" + Antena Parabola Rp 8,050,000.00
     
Rekayasa, Biaya Mobilisasi, Instalasi dan Pelatihan Rp 360,387,518.00
     
Total Rp 1,926,564,134.00

Sedangkan untuk operasional selama 10 tahun terdapt beberapa komponen pembiayaan


yang diperlukan antara lain :

1. Perawatan rutin, berupa perawatan sederhana seperti pembersihan, pengecekan rutin,


dan perbaikan sederhana oleh operator local yang telah terlatih
2. Gaji untuk operator diasumsikan sebesar Rp. 700.000 per orang per bulan
3. Penggantian komponen baterai paling lama setelah 5 tahun
4. Penggantian komponen lain seperti lampu pada tahun keempat

Dengan skema pembiayaan tersebut maka Total Cost of Ownership dari PLTS dapat
digambarkan sebagai berikut :

81
Feasibility Study (FS) dan Verifikasi Desa Yoyok dan Tabalema
Kecamatan Mandioli Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara

KESIMPULAN
BAB 4
DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

1. Untuk membangun PLTS terpusat didaerah terpencil diperlukan studi kelayakan


yang menyeluruh mengenai aspek geografis, keamanan, dan sosial ekonomi
setempat
2. Sistem PLTS terpusat yang akan diterapkan adalah sistem Off Grid
3. Jatah energi per rumah yang ditetapkan oleh Kementrian ESDM adalah
300Wh/hari. Data ini akan digunakan sebagai acuan perhitungan kapasitas
pembangkit PLTS
4. Kebutuhan Lahan PLTS minimal yang harus disediakan sekitar 300 m2 untuk
beban 100 rumah
5. Standar komponen utama PLTS harus mengacu pada Permen ESDM No. 10 Tahun
2015
6. Yang termasuk biaya proyek adalah pengadaan dan pemasangan peralatan PLTS ,
distribusi listrik sampai menuju titik beban, serta bangunan sipil untuk ruang
pembangkit. Sedangkan untuk lahan PLTS dipersiapkan PEMDA setempat.

4.2 SARAN

1. Tim survey Sebelum melakukan studi kelayakan ke lokasi, diperlukan persiapan


dan pemahaman tentang item-item yang akan disurvey, alat ukur yang digunakan,
juga form data survey serta jalur dan sarana transportasi menuju lokasi
2. Tim survei dan Engineering harus berkoordinasi agar data yang diambil sesuai
dengan kebutuhan.

82

Anda mungkin juga menyukai