Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Badan- badan pemerintahan di dalam menjalankan tugasnya,


menjalan kepentingan masyarakat akan lebih baik jika menggunakan
barang-barang milik negara sendiri daripada apabila menyewa atau
meminjam dari seseorang atau swasta. Dalam menjalankan atau
melaksanakan tugasnya, Pemerintah memerlukan fasilitas yang dapat
dimiliki oleh negara.
Namun, perubahan paradigma baru pengelolaan barang milik negara
atau aset negara yang ditandai dengan dikeluarkannya PP No. 6 tahun
2006 yang merupakan peraturan turunan UU No. 1 tahun 2004 tentang
PErbendaharaan Negara, telah memunculkan optimisme baru best practise
dalam penataan dan pengelolaan aset negara yang lebih tertib, akuntabel
dan trasnparan ke depannya. Pengelolaan aset negara yang professional
dan modern dengan
mengedepankan good governance di  satu sisi diharapkan akan mampu
meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara dari
masyarakat / stake-holder.
Pengelolaan aset negara dalam pengertian yang dimaksud dalam
Pasal 1 Ayat (1) dan Ayat (2) PP No.6/2006 adalah tidak sekedar
administratif semata, tetapi lebih maju berfikir dalam menangani aset
negara, dengan bagaimana meningkatkan efisiensi, efektifitas dan
menciptakan nilai tambah dalam mengelola aset. Oleh karena itu, lingkup
pengelolaan aset negara mencakup perencanaan kebutuhan dan
penganggaran; pengadaan; penggunaan; pemanfaatan; pengamanan dan
pemeliharaan; penilaian; penghapusan; pemindahtanganan;
penatausahaan; pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Proses
tersebut merupakan siklus logistik yang lebih terinci yang didasarkan pada
pertimbangan perlunya penyesuaian terhadap siklus perbendaharaan dalam
konteks yang lebih luas (keuangan negara). 
Dari hal tersebut, sangat menarik apabila dikaji lebih dalam tentang
pengelolaan barang milik negara atau daerah berdasarkan PP No. 6 tahun
2006.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut.
1.    Apa definisi barang milik negara menurut PP No. 6 tahun 2006?
2.   Apa saja ruang lingkup barang milik negara menurut PP No. 6 tahun
2006
3.   Bagaimana pengelolaan barang milik negara atau daerah menurut PP
No. 6 tahun 2006?
4.   Siapa pejabat pengelola barang milik negara dan Apa saja wewenang
pejabat pengelola barang milik negara?
5.   Bagaimana prosedur perencanaan dan penganggaran barang milik
negara, bentuk pemanfaatan, penghapusan barang milik negara,
prosedur  serta cara penghapusan barang?
1.2  Tujuan Penulisan Makalah
1.  Untuk mengetahui definisi barang milik negara menurut PP No. 6 tahun
2006.
2.  Untuk mengetahui ruang lingkup barang milik negara menurut PP No. 6
tahun 2006.
3.   Untuk mengetahui cara pengelolaan barang milik negara menurut PP.
No 6 tahun 2006
4.   Untuk mengetahui siapa pejabat pengelola barang milik negara dan
Mengetahui wewenang pejabat pengelola barang milik negara.
5.   Mengetahui prosedur perencanaan dan penganggaran barang milik
negara, bentuk pemanfaatannya, penghapusan barang milik negara,
serta prosedur dan cara penghapusan barang milik negara.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Barang Milik Negara Menurut PP. No. 6 Tahun 2006
Menurut Pasal 1 Ayat (1) dan Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2006 ini yang dimaksud dengan:
a.    Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
b.    Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

2.2  Ruang Lingkup Barang Milik Negara Menurut PP. No. 6 Tahun 2006
Ruang lingkup barang milik negara meliputi :
1.      Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau APBD
2.      Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah yaitu :
a.   Barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan atau yang
sejenis
b.  Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian atau
kontrak.
c.   Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang ;
atau
d.   Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
2.3  Pengelolaan Barang Milik Negara Menurut PP No 6 tahun 2006
Pengelolaan barang milik negara/ daerah dilaksanakan berdasarkan
asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi,
akuntabilitas dan kepastian nilai.

Pengelolaan barang milik negara diatur dalam pasal 3 ayat 2, yang meliputi:
a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b. pengadaan;
c. penggunaan;
d. pemanfaatan;
e. pengamanan dan pemeliharaan;
f. penilaian;
g. penghapusan;
h. pemindahtanganan;
i. penatausahaan;
j. pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

2.4 Pejabat Pengelola Barang Milik Negara atau Daerah dan


Wewenangnya

Pengelola barang adalah pejabat yang berwenang dan


bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan
pengelolaan barang miliknegara/daerah.
Pejabat Pengelolaan BMN adalah Menteri Keuangan yang mempunyai
wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Merumuskan kebijakan, mengatur, dan menetapkan pedoman pengelolaan
barang milik negara;
b.  Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik negara;
c.  Menetapkan status penguasaan dan penggunaan barang milik negara;
d. Mengajukan usul pemindahtanganan barang milik negara berupa tanah dan
bangunan yang memerlukan persetujuan DPR;
e. Memberikan keputusan atas usul pemindahtanganan barang milik negara
berupa tanah dan bangunan yang tidak memerlukan   persetujuan DPR
sepanjang dalam batas kewenangan Menteri  Keuangan;
f. Memberikan pertimbangan dan meneruskan usul pemindahtanganan barang
milik negara berupa tanah dan bangunan yang tidak memerlukan
persetujuan  DPR sepanjang dalam batas kewenangan Presiden;
g. Memberikan keputusan atas usul pemindahtanganan dan penghapusan
barang milik negara selain tanah dan bangunan sesuai   batas
kewenangannya;
i.   Memberikan pertimbangan dan meneruskan usul pemindahtanganan 
     barang milik negara selain tanah dan bangunan kepada Presiden atau 
    DPR;
j. Menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah dan
bangunan;
k. Memberikan keputusan atas usul pemanfaatan barang milik negara selain
tanah dan bangunan;
l. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik negara
serta menghimpun hasil inventarisasi;
m. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik
negara;
n. Menyusun dan mempersiapkan Laporan Rekapitulasi barang milik
negara/daerah kepada Presiden sewaktu diperlukan.

Pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah adalah


Gubernur/bupati/walikota, yang berwenang untuk :
a.  Menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;
b. Menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan tanah dan
bangunan;
c.  Menetapkan kebijakan pengamanan barang milik daerah;
d. Mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan
persetujuan DPRD;
e. Menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan barang milik daerah
sesuai batas kewenangannya;
f. Menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau
bangunan.

Sedangkan Pengelola Barang Milik Daerah adalah Sekretaris Daerah,


yang berwenang dan bertanggung jawab untuk :
a. Menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik
daerah;
b.  Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah;
c. Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan
barang milik daerah;
d. Mengatur pelaksanaan pemanfaatan,penghapusan,dan pemindahtanganan
barang milik daerah yang telah disetujui oleh Gubernur/bupati/walikota atau
DPRD;
e. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik daerah;
f.  Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik
daerah.

2.4.1 Pengguna Barang Milik Negara atau Daerah


Pengguna barang  adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan barang milik negara/daerah. Pengguna Barang Milik Negara
adalah Menteri/pimpinan lembaga selaku pimpinan kementerian
negara/lembaga, yang berwenang dan bertanggungjawab untuk :
a. Menetapkan kuasa pengguna barang dan menunjuk pejabat yang mengurus
dan menyimpan barang milik negara;
b. Mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran barang milik negara
untuk kementerian negara/ lembaga yang dipimpinnya;
c. Melaksanakan pengadaan barang milik negara sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku;
d. Mengajukan permohonan penetapan status tanah dan bangunan untuk
penguasaan dan penggunaan barang milik negara yang diperoleh dari
beban APBN dan perolehan lainnya yang sah;
e. Menggunakan barang milik negara yang berada dalam penguasaannya
untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian
negara/lembaga;
f. Mengamankan dan memelihara barang milik negara yang berada dalam
penguasaannya;
g. Mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik negara
selain tanah dan bangunan;
h. Mengajukan usul pemindahtanganan dengan tindak lanjut tukar menukar
berupa tanah dan bangunan yang masih dipergunakan untuk
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi namun tidak sesuai dengan tata
ruang wilayah atau penataan kota;
i.  Mengajukan usul pemindahtanganan dengan tindak lanjut penyertaan modal
pemerintah pusat/daerah atau hibah yang dari awal pengadaaannya sesuai
peruntukkan yang tercantum dalam dokumen penganggaran;
j. Menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya kepada pengelola barang;
k. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik
negara yang ada dalam penguasaannya;
l. Melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik negara yang berada
dalam penguasaannya;
m. Menyusun dan menyampaikan Laporan Barang.
n.  Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan
(LBPT) yang berada dalam penguasaannya kepada pengelola barang.

Pengguna Barang Milik Daerah adalah Kepala satuan kerja perangkat


daerah, yang berwenang dan bertanggung jawab untuk :
a.  Mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi satuan kerja
perangkat daerah yang dipimpinnya;
b.  Mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan
penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan
perolehan lainnya yang sah;
c.  Melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang
berada
dalam penguasaannya;
d.  Menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya
untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja
perangkat daerah yang dipimpinnya;
e.  Mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya;
f.  Mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah
dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan barang
milik daerah selain tanah dan bangunan;
g.  Menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja
perangkat daerah yang dipimpinnya kepada gubernur/bupati/walikota
melalui pengelola barang;
h.  Melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang
milik
daerah yang ada dalam penguasaannya;
i.  Menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran
(LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada
dalam
penguasaannya kepada pengelola barang.

2.5 Perencanaan dan Penganggaran Barang Milik Negara atau Daerah


 Perencanaan kebutuhan barang milik negara/daerah disusun dalam
rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja
perangkat daerah setelah memperhatikan ketersediaan barang milik
negara/daerah yang ada.
Perencanaan kebutuhan barang milik negara/daerah berpedoman pada :
1. standar barang;
2. standar kebutuhan; dan
3. standar harga.
Yang ditetapkan oleh pengelola barang setelah berkoordinasi dengan
instansi
atau dinas teknis terkait.

2.5.1 Bentuk Pemanfaatan Barang Milik Negara


Bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa:
1.     Sewa;
Penyewaan hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan:
a.    Untuk mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik negara
b.    Untuk sementara waktu belum dimanfaatkan oleh instansi pemerintah
yang menguasainya.
Barang milik negara itu bisa disewakan kepada pihak lain yaitu BUMD,
BUMN, koperasi atau pihak swasta. Hasil penyewaan merupakan
penerimaan Negara dan seluruhnya harus disetor ke Kas Negara.
2.      Pinjam Pakai;
Peminjaman barang milik negara hanya dapat dilakukan dengan
pertimbangan: 
a.    Agar barang milik negara tersebut dapat dimanfaatkan secara ekonomis
oleh instansi pemerintah
b.      Untuk kepentingan sosial, keagamaan.
Peminjaman barang milik negara hanya dapat dilaksanakan antar
instansi pemerintah.
•  Syarat-Syarat Peminjaman :
1. Barang tersebut sementara waktu belum dimanfaatkan oleh instansi yang
memiliki.
2. Barang tersebut hanya boleh digunakan oleh peminjam, sesuai  dengan
peruntukannya.
3. Peminjaman tersebut tidak mengganggu kelancaran tugas pokok instansi
yang bersangkutan.
4.  Barang yg dipinjamkan harus merupakan barang yang tidak habis pakai
5. Peminjam wajib memelihara dengan baik barang yang dipinjam termasuk
menanggung biaya-biaya yg diperlukan.
6. Jangka waktu peminjaman paling  lama 2 (dua) tahun dan apabila
diperlukan dapat diperpanjang kembali.

3. Kerjasama Pemanfaatan;
Kerjasama Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara
atau daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
peningkatan penerimaan negara bukan pajak/ pendapatan daerah dan
sumber pembiayaan lainnya.
4. Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna.
 Bangun guna serah adalah pemanfaatan barang milik negara/ daerah
berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dari atau
sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain
tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk
selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan atau sarana
berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
Bangun Serah guna adalah pemanfaatan barang milik negara atau
daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan
atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya
diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka
waktu tertentu yang disepakati.
Bangun guna serah barang milik negara hanya dapat dilakukan dalam
rangka menyediakan fasilitas bangunan bagi instansi pemerintah yang
memerlukan.
Bangun guna serah barang milik  negara dapat dilakukan dengan
BUMN/BUMD atau pihak swasta.
 Bangun guna serah barang milik  negara hanya dapat dilakukan
berdasarkan persetujuan/keputusan menteri Keuangan.
Untuk mendapatkan mitra dalam BOT dilakukan tender dengan
mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 peserta peminat, kecuali
ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.

2.5.2   Penghapusan Barang Milik Negara


Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik negara atau
daerah dari daftar barang  dengan menerbitkan surat keputusan dari
pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna dan atau kuasa
pengguna barang dan atau pengelola barang dari tanggung jawab
administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

Pengahapusan barang bergerak milik negara dilakukan berdasarkan


pertimbangan:
1. Pertimbangan teknis karena secara fisik barang tidak dapat digunakan lagi
karena rusak, kadaluarsa, aus, susut, dan lain lain.
2.  Karena hilang.
3.  Karena pertimabangan ekonomis, seperti jumlahnya berlebih, lebih
menguntungkan bila dihapus karena biaya perawatannya yang mahal, atau
mati bagi tanaman atau hewan ternak.

Pengahapusan Barang Tidak Bergerak Milik Negara


Pengahapusan barang tidak bergerak milik negara dilakukan
berdasarkan
pertimbangan:
1. Rusak berat, terkena bencana alam/force majeure, tidak dapat
dimanfaatkan secara maksimal (idle).
2.  Terkena planologi kota.
3.  Kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas.
4.  Penyatuan organisasi dalam rangka efisiensi dan memudahkan
koordinasi
5.  Pertimbangan dalam rangka pelaksanaan rencana strategis Hankam.

Prosedur Penghapusan
1. Laporan/Usulan tentang penghapusan barang milik negara oleh Unit
Pemakai barang/Bendaharawan barang.
2.  Pembentukan Panitia Penghapusan.
3. Penelitian dan Penilaian Panitia Pengahapusan terhadap barang yang
bersangkutan. Hasil penelitian ini kemudian dituangkan dalam Berita Acara
Penghapusan
4.  Dikeluarkannya Surat Keputusan penghapusan.

Cara Penghapusan
1.  Penjualan
 Penjualan barang milik negara harus dilakukan dengan pelelangan
umum melalui Kantor Lelang Negara.
 Penjualan barang milik negara dilakukan setelah memenuhi syarat:
a.  Barang yang dijual bukan merupakan barang rahasia negara.
b. Barang yang dijual secara teknis operasional sudah tidak dapat digunakan
oleh Instansi Pemerintah secara efektif dan efisien.
c.  Barang yang bersangkutan sudah harus dihapus dari daftar Inventaris.
Hasil penjualan barang milik negara merupakan penerimaan negara
dan harus disetor seluruhnya ke rekening kas negara.

2.  Hibah/disumbangkan
 Hibah dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan sosial,
keagamaan serta kemanusiaan.
Hibah barang milik negara hanya diperuntukkan bagi:
a.  Lembaga Sosial, Lembaga Keagamaan dan organisasi Kemanusiaan
b.  Instansi pemerintah atau pemerintah Daerah.
•  Syarat-Syarat Hibah :
1.  Bukan merupakan barang rahasia negara
2.  Bukan merupakan barang vital bagi negara
3.  Bukan merupakan barang yg menguasai hajat hidup orang banyak.
4. Tidak bermanfaat dan tidak dibutuhkan lagi oleh instansi pemerintah ybs
dan instansi pemerintah lainnya.
5. Tidak mengganggu kelancaran  tugas-tugas pelayanan umum pemerintah.

3.  Penyertaan Modal


Penyertaan modal pemerintah pusat/ daerah adalah pengalihan
kepemilikan barang milik negara/ daerah yang semula merupakan kekayaan
yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk
diperhitungkan sebagai modal/ saham negara atau daerah pada badan
usaha milik negara, badan usaha milik daerah atau badan hukum lainnya
yang dimiliki oleh negara.
Penyertaan modal dapat dilakukan dengan pertimbangan:
1. Untuk Penyertaan Modal Pemerintah dalam mendirikan dan atau 
mengembangkan BUMN
2. Untuk mengoptimalisasi pemanfaatan barang milik/kekayaan negara.
Penyertaan barang milik negara sebagai penyertaan modal pemerintah
hanya diperuntukkan bagi BUMN/BUMD. Apabila penyertaan tersebut
diperuntukkan bagi BUMD, maka BUMD tsb harus sudah berbentuk PT.

Sebagai tambahan, khusus untuk pengelolaan Barang Milik Daerah


(BMD) telah dikeluarkan  Peraturan Menteri Dalam  Negeri (Permendagri)
Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman  Teknis Pengelolaan Barang Milik
Daerah. Dimana Permendagri tersebut dikeluarkan untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 74 Ayat (3), PP Nomor 6 Tahun 2006 yang berbunyi : “
Menteri Dalam Negeri menetapkan  kebijakan teknis dan melakukan
pembinaan pengelolaan barang milik daerah sesuai dengan kebijakan
sebagaimana ayat (1) “. Menurut Ketentuan Pasal 2 Permendagri tersebut
Pengelolaan BMD merupakan  bagian dari pengelolaan keuangan daerah
yang dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan Barang Milik Negara.
Visi pengelolaan aset negara kedepan adalah menjadi  the best state asset
management on the world. Tidak sekedar bersifat teknis administratif
semata, melainkan sudah bergeser ke arah bagaimana berpikir layaknya
seorang manajer aset yang harus mampu merumuskan kebutuhan barang
milik negara secara nasional dengan  akurat dan pasti, serta meningkatkan
faedah dan nilai dari aset negara tersebut. Tantangan untuk mewujudkan
visi tersebut tidaklah ringan, perlu kerja keras dari semua pihak mengingat
problematika di seputar pengelolaan aset negara sekarang ini begitu
kompleks. Oleh karena itu, pengelolaan aset negara harus ditangani oleh
SDM yang profesional dan handal, dan mengerti tata peraturan
perundangan yang mengatur aset negara. Penertiban BMN pada
kementerian / lembaga negara yang sekarang lagi berjalan harus dijadikan
momentum bersama untuk menginventarisir dan menata kembali aset
negara yang selama ini masih belum tertangani dengan baik agar
pergunaaan  dan pemanfaatan aset negara sesuai dengan peruntukannya,
serta mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi negara
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. 
BAB III
KESIMPULAN
Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2006 tentang pengelolaan barang milik negara
atau daerah ditujukan untuk menjamin terlaksananya tertib administrasi dan tertib
pengelolaan barang milik negara/daerah diperlukan adanya kesamaan persepsi
dan langkah secara integral dan menyeluruh dari unsur-unsur yang terkait dalam
pengelolaan barang milik negara/daerah.
Pengelolaan barang milik negara/daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah ini dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas sebagai berikut:
a. Asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-
masalah di bidang pengelolaan, barang milik negara/daerah yang dilaksanakan
oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, pengelola barang dan
gubernur/bupati /walikota sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab
masing-masing;
b. Asas kepastian hukum, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah harus
dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan;
c. Asas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan barang milik
negara/daerah harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh
informasi yang benar.
d. Asas efisiensi, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah diarahkan agar
barang milik negara/daerah digunakan sesuai batasan-batasan standar
kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal;
e. Asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan barang milik
negara/daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat;
f. Asas kepastian nilai, yaitu pengelolaan barang milik negara/daerah harus
didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik negara/daerah
serta penyusunan Neraca Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai