Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah di arteri mengalami peningkatan dari tekanan darah normal.1 Berdasarkan guideline terbaru dari Joint National Committee ke 8 (2014), disebutkan bahwa tekanan darah meningkat apabila tekanan darah sistolik adalah > 120 – 129 mmHg dan tekanan darah diastolik > 80 mmHg.2 Peningkatan tekanan darah biasanya tidak menimbulkan gejala. Namun, peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam waktu lama akan menjadi faktor risiko utama untuk penyakit arteri koroner, stroke, gagal jantung, fibrilasi atrium, penyakit pembuluh darah perifer, kehilangan penglihatan, penyakit ginjal kronis, dan penurunan fungsi kognitif yang berujung pada demensia.3 Menurut buletin WHO (World Health Organization) diterbitkan tahun 2013 Gangguan kognitif dan demensia meningkat secara global dan diperkirakan meningkat secara proporsional di wilayah berkembang.4 Diperkirakan bahwa 35,6 juta orang saat ini hidup dengan demensia di seluruh dunia dan jumlahnya akan hampir dua kali lipat setiap 20 tahun, mencapai 115,4 juta pada tahun 2050, dengan mayoritas tinggal di negara berkembang.5 Menurut data WHO (World Health Organization) tahun 2018, Diperkirakan 1,13 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar (dua pertiga) tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, Pada tahun 2015, 1 dari 4 laki-laki dan 1 dari 5 perempuan menderita hipertensi, serta hanya kurang dari 1 dari 5 orang dengan hipertensi yang terkontrol.6 Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2013 sekitar 25,8%, sedangkan pada tahun 2018 meningkat menjadi 34,1%. Secara nasional Provinsi Sumatera Selatan menempati peringkat ± ke-25 setelah Jambi Sumatera Barat.6 Beberapa studi berjenis epidemiologi telah menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi atau hipertensi telah dikukuhkan sebagai salah satu faktor risiko utama stroke, selain itu hipertensi juga muncul sebagai faktor patogenik dalam
1 2
gangguan fungsi kognitif dengan penyebab dasar vaskular (Vascular Cognitif
Impairment) dan penyakit Alzheimer (AD) yang merupakan penyebab utama demensia pada lansia, terutama pada hipertensi yang tidak diobati atau tidak terkontrol akan meningkatkan risiko gangguan pada fungsi kognitif.7 Temuan ini telah didukung oleh suatu studi longitudinal Walker dkk (2017) yang menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi di usia paruh baya berkaitan erat dengan gangguan fungsi kognitif dari waktu ke waktu.8 Otak membutuhkan volume aliran darah yang konsisten untuk mempertahankan perfusi yang dibutuhkan. Kemampuan otak untuk mempertahankan aliran darah yang relatif stabil walau terdapat perubahan pada tekanan darah sistemik disebut dengan autoregulasi serebral. Menurut Carmen dkk (2012) autoregulasi serebral dapat terganggu akibat hipertensi kronis, hal inilah yang nantinya akan berdampak pada gangguan fungsi kognitif. Efek berbahaya hipertensi pada fungsi kognitif sudah dicatat pada akhir abad ke-19, oleh Wilkie (1971) tentang studi longitudinal fungsi kognitif pada pasien hipertensi yang memberikan bukti awal bahwa hipertensi memperburuk fungsi kognitif. Pengenalan temuan baru pada metode pengukuran aliran darah otak (cerebral blood flow) pada waktu itu memungkinkan penemuan bahwa individu dengan hipertensi telah meningkatkan resistensi serebrovaskular, yang berkorelasi dengan derajat retinopati hipertensi. 9 Dari penelitian-penelitian epidemiologi Goldstein dkk (2013), hipertensi jelas terkait dengan penurunan kognitif yang lebih buruk yang berdampak pada insiden MCI (Mild Cognitif Impairment) dengan peningkatan tekanan darah yang dikaitkan dengan perburukan fungsi kognitif.10 Dalam penelitian Atherosclerosis Risk in Communities (ARIC) sebuah studi berbasis populasi yang ditujukan pada kelompok usia 51 sampai 70 tahun didapatkan adanya hubungan antara temuan kelainan mikrovaskuler retina dengan gangguan fungsi kognitif setelah semua faktor resiko vaskuler disesuaikan.11 Sebuah studi analisis postmortem pada arteriol (cabang-cabang pembuluh darah arteri kecil) pada pasien dengan SV (Small Vessel Disease) yang paling sering disebabkan oleh hipertensi, menunjukkan penurunan respon terhadap asetilkolin dimana asetilkolin merupakan neurtransmiter yang penting untuk sistem saraf 3
terutama untuk fungsi kognitif (demensia) dan penyakit alzheimer. 12 Sebuah
alasan yang sangat kuat menjadikan sirkulasi retina sebagai persamaan dengan sirkulasi mikroserebral karena pada dasarnya sirkulasi retina atau dalam hal ini arteriol retina memiliki anatomi, fisiologi, dan embriologi yang serupa dengan arteriol serebral.13 Atas dasar ini pula, sebuah studi yang dilakukan oleh Baker dan kawan kawan melaporkan bahwa pada orang yang lebih tua, didapatkan hubungan cross- sectional sederhana antara tanda-tanda retinopati dengan fungsi kognitif yang lebih buruk dan khususnya pada orang dengan hipertensi, terdapat hubungan antara tanda retinopati dengan adanya kejadian demensia. Tentu saja hasil tersebut mendukung kemungkinan peran penyakit mikrovaskular serebral dalam patogenesis gangguan fungsi kognitif dan demensia pada orang dengan hipertensi yang lebih tua. Pada penelitian ini mereka menemukan bahwa orang dengan retinopati memiliki skor Tes Substitusi Digit-Simbol yang lebih rendah tetapi tidak dalam Pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE) dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki retinopati. Pada orang dengan hipertensi, retinopati dan penyempitan arteriolar fokal dikaitkan dengan demensia.14 Dangoran juga telah melakukan penelitian terkait hal ini di Indonesia dengan menggunakan pemeriksaan fundukopi untuk mendekteksi adanya retinopati hipertensi dan arterosklerosis retina serta pemeriksaan MMSE untuk mendeteksi adanya gangguan kognitif, menemukan adanya hubungan antara derajat arterosklerosis retina dengan penurunan fungsi kognitif pada penderita retinopati hipertensi.15 Dengan hanya menggunakan teknik non invasif melihat gambaran pada arteriol retina menggunakan pemeriksaan funduskopi, kita tentu saja dapat memperkirakan bagaimana keadaan mikrovaskuler di serebral. Belum ada penelitian yang menilai fungsi kognitif pada pasien hipertensi dengan retinopati hipertensi menggunakan pemeriksaan Moca-Ina khususnya di RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang. Untuk itulah peneliti tertarik untuk menilai fungsi kognitif pasien-pasien yang mengalami Retinopati hipertensi menggunakan Moca-Ina. 4
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran fungsi kognitif pada pasien hipertensi
yang memiliki kelainan arteri pada retina (retinopati hipertensi) di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang periode Oktober hingga November 2020.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum:
Mengetahui gambaran fungsi kognitif pada pasien hipertensi yang
memiliki kelainan arteri pada retina (retinopati hipertensi) di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang periode Oktober hingga November 2020.
1.3.2. Tujuan Khusus:
1. Mengetahui angka kejadian yang mengalami retinopati hipertensi di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang periode Oktober hingga November 2020. 2. Mengetahui angka kejadian retinopati hipertensi yang mengalami penurunan fungsi kognitif di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang periode Oktober hingga November 2020. 3. Mengetahui gambaran fungsi kognitif pada penderita retinopati hipertensi berdasarkan usia di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang periode Oktober hingga November 2020. 4. Mengetahui gambaran fungsi kognitif pada penderita dengan retinopati hipertensi berdasarkan jenis kelamin di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang periode Oktober hingga November 2020. 5. Mengetahui gambaran fungsi kognitif pada penderita retinopati hipertensi berdasarkan tingkat pendidikan di RSUP Dr. Moh. 5
Hoesin Palembang periode Oktober hingga November 2020.
6. Mengetahui gambaran fungsi kognitif pada penderita retinopati hipertensi berdasarkan pekerjaan di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang periode Oktober hingga November 2020.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1Di bidang pelayanan Penelitian ini dapat memberikan acuan informasi mengenai gambaran fungsi kognitif pada penderita hipertensi dengan retinopati hipertensi sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai kajian dalam pencegahan dan tatalaksana awal pada penderita hipertensi yang disetai retinopati hipertensi. 1.5.2 Di bidang penelitian Penelitian ini diharapkan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya terkait fungsi kognitif dan retinopati hipertensi sebagai petanda adanya gangguan mikrovaskuler serebral 1.5.3 Di bidang Pendidikan Penelitian ini tentunya diharapkan agar dapat menambah wawasan mengenai fungsi kognitif, retinopati hipertensi, serta tatalaksana yang tepat. Selain itu dapat menjadi sarana untuk dapat melatih kemampuan penulis dalam melakukan penelitian.