Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah di arteri mengalami
peningkatan dari tekanan darah normal.1 Berdasarkan guideline terbaru dari Joint
National Committee ke 8 (2014), disebutkan bahwa tekanan darah meningkat
apabila tekanan darah sistolik adalah > 120 – 129 mmHg dan tekanan darah
diastolik > 80 mmHg.2 Peningkatan tekanan darah biasanya tidak menimbulkan
gejala. Namun, peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam waktu lama
akan menjadi faktor risiko utama untuk penyakit arteri koroner, stroke, gagal
jantung, fibrilasi atrium, penyakit pembuluh darah perifer, kehilangan
penglihatan, penyakit ginjal kronis, dan penurunan fungsi kognitif yang berujung
pada demensia.3
Menurut buletin WHO (World Health Organization) diterbitkan tahun 2013
Gangguan kognitif dan demensia meningkat secara global dan diperkirakan
meningkat secara proporsional di wilayah berkembang.4 Diperkirakan bahwa 35,6
juta orang saat ini hidup dengan demensia di seluruh dunia dan jumlahnya akan
hampir dua kali lipat setiap 20 tahun, mencapai 115,4 juta pada tahun 2050,
dengan mayoritas tinggal di negara berkembang.5
Menurut data WHO (World Health Organization) tahun 2018, Diperkirakan
1,13 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar (dua
pertiga) tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, Pada tahun 2015,
1 dari 4 laki-laki dan 1 dari 5 perempuan menderita hipertensi, serta hanya kurang
dari 1 dari 5 orang dengan hipertensi yang terkontrol.6 Menurut Riset Kesehatan
Dasar tahun 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2013 sekitar 25,8%,
sedangkan pada tahun 2018 meningkat menjadi 34,1%. Secara nasional Provinsi
Sumatera Selatan menempati peringkat ± ke-25 setelah Jambi Sumatera Barat.6
Beberapa studi berjenis epidemiologi telah menunjukkan bahwa tekanan
darah tinggi atau hipertensi telah dikukuhkan sebagai salah satu faktor risiko
utama stroke, selain itu hipertensi juga muncul sebagai faktor patogenik dalam

1
2

gangguan fungsi kognitif dengan penyebab dasar vaskular (Vascular Cognitif


Impairment) dan penyakit Alzheimer (AD) yang merupakan penyebab utama
demensia pada lansia, terutama pada hipertensi yang tidak diobati atau tidak
terkontrol akan meningkatkan risiko gangguan pada fungsi kognitif.7 Temuan ini
telah didukung oleh suatu studi longitudinal Walker dkk (2017) yang
menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi di usia paruh baya berkaitan erat
dengan gangguan fungsi kognitif dari waktu ke waktu.8 Otak membutuhkan
volume aliran darah yang konsisten untuk mempertahankan perfusi yang
dibutuhkan. Kemampuan otak untuk mempertahankan aliran darah yang relatif
stabil walau terdapat perubahan pada tekanan darah sistemik disebut dengan
autoregulasi serebral. Menurut Carmen dkk (2012) autoregulasi serebral dapat
terganggu akibat hipertensi kronis, hal inilah yang nantinya akan berdampak pada
gangguan fungsi kognitif. Efek berbahaya hipertensi pada fungsi kognitif sudah
dicatat pada akhir abad ke-19, oleh Wilkie (1971) tentang studi longitudinal
fungsi kognitif pada pasien hipertensi yang memberikan bukti awal bahwa
hipertensi memperburuk fungsi kognitif. Pengenalan temuan baru pada metode
pengukuran aliran darah otak (cerebral blood flow) pada waktu itu
memungkinkan penemuan bahwa individu dengan hipertensi telah meningkatkan
resistensi serebrovaskular, yang berkorelasi dengan derajat retinopati hipertensi. 9
Dari penelitian-penelitian epidemiologi Goldstein dkk (2013), hipertensi jelas
terkait dengan penurunan kognitif yang lebih buruk yang berdampak pada insiden
MCI (Mild Cognitif Impairment) dengan peningkatan tekanan darah yang
dikaitkan dengan perburukan fungsi kognitif.10
Dalam penelitian Atherosclerosis Risk in Communities (ARIC) sebuah studi
berbasis populasi yang ditujukan pada kelompok usia 51 sampai 70 tahun
didapatkan adanya hubungan antara temuan kelainan mikrovaskuler retina dengan
gangguan fungsi kognitif setelah semua faktor resiko vaskuler disesuaikan.11
Sebuah studi analisis postmortem pada arteriol (cabang-cabang pembuluh darah
arteri kecil) pada pasien dengan SV (Small Vessel Disease) yang paling sering
disebabkan oleh hipertensi, menunjukkan penurunan respon terhadap asetilkolin
dimana asetilkolin merupakan neurtransmiter yang penting untuk sistem saraf
3

terutama untuk fungsi kognitif (demensia) dan penyakit alzheimer. 12 Sebuah


alasan yang sangat kuat menjadikan sirkulasi retina sebagai persamaan dengan
sirkulasi mikroserebral karena pada dasarnya sirkulasi retina atau dalam hal ini
arteriol retina memiliki anatomi, fisiologi, dan embriologi yang serupa dengan
arteriol serebral.13
Atas dasar ini pula, sebuah studi yang dilakukan oleh Baker dan kawan kawan
melaporkan bahwa pada orang yang lebih tua, didapatkan hubungan cross-
sectional sederhana antara tanda-tanda retinopati dengan fungsi kognitif yang
lebih buruk dan khususnya pada orang dengan hipertensi, terdapat hubungan
antara tanda retinopati dengan adanya kejadian demensia. Tentu saja hasil tersebut
mendukung kemungkinan peran penyakit mikrovaskular serebral dalam
patogenesis gangguan fungsi kognitif dan demensia pada orang dengan hipertensi
yang lebih tua. Pada penelitian ini mereka menemukan bahwa orang dengan
retinopati memiliki skor Tes Substitusi Digit-Simbol yang lebih rendah tetapi tidak dalam
Pemeriksaan Mini Mental State Examination (MMSE) dibandingkan dengan mereka yang
tidak memiliki retinopati. Pada orang dengan hipertensi, retinopati dan penyempitan
arteriolar fokal dikaitkan dengan demensia.14
Dangoran juga telah melakukan penelitian terkait hal ini di Indonesia
dengan menggunakan pemeriksaan fundukopi untuk mendekteksi adanya
retinopati hipertensi dan arterosklerosis retina serta pemeriksaan MMSE untuk
mendeteksi adanya gangguan kognitif, menemukan adanya hubungan antara
derajat arterosklerosis retina dengan penurunan fungsi kognitif pada penderita
retinopati hipertensi.15 Dengan hanya menggunakan teknik non invasif melihat
gambaran pada arteriol retina menggunakan pemeriksaan funduskopi, kita tentu
saja dapat memperkirakan bagaimana keadaan mikrovaskuler di serebral.
Belum ada penelitian yang menilai fungsi kognitif pada pasien hipertensi
dengan retinopati hipertensi menggunakan pemeriksaan Moca-Ina khususnya di
RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang. Untuk itulah peneliti tertarik untuk menilai
fungsi kognitif pasien-pasien yang mengalami Retinopati hipertensi menggunakan
Moca-Ina.
4

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran fungsi kognitif pada pasien hipertensi


yang memiliki kelainan arteri pada retina (retinopati hipertensi) di
RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang periode Oktober hingga November
2020.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum:

Mengetahui gambaran fungsi kognitif pada pasien hipertensi yang


memiliki kelainan arteri pada retina (retinopati hipertensi) di RSUP Dr.
Moh. Hoesin Palembang periode Oktober hingga November 2020.

1.3.2. Tujuan Khusus:


1. Mengetahui angka kejadian yang mengalami retinopati
hipertensi di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang periode
Oktober hingga November 2020.
2. Mengetahui angka kejadian retinopati hipertensi yang
mengalami penurunan fungsi kognitif di RSUP Dr. Moh.
Hoesin Palembang periode Oktober hingga November 2020.
3. Mengetahui gambaran fungsi kognitif pada penderita retinopati
hipertensi berdasarkan usia di RSUP Dr. Moh. Hoesin
Palembang periode Oktober hingga November 2020.
4. Mengetahui gambaran fungsi kognitif pada penderita dengan
retinopati hipertensi berdasarkan jenis kelamin di RSUP Dr.
Moh. Hoesin Palembang periode Oktober hingga November
2020.
5. Mengetahui gambaran fungsi kognitif pada penderita retinopati
hipertensi berdasarkan tingkat pendidikan di RSUP Dr. Moh.
5

Hoesin Palembang periode Oktober hingga November 2020.


6. Mengetahui gambaran fungsi kognitif pada penderita retinopati
hipertensi berdasarkan pekerjaan di RSUP Dr. Moh. Hoesin
Palembang periode Oktober hingga November 2020.

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1Di bidang pelayanan
Penelitian ini dapat memberikan acuan informasi mengenai
gambaran fungsi kognitif pada penderita hipertensi dengan
retinopati hipertensi sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai
kajian dalam pencegahan dan tatalaksana awal pada penderita
hipertensi yang disetai retinopati hipertensi.
1.5.2 Di bidang penelitian
Penelitian ini diharapkan sebagai data dasar untuk penelitian
selanjutnya terkait fungsi kognitif dan retinopati hipertensi
sebagai petanda adanya gangguan mikrovaskuler serebral
1.5.3 Di bidang Pendidikan
Penelitian ini tentunya diharapkan agar dapat menambah
wawasan mengenai fungsi kognitif, retinopati hipertensi, serta
tatalaksana yang tepat. Selain itu dapat menjadi sarana untuk
dapat melatih kemampuan penulis dalam melakukan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai