Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KIMIA ORGANIK 1

“AMINA DAN AMIDA’’

OLEH:

NAMA KELOMPOK:

FRANSISKUS B. O WEO (18010600)


MIRANDA V. LASSA (1801060021)
STEFANIA Y. SERAN(18010600)
ZUBAIDA M. OLA(18010600)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di alam banyak sekali kita jumpai senyawa, baik itu senyawa organik maupun
senyawa anorganik, ataupun senyawa kompleks dan senyawa sederhana. Kali
ini akan dibahas mengenai salah satu senyawa organik sederhana, atau lebih
spesifik lagi membahas tentang amina dan amida.
Amina merupakan keluarga ammonia yang terdapat di alam dan memainkan
peranan penting dalam banyak teknologi modern. Salah satu manfaat dari
amina yaitu dapat digunakan sebagai pereda nyeri yang kita kenal dengan
nama morfina, yang dijumpai pada biji opium dan putresina yaitu salah satu
dari beberapa poliaminan yang menyebabkan bau tidak enak dari daging
busuk. Diamina yang paling banyak dibuat oleh manusia yaitu 1,6-
diaminoheksana, digunakan dalam sintesis nilon.
Turunan amina yang dikenal sebagai garam kuartener juga menyentuh
kehidupan kita sehari-hari dalam bentuk detergen sintetik. Beberapa
neorotoksin juga termasuk dalam keluarga ini. Senyawa tersebut meracun
karena mengganggu peranan asetil kolina, juga garam ammonium kuartener
yang beperan dalam transmisi impuls syaraf.
Amida dapat diturunkan dari asam, dimana gugus –OH diganti dengan NH2
atau amoniak, dimana 1 H diganti dengan asli. Amida adalah turunan dari
asam karboksilat yang bersifat netral. Pembentukan senyawa amida dapat
dilakukan dengan mereaksikan suatu amina karboksilat dengan suatu asil
halida atau anhidrida asam pada kondisi yang cocok. Untuk mengetahui lebih
dalam senyawa amina dan amida maka dilakukan percobaan ini.

1.2. Tujuan
a. Mengetahui klasifikasi dan tatanama amina dan amida
b. Mengetahui ikatan dalam amina dan struktur amida
c. Mengetahui sifat – sifat amina dan amida
d. Mengetahui pembuatan amina dan amida
e. Mengetahui garam – garam amina
f. Mengetahui reaksi substitusi dengan amina
g. Mengetahui penggunaan amina dalam sintesis.
BAB II
ISI

A. Senyawa Amina
1. Pengertian Amina

Amina adalah turunan organik dari ammonia dimana satu atau lebih atom hidrogen
pada nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina memiliki
sifat mirip dengan ammonia seperti alkohol dan eter terhadap air.
Seperti alkohol,amina bisa diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan tersier.
Meski demikian dasar dari pengkategoriannya berbeda dari alkohol. Alkohol
diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hidrogen yang terikat pada kaebon yang
mengandung hidroksil., namun amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus
nonhidrogen yang terikat langsung pada atom nitrogen (Stoker, 1991)
2. Tatanama Amina
Amina sederhana yaitu amina yang mengandung gugus alkil yang sama, secara trivial
diawali oleh nama alkilnya kemudian diakhiri dengan kata amina.

CH3NH2 (CH3)2NH (CH3)3N

metil amina dimetil amina trimetil amina

NH

disiklo heksil amina


tetapi apabila atom N amina mengikat gugus alkil yang tidak sama, biasanya sukar
bila penamaannya mengikuti cara diatas. Penamaan amina tipe ini diawali oleh huruf
N diikuti oleh nama alkil sebagai substituen yang terikat pada N dan kemudian rantai
induknya diakhiri dengan kata Amina. Sebagai rantai induk dipilih gugus alkil yang
mempunyai rantai terpanjang. CH3

(CH3)2NHCH2CH2CH3
N
N, N-dimetil propil amina
CH2CH3

N – etil – N – metil – sikloheksilamina

Apabila rantai alkil yang terikat pada amina mempunyai substituen, maka penomoran
dimulai dari atom C yang terikat lansung pada atom N sebagai nomor 1.

CH3
CH3
CH3 – NH – CH CH3-CH2-CH2-CH-CH2-CH2N(C2H5)2
CH3
N, 1 – isopropil metil amina N, N – dietil – 3 – metil – pentil –
amina

Secara IUPAC, gugus amina dianggap sebagai substituen. Penomoran bisa digunakan
aturan umum yaitu : dimulai dari salah satu ujung rantai C terpanjang yang paling
dekat dengan gugus yang paling dekat dengan gugus substituen, dalam hal ini gugus
amina. Penamaan secara IUPAC dimulai dari nomor dimana gugus amina terikat,
diikuti kata amina dan diakhiri nama alkana sebagai rantai induk.

CH3
CH3 – CH – CH2 – CH2 – CH3 CH3 – CH2 – C – CH2 – CH –
CH3
CH3
NH2 NH2
2 – amino pentana N – 4 – dimetil – 2 –
heksnamina

Untuk amina aromatik, dimana gugus aril langsung terikat pada gugus amin, maka
penamaannya diturunkan dari anilina.
NH2 NH2 N(CH3)2 NH(CH3)2

CH3

Br
anilina P – Bromo anilina N – dimetil anilina m, N – dimetil - anilina

Apabila gugus amino terikat pada sistem aromatik atau turunan aromatik, maka
namanya diturunkan dari nama sistem cincin aromatiknya.

NH2

CH2 NH2

a - naftilamina benzil amina


Senyawa heterosiklik amina adalah senyawa yang mempunyai struktur siklik dimana
atom N termasuk dalam anggota sikliknya. Senyawa ini dikenal juga sebagai senyawa
non – aromatik heterosiklik amina.
H

N CH3

N N N N

H H H H
pirolidina piperidina piperazina 3 – metil piperidina
Apabila heterosiklik amina mengikat gugus substituen, maka penomoran harus
dimulai dari atom N dan diikuti searah dengan gugus substituen yang terdekat dengan
N.

3. Konfigurasi Amina

Atom N pada amina mempunyai orbital sp3 dan bentuk melekulnya adalah tetrahedral
dengan sudut 180o.

Untuk amina tersier dimana ketiga gugus alkilnya berbeda seharusnya bersifat optik
karena mempunyai pusat khiral yaitu atom N. Tetapi kenyataannya amina tersier
tersebut tidak optik. Hal ini disebabkan karena pada amina tersier seperti itu terjadi
perubahan yang membentuk kesetimbangan yang sangat cepat dari struktur I ke
stuktur II.

Struktur II merupakan bayangan cermin dari struktur I dan gugus R1 dan R3 yang
saling berpindah posisi. Oleh karena itu sudut putar bidang polarisasi struktur I dan II
berlawanan dan sebagai akibatnya terjadi campuran resemat dengan rotasi optik sama
dengan nol.

4. Sifat Fisik dan Keberadaan Amina


Alkilamina berbobot molekul rendah adalah gas atau cair pada suhu kamar. Di- dan
Tri-etilamin serta amina primer yang memiliki tiga sampai sepuluh atom karbon
adalah cairan, amina yang lebih kecil jumlah atom karbonnya adalah gas.
Amina dengan jumlah atom karbon dibawah enam biasanya larut dalam air akibat
adanya interaksi ikatan hidrogen. Meskipun nitrogen tidak seelektronegatif oksigen
namun mampu mempolarisasi ikatan N-H sehingga terbentuk gaya dipol-dipol yang
kuat antara molekulnya. Amine tersier tidak memiliki atom hidrogen karena itu tidak
terjadi ikatan hidrogen antara air dengannya atau dengan amina tersier lainnya.
Konsekuensinya titik didihnya lebih rendah disbanding amina primer atau sekunder.
Salah satu sifat yang paling dikenal dari amina berbobot molekul rendah adalah
aromanya yang tidak menyenangkan. Amina volatile ini menguap secara cepat dan
terciup seperti campuran ammonia dan ikan busuk. Kebanyakan bahan yang
membusuk terutama organ yang mengandung protein tinggi menghasilkan amina.
Bagian dari aroma tumbuhan yang mati, rumah penyimpanan daging, dan bagian
pengolahan limbah semuanya adalah amina (Stoker, 1991).

Tabel 1. Daftar titik lebur dari amina Primer Jenuh ( R–NH2 ).

R= m.p. oC R= m.p. oC
CH3 -92.5 C11H23 16.5
C2H5 -80.6 C12H26 28.0
C3H7 -83.0 C13H27 27.0
C4H9 -50.5 C14H29 37.9
C5H11 -55.0 C15H31 37.3
C6H12 -19.0 C16H33 46.2
C7H15 -23.0 C17H35 49
C8H17 - 0.4 C18H37 51.8
C9H19 -. 1.0 C19H41 57.8
C10H21 15.0 C20H45 62.7
Tabel 2. Daftar Titik Lebur dari amina sekunder simetrik

Amina Titik didih (oC)

diheksil 1.2
dioktil 26.7
didekil 41.5
didodekil 47.0
ditetradekil 60.62
diheksadekil 67.03
dioktadekil 72.3

Alkana sebagai senyawa non-polar mempunyai titik didih yang jauh lebih rendah dari
titik didih amina maupun alkohol yang bersifat polar. Tetapi amina mempunyai titik
didih yang lebih rendah dari pada alkohol walaupun amina juga mampu membentuk
ikatan hidrogen. Dalam hal ini, elektronegativitas suatu atom sangat mempengaruhi
kekuatan ikatan hidrogen yang dibentuk. Diketahui dari tabel Linus Pauling,
elektronegativitas N = 3,0 dan O = 3,5. Karena harga elektronegativitas atom N lebih
rendah dari atom O, maka beda elektronegativitas N – H lebih rendah dibandingkan O
– H sehingga sifat proton atom H pada -OH lebih kuat dari pada proton H pada – N –
H. Dengan lemahnya ikatan hidrogen ini maka energi yang diperlukan untuk
memutuskan ikatan hidrogen juga lebih sedikit sehingga titik didihnya lebih rendah.
Perhatikan tabel berikut:

CH3CH3 CH3 CH3 CH3


Alkana
Td : - 88,6 o C Td : - 42,1 o C
CH3NH2 CH3 CH3 NH2
Amina
Td : - 6,3 o C Td : + 16,6 o C
CH3OH CH3CH2OH
Alkohol
Td : + 65,0 o C Td : +78,5 o C

Amina dengan 5 atau 6 atom C mempunyai kelarutan didalam air yang cukup tinggi.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

H O

H O H

H O H

Jika molekul amina dapat larut, maka akan terjadi asosiasi (penggabungan) molekul
amina dengan molekul air. Menjadi :
H

H N R

H H O

H N R H

H O
H

Apabila gugus R yang diikat oleh atom N cukup besar, maka akan terjadi gangguan sterik
yang akan mengahalangi pembentukan asosiasi molekul, dengan kata lain molekul amina
tidak dapat larut dalam air.
Tetapan disosiasi,
Nama Rumus Td o c pKb
(kb)
amonia NH3 - 33,4 2,0 x 10-5 - 4,70
-5
metilamin CH3NH2 - 33,4 44 x 10 - 3,36
-5
dimetilamin (CH3)2NH2 7,4 51 x 10 - 3,79
trimetilamin (CH3)3NH 2,9 5,9 x 10-5 - 4,23
etilamin CH3CH2NH2 16,6 47 x 10-5 - 3,23
n-propilamin CH3CH2CH2NH2 47,6 38 x 10-5 - 3,42
-5
n-butilamin CH3(CH2)3NH2 77,8 40 x 10 - 3,40
-5
Anilin C6H5NH2 184,0 4,2 x 10 - 9,38
N-metilanilin C6H5NHCH3 195,7 7,1 x 10-5 - 9,15
N, N-dimetilanilin C6H5N(CH3)2 193,5 11 x 10-5 - 8,96
etilenadiamin NH2CH2CH2NH2 116,5 8,8 x 10-5 - 4,07

heksametilenadiamin NH2(CH2)6NH2 204,5 85 x 10-5 - 4,07

Piridin C5H5N 115,3 23 x 10-5 - 8,64

Tabel diatas menunjukan sifat fisik amina, dan pada suhu kamar amonia dan etilamin
berwujud gas.

Sifat fisika Amina :


 Suku-suku rendah berbentuk gas.
 Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.
 Mudah larut dalam air.
 Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat.
 Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya BM.

5. Sifat Kimia dan Reaksi Kimia Amina

 Kebasaan Amina
Dari tabel diatas terdapat harga pKb untuk beberapa senyawa amina. Kalau
diperhatikan persamaan reaksi dibawah ini maka RNH2 bersifat basa karena dapat
mengikat H+, sehingga persamaan reaksi sbb:

R-NH2 + H – OH R – NH3 + + OH –

K adalah tetapan kesetimbangan basa. Dari persamaan tersebut secara matematik


dapat disimpulkan bahwa makin besar harga Kb, berarti makin banyakj amina yang
bereaksi, [ RNH2 ] makin kecil. Hal ini menunjukan makin besar harga Kb, kekuatan
basa makin tinggi.

a. Pengaruh Induksi

Harga Kb untuk NH3 = 2,0 x 10-5 sedangkan harga Kb untuk CH2NH2 = 4,4 x 10-5.
Harga Kb metilamin (CH3NH2) lebih tinggi daripada amonia (NH3), maka sifat basa
metilamin lebih kuat dari pada amonia. Hal inin disebabkan oleh pengaruh induksi.
Basa ialah molekul yang mempunyai orbital isi penuh dan dapat membentuk ikatan
dengan orbital kosong dari atom H. Semakin tinggi kerapatan elektron pada orbital
isi basa, maka ikatan H dengan basa itu akan semakin mudah terjadi. Metil adalah
gugus penyumbang elektron lebih besar dibandingkan dengan atom H. Oleh karena
itu gugus metil pengaruh induksinya lebih positif dibandingkan dengan amonia. Itulah
sebabnya metilamin lebih basa dari pada amonia.

Sebaliknya, apabila amina mengikat gugus penarik elektron, maka akan terjadi
pengaruh induksi negatif dan sifat kebasaan akan menurun.

b. Pengaruh resonansi
Untuk amina aromatik, ternyata sifat kebasaannya lebih lemah jika dibandingkan
dengan amina siklik. Misalnya : sikloheksilamina lebih basa 1 juta kali dari anilina.

NH2 NH2

Kb = 4,2 x 10-10 Kb = 5,5 x 10-4

Perbedaan sifat kebasaan ini dapat dipahami dari keterangan berikut. Anilin adalah
senyawa yang mampu membentuk ikatan delaokala

Dan struktur resonansi hibrid yang mungkin adalah :

pasangan elektron bebas

didelokalisasi melalui resonansi

+ +
: NH2 NH2 NH2
+
NH2

Dari keempat struktur resonansi hibrid ini, struktur 2, 3 dan 4 menunjukan bahwa
bahwa atom N tidak mempunyai orbital isi. Hal ini berbeda dengan sikloheksilamina
yang tidak dapat membentuk ikatan delokal, sehingga keboleh jadi untuk terjadi
protonasi pada sikloheksilamina lebih besar.

Lokalisasi pasangan elektron


bebas pada nitrogen
: NH2

Sikloheksilamina
Analog dengan keterangan di atas, amida juga mempunyai sifat basa yang jauh lebih
lemah dari amina.
delokalisasi tidak
tersedia untuk tersedia untuk protonasi
protonasi
:O: :O: -
+
R – NH2 R – C – NH2 R – C = NH2
hibirda resonansi I hibirda resonansi II

Pada amida terdapat juga orbital delokal yang meliputi atom N. Akibatnya elektron
pada atom N akan tersebar. Hal ini terlihat pada hibrida resonasi II yang menunjukan
bahwa N tidak mempunyai orbital isi. Selain itu dampak induksi negatif dari gugus
C=O terhadap N juga dapat melemahkan basisitas dari N. Dua faktor ini
mengakibatkan basisitas atom N pada amida menjadi lebih lemah . beberapa pKb dari
amina dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Nama Rumus pKb


Amonia NH3 4,75

Metilamina CH3NH2 3,34

Etilamina CH3CH2NH2 3,27

Dimetilamina (CH3)2NH 3,27

Dietilamina (CH3CH2)2NH 3,06

Trimetilamina (CH3)3N 4,19

Trietilamina (CH3)3N 3,25

Piridina 3,38
Anilina 9,37

Dari tabel diatas , terlihat bahwa ke basaan amina sekunder lebih tinggi
daripada amina primer apabila mengikat gugus alkil yang sama. Tetapi amina primer
kebasaan nnya lebih tinggi daripada amina tersier. Semakin turunnya kekuatan basa
pada trimetilamina karena adanya beda ntropi kondisi final dengan kondisi inifial.
Yang dimaksud dengan kondisi final adalah kondisi dimana sistem sudah
mengandung kation dan anion .

 Reaksi Amina Dengan Asam Kuat: Reaksi Penggaraman


Reaksi amina dengan asam kuat seprti HCl akan menghasilkan garam
alkilamonia.

– +

R – NH2 + HCl RNH3 Cl ̄

Kemampuan amina untuk dapat membentuk garam arilamonium memudahkan


pekerjaan pemisahan senyawa amina daari senyawa lainnya. Misalnya : pada
campuran p-toluidin dengan p-nitrotoluena. Apabila kedalam campuran ini
ditambahkan dengan asam kuat ( HCl ) maka p-toluidin akan membentuk garam
arilamonium yang dapat larut didalam air, sehingga ekstraksi dengan menggunakan
pelarut non-polar seperti eter, kedu asam dapat dipisahkan; garam arilamonium
terdapat pada lapisan air dan p-toluidin padaa lapisan eter. Untuk memperoleh p-
nitrotoluena kembali, garam arilamonium yaang berada padalapisan airdireaksikan
dengan basa kuat , NaOH.

 Reaksi Asilasi: Pembuatan Amida


Pembuatan amida dari amina primer dapat dilakukan dengan mereaksikannya
dengan turunan asam karboksilat seperti ester, asil halida dan asam anhidrida.

Sebagai contoh reaksi antara anilin dan asetat anhidrida menghasilkan asetanilida.

Reaksi Asilasi pada senyawa amina primer, sekunder maupun tersier berlangsung
melalui tahap-tahap mekanisme berikut:

O O O O
-
CH3 – C – O – C – CH3 + H2 N - CH3 – C – O – C
– CH3 +

NH2

O O O O
- CH3 – C – O + H – NH NaOH
– C – CH3 - +
CH3 – C – O
Na + NH – C – CH3 + H2O

asetanilida

Note : Pada persamaan reaksi diatas basa NaOH diperlukan untuk mengikat sisa asam yang ada.

Kedua contoh reaksi diatas terhadap amina dapat digolongkan kepada reaksi
substitusi, yaitu atom H pada Nitrogen dari amina diganti oleh gugus benzoil atau
gugus asil.
 Reaksi Sulfonasi : Pembuatan Sulfonamida
Reaksi sulfonasi antara senyawa amina dengan aril sulfonil klorida termsuk reaksi
substitusi. Reaksi secara umum dapat ditulis sbb :

O O
S Cl + RNH2 SNHR + HCl
O
O
benzena sulfonil klorida Suatu sulfonamida

Senyawa sulfonamida banyak mempunyai keaktifan biologik. Oleh karena itu


senyawa ini banyak disintesis sebagai bahan baki obat yang dikenal dengan obat
sulfa. Obat sulfa antara lain dapat di gunakan sebagai anti infeksi.

Diketahui struktur yang mempunyai keaktifa sebagai anti bakteri adalah


sulfanilamida. Oleh karena itu senyawa-senyawa yang diturunkan dari sulfanilamida
diperkirakan dapat dijadikan sebagai obat. Beberapa contoh senyawa turunan
sulfanilamida adalah sbb:

a. Sulafanilamida
b. Sulfatiazol
c. Sulfametoksipiridazina
d. Sulfamerazina

Reaksi antara amina dan benzena sulfonil klorida dapat digunakan untuk
membedakan antara amina primer dengan amina sekunder atau amina tersier. Uji
dengan cara seperti ini disebut Hinsberg.

 Reaksi Amina dengan Asam Nitrit


Asam nitrit yang digunakan pada reaksi dengan amina biasanya yang masih baru
yaitu dari hasil reaksi antara nitrit dan HCl yang dijalankan sekaligus dalam satu
proses reaksi dengan amina. Kelakuan alkil amina dan aril amina bila direaksikan
dengan asam nitrit memberikan karakteristik yang berbeda.

a. Amina Primer
Amina primer aromatik dan alifatik bila bereaksi dengan asam nitrit akan
menghasilkan garam diazonium. Namun garam diazonium dari amina aromatik
lebih stabil daripada amina alifatik. Hal ini disebabkan karena pada aril
diazonium terjadi delokalisasi dengan inti benzena. Garam diazonium baik alkil
ataupun aril mudah terurai menjadi alkohol dalam air. Reaksi natrium nitrit
dengan HCl (Nitrosasi) ialah sebagai berikut:

NaNO2 + HCl H–O–N=O: + NaCl

Asam nitrit
Natrium nitrit

b. Amina sekunder
Nitrosasi pada amina sekunder baik alifatik maupun aromatik menghasilkan
nitrosamin. Mekanisme untuk keduanya terjadi ialah sbb:

R R H R
NH + + =O:
N N -H+

R N–N=O R
R
N=O:
Senyawa N – nitros
Senyawa N – nitros

Untuk aril nitroso N akan terjadi penyusunan ulang dengan adanya asam
menghasilkan p – nitroso.

+
N NO
NH + NO

CH3 CH3

CH3

eter ON -
NH2Cl
N NO + HCl
25o +

CH3
c. Amina tersier
Nitrosasi pada amina aromatik tersier berbeda dengan amina alifatik tersier. Pada
nitroso amina aromatik tersier berlangsung melalui mekanisme substitusi
elektrofilik aromatik.

CH3
CH3
N =O
N + HONO N
CH3
CH3
CH3 CH3
H
N ON N

O=N CH3
CH3
p – nitroso – N, N – dimetil anilin

Nitrosasi pada amina alifatik tersier tidak dapat terjadi karena amina alifatik tersier
tidak mempunyai atom H yang dilepaskan.

 Reaksi Amina dengan Aldehid dan Keton


Pada reaksi amina dengan aldehid atau keton, amina bertindak sebagai nukleofil,
dengan adanya asam sebagai katalis. Mekanismenya ialah sbb:
- :ӦH H+
Ӧ: :Ӧ:
cepat
cepat
1. RCH + R’NH2 R – CH R–C–H

R’NH2
+ R’NH
amina primer

:OH2 H2O H+
lambat + cepat
RCH – NHR’ R – C = NHR’ RC = NR’

H H imina

O O OH

cepat H+
CH2 C – H
2. RCH2 CH + R2NH RCH – CH

HNR2 NR2

:ӦH OH2 H2O


H+
lambat
RCH2 – C – N R2 RCH2 – C – N R2 RCH2 – C = N R2
H
H H

H R

R – C – C = N R2 RCH = CH – N
R
H H

iminium enamina

Berdasarkan dua persamaan diatas reaksi diatas dapat disimpulkan amina yang dapat
bereaksi dengan aldehid atau keton ialah amina yang bersifat asam atau amina yang
dapat melepaskan proton sehingga terbentuk anion yang dapat berfungsi sebagai
nukleofil. Karena amina tersier tidak mempunyai atom H pada atom Nitrogen maka
tidak dapat bereaksi dengan aldehid atau keton. Hal ini disebabkan karena amina
tersier bukanlah gugus masuk yang baik.

 Reaksi Oksidasi Amina


Atom N pada amina dapat mengalami oksidasi disebabkan adanya sepasang elektron
yang menyendiri pada nitrogen tersebut. Oksidator yang digunakan adalah H2O2
O
(hidrogen peroksida) atau asam perkarboksilat ( R – C – O – O – H ) yang dapat
menghasilkan atom oksigen yang mempunyai enam elektron. Contoh oksidasi amina
dapat diperhatikan pada reaksi berikut :

1. Oksidasi amina primer


O OH
[:O:]
CH3CH2NH2 CH3CH2 – N – H CH3CH2NH

H
amina oksida N – etilhidroksil amina

2. Oksidasi amina sekunder

CH3CH2 CH3CH2 O CH3CH2


[:O:]
N–H N N – OH
CH3CH2 CH3CH2 CH3CH2
H

dietil amina oksida N, N – dietilhidroksil amina

3. Oksidasi amina tersier


CH3CH2 CH3CH2
[:O:]
CH3CH2 N CH3CH2 N–O

CH3CH2 CH3CH2

trietil amina oksida


OH
O dipanaskan CH3CH2
CH3CH2 H
N CH2
CH +
N2CH2 = CH2CH2
CH3CH2 CH3CH2
CH2

N,N – dietil hidroksil amina

Pada amina primer dan sekunder amina oksida sebagai zat antara dan dapat terjadi
penataan ulang menghasilkan hidroksilamina, pada amina tersier, amina oksida yang
terjadi akan terurai menghasilkan hidroksilamina dan alkena.

 Eliminasi Hofmann
Eliminasi Hofmann adalah suatu reaksi eliminasi ammonium kuanterner hidroksida
melalui pemanasan dengan Ag2O (perak oksida). Pada eliminasi hofmann, pertama
kali suatu amina dimetilasi dengan metiliodida berlebihan untuk mensintesis
ditambah Ag2O dalam air dan akan dihasilkan ammonium kuaterner hidroksida, yang
mana bila dipanaskan akan terjadi reaksi eliminasi yaitu melepaskan aminanya dan
dihasilkan senyawa alkena. CH3(CH2)3CH2CH2N(CH3)3I -

CH3(CH2)3CH2CH2NH2 + 3 CH3I

heksilimina heksiltrimetil ammonium iodida

CH3(CH2)3CH2CH2N(CH3)3OH - + AgI CH3(CH2)3CH = CH2 + N (CH3)3 + H2O


1 – heksena ( 60 % )

6. Pembuatan Amina

Pembuatan amina prinsipnya dapat dijalankan melalui substitusi nukleofilik, reaksi


reaksi reduksi dan reaksi penyusunan ulang.

I. Reaksi Substitusi
Pembuatan amina dengan cara substitusi melalui mekanisme SN2 antara amonia atau
amina dengan alkil halida primer atau sekunder. Ikatan yang baru terbentuk
menunjukan bahwa atom N mengikat gugus alkil dari alkil halida.

CH3 I + NH3 CH3NH3I -


Metil ammonium iodida

CH3NH3I - + NaOH CH3NH2 + NaI + H2O

Metil Amina
Kelemahan reaksi diatas ialah garam ammonium yang terjadi bereaksi dengan amonia
atau amina kembali secara setimbang. Amina yang terjadi dapat bertindak sebagai
nukleofil atau yang dapat bereaksi dengan metil iodida sehingga terbentuk amina
sekunder dan seterusnya. Sehingga pada hasil reaksi sering dijumpai campuran amina
primer, sekunder, tersier dan kuarterner.

CH3NH3I - + NH3 CH3NH2 + NH4I

CH3NH2 + CH3I (CH3)2NH2I


Alkilasi dapat juga terjadi pada amina aromatik, seperti berikut :

NH2 NHCH3 N (CH3)2

CH3Cl CH3Cl

anilin N - metilanilin N, N - dimetilanilin

II. Pembuatan amina oleh reduksi

Metode ini biasa digunakan untuk menghasilkan amina aromatik karena gugus nitro
mudah direduksi baik dengan katalis maupun dengan pereduksi logam (besi, timah,
seng) dan asam. Reaksi berlangsung melalui nitrasi aromatik eletrofilik.

H2 , Ni , kalor , tekanan
CH3 NO2 CH3 NO2
Atau SnCl2 , HCl atau AlLiH4

p - nitrotoluena p - toluidin

Amina sekunder dan tersier,terutama yang mengandung R yang berbeda dapat


disintesis dari amida seperti persamaan reaksi dibawah ini:

RCNH2 LiAlH4 RCH2NH2

H+, H2O amina primer

RCNHR LiAlH4 RCH2NHR

H+, H2O amin sekunder

O
R
RCNHR2 LiAlH4 RCH2N
R
+
H , H2O amin sekunder

Pada reduksi diatas gugus karbonil diubah menjadi CH2


sedangkan atom N tidak mengalami perubahan. Oleh akrena itu hasil reduksi amida
dapat berbentuk amina primer sekunder dan tersier tergantung dari senyawa amida
yang digunakan.

Nitril bila direduksi dapat menghasilkan amina. Pada reduksi


nitril, amina yang dihasilkan hanya amina primer dan reduksi dapat dilakukan dengan
LiAlH4 atau secara katalitik.

R–C LiAlH4 RCH2NH2


H2 , Ni

Mekanismenya adalah sebagai berikut:

LiAlH4 Li+ + AlH4 -

AlH4_ :H - +
AlH3

2 OH + 2 Li+ 2 LiOH

III. Pembuatan Amina Dari Penataan Ulang

Salah satu reaksi penataan ulang amina adalah dari amida yang disebut penataan
ulang Hofmann. Prinsip penataan ulang Hofmann adalah amida direaksikan dengan
air brom (Br2) atau air klor (Cl2) dalam larutan natrium hidroksida.

O
R–C + Br2 + 4 NaOH RNH2 + 2 NaBr
NH2
+ Na2CO
+ 2 H2O

Mekanisme reaksi penataan ulang Hofmann dapat ditulis sebagai berikut :


O
O
R–C + NaOH + Br R–C N - Br +
2
NaBr + H2ONH H

O O

RC - N - Br + NaOH R–C + NaBr

H N :
O
R–C RN C O 2 NaOH RNH2 + Na2 CO3
N : H2O

7. Kegunaan Amina
a.    Sebagai katalisator
b.    Dimetil amina : pelarut, absorben gas alam, pencepat vulkanisasi, membuat
sabun, dll.
c.    Trimetil amina : suatu penarik serangga.

Senyawa amina memiliki kegunaan yang luas dalam kehidupan yaitu dapat berguna
sebagai pencegah korosif,bakterisida,fungisida,bahan pemflotasi dan pengemulsi
(Billenstein,1984).

Empat amin yang relative sederhana sangat penting dalam fungdi tubuh manusia.
Mereka adalah sekresi kelenjar adrenal epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (non
adrenalin), dopamine dan serotonin. Senyawa-senyawa tersebut berfungsi sebagai
neurotransmitter ( pembawa pesan kimiawi) antara sel-sel saraf. Epinefrin juga
berfungsi sebagai hormone yang menstimulasi pemecahan glikogen menjadi glukosa
dalam otot ketika kadar cadangan glukosa menurun.Epinefrin, norepinefrin dan
dopamine juga dikenal sebagai katekolamin yang merupakan turunan dari katekol (o-
dihidroksibenzen). Defisiensi dari dopamine mengakibatkan penyakit Parkinson. Sel
otak penderita Parkinson hanya mengandung 5 hingga 15 persen dari konsentrasi
normal dopamine. Pemberian dopamine tidak menghentikan gejala penyakit ini
karena dopamine dalam darah tidak bisa melewati dinding darah dan otak. Sedangkan
Gambar struktur Dopamine
kekurangan serotonin dapat mengakibatkan depresi mental (Stroker, 1991). Reagen
yang mengandung nitrogen terkhususnya amin dan turunannya merupakan ekstraktan
yang efisien untuk beberapa logam golongan platinum dan digunakan secara meluas
untuk teknologi dan anlisa. Walaupun reagent tersebut sangat direkomendasikan
aplikasinya dibatasi oleh beberapa factor termasuk kelarutan ekstraktan dalam larutan
berair dan ekstraksi zat yang tak dapat dipisahkan dalam larutan asam dengan
keasaman rendah. Pemilihan pelarut dan lainnya. Teknik modern untuk ekstraksi
logam platinum menghadirkan pendekatan rasional untuk memilih ekstraktan dari sisi
ketersediaanya dan selektivitas dan proses pengembangan untuk ekstraksi satu tingkat
untuk logam tertentu dan pemisahannya dari logam yang berhubungan
(Khisamutdinov, 2006).

Amina sebagai Pelembut Pakaian

Turunan amina rantai panjang dalam hal ini garam kuraterner ammonium yang
mengandung setidaknya satu gugus amina rantai panjang bersifat larut dalam air dan
aktif secara biologis. Penambahan gugus amina rantai panjang membuatnya sulit larut
dalam air namun tetap dapat didispersikan dalam air. Penggunaan senyawa tersebut
paling umum pada industri pelembut pakaian dimana garam tersebut melekat pada
permukaan pakaian dan memberi kesan lembuta terhadap tangan (Reck, 1962).

Amina sebagai Anti Iritasi Pada Shampo

Turunan amina rantai panjang yaitu Stearil Dimetil Amin Oksida telah dilaporkan
digunakan sebagai anti iritasi pada shampo yang menggunakan bahan dasar natrium
lauril sulfat dan zink pyridinethion.Stearil dimetil amin oksida juga telah dilaporkan
bertindak sebagai anti iritasi terhadap shampo yang menggunakan garam lauril sulfat
lain beserta turunannya seperti kalium lauril sulfat atau natrium lauril eter sulfat dan
juga garam alkil sulfat lainnya seperti gliseril alkil sulfat dan alkil aril sulfat
(Gerstein, 1977).

Amina Sebagai Pelumas

Pelumas digunakan pada kendaraan untuk memperkecil gesekan antara bagian yang
bergerak pada mesin mobil seperti keramik dan logam. Aditif yang digunakan pada
umumnya adalah zink dialkil ditiofosfat (ZDDP) namun senyawa tersebut
bmemberikan kontribusi besar terhadap emisi partikulat sulfur dan fosfor ke udara
serta menjadi racun katalis pada catalytic converter sehingga perlu ditemukan
penggantinya.Sebagai pengganti telah dilaporkan turunan senyawa oleilamina dan
stearilamina yang direaksikan dengan asam sitrat dan asam suksinat telah
menunjukkan sifat pelumas yang baik (Kocsis, 2010).

Amina sebagai Obat Parasit Leishmania

Formulasi lemak sebagai obat anti Leishmania telah dilaporkan sebagai terapi yang
efektif serta mengurangi efek racun dalam tubuh. Dalam hal ini, Liposom yang
dicampurkan dengan phosphatidylcoline (PC) dan stearilamina (SA) telah terbukti
memiliki aktivitas anti protozoa secara in vitro terhadap parasit Trypanosoma
cruzi,Trypanosoma Brucei Gambiense dan secara in vivo terhadap parasit
Toxoplasma Gandii dan L Donovani (Banerjee, 2007).

B. Senyawa Amida
1. Pengertian dan Pembuatan
Amida adalah suatu senyawa organik yang mempunyai nitrogen trivalen yang
terikat pada suatu gugus karbonil. Dan merupakan turunan dari asam karboksilat yang
sangat tidak reaktif, dimana gugus –OH diganti dengan –NH2 atau amoniak, dimana
1 H diganti dengan asil. Dalam senyawa amida, gugusfungsi asil berkaitan dengan
gugus –NH2. Dalam pemberian namanya, akhiran –Oat atau –At dalam nama asam
induknya diganti dengan kata amida.

Amida dapat dibuat dari turunan asam karboksilat lain dan amomonia atau amina.
_
NR2
O O
-HCl N(CH3)2
CH3CCl + HN(CH3)2 CH3C
Asetil khlorida 2o amina N,N-Dimetilasetamida

NHR
O O O
-CH3C02H
CH3C OCCH3 + H2NCH3 CH3C NHCH3
o N-Metilasetamida
Asetat anhidrid 1 amina

NH2
O O O
-CH3C02H
CH3C OCCH2CH3 + NH3 CH3C NH2
Etil asetat Amonia Asetamida
Gugus amida diperoleh dari penggabungan gugus amina dengan gugus
karbonil, yaitu

Gugus fungsinya :
Rumus Umumnya : CnH2n+1ON
Berikut ini adalah deret homolog dari amida
CH3ON, C2H5ON, C3H7ON

2. Tatanama Amida

Tatanama amida sesuai dengan nama asam asalnya. Amida diberi nama
dengan amida. Padaoat dengan akhiran at atau mengganti akhiran .

Contoh:
1.      HCOOH                    : Asam metanoat / asam format

→ HCONH2                   : metanamida(IUPAC)

                          Formamida (trivial)

2.      CH3CH2CH2COOH : asam bityanoat/asam butirat

→ CH3CH2CH2CONH2 : butanamida (IUPAC)

Butiramida (trivial)

3. Struktur Amida
Struktur amida sama dengan ester, tetapi amida mengandung gugusan
nitrogen bukannya gugusan oksigen yang terikat kepada karbon karbonil. Amida
mengalami reaksi sama dengan ester, tetapi sedikit kurang reaktif. Satu alasan
mengapa kurang reaktif adalah pentingnya resonansi stabil dari gugusan amida.

Struktur Resonansi untuk suatu Amida :

-
O O
R _
C R_ C or R _C
NR!2 NR'2 NR'2

δ+

Jika direaksikan dengan asam encer, amida tidak membentuk garam seperti
apa yang terjadi pada amina. Sebabnya ialah electron valensi yang “tidak
berpasangan” dari nitrogen amida digunakan dalam ikatan rangkap sebagian dan
dengan sendirinya tidak dapat diberikan.

Ada elektron
untuk diberikan

Amina : R3 N + H _ Cl R3N _ H Cl -

O
H2O
Amida : RCNR'2 + H _ Cl tidak ada pembentukan garam

Tidak ada elektron


untuk diberikan
Amida yang mengandung gugusan N – H dapat mengalami ikatan hydrogen.
Amida ini mempunyai titik leleh dan titik didih yang lebih tinggi daripada amida
yang mengandung gugusan ----NR2

Tidak ada N_H untuk


membentuk ikatan Hidrogen

O O O
CH3CNH2 CH3CNHCH3 CH3CN(CH3)2
Asetamida N,N-Dimetilasetamida
N-Metilasetamida
(TL.82oC, TD.221oC)
(TL.28oC, TD.204oC) (TL.-20oC, Td.165oC)

4. Sifat Fisika dan Sifat Kimia

Sifar-sifat Fisika

Kepolaran molekul senyawa turunan asam karboksilat yang disebabkan oleh


adanaya gugus karbonil (-C-), sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat fisiknya (titik
didih,titik lebur dan kelarutan)diketahui bahwa titij didih halida asam, anhidrida asam
karboksilat dan ester hampir sama hampir sama dengan titk didih aldehid dan keton
yang brat molekulnya sebanding. Perlu diingat bahwa aldehid dan keton adalah
senyawa yang juga mengandung gugus karbonil. Khusus untuk senyawa amida,
ternyata harga titik didihnya cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan
hidrogen antar molekulnya, digambarkan sebagai berikut :

                                    R

                  H               C

…...O           N- H.....O        N-H

           C                           H

           R

Semua turunan asam karboksilat dapat larut dalam pelarut organik, sedangkan
dalam air kelarutannya tergantung pada jumlah atom karbon yang terdapat dalam
molekulnya. Sebagai contoh, untuk kelompok senyawa ester yang mengandung 3-5
atom C dapat larut dalam air, tetapi untuk kelompok senyawa amida yang larut dalam
air adalah yang memiliki 5-6 atom C.

Berbagai ester yang volatil mempunyai bau sedap sehingga sering digunakan
dalam pembuatan parfum atau bahan penyedap rasa sintetik. Kelompok senyawa
klorida asam memiliki bau yang tajam karena mudah terhidrolisis dan menghasilkan
asam karboksilat dan HCL yang masing-masing memiliki bau khas.

Sifat-sifat Kimia

Dalam mempelajari sifat-sifat kimia masing-masing kelompok turunan asam


karboksilat, terlebih dahulu harus dipahami. Ciri-ciri umum reaksinya seperti yang di
uraikan di bawah ini :

a.       Keberadaan gugus karbonil dalam turunan asam karboksilat sangat


menentukan kereaktifan dalam reaksinya, walaupun gugus karbonil tersebut tidak
mengalami perubahan.

b.      Gugus asil ( R-C=O ) menyebabakan turunan asam karboksilat mudah


mengalami substitusi nukleofilik. Dalam substitusi ini, atom/gugus yang berkaitan
dengan gugus asil digantikan oleh gugus lain yang bersifat basa. Pola umum
reaksi substitusi nukleofilik tersebut dituliskan dengan persamaan reaksi 

c.       Reaksi substitusi nukleofilik pada turunan asam karboksilat berlangsung


lebih cepat dari pada reaksi substitusi nukleofilik pada rantai karbon jenuh (gugus
alkil), sehingga dengan demikian

5. Senyawa-Senyawa Penting
Adalah turunan asam karboksilat yang paling tidak reaktif ,Karena itu
golongan.senyawa ini banyak terdapat di alam. Amida terpenting adalah Protein.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

- Amina ialah senyawa organik yang boleh dikatakan sebagai turunan dari
amonia (NH3) sedangkan amida adalah suatu senyawa organik yang
mempunyai nitrogen trivalen yang terikat pada suatu gugus karbonil. Dan
merupakan turunan dari asam karboksilat.
- Tata nama amina sederhana yang diikuti dengan gugus alkil langsung diikuti
dengan nama amina. Sedangkan menurut IUPAC, dimulai dari salah satu
ujung rantai C terpanjang yang paling dekat dengan gugus yang paling dekat
dengan gugus substituen, dalam hal ini gugus amina. Begitu juga dengan
amida, tatanama amida sesuai dengan nama asam asalnya. Amida diberi nama
dengan amida. Padaoat dengan akhiran at atau mengganti akhiran.

- Pembuatan amina dan amida dilakukan dengan cara susbtitusi, reduksi, dan
penataan ulang
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29033/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai