Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasih‐Nya,
atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami
terima, serta petunjuk‐Nya sehingga memberikan
kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam
penyusunan karya tulis ini.
Didalam karya tulis ini kami selaku penyusun hanya
sebatas ilmu yang bisa kami sajikan,sebagai syarat
mengikuti ujian final seni tari semester II dengan topik
“PAGELARAN WAYANG ORANG DAN WAYANG
GONG”.Dimana didalam topik tersebut ada beberapa
hal yang bisa kita pelajari khususnya tentang nilai-nilai
estetika dalam wayang yang indah dan menawan.

Banjarbaru,13 juli 2011

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG WAYANG ORANG.

Wayang Orang merupakan bentuk perwujudan dari


wayang kulit yang diperagakan oleh manusia.
Jadi kesenian wayang orang ini merupakan refleksi dari
wayang kulit. Bedanya, wayang orang ini bisa bergerak
dan berdialog sendiri.
Fungsi dan pementasan Wayang Orang, disamping
sebagai tontonan biasa kadang-kadang juga digunakan
untuk memenuhi nadzar.
Sebagaimana dalam wayang kulit, lakon yang biasa
dibawakan dalam Wayang Orang juga bersumber dari
Babad Purwa yaitu Mahabarata dan Ramayana.
Kesenian Wayang Orang yang hidup dewasa ini pada
dasarnya terdiri dari dua aliran yaitu gaya Surakarta dan
gaya Yogyakarta.
Perbedaan yang ada di antara dua aliran terdapat
terutama pada intonasi dialog, tan, dan kostum.
Dialog dalam Wayang Orang gaya Surakarta lebih
bersifat realis sesuai dengan tingkatan emosi dan
suasana yang terjadi, dan intonasinya agak bervariasi.
Dalam Wayang Orang gaya Yogyakarta dialog
distilisasinya sedemikian rupa dan mempunyai pola
yang monoton.

B. Latar Belakang Wayang Gong


Wayang Gong adalah seni pertunjukan sejenis
wayang orang. Pertunjukan ini mengangkat cerita dari
pakem Ramayana versi Banjar. Wayang ini dimainkan
dengan pengolahan vokal pemain dan ditambah basik
tari dalam lakon yang terdiri dari beberapa tilisasi. Tak
hanya itu, pemain diiringi musik gamelan, elemen
dramatik dan kating tari yang diiringi bunyi tambahan
seperti ketopong yang membuatnya makin khas. Para
pemain dirias sebagaimana layaknya tokoh yang ada di
dalam kisah Ramayana.
Menurut pakar Wayang Gong Banjar, Zulfansyah
Bondan, kesenian ini di era 1960 – 1970an mendapat
respon yang bagus dari generasi muda saat itu, namun
dalam tiga dasawarsa terakhir yakni sekitar tahun
2000an kesenian ini mengalami kemunduran dan nyaris
punah. Nyaris punah? Ya, dikatakan nyaris punah
karena kesenian ini sudah jarang dimainkan. Salah satu
kesenian tertua di Kalimantan Selatan ini kini hanya
menunggu kepunahannya saja karena kelompok-
kelompok yang memainkan kesenian ini sudah tak
banyak lagi.

Saat ini hanya sanggar seni Ading Bastari yang


memainkan kesenian wayang gong ini, karena saat ini
nyaris tidak ada lagi sanggar seni lain yang memainkan
salah satu kesenian tertua ini. Kalaupun ada, hanya
dilakukan dengan cara ”bon”. Artinya para pemain
diambil dari berbagai kelompok seni daerah dengan
sistem cabutan. Misalnya mengambil pemain dari
kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah,
Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tapin.

Melihat keadaan memprihatinkan seperti ini, perlu


diadakan upaya untuk melestarikan kebudayaan ini.
Dalam jangka Pendek, bisa dengan melakukan
pendidikan dan pelatihan sistematik generasi muda
dengan narasumber tokoh yang masih ada sekarang ini.
Membuat proyek pembinaan kesenian sebagai program
lanjutan pendidikan serta membuat wadah khusus
berupa balai seni ditiap kota atau kabupaten di
Kalimantan Selatan.

C. Pembatasan Masalah

Masalah-masalah yang dibahas di karya tulis ini


adalah tentang bagaimana cara menjaga keutuhan serta
keaslian semua tentang kesenian wayang yang ada di
Indonesia.

D. Tujuan Pagelaran

1. Membangkitkan kembali secara menyeluruh kegiatan


Wayang Orang maupun wayang gong, melalui
Pagelaran-pagelaran yang tergarap dan sekaligus juga
dapat menjadi lahan para seniman panggung Wayang
Orang & gong untuk berekspresi sehingga mampu
menunjang kesejahteraannya
2. Mengajak para remaja dan anak-anak sebagai
generasi penerus pelaku seni panggung agar lebih
mengenal, menghayati dan menghargai Seni Wayang
Orang dan wayang gong.
3. Penyelenggaraan pagelaran ini dapat meneruskan
usaha dan upaya melestarikan Kesenian Tradisional
Wayang Orang & wayang gong, sampai pada waktu-
waktu mendatang.
4. Untuk membangkitkan rasa cinta generasi muda
terhadap kesenian Lokal.

BAB II
Laporan Hasil Pagelaran wayang orang dan wayang
gong

A. Keindahan Kostum
Yang membuat keindahan kostum yaitu perpaduan
antara pakaian khas Jawa dan Kalimantan selatanIrama
gamelan khas Jawa mengiringi setiap langkah yang
bertelanjang kaki, tak lupa dengan selendang-selendang
warna mencolok yang menjadi senjata andalan mereka.
Hempas ke kanan dan lempar ke kiri, gerakan gemulai
dicampurkan dengan gerakan perkasa, bercerita tentang
sebuah legenda pewayangan di Indonesia. Percakapan
dengan kosa kata yang menawan pun dijalankan,
membuat para penonton terbius untuk mengikuti setiap
alur kisahnya.

B. Tokoh
Para pemain yang memerankan tokoh-tokoh
yang dipertunjukkan dalam wayang orang dituntut
mempunyai kemahiran dalam mempertunjukkan tarian
yang khusus bagi tokoh tersebut dalam suasana
tertentu. Umpamanya, seorang atau serombongan
prajurit yang bersiap akan maju ke medan perang atau
bersiaga, tariannya tidak panjang hanya ada penekanan
pada kegagahan dan kesiagaan tokoh-tokoh tersebut
serta harus lengkap dengan pembendaharaan gerak
tarinya yang sesuai dengan perwatakannya.

C. Keindahan Tata Cahaya

Keindahan cahaya diatur sedemikian rupa


sehinnga terlihat adanya multivariasi antara gelap dan
terang, dan fokus terhadap suatu pertunjukan.Hal ini
membuat para penonton takjub dengan keindahan
cahaya tersebut.

D. Keindahan Gerak Tari


Seperti yang diketahui di dalam gerakan,
terlibat dimensi gerak dan waktu. Hal ini,
khususnya dalam dimensi gerak, tentu berkaitan dengan
nilai-nilai keindahan dalam sebuah seni karena
pada gerakan terkandung keseimbangan,
kesimetrian, kelembutan, kelincahan dan
sebagainya. Beberapa unsur ini berkolaborasi menjadi
sesuatu yang bernilai, s u a t u s e n i y a n g m e m i l i k i
keindahan atau estetika. Dimensi gerak itu
s e n d i r i  bergabung dengan dimensi waktu, yang
menyebabkan sabetan atau gerak wayangm e n a r i k
unsur-unsur keindahan yang lain
seperti kesamaan dalam
r i t m e  permainan gamelan, atau kecrek.
Karena memang sejatinya, sabetan
s a n g a t memperhatikan prinsip wiraga, wirama, dan
wirasa dalam pagelaran wayang.S a b e t a n m e m i l i k i
arti luas sebagai seluruh gerakan dalam
w a y a n g b a i k   hidup atau mati, juga arti sempit
sebagai peperangan antar-tokoh.

BAB III

Penutup
A. Kesimpulan
Wayang memiliki segala aspek seni,
termasuk seni gerak. Seni gerak
dalamw a y a n g d i s e b u t pula sabet atau
sabetan. Sabetan dalam wayang
m e m i l i k i vokabuler-vokabuler yang begitu
beragam. Dalam vokabuler gerakan
wayangterdapat esensi estetika wayang dalam sebuah
seni gerak. Sabetan dalam wayang  b u k a n h a l y a n g
main-main melainkan hal yang tercipta
atas pengolahan y a n g rumit sehingga tercipta
gerakan sarat keindahan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
karya tulis ini banyak ditemui kesulitan dalam
memahami karya tulis ini. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik agar kami dapat
menyempurnakan karya tulis ini.
Demikianlah Kesimpulan dan saran dalam pembuatan
karya tulis ini. Dalam pembuatan karya tulis ini banyak
sekali kekurangan-kekurangan, Semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi kita semua pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

www.indowebster.web.id/showthread.php?
t=92962&page=1

http://bildri.blogspot.com/2010/01/pagelaran-wayang-
orang-kongsodewo.html

Anda mungkin juga menyukai