PENDAHULUAN
Organisasi yang memiliki Sumber Daya Manusia berarti memiliki sumber daya
untuk berjalannya organisasi. Namun demikian, demi untuk mencapai tujuan dari
pengaruh dari faktor-faktor lain agar dapat optimal. Adapun salah satu yang
menentukan adalah displin kerja. Dengan disiplin kerja maka karyawan atau
agar memiliki produktivitas tinggi. Hal ini sejalan dengan Handayani dan
pertama, sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di dalam sebuah
lingkungan suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja ataupun
manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (non
menjadi potensi nyata (riil) secara fisik dan non-fisik dalam upaya mewujudkan
1
2
Pengertian sumber daya manusia secara makro atau lingkup luas adalah
semua manusia penduduk warga negara suatu negara atau dalam batas wilayah
tertentu yang sudah memasuki usia di angkatan kerja, baik yang sudah maupun
belum memperolah pekerjaan (lapangan kerja). Pengertian SDM dalam arti mikro
atau kecil, sederhananya adalah manusia atau orang yang bekerja atau menjadi
“sumber daya manusia adalah semua manusia yang terlibat dalam organisasi
sumber daya manusia adalah keseluruhan orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan.
menyatakan bahwa input untuk pendidikan adalah segala sesuatu (sumber daya)
Sumber daya yang dimaksud tersebut dapat berupa sumber daya manusia yaitu
kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, penjaga sekolah serta perangkat lain
dan evaluasi. Proses pendidikan bisa diartikan sebagai proses yang bermutu
yang kondusif, fun, dan gembira bagi semua pihak yang telibat, serta mendorong
motivasi dan minat belajar, dan memberdayakan peserta didik (siswa di sekolah).
Luaran (output) pendidikan merupakan luaran kinerja sekolah, yang dapat diukur
dari kualitas, efisiensi dan efektivitas, produktivitas dan inovasi, serta kualitas
Sumber daya manusia pada organisasi sangat lah penting. Baik itu
rangka organisasi dapat berjalan baik, dan dengan berjalan baiknya organisasi,
panjang biasanya terbagi dalam bentuk visi, misi dan tujuan. Dalam rangka
memenuhi tujuan tersebut, diperlukan visi yang jelas dan jarak pandang yang
lingkup provinsi dan nasional. Dalam rangka mencapai visi dan tujuan tersebut,
sekolah, peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah, serta juga beragam
dengan masyarakat.
lingkungan tempat pendidikan itu berada. Misalnya orang tua siswa, guru bantu,
kepala desa dan tokoh ulama atau tokoh adat. Serta mereka-mereka yang ada di
sekitar sekolah sebagai institusi dan berhubungan baik langsung ataupun tidak
langsung dengan siswa didik di sekolah tersebut. Hal ini penting untuk dipahami
dan organisasi pendidikan, misalnya Sekolah, maka sumber daya manusia yaitu
guru sekolah, akan menjadi pengungkit (enabler) bagi siswa untuk maju dan
berkembang. Dalam kaitan dengan tujuan tersebut, maka guru pun memerlukan
disiplin yang baik agar sekolah dapat mencapai tujuan-tujuannya, baik jangka
mengelola sumber daya manusia. Tidak ada rumusan yang sama, baku dan
Harsey & Blanchard (1988) yang dikutip juga dalam Kristiawan et.al. (2017)
kelompok serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi sebagai
definisi sebagai kemampuan untuk dapat mengarahkan dan mencapai hasil yang
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang
Pendidikan yang baik secara ringkas tercermin dalam sebuah mutu. Mutu
tersirat. Pengertian mutu ini mencakup input, proses, dan output pendidikan.
dimiliki sekolah saat ini, input dan pengembangan kualitas personal dari peserta
didik, faktor sarana dan prasarana pendidikan, serta adanya kualitas partisipasi
dilakukan oleh sekolah. Misalnya tahap paling awal adalah melakukan sosialisasi
Melakukan ini memerlukan keterlibatan banyak pihak selain kepala sekolah, juga
guru dan masyarakat. Dalam hal masyarakat, dapat dilibatkan tokoh masyarakat
seperti tokoh ulama ataupun tokoh adat, juga tokoh dari pemerintah setempat.
Selain itu, pemuka agama dan juga masyarakat sipil atau organisasi non profit di
manajemen mutu yang akan dilakukan di sekolah. Hal ini dapat menjadi ajang
memberii banyak masukan agar konsep manajemen mutu yang akan dilakukan
pengambil kebijakan.
Upaya tersebut juga dalam rangka agar ada peran serta aktif dan positif
dari masyarakat sekolah dan sekitar sekola, baik secara kelompok maupun
secara individu yang peduli terhadap peningkatan kualitas atau mutu pendidikan,
(vokasi) yang membutuhkan peningkatan mutu lebih baik dan lebih cepat dalam
rangka mewujudkan tujuan sekolah vokasi atau kejuruan yang berbeda (lebih
spesifik) daripada sekolah umum lainnya. Hal tersebut juga dapat memotivasi
sekolah, agar mau dan dapat terlibat serta berpikir bersama mengenai
ikut serta secara aktif dan dinamis, terlibat baik langsung maupun tidak langsung
dan masyarakat sekolah, yang merupakan sumber dayap penting, dan paling
pihak sekolah, tapi tanggung jawab semua pihak. Sehinga perlu dirumuskan
dengan jelas beserta target mutu yang akan dan harus dicapai dalam hitungan
jangka waktu tertentu (timeline) di sekolah. Misalnya jangka pendek setiap tahun,
menengah setiap lima tahun atau panjang, dalam rentang sepuluh hingga dua
puluh lima tahun kedepan. Pencapaian-pencapaian ini adalah misi yang akan
membentuk pola atau garis yang menunjukkan kualitas pencapaian target yang
memanfaatkan semua sumber daya fasilitas yang ada, baik itu sumber daya
pendidikan, maupun konteks spiritual yaitu moral dan motivasi dari tenaga
kependidikan dan pendidik itu untuk mencapai tujuan pendidikan. Semua hal
belajar dan proses pembelajaran yang baik agar peserta didik secara proaktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki basis atau sumber daya internal
kepribadian yang baik, kecerdasan pribadi dan akhlak mulia, serta juga memiliki
keterampilan yang diperlukan dirinya, bagi masyarakat, juga bagi bangsa dan
negara. Dari pendapat para ahli, Kristiawan, et.al (2017) berpendapat bahwa
Baik kegiatan yang direncanakan dalam konsep manajemen, maupun yang tiba-
mesti dirumuskan, digariskan dengan pola yang teratur dan melibatkan semua
“administrasi” atau “tata usaha” yang secara praktis dan operasional dalam arti
yang teratur dan baik, mengenai pekerjaan atau aktivitas manajemen maupun
tatakelola pendidikan yang baik adalah yang memiliki informasi akurat setidaknya
diperlukan.
tidak lengkap akan berakibat fatal dan berdampak luas. Kesimpulan pada data
informasi yang tidak lengkap bisa jadi benar, bisa jadi salah sehingga rentan
masalah apabila ada masukan (input) yang berdampak inefisiensi dan inefektif.
adalah waktu di masa sekarang dan waktu di masa depan. Untuk itu akurasi
informasi sebagaimana bentuk akhir dari masukan atau input yang tidak parsial
akan penting. Karena informasi yang tidak atau kurang akurat justru akan
pendidikan. Selain itu, terkait erat dengan akurasi informasi adalah informasi juga
11
harus dapat dipercaya (trust), artinya data tidak ada yang dimanipulasi dalam
dan terolah tersebut juga harus disimpan sedemikian rupa sehingga pihak atau
siapapun yang memerlukan memilki akses tertentu yang memiliki level, sehingga
kepemimpinan yang kreatif dan inovatif. Prinsip yang dipakai dalam pedoman
bagi para kepala sekolah terkait dengan beberapa aspek seperti hubungan
memerlukan visi, misi, nilai-nilai, dan tujuan sekolah yang mungkin sebelumnya
tidak didefinisikan dengan jelas, maka dalam rangka manajemen sekolah terkait
Kejuruan (SMK) memerlukan konsep, metode, dan praktik yang rigid dan
dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) unit-unit lain pada sekolah akan
berpengaruh dalam menghasilkan luaran mutu yang baik dari sekolah. Tidak
hanya infrastruktur yang perlu dibenahi, SDM sekolah merupakan faktor penting
dapat menjelaskan dan mengkoordinir semua staf guru dan tenaga pendidik dan
tenaga lain di sekolah agar kebijakan dapat dijalankan dengan baik. Juga
menyenangkan bagi semua pihak, terutama guru dan anak didik di sekolah.
merupakan salah satu bagian komponen tak terpisahkan dari sistem yang semua
efektif, efesien dan juga rasional dalam rangka menunjang tercapainya tujuan
sebagai manajer atau pemimpin sekolah, juga membantu guru-guru dan tenaga
pendidikan sekolah. Displin para guru, merupakan salah satu penentu dari luaran
Kurangnya disiplin dan kinerja guru menurut Pianda (2018) adalah salah
satu dari faktor yang sampai saat ini menjadi masalah dan memerlukan
guru dalam menjalankan tugas guru tersebut, serta dari cara atau kualitas dalam
melaksanakan kegiatan atau tugas guru tersebut. Ciri khas kemampuan atau
keterampilan yang ditunjukkan oleh guru berkaitan erat dengan peran, tugas, dan
guru dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang ingin dicapai dan
14
tujuan yang kemudian tercapai adalah sesuai sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Lunenburg dan Ortein (2000: 329) mengatakan bahwa kinerja dari guru
dipengaruhi secara tinggi oleh faktor manajemen sekolah yaitu peran kepala
penelitian ini diplilih hanya tiga faktor yang diasumsikan mempengaruhi disiplin
kerja yang erat kaitannya dengan guru, yaitu faktor yang bersifat tergantung,
inovasi dari guru dengan baik. Selain itu, juga kepala sekolah dapat
dan benar. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting dalam majunya
15
sebuah entitas institusi maupun organisasi baik bersifat publik maupun privat.
Kepemimpinan, dalam berbagai sektor menjadi salah satu faktor yang dianggap
lain tiga pendekatan yaitu pendekatan sifat, pendekatan tingkah laku, dan
pendekatan kontingensi.
mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi untuk dapat memikirkan dan mencari
penyelesaian setiap masalah atau persoalan yang timbul secara tepat dan
bijaksana. Kedua, pemimpin juga harus mempunyai emosi yang stabil atau tidak
menghadapi orang lain dan mampu membuat bawahan (dalam hal ini guru dan
senang, dan puas dalam pekerjaan yang diberikan kepada mereka. Keempat,
organisasi serta untuk mengetahui dengan tepat, kapan, dimana dan kepada
Sehubungan dengan itu maka dapat dikatakan bahwa kepala sekolah selaku
kualitas dalam proses mengajar belajar di sekolah. Peran Kepala Sekolah dan
pengarah, dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini guru turut serta
dari kegiatan tersebut. Kepala sekolah sebagai pemimpin bagi para pelaksana
Indonesia yang bersifat formal pada tingkat menengah dengan tujuan utama
persyaratan dunia usaha dan dunia industri” (Kurikulum SMK, 2006). Sikap ini
17
untuk mendapatkan para tenaga kerja vokasional yang terampil dan juga berjiwa
Paling tidak, akan menjadi sumber daya yang bermanfaat bagi lingkungan
menengah ini merupakan lanjutan dari SMP/MTs. Pada program SMK disediakan
ditentukan oleh Kementerian terkait, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan
membekali peserta didik dengan suatu ketrampilan tertentu agar mereka siap
memasuki lapangan kerja” (PP No. 29/1990). Peraturan pemerintah ini juga
dalam satu kelompok pekerjaan atau suatu bidang pekerjaan spesialis, tertentu
terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. Selain yang disebutkan diatas
yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai institusi umum, terdapat pula
insitusi berbasis keagamaan yaitu Madrasah Aliyah Kejuruan. Salah satu tujuan
pembentukan SMK ini adalah mengenai peningkatan daya saing. Karena sejalan
yang membutuhkan kompetensi mulai dari tenaga kerja terampil sejak dini.
terampil di bidang teknis operasional, yang dapat dipenuhi oleh SDM lulusan
SMK dengan keterampilan khusus yang dibentuk ketika mereka masih di jenjang
SMK tersebut. Selain untuk Sumber Daya Manusia di luar negeri, juga diperlukan
pendidikan kejuruan merupakan salah satu upaya dari pemerintah atau negara
sertifikasi ini dapat berupa sertifikat nasional dari lembaga sertifikasi profesi
Profesi (BNSP), atau juga sertifikat dari vendor industri baik lokal maupun
CISCO dan sertifikasi lain misalnya Mikrotik atau Red Hat dan Huawei.
19
Guru yang mengampu mata pelajaran tertentu harus memiliki nilai tambah dan
nilai lebih yang dapat memberikan manfaat kepada siswa yang diajarnya. Dalam
hal ini, kompetensi yang berupa sertifikasi industri untuk siswa dan lulusan SMK
juga tidak lepas dari peran guru-guru dalam memilikinya juga. Terlebih, selain
lainnya yang kompeten akan memperbaiki mutu siswa dan lulusannya (luaran
pada prinsip “link and match” yang membuat tenaga kerja dari lulusan sekolah
kejuruan (SMK) diserap secara baik, utuh dan penuh oleh pasar sesuai
terbentuk harus dapat berjejaring dan cocok (link and match) dengan kebutuhan
peserta didik untuk mampu bekerja dan mampu dalam bersaing tidak hanya
pada pasar kerja lokal tapi juga internasional (global). Tujuan umum pendidikan
kejuruan harus dapat membuat peserta didik berkehidupan yang layak dengan
bekal kompetensi yang dimilikinya. Selain itu, secara khusus pendidikan kejuruan
di Indonesia juga membekali peserta didik dengan bekal iman dan takwa (aspek
20
menyiapkan peserta didik untuk bekerja dan mampu bersaing dalam proses
soal kompetensi teknis, namun juga produk riset dan inovasi dapat pula menjadi
dengan bantuan dari berbagai aktor dan faktor misalnya pemerintah, dunia
usaha itu sendiri, juga rekan kerja dan rekan lulusan pendidikan kejuruan yang
penyampaian materi dari guru atau tenaga pendidik (proses ceramah) hanya
berkisar pada 45 menit pertama. Dengan tujuan agar memantik peserta didik
untuk aktif dan terbuka dalam menyampaikan ide-idenya. Basis teori dalam
empat puluh menut pertama seyogyanya sudah dapat diserap sebagai basis
awal dalam berkreasi dan berdiskusi dalam kelas. Proses diskusi yang
menempatkan peserta didik lebih bebas dengan guru sebagai fasilitator dapat
membuat kelas menjadi interaktif dan dapat memecahkan studi kasus yang
di bidang pelajaran yang dilakukan oleh siswa pada saat berada di kelas maupun
kejuruan. Dari proses tersebut, peserta didik akan dapat membuat hasil karya
kadar keterampilan yang dimiliki oleh mereka. Hasil produk barang maupun jasa
yang dihasilkan dari kreativitas dan inovasi peserta didik dapat digunakan
keterampilan yang khusus, berbeda dengan peserta didik dari sekolah umum
non kejuruan.
Argumentasi ini juga sejalan dengan Made Wena (1996: 13) yang
mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik yang menjadi siswa
vokasi, dan Keempat, dalam rangka mempersiapkan peserta didik agar ketika
mereka lulus dapat segera mampu memasuki lapangan kerja. Dengan demikian,
keterampilan bagi para siswa sebagai bekal mereka untuk memasuki dunia kerja.
Pendidikan kejuruan pada dasarnya sangat membantu dunia usaha dan dunia
industri untuk mendapatkan tenaga kerja yang terampil dan siap pakai sesuai
komitmen pada sesuatu yang lebih luas dari pada kepentingan individual yang
bersifat personal pada seseorang. Budaya menjadi sistem perekat sosial yang
atau entitas. Budaya kerja sebagai culture-set, merupakan faktor yang sering
sebuah pekerjaan.
atau masyarakat dan terwariskan secara turun temurun dari berbagai generasi
infrastruktur, serta dalam karya seni dan kesenian. Sebagai pola hidup, way of
life yang berkembang pada kelompok individu yang membentuk komunitas atau
perubahan budaya sangat penting karena setiap sumber daya yang ada akan
Kegiatan ini dapat menimbulkan ekses negatif berupa penolakan atau resistansi
23
berbagai hal fundamental seperti tujuan, visi dan misi sekolah hinga slogan
sekolah, pengaruh budaya dalam hal perubahan mental dan perubahan budaya
menuju transformasi budaya baru akan sulit dilakukan. Penegakan disiplin dari
semua pihak yang ada, termasuk di dalamnya kepala sekolah, guru, tenaga
stereotype dan stigmatisasi berlebihan terhadap para peserta didik ketika berada
kenakalan remaja dan kegiatan yang tidak bermanfaat adalah salah satunya.
Untuk itu kolaborasi dan pekerjaan kolektif semua pihak sangat dibutuhkan, serta
didukung oleh kepemimpinan yang solid, tegas dan dapat ditaati oleh setiap
orang.
membuat peserta didik memiliki kompetensi yang dapat sesuai dan memadai
serta memiliki segudang kreativitas dan inovasi yang lebih di bandingkan sekolah
umum, untuk bekal saat lulus dari sekolahnya. Fungsi ini merupakan akulturasi
akan menjadikan peserta didik sebagai “agent of change” dan agen perubahan
24
beragam pola kehidupan manusia. Perubahan ini perlu didorong oleh faktor
keahlian dipadukan dengan nilai moral perubahan yang mereka dapatkan ketika
manusia itu mengalami perubahan, maka perubahan dari internal adalah dari diri
pribadi peserta didik, dan perubahan eksternal dari lingkungan dapat terjadi
karena peran mereka sebagai agen perubahan sosial dan perubahan budaya
yang menurut Pai (1990:26), sebagai agen perubahan sosial, agen transformasi
peserta didik menghayati nilai disiplin, moral pancasila dan religiusitas dalam
hanya akan terjadi pada sekolah yang unggul, yang memberikan nilai-nilai
penguatan karyawan sekolah, guru, siswa, orang tua dan juga masyarakat umum
Dalam hal mendidik dan mengajar, budaya kerja guru memiliki pengaruh
terhadap hal-hal tersebut. Oleh karenanya, Budaya kerja merupakan faktor yang
menjadi dasar, pikiran dasar atau program inherensi pikiran untuk dapat
dan nilai-nilai yang ada. Nilai-nilai yang ada tersebut merupakan budaya kerja
yang tidak tertulis, dan sebagai peraturan, budaya dapat tertulis maupun tidak
tertulis. Sedangkan kebiasan adalah perilaku yang terbentuk dari kegiatan yang
bekerja dalam ritme dan pola tertentu, akan membentuk budaya bekerja. Budaya
keahlian yang seharusnya didapatkan. Dalam hal ini adalah keahlian dalam
ringan dan teknik otomatisasi industri. Dalam mencetak sumber daya manusia
pemuda dengan kompetensi ahli tersebut maka selain fasilitas yang baik dan
kurikulum yang baik, juga krusial adalah guru yang menjadi suri tauladan. Dalam
hal ini, yang sering dijadikan acuan dalam menilai adalah adanya disiplin kerja
misalnya hadir mengajar tepat waktu dan memberikan materi sesuai dengan
terhadap kedisiplinan kerja. Dengan demikian, sebagai guru, disiplin kerja guru
perlu dianalisis sejauh apa faktor tersebut berpengaruh jika ada, dan bagaimana
hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam memecahkan masalah disiplin
berembuk bersama;
4. Kepala sekolah yang belum sesuai dengan masa kerja, pangkat dan
golongan.
budaya kerja guna mencapai displin kerja guru khususnya di pendidikan sekolah
menengah kejuruan. Mengacu kepada titik tolak dari permasalahan diatas, maka
Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
27
ada.
juga menyebabkan budaya kerja yang tidak produktif dan efektif dan
terlambat dan bahkan tidak masuk, mengajar lebih dari satu sekolah
pribadi.
C. Pembatasan Masalah
pada pengaruh kepemimpinan dan budaya kerja terhadap disiplin kerja guru di
SMK Negeri di Kabupaten OKU Selatan. Lebih lanjut, limitasi penelitian ini adalah
lokus penelitian dan sumber daya penelitian yang terbatas yaitu pendanaan,
tenaga peneliti dan waktu yang terbatas sehingga menghasilkan penelitian yang
terbatas pada lokus, waktu dan instrumen yang dapat diterapkan pada penelitian
di SMK Negeri di Kabupaten OKU Selatan sehingga hasil penelitian dapat akurat
pada lokus tersebut namun tidak dapat digeneralisir kepada sekolah lain di
lingkup yang lebih luas. Diperlukan penelitian lanjutan dengan skup dan skala
yang lebih luas maupun dengan intensitas sumber daya yang lebih baik.
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
OKU Selatan.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
2. Secara praktis