ARTIKEL SKRIPSI
OLEH
PUTRI MAYASARI
NIM. E1R015056
iii
PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PELAJARAN MATEMATIKA
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI
DI KOTA MATARAM
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa tentang
pelajaran matematika terhadap motivasi belajar siswa dan mendeskripsikan persepsi
siswa tentang pelajaran matematika serta motivasi belajar siswa SMP Negeri di Kota
Mataram tahun ajaran 2018/2019. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan jenis penelitian deskriptif. Sampel dari penelitian ini sebanyak 340 yang
diambil dengan teknik stratified cluster random sampling. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Dari hasil analisis data
yang diperoleh, terdapat pengaruh signifikan persepsi siswa tentang pelajaran
matematika terhadap motivasi belajar siswa SMP di Kota Mataram tahun ajaran
2018/2019. Diketahui pula bahwa terdapat hubungan yang linear positif antara
persepsi siswa tentang pelajaran matematika dan motivasi belajar siswa dilihat dari
koefisien korelasinya sebesar 0,356 yang termasuk dalam tingkat hubungan yang
rendah yang berarti semakin baik persepsi siswa tentang pelajaran matematika maka
semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Besar pengaruh yang diberikan persepsi
siswa tentang pelajaran matematika terhadap motivasi belajar dilihat dari koefisien
determinasinya yakni 12,7%. Dari penelitian ini terlihat pula bahwa persepsi siswa
SMP Negeri di Kota Mataram cukup baik dengan persentase terendah pada komponen
menyerap sedangkan motivasi belajar siswa adalah sedang dengan persentase terendah
pada komponen kepercayaan diri.
Kata Kunci: Persepsi Siswa, Pelajaran Matematika, Motivasi Belajar Siswa
1
THE INFLUENCE OF STUDENTS’ PERCEPTION
ABOUT MATHEMATICS
TOWARD STUDENTS’ LEARNING MOTIVATION
OF PUBLIC JUNIOR HIGH SCHOOLS IN MATARAM
Abstract. This research aims to find out the influence of students’ perception about
mathematics toward students’ learning motivation and describe the students’
perception about mathematics and students’ learning motivation of public junior high
schools in Mataram, academic year 2018/2019. This research uses quantitative
approach with descriptive type. Sample of this research taken were 340 students that
were selected by using stratified cluster random sampling technique. The Data was
collected by using questionnaires and documentation. From the result of data analysis
obtained, there was a significant influence of students’ perception about mathematics
toward students’ learning motivation of public junior high schools in Mataram,
academic year 2018/2019. The result also shows that there was a positive relationship
between students’ perception about mathematics and students’ learning motivation in
which can be concluded from the correlation coefficient about 0.356. In this
circumstance, it indicates the low level of relationship that means the better of
students’ perception about mathematics so that the higher students’ learning
motivation. The influence of students’ perception about mathematics of students’
learning motivation was seen from coefficient of determination that was 12.7%.
According to this research, it can be concluded that the students’ perception of public
junior high schools in Mataram is quite good while students’ learning motivation is
moderate level.
Key Words: Students’ Perception, Mathematics, Students’ Learning Motivation
2
I. PENDAHULUAN
Pada dasarnya pembelajaran matematika tidak hanya bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anak dalam menyelesaikan soal-
soal matematika. Matematika sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan.
Dewasa ini banyaknya orang menyampaikan informasi dengan bahasa
matematika seperti, tabel, grafik, diagram, persamaan dan lain-lain. Oleh sebab
itu matematika sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat [1].
Namun pada faktanya, banyak siswa yang berpersepsi negatif (kurang baik)
tentang pelajaran matematika diantaranya adalah bahwa matematika sulit,
menakutkan, membosankan atau membingungkan. Walaupun demikian terdapat
juga siswa yang berpersepsi positif, yakni bahwa matematika adalah pelajaran
yang mudah, menyenangkan, menantang dan sangat bermanfaat. Fakta tersebut
peneliti dapatkan saat melakukan wawancara bebas dengan beberapa murid ketika
menjalankan PPL di Filipina tepatnya di University of San Carlos-Basic
Education pada tanggal 10 Agustus – 8 September 2018.
Dari jawaban-jawaban siswa tersebut dan dukungan pendapat dari Siregar
yang menyatakan bahwa siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran
yang sulit dan membentuk kesan serta pengalaman secara negatif umumnya
berdampak buruk baik bagi motivasi belajar siswa [2]. Peneliti terinspirasi untuk
melakukan penelitian terkait pengaruh persepsi siswa tersebut terhadap motivasi
belajar matematika siswa. Untuk itu, peneliti melakukan observasi ke dua sekolah
yang ada di Mataram pada bulan November 2018 sebagai langkah awal
memastikan apakah persepsi siswa yang ada di Indonesia tidak berbeda jauh
dengan siswa yang ada di Filipina.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMPN 11
Mataram pada tanggal 28 November 2018 dan di SMPN 2 Mataram pada tanggal
30 November 2018 terhadap masing-masing 15 orang siswa kelas VIII,
didapatkan dari 15 siswa SMPN 11 Mataram 9 siswa diantaranya menyatakan
pelajaran matematika mudah dan menyenangkan yang merupakan persepsi positif
sedangkan 7 siswa lainnya menyatakan bahwa pelajaran matematika sulit dan
menakutkan. Sementara di SMPN 2 Mataram peneliti mendapatkan bahwa 11 dari
15 siswa menyatakan pelajaran matematika mudah dan menyenangkan dan 4
siswa lainnya menyatakan pelajaran matematika sulit dan menakutkan. Dari
kedua hal tersebut, menunjukan bahwa terdapat perbedaan persepsi diantara para
siswa ada yang berpersepsi negatif dan positif.
Melalui komunikasi pribadi dengan beberapa siswa yang ada di SMPN 11
Mataram dan SMPN 2 Mataram, bagi mereka yang berpersepsi positif
(matematika adalah pelajaran yang menyenangkan) dikarenakan mereka tidak
harus menghapal seperti pelajaran lainnya. Bagi yang berpersepsi negatif
(matematika adalah pelajaran yang sulit) dikarenakan mereka memang pada
dasarnya tidak suka dengan hitung-hitungan yang menyebabkan berpikir lebih
3
keras dan tidak menyukai hal-hal yang rumit karena rumus-rumus dalam pelajaran
matematika.
Persepsi-persepsi siswa tersebut juga selaras dengan tingkah laku siswa saat
pembelajaran matematika. Persepsi negative akan ditunjukkan oleh tingkah laku
siswa yang bermalas-malasan dalam kelas seperti enggan mengerjakan tugas,
tidak mengumpulkan tugas ataupun tidak memperhatikan guru saat memberikan
penjelasan. Persepsi positif ditunjukkan oleh tingkah laku siswa yang selalu
bersemangat di dalam kelas seperti selalu mengerjakan tugas tepat waktu, selalu
aktif dalam proses pembelajaran dan bertanya karena rasa ingin tahu yang tinggi.
Hal itu berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru pelajaran
matematika di SMPN 11 Mataram dan SMPN 2 Mataram pada tanggal 28
November dan 30 Novenber 2018. Menurut salah satu guru di SMPN 2 Mataram
persepsi siswa terjadi karena pengalaman sebelumnya yang mereka alami tentang
pelajaran matematika tersebut dan menurutnya persepsi siswa sangat penting
diketahui untuk mempermudah guru dalam menyesuaikan antara metode dan
persepsi siswa.
Peneliti menyimpulkan bahwa tingkah laku yang ditunjukkan oleh siswa
menggambarkan motivasi belajar siswa di kelas, dimana tingkah laku siswa yang
bermalas-malasan adalah siswa-siswa yang memiliki motivasi yang rendah dan
tingkah laku yang bersemangat adalah siswa-siswa yang memiliki motivasi yang
tinggi. Irham dan Novan menyebutkan bahwa motivasi berperan penting dalam
proses pembelajaran dan keberhasilan proses belajar karena motivasi yang
dimiliki siswa akan menjadikan siswa memiliki semangat, disiplin, tanggung
jawab, dan keseriusan mengikuti proses pembelajaran [3]. Menurut Maunah,
motivasi dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong
perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang
dinyatakan dalam bentuk usaha keras atau lemah [4]. Menurut Emda, motivasi
guru dan siswa sangat penting dalam proses pembelajaran dalam mencapai
keberhasilan belajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan [5].
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang pelajaran
matematika berpengaruh terhadap motivasi belajar matematika. Syaripah yang
melakukan penelitian di SMAN 1 Curup Timur menemukan bahwa persepsi
pembelajaran matematika berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa [6].
Githua menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan yang kuat antara
persepsi siswa tentang evaluasi formatif pelajaran matematika dengan motivasi
belajar siswa berdasarkan gender di Kenya [7]. Hasil berbeda ditunjukkan oleh
Hidayah di kelas VII SMPN 1 Pabelan, bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara persepsi siswa terhadap pelajaran matematika dengan hasil
belajar matematika [8]. Dari ketiga penelitian terlihat perbedaan aspek yang
diteliti dan tempat penelitiannya serta adanya perbedaan hasil. Oleh karena itu
perlu dilakukan pembaharuan penelitian sehingga peneliti akan melakukan
penelitian di SMP Negeri di Kota Mataram dengan fokus penelitian terhadap kelas
4
VII dan VIII dikarenakan kelas IX telah lulus (tidak dalam kegiatan
pembelajaran).
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini penting untuk dilakukan
guna melihat perbandingan dengan penelitian sebelumnya dan mendapat klaim
hasil penelitian terbaru. Dalam penelitian ini peneliti akan menunjukkan terdapat
atau tidaknya pengaruh, hubungan antara persepsi dan motivasi dan besar
pengaruh yang diberikan persepsi siswa terhadap motivasi belajar siswa serta
mendeskripsikan masing-masing variabel. Oleh karena itu, judul dari penelitian
ini adalah “Pengaruh Persepsi Siswa tentang Pelajaran Matematika terhadap
Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri di Kota Mataram Tahun Ajaran 2018/2019”.
5
transformasi data ordinal menjadi data interval dengan mengubah proporsi
kumulatif setiap peubah pada kategori menjadi nilai kurva normal bakunya [9].
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif
dan analisis statistik inferensial dengan analisis regresi linear sederhana yang
sebelumnya dilakukan uji asumsi (uji normalitas, uji linearitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi) dan kemudian uji hipotesis dengan uji-t
untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa tentang pelajaran matematika terhadap
motivasi belajar siswa SMP Negeri di Kota Mataram tahun ajaran 2018/2019.
Dari dua tabel di atas, score value merupakan data interval yang
didapatkan untuk dianalisis. Setelah didapatkan data interval, maka dilakukan
analisis statistik deskriptif untuk mengetahui kecenderungan persepsi siswa
SMP Negeri di Kota Mataram tentang pelajaran matematika dan motivasi
belajar siswa. Untuk mengetahui tingkat kecenderungan persepsi siswa
tentang pelajaran matematika dan motivasi belajar siswa SMP Negeri di Kota
Mataram tahun ajaran 2018/2019 dibuat kriteria klasifikasi skor penggolongan
persepsi siswa dan motivasi belajar siswa yang dapat dilihat pada Tabel 3
berikut.
6
Tabel 3. Pedoman Penentuan Kriteria Persepsi Siswa tentang Pelajaran
Matematika dan Motivasi Belajar Siswa
Interval Skor Kriteria
Persepsi Siswa tentang Motivasi
Pelajaran Matematika Belajar Siswa
̅ ≥ Mi + Sbi
𝑿 𝑋̅ ≥ 66,67 Baik (Positif) Tinggi
̅
Mi – Sbi ≤ 𝑿 < Mi + Sbi ̅
33,33 ≤ 𝑋 < 66,67 Cukup Baik Sedang
𝑿̅ < Mi – Sbi 𝑋̅ < 33,33 Buruk (Negatif) Rendah
1) Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan dengan Kolmogorov-smirnov. Setelah
dilakukan perhitungan uji normalitas diperoleh data seperti yang disajikan
pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
7
hasil tes persepsi siswa tentang pelajaran matematika dan motivasi belajar
siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2) Uji Linearitas
Berdasarkan hasill uji linearitas, diketahui nilai signifikansi
0,601 > 0,05 maka ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang linier
antara persepsi siswa tentang pelajaran matematika terhadap motivasi
belajar siswa.
Tabel 6. Uji Linearitas
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Motivasi Belajar Between (Combined) 17323,385 199 87,052 1,198 ,127
* Persepsi Groups Linearity 3481,176 1 3481,17 47,903 ,000
Matematika 6
Deviation 13842,208 198 69,910 ,962 ,601
from
Linearity
Within Groups 10174,007 140 72,671
Total 27497,391 339
3) Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil output yang dianalisis pada SPSS 21 pada grafik di
bawah ini, dapat dilihat bahwa titik-titik tersebar di sekitar nol pada sumbu
vertikal dan tidak membentuk pola tertentu atau terlihat acak, maka dapat
disimpulkan bahwa data tidak mengandung heteroskedasitas.
4) Uji Autokorelasi
Berdasarkan hasil analisis autokorelasi, menunjukkan bahwa nilai
Durbin Watson sebesar 1,731. Nilai tersebut berada diantara -2 dan 2.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi di
antara data pengamatan.
8
Tabel 7. Model Summaryb
Model R R Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square Square the Estimate Watson
1 ,356a ,127 ,124 8,42935 1,731
a. Predictors: (Constant), Persepsi Matematika
b. Dependent Variable: Motivasi Belajar
Tabel 8. Coefficientsa
Model Unstandardized Standardize t Sig.
Coefficients d
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 42,446 2,923 14,521 ,000
Persepsi ,335 ,048 ,356 7,000 ,000
Matematika
a. Dependent Variable: Motivasi Belajar
6) Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model regresi linier
sederhana dapat digunakan untuk memprediksi motivasi belajar siswa (Y)
yang dipengaruhi oleh persepsi siswa tentang pelajaran matematika (X).
Uji F digunakan untuk menguji keberartian regresi. Berikut hasil
perhitungan menggunakan SPSS 21 for Windows.
9
Tabel 9. ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
1 Regression 3481,176 1 3481,176 48,993 ,000b
Residual 24016,215 338 71,054
8) Uji t
Berdasarkan perhitungan data untuk menguji konstanta dan
koefisien regresi, didapatkan nilai thitung untuk konstanta regresi
(a) = 14,521 dan thitung untuk koefisien regresi (b) = 7,000 (Tabel 8),
sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan
338 adalah 1,967. Berdasarkan hal tersebut maka thitung > ttabel yang berarti
harga konstanta (a) dan koefisien regresi (b) baik atau layak digunakan
untuk memprediksi variabel terikat dalam penelitian ini yakni motivasi
belajar siswa. Sehingga dalam hal ini Ho ditolak dan dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa tentang
pelajaran matematika dengan motivasi belajar siswa SMP Negeri di Kota
Mataram tahun ajaran 2018/2019.
10
9) Koefisien Determinasi pada Regresi
Dari hasil analisis data secara umum diperoleh koefisien
determinasi (R Square) untuk persepsi siswa tentang pelajaran matematika
sebesar 0,127 (Tabel 7). Ini menunjukkan bahwa besar pengaruh yang
diberikan persepsi siswa terhadap motivasi belajar siswa sebesar 12,7%.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dari analisis statistik deskriptif persepsi siswa
tentang pelajaran matematika siswa SMP di Kota Mataram adalah cukup baik
yang ditunjukkan oleh rata-rata nilai 60,31 dengan nilai maksimal 85,80 dan
nilai minimal 34,34.
Untuk motivasi belajar siswa SMP Negeri di Kota Mataram memiliki
rata-rata 62,65 sehingga dapat disimpulkan tingkat motivasi belajar siswa
SMP Negeri di Kota Mataram secara umum adalah sedang. Rata-rata nilai
persepsi siswa dan motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa persepsi
berbanding lurus dengan motivasi belajar siswa, dimana persepsi siswa
termasuk kriteria cukup baik dan motivasi termasuk kriteria sedang yang
mengindikasikan adanya pengaruh, yang dimana pengaruh secara signifikan
dianalisis dengan statistik inferensial.
Perhitungan analisis statistik inferensial menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan persepsi siswa tentang pelajaran matematika
terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri di Kota Mataram tahun ajaran
2018/2019. Selain itu hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang
linear positif yang dapat dilihat persamaan regeresinya yakni 𝑌 = 42,446 +
0,335𝑋, maksudnya jika persepsi siswa tentang pelajaran matematika
bertambah 1 satuan maka nilai motivasi belajar siswa akan bertambah 0,335
dari persepsi siswa dan ditambah 42,446 dari faktor lain yang mempengaruhi.
Hal ini berarti bahwa semakin baik persepsi siswa tentang pelajaran
matematika maka, semakin tinggi motivasi belajar siswanya. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Syaripah yang menyatakan adanya
pengaruh signifikan dari persepsi pembelajaran matematika terhadap motivasi
belajar siswa dalam bidang matematika.
Dari hasil perhitungan koefisien korelasi diketahui hubungan persepsi
siswa tentang pelajaran matematika dan motivasi belajar siswa SMP Negeri
Kota Mataram termasuk dalam tingkat hubungan yang rendah. Tingkat
hubungan yang rendah antar variabel dalam penelitian ini juga didukung oleh
persentasi besar pengaruh yang diberikan oleh varibael bebas (persepsi siswa
tentang pelajaran matematika) terhadap motivasi belajar siswa yakni 12,7%
11
yang berarti 87,3% dipengaruhi faktor lain. Berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan Githua dan Syaripah yang menunjukkan adanya hubungan
yang kuat antara persepsi siswa dan motivasi belajar siswa serta besar
pengaruh yang diberikan lebih besar dari penelitian ini. Hal tersebut dapat
terjadi karena adanya perbedaan persepsi siswa di Kenya, Bengukulu dan di
Mataram, mengingat persepsi adalah hal yang bersifat subjektif dan
berdasarkan perbedaan pengalaman belajar matematika siswa di sekolah
tempat mereka belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat De Vito (dalam Sobur)
bahwa persepsi dipengaruhi oleh teori kepribadian implisit yang berarti
kepribadian individual yang mempengaruhi bagaimana persepsinya terhadap
orang lain atau terhadap suatu objek.
Informasi persepsi tentang pelajaran matematika didapatkan dari dari
hasil pengisian kuesioner persepsi siswa tentang pelajaran matematika oleh
siswa sebagai responden. Kuesioner persepsi siswa tentang pelajaran
matematika terdiri atas pernyataan-pernyataan yang didasarkan pada
komponen-kompenen persepsi yang meliputi menerima/menyerap,
mengerti/memahami dan menilai/evaluasi. Pada komponen menyerap
diperoleh persentase 20,76% dimana kejelasan panca indera menerima materi
siswa 9,73%, cakupan penerimaan materi siswa 5,29% dan metode dalam
penerimaan materi siswa 5,74%. Sejalan dengan yang dikatakan Walgito,
bahwa persepsi terbentuk melaui proses penyerapan dan penerimaan terlebih
dahulu oleh panca indera untuk diamati [12]. Dari hasil penyerapan oleh alat-
alat indera tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan di
dalam otak.
Pada komponen mengerti/memahami diperoleh persentase 52,03%
dimana pada indikator menerjemahkan (translation) sebesar 13,33%,
indikator menafsirkan (interpretation) sebesar 14,16% dan indikator
mengeksplorasi (extrapolation) sebesar 24,54%. Menurut Hamka pada proses
memahami ini adalah setelah mendapat gambaran-gambaran dalam otak maka
gambaran tersebut diorganisir, diklasifikasi dan interpretasi sehingga
terbentuk pengertian atau pemahaman [13].
Kemudian untuk informasi motivasi belajar siswa diperolah kuesioner
yang terdiri dari penyataan-pernyataan yang didasarkan pada komponen
Attention (perhatian terhadap pelajaran), Confidence (kepercayaan diri), dan
Satisfaction (kepuasan diri). Pada komponen Attention diperoleh persentase
45,39% dimana siswa perhatian terhadap pelajaran yang meliputi rasa senang
terhadap pelajaran sebesar 21,73%, rasa ingin tahu sebesar 8,95% dan
perhatian terhadap tugas sebesar 14,71%. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Sardiman yang mengatakan bahwa motivasi ada pada diri seseorang
12
memiliki ciri-ciri tekun menghadapi tugas, menunjukkan minat terhadap
bermacam-macam masalah, senang mencari dan menemukan masalah soal-
soal [14].
Pada komponen Confidence diperoleh persentase 18,86% dimana siswa
mengalami rasa motivasi terendah pada kepercayaan diri yang meliputi
keyakinan akan keberhasilan sebesar 9,94% dan keyakinan akan kemampuan
diri sebesar 8,92%. Rendahnya kepercayaan diri seorang siswa mampu
mempengaruhi motivasi siswa. Sejalan dengan Majid yang mengatakan
bahwa alasan seseorang termotivasi karena cara siswa memandang diri
mereka sendiri yang dimaksud dalam hal ini adalah seperti kepercayaan diri,
harga diri maupun martabat. Hal ini menunjukkan faktor kepercayaan diri
salah satu faktor penting dalam memotivasi siswa, sehingga kepercayaan diri
siswa perlu ditingkatkan lagi.
Kemudian pada komponen Satisfaction diperoleh persentase 35,75%
dimana kepuasan siswa yang meliputi kepuasan terhadap hasil belajar sebesar
6,05%, keinginan untuk berprestasi sebesar 14,77%, kesenangan dalam
belajar sebesar 9,91%, kesenangan setiap mengikuti pelajaran sebesar 5,02%.
Hal ini sejalan dengan Majid, seseorang akan termotivasi karena adanya
kebutuhan mencapai hasil, adanya penghargaan, keinginan tentang kemajuan
dirinya dan kepuasan akan kinerjanya sendiri.
13
faktor lain diluar penelitian ini yang dapat mempengaruhi motivasi belajar
siswa.
3) Informasi tentang persepsi siswa tentang pelajaran matematika dan motivasi
belajar siswa didapatkan dari hasil pengisian kuesioner. Pada persepsi siswa
tentang pelajaran matematika diperoleh persentase untuk komponen menyerap
sebesar 20,76%, komponen mengerti/memahami sebesar 52,03% dan
komponen menilai/evaluasi sebesar 27,21%. Sedangkan motivasi belajar
siswa diperoleh persentase untuk komponen Attention sebesar 45,35%,
komponen Confidence sebesar 18,86% dan komponen Satisfaction sebesar
35,75%.
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, diketahui
bahwa persepsi siswa tentang pelajaran matematika merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Maka dapat dikemukakan
saran sebagai berikut:
1) Bagi siswa, diharapkan pada siswa untuk memandang atau berpersepsi
lebih baik (positif) tentang pelajaran matematika agar lebih termotivasi
dalam belajar matematika.
2) Bagi guru, hendaknya guru membangun persepsi siswa lebih baik lagi agar
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara menggunakan
metode yang inovatif dalam menyampaikan pelajaran matematika.
3) Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan penelitian yang lebih luas dan mendalam
serta berusaha mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
motivasi belajar siswa. Selain itu, peneliti diharapkan dapat lebih
menertibkan siswa saat pengambilan data.
V. DAFTAR PUSTAKA
14
[5] Emda, A. 2017. Kedudukan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran.
Lantanida Journal. Vol. 5(2):3-196. Diakses dari http://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/lantanida/article/view/2838 pada tanggal
02 Desember 2018.
[9] Ningsih, S & Dakulang H. 2019. Penerapan Metode Suksesif Interval pada
Analsis Regresi Linier Berganda. Jambura Journal of Mathematics. Vol.
1(1):43-53. Diakses dari
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjom/article/view/1742/1270 pada
tanggal 8 Mei 2019.
[14] Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
15