Anda di halaman 1dari 3

PERCOBAAN 1

PEMBUATAN SIMPLISIA

A. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa mampu melakukan pembuatan
simplisia

B. TINJAUAN PUSTAKA
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan
untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain
suhu pengeringan tidak lebih dari 60oC (BPOM, 2014).
Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia yang tidak
mengandung bahaya kimia, mikrobiologis, dan bahaya fisik, serta mengandung
zat aktif yang berkhasiat. Ciri simplisia yang baik adalah dalam kondisi kering
(kadar air < 10%), untuk simplisia daun, bila diremas bergemerisik dan berubah
menjadi serpihan, simplisia bunga bila diremas bergemerisik dan berubah
menjadi serpihan atau mudah dipatahkan, dan simplisia buah dan rimpang
(irisan) bila diremas mudah dipatahkan. Ciri lain simplisia yang baik adalah
tidak berjamur, dan berbau khas menyerupai bahan segarnya (Herawati, Nuraida,
dan Sumarto, 2012).
Standarisasi suatu simplisia tidak lain pemenuhan terhadap persyaratan
sebagai bahan dan penetapan nilai berbagai parameter dari produk seperti yang
ditetapkan sebelumnya. Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa
simplisia yang akan digunakan yang tercantum dalam monografi terbitan resmi
Departemen Kesehatan (Materia Medika Indonesia). Sedangkan sebagai produk
yang langsung dikonsumsi (serbuk jamu dsb.) masih harus memenuhi
persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan peraturan yang berlaku. (Depkes
RI, 2000).
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut:
1. Pengumpulan bahan baku: kualitas bahan baku simplisia sangat dipengaruhi
beberapa faktor, seperti : umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu
panen, bagian tumbuhan, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh.
2. Sortasi basah: Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan asing lainnya setelah dilakukan pencucian dan perajangan.
3. Pencucian: dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran
lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air
bersih.
4. Perajangan
5. Pengeringan: mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu
atau perusakan simplisia.
6. Sortasi kering: tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain
yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
7. Pengepakan
8. Penyimpanan dan pemeriksaan mutu (Depkes, 1985).

C. ALAT DAN BAHAN

No No
Nama Alat dan bahan Nama Alat dan bahan
. .
1 pisau 12 Daun seledri
2 telenan 13 batang brotowali
3 tampah 14 herba pegagan
4 oven 15 bunga rosella
5 wadah plastik 16 temulawak
6 wadah untuk meniriskan 17 daun jambu biji
7 plastik 18 silika gel kemasan kecil
8 tisu
9 sarung tangan
10 masker
11 kertas label

D. CARA KERJA
Pembuatan simplisia

1. Pengumpulan bahan basah sebagai bahan baku simplisia


2. Bahan baku simplisia disortasi basah untuk memisahkan kotoran dari
bahan
3. Bahan kemudian ditimang dan dicatat
4. Bahan kemudian dicuci dan ditiriskan
5. Bahan dirajang menggunakan pisau sampai ukuran yang diinginkan
6. Bahan ditempatkan dalam wadah/ tampah untuk kemudian dikeringkan
dalam oven atau di bawah sinar matahari.
7. Pastikan bahan sudah tidak basah ketika akan dimasukkan ke dalam
oven
8. Setelah kering simplisia ditimbang kemudian dilakukan pengamatan
terhadap bentuk, warna, bau, dan rasa
9. Bahan dikemas dalam plastik dan disimpan.
10. Jangan lupa ambil beberapa simplisia digunakan sebagai contoh

E. PUSTAKA ACUAN :
1. BPOM, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat
Tradisional, Bpom: Jakarta.
2. Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,
Departemen
3. Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 9-16.
4. Depkes RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia,
Depkes: Jakarta.
5. Herawati, Nuraida, dan Sumarto, 2012, Cara Produksi Simplisia Yang
Baik, Seafast
Center, Bogor, 10-11.
6. MenKes, 2009, Keputusan Menteri Kesehatan RI No 261 tentang
Farmakope He rbal edisi pertama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai