Anda di halaman 1dari 25

1

8 OLEH

9 KELOMPOK 4

10 1.RAHMI YETTY 16 6.DINNI EKA PUTRI

11 2.PRIMA SYANUR 17 7.SRI WAHYUNI

12 3.ADRI SUSNITA 18 8.SEPTRI REVONA YUNITA

13 4.ZULKARNAINI 19 9.LIZA MONA PUTRI

14 5.DIAN SARTIKA SANDRA 20 10.AMALIA

15

21

22 Dosen Pembimbing :Ns.Firmaneni S.Kep


23 AKADEMI KEPERAWATAN NABILA
24 PADANG PANJANG
25 2009

1 0
26 KATA PENGANTAR
27 Puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah S.W.T yang mana telah
28melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami telah dapat
29menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
30KLIEN DENGAN PIELONEFRITIS ”.
31
32 Dan terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
33membantu kami dalam pembuatan makalah ini ,terutama kepada ibu Ns.
34Firmaneni ,S .kep selaku dosen Keperawatan medical Bedah III AKADEMI
35KEPERAWATAN NABILA PADANG PANJANG.Sehingga dengan bantuan
36beliau lah makalah ini dapat kami selesai kan dengan baik.
37
38 Kami menyadari kalau makalah ini belum sempurna ,untuk itu
39kami berharap segala saran dan kritik dari para pembaca semua,demi
40kesempurnaan makalah ini atau setidak-tidaknya kekurangan yang ada dalam
41makalah ini dapat tertutupi .Oleh sebab itu kami minta maaf kepada pembaca
42semua atas kekurangan dan kesalahan tersebut .
43
44 Kami sangat berharap makalah ini dapat dijadikan pedoman atau
45menambah pengetahuan bagi para pembaca semua ,dan untuk menghindari
46permasalahan yang dapat merugikan suatu saat makalah ini ,dapat didiskusikan
47sehingga apa yang kita inginkan dapat tercaoai dengan baik.
48
49
50
51
52
53
54 Padang panjang, April 2009
55
56
57 Kelompok 4

2 1
58

59 DAFTAR ISI
60Kata Pengantar ………………………………….................... 1
..................

63Bab I Pendahuluan ........................................................................ 3


........................................................................
65 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 3
........................................................................
........................................................................
68 1.2 Rumusan Maslh ........................................................................ 3
........................................................................
70 1.3 Tujuan
71 1.3.1 Tujuan Umum............................................................ 3
........................................................................
73 1.3.2 Tujuan Khusus........................................................... 3
........................................................................
75 1.4 Manfaat Laporan
76 1.4.1 Bagi Mahasiswa......................................................... 4
........................................................................
78 1.4.2 Bagi Pendidikan......................................................... 4
........................................................................
80 1.4.3 Bagi Lahan................................................................. 4
81Bab II ANATOMI FISIOLOGI
82Bab III Tinjauan Teoritis
83 3.2 KONSEP DASAR
84 3.1 Defenisi ........................................................................ 5
85 3.2 Klasifikasi ........................................................................ 5
86 3.3 Etiologi ........................................................................ 5
87 3.4 Patofisiologi ........................................................................ 7
88 3.5 Manifestasi klinik ...................................................................... 7
89 3.7 Komplikasi ........................................................................ 7
90 3.8 WOC ........................................................................ 8
91 3.9 Pemeriksaan diagnostik.............................................................. 9
92 3.9 Penatalaksanaan ........................................................................ 10
........................................................................
94 .
95Bab IV
96Askep teoritis
97 4.1 pengkajian ....................................................................... 13
98 4.2 diagnosa ........................................................................ 16
99 4.3 interfensi ........................................................................ 17
........................................................................

3 2
101 4.4 implementasi ........................................................................ 22
102 4.5 evaluasi ........................................................................ 22
103PENUTUP
104 4.1Kesimpulan……………………………………………………………..............23
1054.2 Saran ………………………………………………………………….............23
............
............
............
109Daftar Pustaka
110
111
112
113
114
115
116
117 BAB I
118 PENDAHULUAN
119
1201.1 Latar belakang
121 Dengan meningkatnya standar mutu dan kebutuhanakan kualitas
122 pelayanan kesehatan di Indonesia,para perawat patut membekali diri dan
123 lebih memahami mengenai berbagai macam penyakit yang sangat sering
124 ditemukan pada masyarakat Dan dimana penyakit tersebut tidak akan lepas
125 dari penyakit keturunan ,menular dan gaya hidup,penyakit tersebut selalu
126 ada di temui pada komunitas di setiap tempat / daerah.
127 PIELONEFRITIS adalah salah satu bentuk penyakit karena pola hidup
128 yang tidak sehat yang banyak ditemui dimasyarakat
129 Oleh karena itu berdasarkan alasan diatas maka kami mengambil latar
130 belakang mengenai gastritis dalam pembuatan makalah ini.
131
1321.2 Rumusan masalah
133 Dari uraian atar belakang diatas maka kami menetapkan rumusan
134 masalah dalam makalah ini tentang bagaimana bentuk bentuk penyakit
135 pielonefritis dan bagaimana cara pencegahaanya serta pangobatanya .
136
1371.3 Tujuan
1381.3.1 Tujuan umum
139 Memenuhi tugas keperawatan Keperawatan medikal bedah III Tahun
140 Ajaran 2009/2010 Tentang pielonefritis
1411.3.2 Tujuan Khusus
142  Sebagai Dasar Pengetahuan Dari Pembelajaran KMB III
143  Menambah pengetahuan dan wawasan menenai pielonefritis yang
144 sering ditemui pada masyarakat.
145

4 3
1461.4 Manfaat laporan
1471.4.1 bagi mahasiswa
148 Menambah wawasan dan Meningkatkan pemahaman tentang
149 penyakit pankreatitis yang sering ditemuksn pada komunitas dan lebih
150 meningkatkan motivasi mahasiswa untuk lebih belajar keras untuk
151 menambah pengetahuan,sehingga mampu untuk berkompetensi didunia
152 pendidikan.
1531.4.2.bagi pendidikan
154 Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam proses
155 belajar keperawatan Medikal bedah III.
1561.4.3 Bagi lahan
157 Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa AKPER NABILA dalam rangka
158menambah pengetahuan mengenai PIELONEFRITIS untuk meningkatkan
159pengetahuan dalam bidang keperawatan bagi profesi keperawatan .
160
161
162
163 BAB III
164 ANATOMI FISIOLOGI
165

166 Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang
167fungsinya membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan
168membentuk kemih dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke
169kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi kemih dan
170urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar tubuh
171sewaktu berkemih.

172 Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung
173lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk
174tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua
175ginjal normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.

176 Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5


177cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150
178gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal
179dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri
180karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan
181medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya
182sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan
183ureter.

184 Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah


185pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke

5 4
186arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara
187serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila
188kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal
189ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.

190 Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih
191ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung
192kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas
193kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung
194kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria,
195atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat
196kavum douglasi.

197 Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem
198reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan
199bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra
200internal dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat
201ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan external pada uretra,
202sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali
203pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.

204

205

206

207

208

209

210

211

212

213

214

215

6 5
216

217

218

219

220

221

222

223
224 BAB II
225 TINJAUAN TEORITIS
2262.1 PENGERTIAN

227 Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada salah satu atau kedua ginjal. .

228 ( Arief Mansjoer, 2000)

229 Pielonefritis adalah kerusakan intersisial ginjal yang disebabkan oleh


230infeksi bakteri escerica coli, yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus
231urinarius mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara
232asenden dari traktus urinarius dari bagian bawah lewat ureter ke ginjal.

233 (guyiton dan hall,)

234 Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri


235piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal.

236 (Price, Sylvia Andrson. (1995).

2372.2 ETIOLOGI

238 Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus
239besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan
240penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit.

241 Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih.

7 6
242 Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah
243oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan
244ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.

245 Nefropati refluks, uropati obstruktif, dimana keduanya dapat disertai


246komplikasi berupa infeksi. Bila nefritis interstisial kronis merupakan akibat
247langsung dari infeksi kronis, maka dinamakan “pielonefritis kronis”.
248Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.

249 Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal


250adalah:
251- kehamilan
252- kencing manis
253- keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh
254untuk melawan infeksi.( Arief Mansjoer, 2000)

2552.3 KLASIFIKASI

256 1. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens.
257 Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi
258 dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal.

259 2. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya
260 dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks
261 vesikoureter.

262 (Brunner & Suddart, 2001:1348)

2632.4 TANDA DAN GEJALA KLINIS

264 Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di
265punggung bagian bawah, mual dan muntah.

266 Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian


267bawah, yaitu sering berkemih dan nyeri ketika berkemih.

268 Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut
269berkontraksi kuat. Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri
270hebat yang disebabkan oleh kejang ureter.

271 Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena
272lewatnya batu ginjal. Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat
273ringan dan lebih sulit untuk dikenali.

8 7
274 Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan
275demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali.

276 Pielonefritis kronis hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan
277utama, seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau arus balik
278air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil).
279Pielonefritis kronis pada akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal tidak dapat
280berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal). (Brunner & Suddart, 2001:1339)

281

282

283 Tanda dan gejala:

284Ø Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak


285mempunyai gejala yang spesifik.

286Ø Adanya keletihan.

287Ø Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.

288Ø Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria,
289pyuria dan kepekatan urin menurun.

290Ø Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal
291ginjal

292.Ø Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.

293Ø Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada
294jaringan.

295Ø Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi

296 Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip dengan


297pielonefritis akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan akhirnya dapat
298menyebabkan gagal ginjal.

2992.5 KOMPLIKASI

300@ Pembentukan Abses ginjal atau perirenal

301@ Gagal ginjal

9 8
302PATOFISIOLOGI

303Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :


304a.Penyebaran endogen yaitu kontak langsung daro tempat terdekat.
305b.Hematogen.
306c.Limfogen.
307d.Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.

308Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya pielonefritis yaitu :

309 Bendungan aliran urine.


3101)Anatomi konginetal.
3112)Batu saluran kemih.
3123)Oklusi ureter (sebagian atau total).Refluks vesi ke ureter. Urine sisa dalam buli-
313buli karena :
3144)Neurogenik bladder.
3155)Striktur uretra.
3166)Hipertropi prostat.

317 Gangguan metabolik.


3187)Hiperkalsemia.
3198)Hipokalemia
3209)Agamaglobulinemia.

321 Instrumentasi
32210)Dilatasi uretra sistoskopi. Kehamilan
32311)Faktor statis dan bendungan.
32412)PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.

325 Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak
326lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan
327imunosupresi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dengan cara
328mengganggu mekanisme normal

329 Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens.
330Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat
331terjadi di satu atau di kedua ginjal.
332Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai
333pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter.

3342.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG

335Urinalisis

10 9
3361)Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
3372)Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
338Bakteriologis

3391)Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.


340 102 – 103 organisme

3412)Biakan bakteri koliform/mL urin plus piuria.


3423)Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik

343Pemeriksaan IVP, Cystoscopy, cultur urin, biopsi ginjal

344 (Dongoes, 2000).

345

3462.9 PENATALAKSANAAN MEDIS

347 a.Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram
348negatif.

349 b.Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks,


350maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah
351tersebut.

352 c.Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
353membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus
354membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra
355oleh bakteri faeces.

356 (Hudak dan Gallo, 1996).

357Pencegahan Pyelonefritis :

358 1 Kebersihan perineal

359 2 Membuat urin lebih asam

360 3 Intake cairan yang cukup dan deteksi dini terhadap adanya uretritis:·

361 @ Menyelesaikan program terapi antibiotik·

362 @ Follow-up kultur untuk memastikan jenis bakteri.

363Diagnosa

11 10
364
365 Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas.
366Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis
367adalah:
368- pemeriksaan air kemih dengan mikroskop
369- pembiakan bakteri dalam contoh air kemih untuk menentukan adanya
370bakteri.
371USG dan rontgen bisa membantu menemukan adanya batu ginjal, kelainan
372struktural atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya.

374Pengobatan
375
376 Segera setelah diagnosis ditegakkan, diberikan antibiotik.
377Untuk mencegah kekambuhan, pemberian antibiotik bisa diteruskan selama 2
378minggu.
3794-6 minggu setelah pemberian antibiotik, dilakukan pemeriksaan air kemih
380ulang untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil diatasi.
381Pada penyumbatan, kelainan struktural atau batu, mungkin perlu dilakukan
382pembedahan.
383
384Pencegahan
385
386 Seseorang yang sering mengalami infeksi ginjal atau penderita yang
387infeksinya kambuh setelah pemakaian antibiotik dihentikan, dianjurkan untuk
388mengkonsumsi antibiotik dosis rendah setiap hari sebagai tindakan
389pencegahan.
390Lamanya pengobatan pencegahan yang ideal tidak diketahui, tetapi seringkali
391dihentikan setelah 1 tahun. Jika infeksi kembali kambuh, maka pengobatan ini
392dilanjutkan sampai batas waktu yang tidak dapat ditentukan

393

394

395

396

397

398

399

12 11
400

401

402

403

404

405

406

407

408

409

410 Bab III


411 ASUHAN KEPERAWATAN
412

4133.I PENGKAJIAN KEPERAWATAN

414A.PENGKAJIAN

4151. Identitas .

416 pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat
417tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan. Dimana beberapa faktor
418tersebut dapat menempatkan klien pada resiko pada pielonefritis.

4192.Keluhan utama

420 nyeri hampir selalu merupakan keluhan yang diberikan oleh pasien dan
421nyeri dapat terjadi di epigastrium, abdomen bawah atau terlokalisir pada daerah
422torasika posterior dan lumbalis. Nyeri bisa ringan atau parah atau biasanya
423menetap dan tidak bersifat kram (Sabiston, 1994).

13 12
4243.Riwayat kesehatan

425- Riwayat penyakit sekarang

426 riwayat kesehatan juga mencakup pengkajian yang tetap tentang nyeri,
427lokasi, durasi, faktor-faktor pencetus dan hubungan nyeri dengan makanan,
428postur, minum alkohol, anoreksia, dan intoleransi makanan (Hudak dan Gallo,
4291996).

430-Riwayat penyakit lalu

431· Kaji apakah pernah mendapat intervensi pembedahan seperti


432colecystectomy, atau prosedur diagnostik seperti EKCP. Kaji apakah pernah
433menderita masalah medis lain yang menyebabkan pankreatitis meliputi :

434- ulkus peptikum

435- gagal ginjal

436- vaskular disorder

437- hypoparathyroidism

438- hyperlipidemia

439· Kaji apakah klien pernah mengidap infeksi virus dan buat catatan obat-obatan
440yang pernah digunakan (Donna D, 1995).

441-Riwayat kesehatan keluarga

442kaji riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol, mengidap pankreatitis dan


443penyakit biliaris (Donna D, 1995).

4444. Pengkajian psikososial

445 penggunaan alkohol secara berlebihan adalah hal yang paling sering
446menyebabkan pankreatitis akut. Perlu dikaji riwayat penggunaan alkohol pada
447klien, kapan paling sering klien mengkonsumsi alkohol. Kaji apakah klien pernah
448mengalami trauma seperti kemtian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan yang
449berkontribusi terhadap peningkatan penggunaan alkohol. (Donna D, 1995)

4505 Pola aktivitas

451 Perlu mengkaji status nutrisi klien dan cacat faktor yang dapat
452menurunkan kebutuhan nutrisi (Suzanna Smletzer, 1999).

14 13
453B. Pemeriksaan fisik

454a. Tanda-tanda vital

4551)Palpasi kandung kemih


4562)Inspeksi daerah meatus
457a)Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
458b)Pengkajian pada costovertebralis.

459b. Sistem gastrointestinal

460 Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri abdomen. Juga terdapat distensi
461abdomen bagian atas dan terdengar bunyi timpani. Bising usus menurun atau
462hilang karena efek proses peradangan dan aktivitas enzim pada motilitas usus.
463Hal ini memperberat ketidakseimbangan cairan pada penyakit ini.Pasien dengan
464penyakit pankreatitis yang parah dapat mengalami asites, ikterik dan teraba massa
465abdomen (Huddak & Gallo, 1996).

466c. Sistem cardiovaskular

467Efek sistemik lainnya dari pelepasan kedalam sirkulasi adalah vasodilatasi perifer
468yang pada gilirannya dapat menyebabkan hipotensi dan syok.

469Penurunan perfusi pankreas dapat menyebabkan penurunan faktor depresan


470miokardial (MDF). Faktor depresan miokardial diketahui dapat menurunkan
471kontraktilitas jantung. Seluruh organ tubuh kemudian terganggu (huddak &
472Gallo, 1996).

473d. Sistem sirkulasi

474Resusitasi cairan dini dan agresif diduga dapat mencegah pelepasan MDF.
475Aktivasi tripsin diketahui dapat mengakibatkan abnormalitas dalam koagulitas
476darah dan lisis bekuan. Koagulasi intravaskular diseminata dengan keterkaitan
477dengan gangguan perdarahan selanjutnya dapat mempengaruhi keseimbangan
478cairan (Sabiston, 1994).

479e. Sistem respirasi

480Pelepasan enzim-enzim lain (contoh fosfolipase) diduga banyak menyebabkan


481komplikasi pulmonal yang berhubungan dengan pankretitis akut. Ini termasuk
482hipoksemia arterial, atelektasis, efusi pleural, pneumonia, gagal nafas akut dan
483sindroma distress pernafasan akut (Huddak & gallo, 1996).

484f. Sistem metablisme

15 14
485Komplikasi metabolik dari pankreatitis akut termasuk hipokalsemia dan
486hiperlipidemia yang diduga berhubungan dengan daerah nekrosis lemak disekitar
487daerah pankreas yang meradang. Hiperglikemia dapat timbul dan disebabkan oleh
488respon terhadap stress. Kerusakan sel-sel inset langerhans menyebabkan
489hiperglikemia refraktori. Asidosis metabolik dapat diakibatkan oleh hipoperfusi
490dan aktivasi hipermetabolik anaerob (Huddak & Gallo,1996).

491g. Sistem urinari

492Oliguria, azotemia atau trombosis vena renalis bisa menyebabkan gagal ginjal
493(Sabiston, 1994).

494h. Sistem neurologi

495Kaji perubahan tingkah laku dan sensori yang dapat berhubungan dengan
496penggunaan alkohol atau indikasi hipoksia yang disertai syok (Donna D, 1995)

497i. Sistem integumen

498Membran mukosa kering, kulit dingin dan lembab, sianosis yang dapat
499mencerminkan dehidrasi ringan sampai sedang akibat muntah atau sindrom
500kebocoran kapiler.

501Perubahan warna keunguan pada panggul (tanda turney grey) atau pada area
502periumbilikus (tanda cullen) terjadi pada nekrosis hemoragik yang luas (Sandra
503M, 2001).

504

505C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

506a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

507b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan mual muntah

508c. Defisit volume cairan berhubungan dengan diaphoresis, mual, muntah

509e. Resiko infeksi berhubungan dengan imobilisasi, proses inflamasi, akumulasi


510cairan

511f. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

16 15
512RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN / KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN HASIL
1. NyerI Berhubungan Tujuan : Nyeri hilang atau 1. Selidiki keluhan 1.Pengkaji dan pengendalian
Dengan Proses Inflamasi terkontrol dalam rentang waktu verbal nyeri, lihat lokasi rasa nyeri sangat penting karena
3x24 jam dan intensitas khusus kegelisahan pasien
KD: (skala 0 -10). Catat faktor- meningkatkan metabolisme
Kriteria hasil : faktor yang meningkatkan tubuh yang akan menstimulasi
 Klien dan mengurangi nyeri. sekresi enzim-enzim pankreas
mengatakan nyeri  Pasien menyatakan dan lambung
 Klien tampak nyeri hilang/terkontrol 2 Pertahankan tirah baring
meringis  Klien tampak rileks selama serangan akut. 2. menurunkan laju metabolik
Berikan lingkungan yang dan rangsangan/ sekresi GI
 Peningkatan  Pasien mengikuti tenang. sehingga menurunkan aktivitas
denyut nadi program terapeutik pancreas
3 Ajarkan teknik distraksi
 menunjukkan metode relaksasi 3.mengalihkan perhatian dapat
mengurangi nyeri meningkatkan ambang nyeri/
4 Pertahankan lingkungan mengurangi nyeri.
bebas lingkungan berbau.
4.rangsangan sensori dapat
 ttv dalam batas 5. Kolaborasi pemberian mengaktifkan enzim pankreas,
normal(nadi=60-80 x/I analgesik narkotik, contoh meningkatkan nyeri.
meferidin (demerol).
5.meferidin biasanya efektif
6. siapkan untuk intervensi

17
bedah bila diindikasikan.
pada penghilangan nyeri

6.bedah eksplorasi mungkin


diperlukan pada adanya nyeri/
komplikasi yang tak hilang pada
trakts billier.
2 Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Berhubungan 1. .Kaji abdomen, catat 1.Distensi usus dan atoni usus serin
Dengan Mual Muntah tujuan : kebutuhan nutrisi klien adanya/ karakter bising terjadi, mengakibatkan
terpenuhi setelah dilakukan usus, distensi abdomen penurunan/ tak adanya bising
KD: intervensi keperawatan selama dan keluhan mual usus
2×24 jam.
 BBmenurun .2. Berikan perawatan oral 2.menurunkan rangsangan muntah
 Klien tampak Kriteria hasil : hygiene
mual dan muntah 3. kebiasaan diet sebelumnya
 Menunjukkan 2. Bantu pasien dlam mungkin tidak memuaskan pada
 Konjungtiva peningkatan berat pemilihan makanan/ pemenuhan kebutuhan saat ini
anemis badan cairan yang memenuhi untuk regenerasi jaringan dan
 Tidak mengalami kebutuhan nutrisi dan penyembuhan.
 Turgor kulit jelek malnutrisi pembatasan bila diet
dimulai. 4. steatorea terjadi karena
 Mual dan muntah 3. Observasi warna/ pencernaan lemak tak sempurna.
berhenti konsistensi/ jumlah feses.
Catat konsistensi lembek/ 5. deteksi dini pada penggunaan
 Turgor kulit baik bau busuk. glukosa tak adekuat dapat
mencegah terjadinya ketoasidosis.
 Konjung tiva tidak 5. Tes urine untuk gula dan
aseton 6.kebutuhan penggantian seperti

18
anemis
6.Kolaborasikan pemberian metabolisme lemak terganggu,
vitamin ADEK penurunan absorbsi/ vitamin larut
dalam lemak.

19
3 Pola pernafasan yang Tujuan : volume cairan tubuh 1. Awasi tekanan darah 1. penurunan curah jantung/
tidak efektif pasien terpenuhi setelah dan ukur CVP bila ada perfusi organ buruk sekunder
berhubungan, infiltrat dilakukan intervensi terhadap episode hipotensi
pulmoner keperawatan selama 1×24 jam. dapat mencetuskan luasnya
komplikasi sistemik.
KD: Kriteria Hasil : 2. Ukur masukan dan
haluaran cairan 2. Indikator kebutuhan
Nafas sesak  mempertahankan hidarasi termasuk muntah atau penggantian/ keefektifan terapi
kuat, aspirasi gaster, diare.
Klien tampak gelisah  tanda-tanda vital adekuat 3. Timbang berat badan 3. penurunan berat badan
sesuai dengan menunjukkan hipovolemia.
Frekuensi nafas 25 x/i  konjungtiva tidak anemis indikasi
4. perpindahan cairan atau edema
 kesadaran baik 4. Observasi dan catat terjadi sebagai kibat
edema perifer dan peningkatan permeabilitas
dependen vaskuler, retensi natrium, dan
penurunan tekanan koloid pada
5. Auskultasi bunyi kompartemen intravaskuler.
jantung, catat frekuensi 5. perubahan jantung/ disritmia
dan irama dapat menunjukkan
hipovolemia
dan/ketidakseimbangan
elektrolit, umumnya
6. Kolaborasi pemberian hipokalemia/ hipokalsemia
cairan sesuai indikasi
contoh cairan garam 6. cairan garam faal dan albumin
faal, albumin, produk dapat digunakan untuk
Pola pernafasan yang darah/ darah, dekstran mengikatkan mobilisasi cairan
4 tidak efektif

20
1. Kaji status pernafasan kembali kedalam area vaskuler.
berhubungan imobilisasi Tujuan : perbaikan fungsi (frekuensi, pola, suara
akibat rasa nyeri yang respiratorius dalam rentang nafas) pulsa oksimetri 1) pankreatitis akut
hebat, infiltrat pulmoner, waktu 1x24 jam dan gas darah arteri menyebabkan
efusi pleura dan edemaretroperitonial,
atelektasis Kriteria hasil: 2. Pertahankan posisi elevasi diafragma, efusi
semi fowler pleura dan ventilasi paru
 pola pernafasan klien tidak adekuat.
kembali normal
 klien tampak rileks 2) penurunan tekanan pada
3. Beritahukan dan diafragma dan
 frekuensi nafas dalam dorong pasien untuk memungkinkan
batas normal (12-20x/i) melakukan nafas dalam
dan batuk setiap jam 3) ekspansi paru yang
sekali.. lebih besar.menarik
nafas dalam dan batuk
akan membersihkan
saluran nafas dan
4. Bantu pasien membalik mengurangi atelektasis.
tubuh dan mengubah
posisi tiap 2 jam sekali.

4) Pengubahan posisi
sering membantu aerasi
dan drainase semua
lobus paru.

21
5134.5 implementasi
514
515 Setelah rencana tindakan ditetapkan sesuai dengan kebutuhan ,selanjutnya
516adalah melaksanakan intervensi tersebut
517
518
519
520
5214.6 evaluasi
522
523 setelah dilaksanakan tindakan maka selanjutnya adalah melihat sejauh mana
524 keberhasilan dari intervensi tersebut untuk mengatasi masalah pasien.
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
548

549
550
551
552
553
554

22
555

556 PENUTUP
5573.1 kesimpulan
558 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seiring perkembangan jaman
559maka semakin komplit pula masalah atau semakin banyak tantangangan yang harus
560dihadapi profesi keperawatan pada umumnya dan dalam bidang pendidikan
561khususnya untuk itu kita harus lebih memperkaya wawasan dengan berbagai macam
562bentuk penyakit yang ada di masyarakat khususnys penyskit pankreatitis
563
5643.2 saran
565  Untuk menghadapi kemajuan dan tantangan dalam bersaing didunia
566 keperawatan kita harus lebih giat dalam menggali ilmu,informasi dan
567 mencari pengalaman ,sehingga kita dapat memberikan perawatan
568 sesuai kebutuhan pasien
569  Kita harus menjaga diri khususnya dalam kehidupan sehari –hari
570 dengan tidak minim –minuman berakhohol,tidak merokok dan tidak
571 menggunakan obat-obatan,serta makan teratur dan mengurangi stress
572 agar tehindar dairi penyakit pankreatitis
573  Setelah diadakanya berbagai bentuk promosi kesehatan
574 dikomunitas ,diharapkan angka penderita pankreatitis dapat
575 berkurang .
576
577
578
579
580
581
582
583
584
585
586
587
588
589
590
591
592
593
594
595
596
597
598

23
599
600
601 DAFTAR PUSTAKA
602
603Brunner Dan Suddart ,2002,Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah ,Edisi 8,Vol
6041, Jakarta :EGC
605Doengoes ,Marilyn E.1999 I Rencana Keperawatan Edisi Iii,Jakarta ;EGC.

606Long Dan Barbara ,1996.Perawatan Mediksl Bedah ,Bandung :Yayasan Iapk

607Mansjoer,Arif .2000. Kapita Selekta Kedokteran .Jakarta .Media Aescolapius

608Noer, Sjaifoellah .1996 .Ilmu Penyakit Dalam .Jakarta .Balai Penerbit. Fkui .

609

610

611

612

24
613

25 24

Anda mungkin juga menyukai