Anda di halaman 1dari 14

 

     A.    Konsep Dasar Penyakit

1.      Pengertian

Solusio Placenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan placenta dari implantasi


normalnya (korpus uteri) sebelum janin lahir, dengan disertaiperdarahan pervaginam pada
usia kehamilan 20 minggu atau berat janin di atas 500 gram.

2.      Epidemiologi

Insiden solusio plasenta bervariasi antara 0,2-2,4 % dari seluruh kehamilan. Literatur
lain menyebutkan insidennya 1 dalam 77-89 persalinan, dan bentuk solusio plasenta berat
1 dalam 500-750 persalinan. Slava dalam penelitiannya melaporkan insidensi solusio
plasenta di dunia adalah 1% dari seluruh kehamilan. Di sini terlihat bahwa tidak ada angka
pasti untuk insiden solusio plasenta, karena adanya perbedaan kriteria menegakkan
diagnosisnya.

Penelitian Cunningham di Parkland Memorial Hospital melaporkan 1 kasus dalam 500


persalinan. Tetapi sejalan dengan penurunan frekuensi ibu dengan paritas tinggi, terjadi
pula penurunan kasus solusio plasenta menjadi 1 dalam 750 persalinan. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan Deering didapatkan 0,12% dari semua kejadian solusio plasenta
di Amerika Serikat menjadi sebab kematian bayi. Penelitian retrospektif yang dilakukan
oleh Ducloy di Swedia melaporkan dalam 894.619 kelahiran didapatkan 0,5% terjadi
solusio plasenta.

Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto
Mangunkusumo (RSUPNCM) Jakarta didapat angka 2% atau 1 dalam 50 persalinan.
Antara tahun 1968-1971 solusio plasenta terjadi pada kira-kira 2,1% dari seluruh persalinan,
yang terdiri dari 14% solusio plasenta sedang dan 86% solusio plasenta berat. Solusio
plasenta ringan jarang didiagnosis, mungkin karena penderita terlambat datang ke rumah
sakit atau tanda-tanda dan gejalanya terlalu ringan sehingga tidak menarik perhatian
penderita maupun dokternya.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Suryani di RSUD. DR. M. Djamil Padang dalam
periode 2002-2004 dilaporkan terjadi 19 kasus solusio plasenta dalam 4867 persalinan
(0,39%) atau 1 dalam 256 persalinan.

3.      Etiologi

Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang menjadi predisposisi :

1.      Faktor kardio-reno-vaskuler

Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia


dapat menyebabkan solution plasenta. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa
terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang
hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik dan sisanya hipertensi yang
disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan dengan
adanya hipertensi pada ibu.

2.      Faktor trauma

Trauma yang dapat terjadi antara lain :

  Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.

  Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar
atau tindakan pertolongan persalinan.

  Trauma langsung, seperti terjatuh atau terkena tendangan

3.      Faktor usia ibu

Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya


peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat
diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

4.      Faktor penggunaan kokain


Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan
pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasmepembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta.
Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada
ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-35%.

5.      Faktor kebiasaan merokok

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa
abnormalitas pada mikrosirkulasinya.

6.      Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio
plasenta sebelumnya.

7.      Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava
inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan.

8.      Patofisiologi

Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis dan
terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh darah miometrium
atau plasenta, dengan berkembangnya hematom subkhorionik terjadi penekanan dan
perluasan pelepasan plasenta dari dinding uterus.

Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak jaringan
plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta gejala dan tandanya
pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan
plasenta didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama
yang berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus/tidak
terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh kehamilan tidak mampu berkontraksi
untuk membantu dalam menghentikanperdarahan yang terjadi. Akibatnya hematom
subkhorionik akan menjadi bertambah besar, kemudian akan medesak plasenta
sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta akan terlepas dari implantasinya di
dinding uterus. Sebagian darah akan masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga keluar
melalui vagina, darah juga dapat menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau
mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot miometrium. Apabila ekstravasasinya
berlangsung hebat akanterjadi suatu kondisi uterus yang biasanya disebut dengan
istilah Uterus Couvelaire,  dimana pada kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis seluruh
permukaan uterus terdapat bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus pada kondisi
seperti ini (Uterus Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri dan juga
akan mengganggu kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat diperlukan
pada saat setelah bayi dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi perdarahan post partum
yang hebat.

Akibat kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan


tromboplastin yang banyak ke dalam peredaran darah ibu, sehingga berakibatpembekuan
intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan
fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada keadaan hipofibrinogenemia. Pada keadaan
hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan pembekuan darah yang tidak hanya di uterus, tetapi
juga pada alat-alat tubuh lainnya.

9.      Klasifikasi

  Menurut derajat lepasnya plasenta, solusio plasenta diklasifikasikan menjadi :

a.      Solusio plasenta partsialis : bila hanya sebagian plasenta terlepas dari tempat pelekatnya.

b.      Solusio plasenta totalis : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya.

c.       Prolapsus plasenta : bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan
dalam.

  Menurut derajatnya,  solusio plasenta dibagi menjadi :

a         Solusio plasenta ringan

Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah
banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna kehitaman dan sedikit. Perut
terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba.

b        Solusio plasenta sedang

Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul perlahan
atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan pervaginan. Dinding
uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin susah
diraba serta bunyi jantung  janin susah didengar.Walaupun perdarahan pervaginam dapat
sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah
jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada
dalam keadaan gawat
c         Solusio plasenta berat

Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita shock. Terjadi sangat
tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan shock dan janinnya telah meninggal.
Uterus teraba sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.

10.  Gejala Klinis

a.      Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-


hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut,
uterus tegang, perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan kematian janin intra uterin.

b.      Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.

c.       Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin
sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.

11.  Pemeriksaan Diagnostik

                                    i.            Pemeriksaan laboratorium

  Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.

  Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu


pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma.

                                  ii.            Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)

Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :

  Terlihat daerah terlepasnya plasenta

  Janin dan kandung kemih ibu

  Darah

  Tepian plasenta

                                iii.            Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin

12.  Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat
terjadi pada ibu :

a.      Syok hemoragik

b.      Gagal ginjal. Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta dan pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan
yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak yang umumnya masih
dapat ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok
dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau
nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan
pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta
berat. hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan
pembekuan darah.

c.       Kelainan pembekuan darah. Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya
disebabkan oleh hipofibrinogenemia.

d.      Apoplexi uteroplacenta (Uterus Couvelaire). Pada solusio plasenta yang berat terjadi


perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium dan terkadang  juga dalam
ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna
uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi apakah
uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu
menghentikan perdarahan.

  Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:

1.      Fetal distress

2.      Gangguan pertumbuhan/perkembangan

3.      Hipoksia dan anemia

4.      Kematian

13.  Penatalaksanaan

a.      Konservatif

Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila solusio
plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan intra
uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki hipovolemia,
anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat
dipulihkan. Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata
secara klinis.

b.      Aktif

Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio
sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat dan koagulopati
konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin
meninggal lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya
sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara
agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi persalinan pervaginam.

         

      B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

a.      Identitas klien secara lengkap

b.      Keluhan utama

  Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri.

  Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan
yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.

  Perdarahan yang berulang-ulang.

c.       Riwayat penyakit sekarang

Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darah, darah yang keluar
sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya
biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat
pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll.

d.      Riwayat penyakit masa lalu

Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek
atau trauma uterus.

e.       Riwayat psikologis

Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan
penyebabnya.

f.       Pemeriksaan fisik

1)      Keadaan umum
  Kesadaran : composmetis s/d apatis

  Postur tubuh : biasanya gemuk

  Raut wajah : biasanya pucat

2)      Tanda-tanda vital

  Tensi : normal sampai turun (syok)

  Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)

  Suhu : normal / meningkat (> 37o c)

  RR : normal / meningkat (> 24x/menit)

3)      Pemeriksaan cepalo caudal

  Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut biasanya rontok /
tidak rontok.

  Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma

  Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung

  Mata : conjunctiva anemis

  Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat dan dangkal

  Abdomen

         Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea alba dan ligra

         Palpasi rahim keras, fundus uteri naik

         Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.

  Genetalia

Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang merah kehitaman,
terdapat farises pada kedua paha / femur.

  Ekstimitas

Akral dingin, tonus otot menurun.

g.      Pemeriksaan Penunjang

  Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.

  USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin.


  Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2.      Diagnosa Keperawatan

1.      Gangguan perfusi jaringan b.d.  perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis, akral
dingin, Hb turun, muka pucat, dan lemas.

2.      Risiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta
berkurang.

3.      Nyeri akut b.d.  kontraksi uterus ditandai terjadi distress/ pengerasan uterus, nyeri tekan
uterus.

4.      Cemas b.d. kurang terpapar informasi klien mengenai keadaan patologi yang dialaminya.

5.      Risiko  terjadinya shock hemoragik b.d. perdarahan

3.      Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Keperawatan Rasional


. Keperawatan Hasil

1. Gangguan Setelah diberikan Monitor tanda tanda TD, frekuensi nadi


perfusi jaringan askep, diharapkan vital yang rendah, frekuensi
b.d.  perdarahan perfusi jaringan pasien RR dan suhu tubuh
ditandai dengan adekuat, dengan yang tinggi
conjungtiva kriteria hasil : menunjukkan
anemis, akral gangguan sirkulasi
       Conjunctiva tidak
dingin, Hb turun, darah
anemis
muka pucat, dan
Observasi tingkat Mengantisipasi
lemas.        Akral hangat
pendarahan setiap 15- terjadinya shock
       Hb normal 20 menit

       Muka
tidak pucat, dan Catat intake dan output Produksi urin yang
pasien tidak lemas. kurang dari 30 ml/jam
menunjukkan
penurunan fungsi
ginjal

Kolaborasi dalam Cairan infus isotonic


pemberian terapi infuse dapat mengganti
isotonik volume darah yang
hilang akibat
pendarahan

Kolaborasi dalam Tranfusi darah dapat


pemberian tranfusi menggan volume
darah apabila Hb darah yang hilang
rendah akibat pendarahan

2. Risiko tinggi Setelah diberikan Jelaskan risiko Memberikan


terjadinya letal askep, diharapkan terjadinya distress penjelasan mengenai 
distress tidak terjadi fetal janin/kematian janin risiko terjadinya
berhubungan distress, dengan pada ibu distress janin pada
dengan perfusi kriteria hasil: klien membuat klien
darah ke kooperatif pada setiap
       DJJ normal/terdengar
plasenta tindakan yang akan
berkurang .        Adanya pergerakan diberikan
bayi
Observasi perubahan Penurunan frekuensi
       Bayi lahir selamat frekuensi dan pola DJ plasenta mengurangi
janin kadar oksigen janin
sehingga
menyebabkan
perubahan frekuensi
jantung janin

Berikan O2 10-12 liter Meningkatkan supali


dengan masker jika oksigen janin
terjadi tanda-tanda fetal
distress

3. Nyeri akut b.d.  Setelah diberikan Jelaskan penyebab Memberikan informasi


kontraksi uterus askep, diharapkan nyeri pada klien mengani penyabab
ditandai terjadi klien dapat beradaptasi nyeri yang dideritanya
distress/ dengan nyeri yang akan membuat klien
pengerasan dideritanya, dengan kooperatif
uterus, nyeri kriteria hasil : dengantindakan yang
tekan uterus        Klien dapat melakukan akan diberikan
tindakan untuk
Ajarkan teknik relaksasi Teknik relaksasi
mengurangi nyeri.
distraksi pernapasan distraksi pernapasan
       Klien kooperatif dapat mendorong klien
dengan tindakan yang relaks dan
diberika memberikan klien cara
mengatasi dan
mengontrol tingkat
nyeri

Berikan posisi yang Posisi miring


nyaman (miring ke kiri / mencegah penekanan
kanan) pada vena cava

Berikan teknik relaksasi Meningkatkan


massage pada perut relaksasi dan
dan punggung meningkatkan kooping
dan kontrol klien
terhadap nyeri

Libatkan suami dan Melibatkan suami dan


keluarga dalam keluarga dapat
tindakan pengontrolan memberikan dukungan
nyeri mental kepada klien

Kolaborasi dalam Obat analgetik dapat


pemberian obat mengurangi nyeri yang
analgetik dirasakan klien dengan
memblok impuls nyeri

4. Cemas b.d. Setelah diberikan Anjurkan klilen untuk Mengungkapkan


kurang terpapar askep, mengemukakan hal-hal perasaan tentang hal-
informasi klien diharapkan klien tidak yang dicemaskan hal yang dicemaskan
mengenai cemas dan dapat dapat mengurangi
keadaan mengerti tentang beban pikiran klien
patologi yang keadaannya, dengan
Beri penjelasan tentang Mengurangi
dialaminya kriteria hasil :
kondisi janin kecemasan klien
       Klien melaporkan mengenai kondisi
cemas berkurang janinnya

Beri penjelasan tentang Mengurangi


kondisi klien kecemasan klien
mengenai kondisinya

Anjurkan keluarga untuk Dukungan keluarga


mendampingi dan dapat memberikan
memberi dukungan rasa aman kepada
kepada klien klien dan mengurangi
    Klien tampak tenang dan kecemasan klien
tidak gelisah
Anjurkan Memberikan perasaan
penggunaan/kontinuitas rileks sehingga dapat
teknik pernapasan dan menurunkan
latihan relaksasi. kecemasan klien

5. Risiko  terjadinya Setelah diberikan Kaji pendarahan setiap Mengetahui adanya


shock hemoragik askep, 15-30 menit gejala syok sedini
b.d. perdarahan diharapkan shock mungkin.
hipovolemik tidak
Oservasi TTV setiap 15 Mengetahui kondisi
terjadi, dengan kriteria
menit dan apabila TTV klien dan untuk
hasil :
normal, observasi TTV mengetahui adanya
       Perdarahan berkurang dilakukan setiap 30 gejala syok sedini
menit mungkin
       TTV normal
Awasi adanya tanda- Mendeteksi adanya
       Kesadaran
tanda syok, pucat, gejala syok sedini
komposmentis
keringat dingin, dan mungkin
kepala pusing.

Kolaborasi dalam Mempertahankan


pemberian terapi cairan volume cairan
sehingga sirkulasi bisa
adekuat

4.      Evaluasi

No. Dx                                                               Evaluasi            

1 Perfusi jaringan pasien adekuat

2 Fetal distress tidak terjadi


3 Klien dapat mengontrol nyeri yang dideritanya

4 Cemas klien berkurang atau hilang

5 Shock  hipovolemik tidak terjadi

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarata : EGC.

NANDA, 2007. Nursing Diagnoses : Definition and Clssification 2007 – 2008, NANDA

International, Philadephia.

Limas, Endri. (2010). Askep dan LP Solusio Plasenta. (Akses tanggal 22 Maret


2014).file:///H:/lp-dan-askep-solusio-plasenta.html
Anonimous. (2008). Karakteristik Kasus Solusio Plasenta di Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode 1 Januari 2002-31 Desember  2006. (Akses
tanggal 22 Maret2014).http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-
solusio-plasenta-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaru-periode-1-
januari-2002-31-desember-2006/

Anonimous. (2009). Askep Solusio Plasenta.(Akses tanggal 22 Maret 2014). http://materi-


kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/askep-solusio-plasenta.html

Anonimous. (2009). Solusio Plasenta. (Akses tanggal 22 Maret 2014). http://askep-


askeb.cz.cc/2010/03/solusio-plasenta.html#axzz0y6Pwti9X

Anda mungkin juga menyukai