Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pendahuluan

Rematik
Keperawatan Medikal Bedah

Program Studi Profesi Keperawatan


Section C 2021
Nama : Gaby Ester Rumata
NIM : 2053043
Definisi
Penyakit rematik adalah penyakit yang tidak hanya menyerang sendi, tetapi juga
menyerang organ / bagian tubuh lainnya. Secara umum, penyakit rematik adalah penyakit yang
menyerang sendi dan struktur atau jaringan penunjang yang ada disekitar sendi. Osteoarthritis
akibat degenerasi / proses penuaan, arthritis rematoid, dan Goat yag disebabkan oleh asam urat
merupakan penyakit rematik yang paling umum.

Etiologi
Rematik adalah sindrom yang hingga saat ini terdapat lebih dari 100 macam penyakit
yang dibagi dalam golongan rematik. Untutk beberapa faktor resiko peneyebab terjadinya
rematik yang sering terjadi adalah sebagai berikut :
1. Faktor Genetik : Faktor genetik berperan 50 – 60% dalam perkembangan Rematik
2. Usia lebih dari 40 tahun
3. Jenis kelamin (wanita lebih berisiko tinggi)
4. Kegemukan dan penyakit metabolik
5. Cedera sendi akibat pekerjaan dan olahraga
6. Kelainan pertumbuhan
7. Kepadatan tulang
Pada usia lanjut, penyebab gangguan rematik yang terjadi pada sistem muskuloskeletal adalah
sebagai berikut :
1. Mekanik
- Penyakit sendi degeneratif ( Osteoarthritis)
- Sterosis Spinal
2. Metabolic
- Osteoporosis
- Myxedema
- Penyakit paget
3. Berhubungan dengan penyakit keganasan
- Artropi kasino matosa / neurimiopati
- Dermatomytosis
- Osteoatropati hipertropik
4. Pengaruh konsumsi obat
- Diuretika yang dapat menimbulkan Gout
- Lupus eritematosus sistemik
5. Peradangan

Tanda & Gejala


Tanda dan gejala yang dirasakan oleh setiap orang bisa berbeda – beda, namun gejala
yang timbul ada beberapa yang mungkin pada umumnya dialami yaitu sebagai berikut :
1. Adanya kekakuan di sendi dan sekitarnya yang berlangsung selama kurang lebih 30 – 60
menit.
2. Adanya pembengkakan pada beberapa sendi disaat yang bersamaan
3. Timbul nyeri dan bengkak yang biasa terjadi di sendi – sendi tangan.
4. Nyeri yang nyeri pada umumnya terjadi dengan pola simetris ( nyeri pada sendi yang
sama di kedua sisi tubuh)
5. Adanya peradangan / sakit serta bengkak di bagian persendian pergelangan, jari, tangan,
kaki, bahu, lutut, pinggang, punggung, dan sekitar leher.
6. Sakit rematik dapdat berpindah – pindah tempat dan bergantian, bahkan, sekaligus
diberbagai persendian.
7. Cuaca yang dingin dan memakan makanan yang dapat memperparah rematik ( bayam,
santan, kangkung, kelapa, dll)

Patofisiologi
Proses keradangan karena proses autoimun pada RA, ditunjukkan dari pemeriksaan
laboratorium dengan adanya RF (Rheumatoid Factor) dan antiCCP dalam darah. RF adalah
antibodi terhadap komponen Fc dari IgG. Jadi terdapat pembentukan antibodi terhadap
antibodi dirinya sendiri, akibat paparan antigen luar, kemungkinan virus atau bakteri. RF
didapatkan pada 75 sampai 80% penderita RA, yang dikatakan sebagai seropositive. AntiCCP
didapatkan pada hampir 2/3 kasus dengan spesifisitasnya yang tinggi (95%) dan terutama
terdapat pada stadium awal penyakit. Pada saat ini RF dan anti-CCP merupakan sarana
diagnostik penting RA dan mencerminkan progresifitas penyakit (Putra dkk, 2013).

Sel B, sel T, dan sitokin pro inflamasi berperan penting dalam patofisiologi RA. Hal ini
terjadi karena hasil diferensiasi dari sel T merangsang pembentukan IL-17, yaitu sitokin yang
merangsang terjadinya sinovitis. Sinovitis adalah peradangan pada membran sinovial,
jaringan yang melapisi dan melindungi sendi. Sedangkan sel B berperan melalui pembentukan
antibodi, mengikat patogen, kemudian menghancurkannya. Kerusakan sendi diawali dengan
reaksi inflamasi dan pembentukan pembuluh darah baru pada membran sinovial. Kejadian
tersebut menyebabkan terbentuknya pannus, yaitu jaringan granulasi yang terdiri dari sel
fibroblas yang berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Pannus tersebut
dapat mendestruksi tulang, melalui enzim yang dibentuk oleh sinoviosit dan kondrosit yang
menyerang kartilago. Di samping proses lokal tersebut, dapat juga terjadi proses sistemik.
Salah satu reaksi sistemik yang terjadi ialah pembentukan protein fase akut (CRP), anemia
akibat penyakit kronis, penyakit jantung, osteoporosis serta mampu mempengaruhi
hypothalamic-pituitaryadrenalaxis, sehingga menyebabkan kelelahan dan depresi (Choy,
2012).

Pengkajian
A. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab. Data dasar
pengkajian penerima manfaat tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
B. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit . Rematik adalah
klien mengeluh nyeri
C. Riwayat penyakit sekarang
Berupa uraian pada mengenal penyakit yang diderita oleh klien dari mulai timbulnya
keluhan yang dirasakan.
D. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit kesehatan yang dulu sperti riwayat penyakit muskuloskeletal
sebelumnya
E. Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama.
F. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum klien yang mengalami gangguan muskuloskeletal biasanya lemah
2. Kesadaran
Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis
3. Tanda- tanda vital
- Suhu
- Nadi
- Pernafasan
- Tekanan darah
4. Pemeriksaan Review Of System
a. Pernafasan (B1 : Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas normal.
b. Sirkulasi (B2 : Bleeding)
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apika;, sirkulasi perifer, warna dan
kehangatan.
c. Persarafan (B3 : Brain)
Kaji adanya hilangnya gerakan/ sensai, spasme otot, terlihat kelemahan/hilang
fungsi. Pergerakan mata / kejelasan melihat, dilatasi pupil.
d. Perkemihan (B4 : Bleder)
Perubahan pola perkemihan, seperti disuria, distensi kandung kemih, warna dan
bau urin.
e. Pencernaan (B5 : Bowel)
Konstipasi, konsistensi feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus,
anoreksia, adanya distensi abdomen, nyeri tekan abdomen.
f. Musculoskeletal (B6 : Bone)
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin, terlokasi pada area jaringan, dapat
berkurang pada imobilisasi, kekuatan, otot, kontraktur, atrofi oto, laserasi kulit dan
perubahan warna.
5. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Pola Hidup Sehat
b. Pola Nutrisi
Mengambarkan masukan nutrisi, balance cairan, nafsu makan, pola makan, diet,
kesulitan menelan, mual/muntah dan makanan kesukaan.
c. Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya
masalah defekasi, masalah nutrisi.
d. Pola Istirahat Tidur
menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi terhadap energi, jumlah tidur
malam dan siang, masalah tidur
e. Pola Hubungan dan Peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungfan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah, masalah
keuangan. Pengkajian APGAR keluarga.
f. Pola Sensori Kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola sensori meliputi pengkajian
pengelihatan, pendengaran, perasaan, pembau. Pengkajian ststus mental
menggunakan Tabel Short Portable Mental Status Quesionare (SPMSQ).
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan
konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran,
identitas diri. Manusia sebagai system terbuka dan mahkluk biopsiko—sosio-
kultural-spiritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap sakit. Pengkajian
tingkat Depresi menggunakan Tabel Inventaris Depresi Back
h. Pola Seksual dan Reproduksi
Menggambarkan kepuasan masalah terhadap seksualitas
i. Pola Mekanisme Koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani strees
j. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai keyakinan termasuk spiritual

Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Darah & Serologi ( Laboratorium)
a. Hasil darah menunjukan anemia dan leukositis
b. Laju endap darah ( LED ) dan C- Reactive Protein ( CRP ) meningkat sebagai
penanda adanya inflamasi
c. Rhematoid Factor ( RF ) : 80 % pasien memiliki hasil positif namun, RF Negatif
tidak menyingkirkan diagnosis.
d. Pemeriksaan anti CCP ( anti Cyclic Citrullinated Peptide ) dilakukan dalam
diagnosis dini dan penanganan RA dengan spesifitas 95 – 98% dan sensivitas 70% ,
namun hubungan antara anti CCP terhadap keparahan penyakit tidak konsisten.
2. Radiologi
➢ Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak, penyempitan ruang sendi,
demineralisasi “ juxta articular”, osteoporosis, erosi tulang / subkulasi sendi
3. Aspirasi Sendi
➢ Cairan synovial menunjukan adanya proses radang aseptik ( cairan dari sendi di
kultur dan bisa diperiksa secara mikroskopik)

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan agen pencedera distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan Mobilitas Fisik sehubungan dengan Deformitas skeletal. Nyeri,
ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (Nanda, 2017)
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Memonitor
sehubungan dengan agen keperawatan selama 3 x 24 kepuasan pasien
pencederaan distensi jaringan oleh jam, di harapkan nyeri akut / terhadap
akumulasi cairan / proses kronis yang di rasakan manajemen
inflamasi, destruksi sendi berkurang dengan kriteria nyeri
hasil : 2. Tingkatkan
1. Klien mendapatkan istirahat dan
kenyamanan yang tidur yang
diinginkan adekuat
3. Menjelaskan
2. Tidak ada ekspresi penyebab nyeri
menahan nyeri dan kepada klien
ungkapan secara 4. Kolaborasi
verbal dengan dokter
3. Tidak ada gangguan dalam
tidur pemberian
4. Tidak ada gangguan analgesik
konsentrasi 5. Melakukan
5. Tidak ada gangguan tekhnik non-
hubungan farmakologis
interpersonal dengan tekhnik
relaksasi dan
massage
2. Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Mengkaji
sehubungan dengan Deformitas keperawatan selama 3 x 24 tingkat
skeletal. Nyeri, ketidaknyamanan, jam, di harapkan pasien mobilisasi
Intoleransi aktivitas, penurunan dapat melakukan rentan pasien
kekuatan otot. gerak aktif dan ambulasi 2. Bantu klien
secara perlahan dengan melakukan rentn
kriteria hasil : gerak aktif
1. Klien meningkat maupun rentan
dalam aktivitas fisik gerak pasif pada
2. Mengerti tujuan dari sendi.
peningkatan 3. Lakukan
mobilisasi ambulasi
3. Memperagakan dengan alat
penggunaan alat bantu ( tongkat,
bantu wheelchair,
walker, kruk)
4. Latih klien
dalam
pemenuhan
kebutuhan
ADLs secara
mandiri maupun
sesuai
kemampuan
3. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
berhubungan dengan gejala terkait keperawatan selama 3 x 24 tingkat
penyakit jam, di harapkan status kecemasan
kenyamanan meningkat 2. Gunakan
dengan kriteria hasil : pendekatan
1. Mampu mengontrol yang
kecemasan. menenangkan
2. Status lingkungan 3. Dorong klien
yang nyaman untuk
3. Dapat mengontrol mengungkapkan
nyeri perasaan,
4. Kualitas tidur dan ketakutan, dan
istirahat adekuat persepsi
4. Instruksikan
klien
menggunakan
tekhnik
relaksasi
5. Kolaborasi
pemberian obat
untuk
mengurangi
kecemasan
Referensi
Choy, Ernest. 2012. "Understanding The Dynamics: Pathway Involved In The." Oxford
University Press on behalf of The British Society for Rheumatology Vol. 51 3 - 11.

Febriana (2015). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Rheumatoid Arthritis Ankle Billateral
Di RSUD Saras Husada Purworejo. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC

Putra,T.R., Suega,K., Artana,I.G.N.B. (2013). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit
Dalam. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/RSUP Sanglah
Suarjana, I.N. (2009). Artritis Reumatoid. dalam Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, M., Setiati, S. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V, FKUI,
Jakarta, pp.2495-508.

Anda mungkin juga menyukai