MANAGEMENT IN COVID 19
Nurita Dian Kestriani Saragi Sitio, dr. SpAn KIC
Pendahuluan
◦ Pasien covid yang berat pada umumnya menunjukkan gejala pneumoni yang
sebagian besar memerlukan pemasangan ventilator
◦ Pasien covid yang memerlukan tindakan operasi, yang tidak dapat dilakukan regional
anestesi, memerlukan pemasangan intubasi
Apakah penanganan jalan nafas
berbahaya?
◦ Viral load tertinggi pada covid 19 terdapat pada sputum dan sekret jalan nafas
bagian atas
◦ Intubasi trakeal adalah suatu prosedur yang beresiko tinggi terjadinya penularan
aerosol
Lain lain :
• Diskoneksi sirkuit ventilator saat digunakan
• Ekstubasi
• RJP sebelum dilakukan intubasi
• Bronchoscopy
• Suction tracheal tanpa closed system
Prinsip penangan Jalan Nafas
Persiapan institusi
• Peralatan, staf yang terlatih, ceklist, APD
Persiapan individu
• Pengetahuan & skill dlm mengasses jalan
nafas pasien & menggunakan APD
2. Membuat troli/paket intubasi
pasien covid
◦ Pasien bisa diintubasi di luar ICU
◦ Persiapkan paket yang bisa didekontaminasi
3. Punya strategi : strategi jalan nafas, tim dibriefing terlebih dahulu
4. Libatkan sesedikit mungkin staff
Anaesthesia, Volume: 75, Issue: 6, Pages: 785-799, First published: 27 March 2020, DOI: (10.1111/anae.15054)
5. Gunakan APD yang tepat : bahkan saat kondisi
emergency! (double glove, goggles, sesedikit mungkin
menyentuh apapun)
6. Hindari tindakan aerosol sebisa mungkin
7. Fokus pada ketepatan waktu dan keandalan : ”first
attempt is the best attempt”. Ingat : multiple attempt
beresiko tinggi terhadap staf dan pasien!
8. Gunakan Teknik yang diketahui paling baik,
termasuk saat ditemukan kesulitan intubasi
Teknik akan berbeda tergantung kebiasaan
setempat dan peralatan yang tersedia
◦ Gunakan kit dump mat
◦ Videolaryngoscope untuk intubasi
◦ Ventilasi oleh 2 orang 2 tangan (V E grip)
◦ Generasi ke-2 Supraglotic Airway device (i-
gel, ambu aura gain, LMA proseal, LMA
Protector)
Consensus guidelines for managing the airway in patients with COVID‐19
Anaesthesia, Volume: 75, Issue: 6, Pages: 785-799, First published: 27 March 2020, DOI: (10.1111/anae.15054)
Anaesthesia, Volume: 75, Issue: 6, Pages: 785-799, First published: 27 March 2020, DOI: (10.1111/anae.15054)
9. Airway manager harus yang paling kompeten
10. Jangan pernah menggunakan tekhnik yang belum pernah
dicoba
11. Pastikan kit airway ada di dalam ruangan
◦ Monitoring termasuk waveform capnography (sebelum, selama dan
setelah intubasi)
◦ suction bekerja dengan baik
◦ Ventilator set up
◦ Akses intravena berjalan dengan baik
12. Gunakan cek list intubasi
Anaesthesia, Volume: 75, Issue: 6, Pages: 785-799, First published: 27 March 2020, DOI: (10.1111/anae.15054)
13. Gunakan petunjuk praktis bila terjadi kesulitan
Anaesthesia, Volume: 75, Issue: 6, Pages: 785-799, First published: 27 March 2020, DOI: (10.1111/anae.15054)
14. Berikan instruksi yang simple, bicara dengan jelas dan kuat,
dan setiap menerima instruksi, ulangi instruksi tsb. Bila perlu,
rencanakan bagaimana cara berkomunikasi di dalam ruangan.
Bila tidak saling mengenal, gunakan stiker nama pada
faceshield/visor.
Teknik Intubasi
◦ Rapid Sequence induction
◦ Bila pasien tidak stabil : gunakan ketamin
◦ Pastikan blok neuromuscular sudah berjalan dengan baik untuk mencegah batuk
◦ Siapkan vasopressor bila terjadi hipotensi
◦ Pastikan intubasi pada trakea dengan gelombang capnograph
Monitoring dan trouble shooting
◦ Gunakan filter HME di dekat
pasien
◦ Monitor : airway cuff
pressure, kedalaman ett
setiap ganti shift (catat)
◦ Yang beresiko terjadi displacement :
posisi prone, mika miki, aspirasi NGT
atau pemasangan NGT, suction ett,
dan oral hygiene –> periksa kembali
kedalaman ett setelah prosedur tsb
◦ Saat menghentikan sedasi : kehadiran
perawat