Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

REVOLUSI BESAR DUNIA DAN PENGARUHNYA


TERHADAP UMAT MANUSIA

A. Revolusi Amerika (1775- 1789)


Revolusi Amerika dicatat dalam sejarah dunia sebagai salah satu peristiwa revolusi besar.
Revolusi tersebut dilakukan oleh 13 koloni di Amerika Utara yang didirikan oleh para
imigran dari daratan Eropa, terutama Inggris. Ketiga belas koloni tersebut menentang
Kerajaan Inggris, yang merupakan salah satu negara induk bagi kaum imigran di koloni
tersebut.

1. Latar Belakang Revolusi Amerika

Sikap tidak puas kaum kolonis (warga koloni di Amerika) terhadap kebijaksanaan Inggris
dalam urusan daerah koloni. Aspek yang paling ditentang kaum kolonis adalah kebijakan
pajak Negara Inggris yang dikenakan kepada kaum kolonis. Mereka menentang kebijakan
tersebut sebab Inggris di mata mereka bukan lagi sebagai pemerintah yang dapat mengatur
daerah koloni.

Dua undang-undang yang paling ditentang kaum kolonis adalah Undang-undang Gula
(Sugar Act) dan Undang-undang Keuangan (Currency Act) pada tahun 1764. Undang-undang
pertama mengatur masalah perdagangan gula di daerah koloni yang dalam beberapa aspek
memberi batasan kepada pedagang kaum koloni di daerahnya.Kedua undang-undang
tersebut menimbulkan kemarahan kaum kolonis terutama para pedagang. Mereka meminta
agar parlemen Inggris menarik kembali undang-undang tersebut.

Penduduk New York dan Boston memboikot untuk tidak membeli semua barang buatan
Inggris sebelum Parlemen Inggris mencabut putusannya. Menghadapi tuntutan itu,
pemerintah dan Parlemen Inggris menjawabnya dengan dikeluarkannya undang undang
lain seperti Stamp Act (undang-undang prangko) dan Quartering Act tahun 1765. Stamp Act
digunakan untuk memperoleh pajak dari setiap dokumen dan surat penting yang digunakan
dalam kegiatan perdagangan. Sedangkan Quartering Act memaksa kaum kolonis untuk
menyediakan tempat tinggal dan kebutuhan makanan bagi tentara Inggris yang
ditempatkan didaerah-daerah koloni.
2. Revolusi Melawan Kerajaan inggris di Amerika

Revolusi melawan Pemerintahan kerajaan Inggris di Amerika dilakukan oleh berbagai


kalangan. Semua golongan masyarakat melancarkan protes melalui rapat raksasa di New
York, tahun 1765. Mereka menghadiri kongres Stamp Act dan mengesahkan Declaration of
Right and Grievances yang berisi tentang penolakan terhadap keputusan parlemen Inggris.

Keberhasilan protes kaum kolonis tahun 1766 tidak menyurutkan Inggris untuk tetap
menggunakan daerah koloni sebagai sumber keuanganya. Inggris menugaskan seorang
pejabat keuangan Charles Townshend untuk menyusun program fiskal baru. Hasilnya
adalah Townshend Act yang berisi ketentuan bahwa pemungutan pajak dari daerah koloni
diperketat, pengenaan bea masuk kertas, gelas, timah, dan teh yang di ekspor dari Inggris
ke daerah-daerah koloni. Hasil pajak tersebut digunakan untuk membiayai gubernur koloni,
hakim, petugas bea cukai, dan tentara Inggris yang ditempatkan di sana.

Menghadapi aturan baru tersebut kaum kolonis melancarkan protes yang sama seperti
protes terhadap undang-undang terdahulu. Beberapa gerakan memprotes tindakan Inggris
di antaranya adalah. Pertama, John Dickinson yang menerbitkan Letter from a Farmer in
Penssylvania (1767). Dia memprotes bahwa tidak selayaknya pemerintah Inggris
mengenakan pajak kepada petani Amerika. Kedua, kapal patroli inggris Gaspee, yang
melakukan pengawasan di sekitar Rhode Island dibakar oleh kaum patriot dan membuat
takut pejabat Inggris yang harta miliknya ikut hancur. Ketiga, para juri koloni menolak
bekerjasama dengan para pejabat kerajaan dalam mengakhiri perdagangan illegal.
Keempat, ketika Gubernur Massachussetts, Thomas Hatchinson menyatakan bahwa para
hakim akan dibayar dari uang kerajaan, timbul protes dari berbagai kalangan. Salah
seorang diantaranya adalah tokoh Boston, Samuel Adams, menentang dengan cara
membentuk panitia korespondesi untuk mengkoordinasi berita dan serta keluhan
kelompok masyarakat yang berkaitan dengan tindakan pemerintah kerajaan Inggris.

Sikap pemerintah kerajaan Inggris masih tetap keras. Inggris mengeluarkan undang -
undang teh yang memberikan hak monopoli kepada East Indian Company, sebuah
perusahaan kerajaan Inggris untuk melakukan eksport ke seluruh daerah koloni. Pada
malam tanggal 16 Desember 1773 kaum kolonis yang menyamar sebagai Indian Mohawk
menaiki tiga kapal Inggris yang akan berlabuh di Pelabuhan Boston dan segera
menceburkan muatan teh ke laut. Peristiwa yang dalam bahasa kaum kolonis dikenal
sebagai The Boston Tea Party merupakan bentuk perlawanan terhadap Kerajaan Inggris.

3. Kongres Kontinental dan Pernyataan Kemerdekaan

Kaum kolonis yang memiliki pandangan yang sama dari daerah-daerah koloni dalam
menentang Kerajaan Inggris segera mengirimkan perwakilannya untuk duduk dalam
sebuah Kongres. Pada September 1774, diselenggarakan Kongres Kontinental Pertama di
Philadelphia dimaksudkan untuk merundingkan keadaan daerah koloni yang semakin
memburuk. Akhirnya, semua delegasi sepakat untuk mengeluarkan “Deklarasi Hak dan
Keluhan” (Declaration of Right and Grievances) berupa pernyataan akan setia kepada Raja
Inggris dan tetap menetang hak Palemen Inggris untuk mengenakan pajak terhadapdarah
koloni. Setelah melalui perdebatan panjang peserta kongres sepakat membentuk Asosiasi
dan Persatuan Kontinental (Continental Association) berupa perhimpunan seluruh daerah
koloni dan menyepakati tidak mengimpor, mengekspor dan mengkonsumsi semua barang
buatan Inggris. Kongres juga sepakat untuk membentuk panitia lokal yang bertugas untuk
mengawasi para pedagang untuk menaati kesepakatan kongres.

Pada bulan April 1775, Jenderal Thomas Gage yang ditunjuk sebagai Gubernur Militer di
Massacussetts ditugaskan Inggris untuk melucuti senjata yang telah dimiliki oleh kaum
minutemen atau kaum kolonis bersenjata, terutama di Concord. Kaum minutemen
Massacussetts segera mengadakan perlawanan sehingga terjadilah pertempuran di
Lexington Green. Kaum minutemen akhirnya berhasil mamaksakan pasukan Inggris
menarik diri ke Boston. Berita mengenai pertempuran yang memakan korban sekitar 273
orang di pihak Inggris dan sepertiganya di kaum kolonis tersebut segera menyebar ke
seluruh daerah koloni dan menjadi berita yang paling menarik perhatian kaum kolonis.

Di tengah-tengah ketegangan antara Inggris dan kaum kolonis, Kongres Kontinental Kedua
diselenggarakan tanggal 10 Mei 1775. Walaupun delegasi kongres kedua itu lebih banyak
dihadiri kelompok radikal dibandingkan dengan delegasi pada kongres yang pertama, tidak
dicapai kesepakatan mengenai pernyataan kemerdekaan kecuali menyepakati perlunya
angkatan senjata melawan Inggris seperti diusulkan oleh John Dickinson dan Jefferson.
Kongres yang dipimpin oleh John Hancock dan dihadiri juga oleh Benjamin Franklin
tersebut menyepakati perlunya dikirim pasukan ke Massacussetts untuk membantu kaum
kolonis di sana dan menugaskan George Washington sebagai pemimpin pasukan
Kontinental ke Boston untuk melindungi kota yang sedang dikepung pasukan inggris.

Pada tanggal 7 Juni 1776 Richard Henry Lee dari Virginia mengajukan resolusi yang
menyatakan persetujuan atas kemerdekaan dari inggris. Kongres yang menghendaki
adanya dukungan dan konsensus yang lebih luas, membentuk sebuah komite yang
dipimpin oleh Thomas Jefferson untuk menyiapkan langkah-langkah rasional menuju
pernyatan kemerdekaan. Kongres juga menyepakati usulan Richard Henry Lee tanggal 2 Juli
1776 dan mengesahkan pembacaan Deklarasi Kemerdekaan dua hari kemudian. Deklarasi
kemerdekaan yang dibacakan oleh Thomas Jefferson pada tanggal 4 Juli 1776 berisi dua
bagian. Pada pembukaannya, Jefferson menyatakan bahwa pada dasarnya gerakan
perlawanan merupakan hak alamiah umat manusia untuk mendirikan pemerintahan baru
yang didasarkan atas keinginan warganya. Bagian kedua yang lebih panjang berisi tuduhan
terhadap Raja Inggris yang mengabaikan hak-hak khusus kaum kolonis, dan memprotes
ikut campumya Pemerintahan Kerajaan Inggris dalam pemerintahan koloni di Amerika.
Salah satu isi dari Deklarasi kemerdekaan Amerika yang banyak dirujuk oleh negara-negara
lain dalam mempraktikkan kehidupan demokratis adalah: “all man are created equal ......
they are endowed by their Creator with unalienable right ..... among these are life, liberty,
and the persuit of happines”. Deklarasi Kemerdekaan 4 Juli 1776 merupakan peristiwa
penting dalam Sejarah Amerika Serikat yang menandai berdirinya Amerika Serikat dari
Kerajaan inggris.

4. Perang Kemerdekaan AS (1776-1783)

Kongres Kontinental Pertama dan Kedua serta Deklarasi Kemerdekaan direspon oleh
Kerajan inggris dengan cara mengirimkan pasukan untuk menghancurkan kekuatan militer
yang dimiliki oleh kaum kolonis. Dalam peperangan tersebut kaum kolonis memperoleh
kemenangan militer awal dalam pertempuran di Lexington, Charleston, Concord dan
Bunker Hill. Perang tersebut juga melibatkan prancis dan Spanyol yang berada pihak kaum
kolonis. Kemenangan pasukan kolonis Amerika di Saratoga mampu menarik perhatian
negara lain. Raja prancis, Louis XVI, segera mengakui negara baru Amerika Serikat. Menlu
prancis, Conte de Vergennes, segera mendesak Raja Louis untuk mengirimkan makanan dan
perlengkapan militer dengan tujuan untuk melemahkan pasukan inggris.

Pada tahun 1778, prancis dan pemerintah Amerika menandatangani perjanjian dagang dan
disusul dengan perjanjian formal mengenai aliansi kedua negara untuk berperang bersama
melawan inggris. prancis mengirimkan pasukan sukarelawan, antara lain yang dipimpin
oleh Marquis de Lafayette. Secara resmi prancis mengirimkan 6000 pasukan yang dipimpin
oleh Gomte de Rochambeau. Sekutu prancis, Spanyol, juga bergabung dengan Francis.
Spanyol semula enggan menyatakan perang terhadap inggris, sebab negara ini
menganggap gerakan revolusi Amerika bisa menyebar ke daerah koloninya di Amerika
Latin. Akhirnya Spanyol ikut dengan prancis setelah Vegennes menawarkan Spanyol
bantuan militer untuk merebut Gilraltar dan inggris.

Pada bulan Juni 1779 terbentuk aliansi antara prancis dan Spanyol yang ditujukan terhadap
inggris di Amerika dan Eropa. Pada Desember 1780 Prancis ikut berperang di pihak Amerika
melawan inggris. Sejak tahun1780, pasukan inggris mulai mengalami kekalahan di berbagai
medan tempur Amerika. Walaupun Karolina, Charleston dan Virginia sempat dikuasai, pada
pertempuran berikutya pasukan inggris tidak bisa mengalahkan pasukan gabungan
Amerika dan prancis. Akhirnya pada tanggal 19 Oktober 1781, pasukan Cornwallis menyerah
dan Parlemen inggris segera memutuskan untuk menghentikan perang. Setelah mengalami
kekalahan perang, inggris sepakat untuk berunding pada bulan Maret 1782.

Perundingan damai yang diselenggarakan di Paris dihadiri oleh delegasi dari AS, inggris,
prancis, Spanyol dan negara-negara yang berkepentingan dengan daerah koloni di Amerika.
Hasil Perjanjian Paris ditandatangani secara formal tanggal 3 September 1783. Raja George
III dari inggris mengakui kemerdekaan Amerika Serikat.
5. Pembentukan Kostitusi dan Pengaruhnya

Dengan adanya Deklarasi kemerdekaan 1776 dan perang kemerdekaan sampai tahun 1783,
bangsa Amerika mulai mengubah struktur sosial politiknya. Pada bulan Mei 1776 Kongres
Amerika merekomentasi berdirinya negara bagian dan menggantikan pemerintahan
provinsi yang didasarkan atas prinsip-prinsip pemerintahan republik. Setiap negara bagian
segera membuat undang-undang dasar (konstitusi) yang disahkan oleh Kongres provinsi
dan persetujuan rakyat.

Konstitusi negara bagian menjamin melindungi kebebasan sipil warganya terutama dari
kemungkinan meluasnya pengaruh kekuatan legislatif. Sejak Deklarasi Kemerdekaan,
Konstitusi Amerika Serikat mengalami beberapa amandemen. Dalam amandemen tahun
1789 dirumuskan kebebasan berbicara bagi warga negara (freedom of speech), kebebasan
pers (freedom of press), dan beragama (feedom of religion). Prinsip kebebasan tersebut
diadopsi oleh pendukung gerakan revolusioner untuk menyuarakan hak-hak asasi manusia
di beberapa negara Eropa pada abad ke18-19 dan negara-negara Asia pada abad ke-20.

Revolusi Amerika juga berpengaruh terhadap perubahan sikap orang-orang kulit putih
terhadap budak negro. Sebelum terjadinya revolusi, walaupun golongan kulit putih
mengakui kebebasan dan hak warga sipil, mereka masih mengakui rendahnya status
orang orang kulit hitam. Selama perang kemerdekan, banyak orang Amerika yang
menentang penggimaan orang kulit hitam sebagai tentara. Namun demikian, karena
kebutuhan akan tenaga kerja, akhirnya orang hitam juga diangkat menjadi tentara dan
setelah itu dijanjikan akan dibebaskan dari perbudakan. Pengaruh revolusi kemerdekaan
terhadap perbudakan juga cukup penting. Beberapa negara bagian akhirnya melarang
perdagangan budak dan berusaha membebaskan para budak.

Prinsip equality, liberty dan individual freedom belum sepenuhnya diterapkan dalam
kehidupan demokrasi di Amerika Serikat pada abad ke18-19. Golongan Negro masih
dianggap golongan kedua dan mereka masih harus memperjuangkan hak-hak equality-nya
Revolusi Amerika juga berpengaruh langsung terhadap terjadinya Revolusi prancis (1789).
Kemampuan kaum kolonis di Amerika menentang tirani Pemerintahan Kerjaan inggris
hingga lahirnya Deklarasi Kemerdekaan serta terbentuknya Konstitusi Amerika Serikat
menginspirasi para pemikir prancis serta Golongan Borjuis prancis untuk menggulingkan
Pemerinthan Raja Louis XVI prancis yang absolut. Mereka juga menginginkan prancis
memiliki konstitusi yang menjamin kebebasan warga serta pembatasan terhadap
kekuasaan raja. Oleh karena itu, untuk menumbangkan pemerintahan yang absolut harus
dilawan dengan gerakan revolusionersampai abad ke-20.

Anda mungkin juga menyukai