Anda di halaman 1dari 13

Materi IPA : SAINS dan KERJA ILMIAH

KELAS 7
JULI 2020

A. Pengertian IPA
IPA adalah ilmu yang mempelajari segala sesutu yang berada di sekitar kita baik yang
hidup maupun yang mati.

Di dalam menemukan konsep-konsep IPA, maka para ilmuwan melakukan kegiatan


penyelidikan yang disebut observasi (pengamatan). IPA berkembang melalui proses
penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan.

Penelitian yang dilakukan ilmuwan harus melalui langkah-langkah yang terencana dan
sistematis untuk memperoleh informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian tersebut


dinamakan metode ilmiah.

Metode ilmiah merupakan proses keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan (dari


pemecahan masalah dan mengetahui penyebabnya) secara sistematis sehingga dapat
diperoleh simpulan yang dapat dipercaya (valid).

Langkah-langkah Metode Ilmiah


1. Melakukan observasi awal

Obervasi dilakukan untuk mengamati keadaan awal objek penelitian, menganalisis sifat-
sifat objek yang diteliti.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah adalah kegiatan menemukan dan menentukan permasalahan


yang akan diangkat dalam penelitian.

3. Merumuskan hipotesis (dugaan sementara)

Hipotesis adalah membuat rumusan awal (prediksi) terhadap hasil dari permasalahan
yang diangkat.

4. Melakukan eksperimen

Eksperimen adalah melakukan percobaan untuk membuktikan hiptesis, dengan


mengendalikan variabel-variabel penelitian.
5. Melakukan analisis hasil

Analisis hasil dikembangkan dari rumusan hipotesis yang telah dibuat, untuk
mengetahui apakah hipotesis yang dibuat dapat menjelaskan fenomena permasalahan
yang terjadi atau tidak.

6. Menarik simpulan

Setelah hasil dianalisis dan dihubungkan dengan hipotesis, peneliti dapat menarik
simpulan yang menjelaskan hubungan-hubungan tersebut dengan singkat dan jelas.

B. Proses Penyelidikan IPA


Proses penyelidikan IPA meliputi tiga tahap, yaitu pengamatan, membuat inferensi, dan
mengkomunikasikan.

1. Pengamatan

Pengamatan adalah proses mengumpulkan data dan informasi tentang benda yang
sedang diselidiki.

Pengamatan dapat dilakukan dengan bantuan indera manusia maupun alat. Misalnya
mengamati perubahan warna larutan dapat dilakukan dengan indera penglihatan (mata),
atau melakukan pengamatan terhadap bakteri menggunakan bantuan mikroskop.

2. Membuat Inferensi

Membuat inferensi artinya adalah merumuskan penjelasan berdasarkan data dan


informasi yang telah dikumpulkan pada saat pengamatan.

Penjelasan tersebut digunakan untuk menemukan hubungan antar aspek yang diamati
dan membuat hipotesis (dugaan sementara).

3. Mengkomunikasikan

Setelah semua penjelasan dirumuskan dengan baik, langkah berikutnya adalah


mengkomunikasikan hasil penyelidikan baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.

Data-data pendukung yang dapat dikomunikasikan, misalnya tabel, grafik, bagan atau
gambar.

C. Objek IPA

Objek yang dipelajari dalam IPA adalah seluruh benda di alam dengan segala
interaksinya untuk dipelajari pola- pola keteraturannya.

Objek IPA dapat berupa benda berukuran sangat kecil (mikroskopis), misalnya bakteri,
virus, dan atom atau benda yang berukuran sangat besar seperti lautan, bumi, dan tata
surya.
D. Bagian-Bagian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dikelompokkan menjadi empat bagian sebagai berikut.

1. Fisika

Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang aspek mendasar alam, seperti materi,
energi, cahaya, gerak panas dan berbagai gejala fisik alam lainnya.

2. Kimia

Kimia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu mengenai materi dan
perubahannya serta interaksi antar materi yang satu dengan materi yang lain.

3. Biologi

Biologi adalah cabang IPA yang mempelajari sistem kehidupan mulai dari ukuran yang
kecil sampai dengan lingkungan yang sangat luas.

4. Ilmu Bumi dan Antariksa

Ilmu Bumi dan Antariksa merupakan cabang IPA yang mempelajari tentang asal mula
bumi, perkebangan dan keadaannya saat ini, bintang, planet dan berbagai benda langit
lainnya.

E. Pengukuran IPA
Pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan mengukur suatu besaran dari objek atau
benda. Pengertian pengukuran tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan
mengukur dibutuhkan alat ukur yang sesuai dengan besarannya.

Sedangkan mengukur adalah membandingkan nilai besaran yang diukur dengan alat


ukur yang sesuai, misalnya mengukur lebar meja dengan mistar, mengukur kecepatan
lari dengan stopwacth, atau mengukur massa benda dengan neraca.

Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan nilai dan
satuan. Satuan adalah pembanding dalam sebuah pengukuran.

Di dalam melakukan kegiatan pengukuran terhadap suatu benda, yang terpenting


adalah menggunakan alat ukur yang sesuai dan standar.

Syarat pengukuran tersebut harus dipenuhi untuk mendapatkan nilai ukur yang tepat. 
Pengukuran yang teliti akan menghasilkan nilai yang akurat. Semakin tinggi tingkat
ketelitian sebuah alat ukur, maka nilai pengukuran semakin baik.

F. Besaran Pokok dan Besaran Turunan


Berdasarkan jenis satuanya, maka besaran dibedakan menjadi besaran
pokok dan besaran turunan.
Besaran pokok
Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya telah didefinisikan terlebih dahulu,
terdiri atas tujuh besaran.

Berikut ini tujuh besaran pokok besarta satuannya berdasarkan Satuan Internasional


(SI).

Besaran turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Misalnya : Luas
adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok panjang, kecepatan adalah besaran
yang diturunkan dari besaran pokok panjang dan waktu.

Beberapa contoh besaran turunan yang lain dapat dilihat pada tabel berikut.

G. Satuan Baku dan Tidak Baku


Satuan baku adalah satuan yang telah disepakati pemakaiannya secara internasional
atau disebut juga Sistem Internasional (SI).

Syarat satuan baku adalah berlaku internasional, mudah ditiru, dan tidak berubah.
Satuan dalam Sistem Internasional dibagi menjadi dua sistem, yaitu sistem MKS (meter
– kilogram – sekon) dan sistem CGS (centimeter – gram – sekon).
Satuan tidak baku adalah satuan yang tidak diakui secara internasional, hanya
digunakan pada wilayah tertentu saja.

Sebelum ditemukannya alat ukur, maka penduduk pada jaman dahulu menggunakan
satuan tidak baku untuk pedoman pengukuran. Contoh satuan tidak baku, antara lain
hasta, depa, kaki, lengan, dan tumbak.

H. Alat Ukur
Alat ukur digunakan dalam pengukuran sesuai dengan besaran yang akan diukur.
Setiap alat ukur memiliki tingkat ketelian yang berbeda-beda, tergantung pada skala
yang ada. Semakin kecil skala yang digunakan, maka alat ukur memiliki tingkat ketelitian
yang tinggi.

Penggunaan suatu alat ukur tertentu ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain
ketelitian hasil ukur, ukuran besaran yang diukur, dan bentuk benda yang akan diukur.

Berikut ini beberapa alat ukur panjang, massa, dan waktu yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.

Alat Ukur Panjang


1. Mistar

Mistar atau penggaris adalah alat ukur panjang yang biasa digunakan untuk mengukur
panjang dan lebar benda.

Alat ukur ini memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Mistar memiliki ketelitian
pengukuran setengah dari skala terkecilnya, yaitu 0,5 mm.
2. Jangka Sorong

Jangka sorong sering digunakan untuk mengukur diameter bola kecil, tebal uang
logam, maupun diameter dalam tabung.

Terdapat dua jenis skala pada Jangka sorong, yaitu skala utama yang terdapat pada
rahang tetap jangka sorong dan skala nonius, yaitu skala pada rahang yang dapat
digeser. Tingkat ketelitian jangka sorong sampai dengan 0,01 cm atau 0,1 mm.

3. Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup adalah alat ukur yang difungsikan untuk mengukur diameter benda
tipis, misalkan plat.

Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu selubung (poros tetap) dan selubung
luar (poros ulir).

Skala panjang pada poros tetap merupakan skala utama, sedangkan pada poros ulir
merupakan skala nonius.

Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam mm, sedangkan skala
noniusnya terbagi dalam 50 bagian.

Satu bagian pada skala nonius mempunyai nilai 1/50 × 0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi,
mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm
Alat Ukur Massa
1. Neraca O’hauss Tiga Lengan

Sesuai dengan namanya, neraca O’hauss tiga lengan mempunyai lengan berjumlah


tiga dan satu cawan tempat benda. Neraca ini adalah alat ukur massa yang memiliki
tingkat ketelitian 0,1 gram.

2. Neraca Digital

Neraca digital merupakan alat ukur massa yang sering ada di dalam laboratorium untuk
menimbang bahan yang akan digunakan dalam praktikum.

Neraca digital mempunyai tingkat ketelitian lebih besar daripada neraca O’huss, yaitu
0,01 gram.
3. Neraca Analitis Dua Lengan

Neraca jenis ini akan banyak terlihat di toko-toko emas, karena digunakan untuk
mengukur massa emas. Pada neraca analitis dua lengan, terdapat dua lengan dengan
wadah kecil dari logam untuk menimbang.

Lengan satu digunakan untuk meletakkan benda/logam yang akan ditimbang, lengan
dua untuk meletakkann bobot timbangan. Neraca ini memiliki tingkat ketelitian 0,001
gram.

4. Neraca Pasar

Neraca pasar sering disebut juga sebagai neraca mekanik meja. Neraca pasar
dimanfaatkan oleh para pedagang kelontong untuk menimbang barang dagangan
mereka.

Ketelitian neraca pasar sangat rendah, yaitu 50 gram. Anak timbangan pada neraca ini
adalah 50 gram, 100 gram (1 ons), 200 gram, 500 gr dan 1 kg. Massa yang terukur
sama dengan jumlah massa anak timbangan yang digunakan.
Alat Ukur Waktu
1. Arloji

Arloji atau jam tangan merupakan alat penunjuk waktu yang dipakai di pergelangan
tangan manusia. Jam tangan pertama kali diperkenalkan pada abad ke-16.

Pada saat itu, semua jam tangan dan alat penunjuk waktu lainnya menggunakan mesin
penggerak mekanik manual (hand winding). Arloji mempunyai tingkat ketelitian 1 sekon

2. Stopwatch

Stopwatch merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang
diperlukan dalam sebuah kegiatan, misalnya mengukur kecepatan pelari dan perenang
dalam sebuah lomba olahraga. Stopwatch memiliki tingkat ketelitian 0,1 sekon
3. Jam Matahari

Jam matahari atau sundial adalah alat yang mengunakan matahari untuk menentukan
waktu. Sebelum ada alat ukur waktu yang modern seperti saat ini, orang-orang pada
jaman dahulu memanfaatkan jam matahari sebagai penunjuk waktu.

Untuk melengkapi pemahaman peserta didik terhadap materi Objek IPA dan


Pengamatannya, silakan pelajari soal materi Objek IPA dan Pengamatannya di sini.
Materi kls 8
System gerak pd manusia
a.tulang sebagai alat gerak
semester 1
juli 2020
Gerak Pada Makhluk Hidup (Manusia)
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum, gerak dapat
diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari
tubuh makhluk hidup. Namun, pernahkan kalian bertanya mengapa manusia bisa
berdiri tegak dan bergerak dengan leluasa? Apa yang berperan dalam gerak pada
manusia?

Adanya gerak pada manusia ini lantaran alat gerak yang tersusun dalam sistem gerak
di tubuh manusia. Sistem gerak pada manusia terdiri dari rangka atau tulang sebagai
alat gerak pasif dan otot sebagai alat gerak aktif, Disamping itu ada pula sendi yang
merupakan tempat terhubungnya dua tulang atau lebih sehingga hubungan antar
tulang-tulang dapat digerakan.

Rangka atau Tulang

Rangka merupakan susunan tulang yang saling berhubungan dan mempunyai fungsi
utama yakni sebagai alat gerak pasif yang artinya tulang hanya bisa bekerja atau
bergerak apabila ada bantuan dari otot. Tulang juga berfungsi sebagai penopang
tubuh, tempat menempelnya otot, melindungi organ dalam, dan tempat pembentukan
sel darah baik darah merah maupun darah putih.

Tulang sendiri terbentuk dari kandungan kalsium yang berbentuk garam dan merekat
erat dengan bantuan kolagen. Di dalam masa perkembangannya, bentuk tulang dapat
berubah atau mengalami kelainan. Hal ini dikarenakan adanya infeksi penyakit, faktor
nutrisi dan gizi ataupun posisi tubuh yang salah.

(Baca juga: Susunan Sistem Saraf pada Manusia)


Dalam sistem gerak pada manusia, struktur tulang terbagi ke dalam beberapa lapisan,
yaitu periosteum, tulang kompak, tulang spons, rongga sum-sum atau rongga medulla
dan tulang rawan atau kartilago. Sedangkan berdasarkan bentuknya tulang dibedakan
menjadi tulang panjang (pipa), tulang pendek, tulang pipih, dan yang berbentuk tidak
beraturan.

Persendian

Jika dilihat berdasarkan banyak tidaknya digerakan maka persendian dikelompokan


menjadi 3, yaitu sinartrosis (hubungan antar tulang yang tidak memungkinkan adanya
gerakan seperti tengkorak), sendi amfiartrosis (Hubungan antar tulang yang
memungkinkan gerakan terbatas seperti sendi antar ruas belakang), dan yang terakhir
sendi diartrosis (hubungan antar tulang yang memungkinkan terjadinya banyak
gerakan).

Adapun, sendi diartosis di bagi menjadi 5 buah, meliputi:

 Sendi Peluru yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan salah satu
tulang berputar terhadap tulang yang lainnya sebagai porosnya. Contohnya,
tulang kepala dan leher.
 Sendi engsel yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan hanya
satu arah saja. Contohnya tulang sikut dan lutut.
 Sendi pelana yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan kedua
arah. Contohnya, pangkal ibu jari.
 Sendi geser yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan pada
satu bidang saja atau gerakan bergeser. Contohnya, tulang pergelangan kaki
dan hubungan antar tulang belakang.
 Sendi ellipsoidal yaitu hubungan antar tulang berbentuk oval dan yang lainnya
elips sehingga beputar di setiap arah kecuali aksial. Contohnya pada
pergelangan tangan.

Otot

Selain tulang dan sendi, gerak pada manusia juga bertumpu pada otot. Otot
merupakan sebuah jaringan yang terdapat di dalam tubuh manusia yang fungsinya
sebagai alat gerak aktif untuk membantu tulang agar dapat bergerak. Gerak pada
manusia terjadi karena proses kontraksi otot yang membutuhkan energi dan relaksasi
otot.

Berdasarkan jenisnya. otot terbagi menjadi 3, yaitu otot polos yang ditemukan
disaluran pencernaan seperti lambung maupun usus halus. Kedua, otot jantung yang
ditemukan pada organ jantung, dan otot lurik yang melekat pada rangka.
Kelainan pada sistem gerak

Dalam sistem gerak pada manusia bisa juga mengalami gangguan dan kelainan yang
bisa menghambat gerakan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kelainan pada
sistem gerak ini bisa disebabkan karena osteoporosis atau kerapuhan tulang yang
diakibatkan kurang kalsium maupun kurangnya produksi hormon, artritis atau
kerusakan tulang rawan, fraktura atau patah tulang, kifosis atau kelainan tulang
belakang dibagian dada, lordosisi atau kelainan tulang belakang dibagian pinggang,
dan scoliosis.

Adapun, dalam menjaga kesehatan sistem gerak pada manusia dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti rutin mengkonsumsi vitamin D maupun kalsium,
berjemur dibawah sinar matahari mampu membantu dalam proses penyerapan
kalsium dari makanan, kebiasaaan duduk yang benar untuk menjaga tulang punggung,
dan aktifitas fisik yang baik untuk membantu penghambat kerapuhan tulang.

Anda mungkin juga menyukai