Anda di halaman 1dari 2

5.

1 Tinjauan Metabolisme Protein

Protein adalah sekumpulan makromolekul yang heterogen dengan berbagai ukuran, struktur, dan
fungsi yang dibedakan berdasarkan rantai asam amino yang membentuknya. Asam amino
merupakan struktur organic yang terdiri atas paling tidak 1 atom nitrogen. Asam amino esensial
adalah asam amino yang tidak bisa disintesis di dalam tubuh sehingga membutuhkan asupan
nitrogen dari makanan agar dapat memenuhi kebutuhan asam amino untuk sintesis protein

Sebagai bahan tambahan dari proses oksidasi asam amino, nitrogen akan dieliminasi melalui urin
dalam bentuk urea, hal ini menandakan bahwa asam amino yang mengalami oksidasi akan
tergantikan oleh asam amino dari makanan. Sehingga keseimbangan sintesis dan degradasi
protein sangat penting untuk menjaga massa tubuh.

Asam amino dari makanan akan mencapai hati melalui vena porta dan sebagian besar akan
disimpan di dalam hati. Namun, beberapa asam amino (valin, leukin, dan isoleukin)
dimetabolisme dengan buruk di hati, sehingga akan dialihkan ke otot-otot rangka agar bisa
menghasilkan energy dengan efektif dan diubah menjadi alanine dan glutamin. Alanine dan
glutamin inilah yang akan dibawa ke hati untuk proses pembentukan energy lebih lanjut.
Perubahan asam amino ini bergantung pada keseimbangan degradasi dan sintesis protein.

Insulin menjadi kunci dari terjadinya keseimbangan degradasi dan sintesis protein, efeknya
bergantung pada konsentrasi insulin dalam darah. Sehingga, konsentrasi insulin dalam darah
yang rendah meskipun kadar asam amino meningkat akan memicu sintesis protein pada otot
rangka tanpa menghacurkan protein yang ada di dalam otot tersebut. (Greenhaff et al. 2008).
Namun, meningkatnya kadar insulin dalam darah tidak akan meningkatkan sintesis protein lebih
lanjut hanya menekan proses degradasi (Greenhaff et al. 2008). Insulin juga menekan proses
degradasi protein dengan menghambat aktivitas proteasom (Chondrogianni et al. 2014).

5.2 Pergantian Protein pada Obesitas

Secara teori, obesitas yang diakibatkan oleh hiperinsulinemia seharusnya diikuti dengan
peningkatan jumlah protein, kecuali kelainan insulin juga menyerang proses metabolism protein.
Namun, penelitian menunjukan hasil yang tidak pasti. Beberapa penelitian menemukan bahwa
degradasi protein dalam keadaan puasa lebih meningkat pada pasien obesitas dibandingkan
dengan orang tidak obesitas. Oleh karena itu, belum pasti peran apa yang memainkan resistensi
insulin dalam metabolisme asam amino dan protein.

5.2 BCAA (Branched-Chain Amino Acids/ asam amino rantai cabang) dan Obesitas

Selama lebih dari 50 tahun, sudah diketahui bahwa konsentrasi BCAA (asam amino rantai
cabang) meningkat pada kasus obesitas (Newgard 2012).lebih lanjut, terdapat bukti bahwa
meningkatnya kadan BCAA dalam darah merupakan factor risiko dari terjadinya resistensi
insulin (McCormack et al. 2013) dan diabetes tipe 2 (Wang et al. 2011); meskipun begitu,
penjelasan mekanisme terjadinya hal ini masih sulit dipahami (Lynch and Adams 2014).
Everman et al. baru-baru ini mengemukakan pendapat bahwa BCAA bisa jadi merupakan
penyebab dari resistensi insulin. Melalui penelitian, dia menemukan bahwa asupan sementara
BCAA pada orang sehat tidak mempengaruhi sensitivitas insulin, sehinga patofisologi
meningkatnya BCAA pada penderita obesitas serta pengaruhnya terhadap resistensi insulin
masih menjadi sebuah pertanyaan.

Anda mungkin juga menyukai