Anda di halaman 1dari 36

Askep Ca Mamae (Kanker Payudara)

1. Pengertian

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh

berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika

benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar

(metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah

bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa

bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)

Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh

yang berubah menjadi ganas. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu

Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk)

2. Etiologi

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko

pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :

1. Tinggi melebihi 170 cm

Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena

pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur

genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.

2. Masa reproduksi yang relatif panjang.

1. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.

2. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)

3. Wanita yang belum mempunyai anak

Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita
yang sudah punya anak.

4. Kehamilan dan menyusui

Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.

5. Wanita gemuk

Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.

6. Preparat hormon estrogen

Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.

7. Faktor genetik

Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang

ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46)

3. Anatomi fisiologi

1. Anatomi payudara

Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus

laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang

lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang

sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.

2. Fisiologi payudara

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama

ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke

klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang

diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang

dan timbulnya asinus.

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari

kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan

yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi

tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin

dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras

kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.

Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi

besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus

baru.

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi

oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting

susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535)

4. Insiden

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia

adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan

kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa

urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah

bening, kulit dan kanker nasofaring (Anaonim, 2004).

Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data terakhir

menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka

ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim. (http//www.pikiran-

rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk).

5. Patofisiologi

Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada jaringan
payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit

payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah

masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda

dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.

Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang

mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen.

Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan

dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih

tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan

respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau

adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)

6. Gejala klinik

Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri

maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit

dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan

tegang, retraksi putting, pembengkakan lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam

10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, Harianto, dkk)

Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan padat, benjolan

tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini

belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar payudara. (Erik T, 2005, hal : 42)

7. Klasifikasi kanker payudara

1. Tumor primer (T)


1. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan

2. To : Tidak terbukti adanya tumor primer

3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor

4. T1 : Tumor < 2 cm

T1a : Tumor < 0,5 cm

T1b : Tumor 0,5 – 1 cm

T1c : Tumor 1 – 2 cm

5. T2 : Tumor 2 – 5 cm

6. T3 : Tumor diatas 5 cm

7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau

kulit.

T4a : Melekat pada dinding dada

T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit

T4c : T4a dan T4b

T4d : Mastitis karsinomatosis

2. Nodus limfe regional (N)

1. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

2. N0 : Tidak teraba kelenjar axila

3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.

N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau

melekat pada jaringan sekitarnya.

N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

3. Metastas jauh (M)


1. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan

2. M0 : Tidak ada metastase jauh

3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

8. Stadium kanker payudara :

1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau

penyebaran luas.

2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran

jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN

3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar

dari 5 cm tanpa keterlibatan LN

4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor

dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh

5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit

semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.

6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.

(Setio W, 2000, hal : 285)

9. Pemeriksaan diagnostik

1) Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara,

hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.

2) Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.

3) CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ

lain

4) Sistologi biopsi aspirasi jarum halus


5) Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor

pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

(Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)

10. Pencegahan

Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di

payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan

dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak

membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan.

Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara.

Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian

yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke

dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu,

segeralah pergi ke dokter.

2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.

3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.

4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah

bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan.

Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada

benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.

5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila

diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila

ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan

dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah
pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh

secara sempurna.

6. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan (www.vision.com jam

10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Ramadhan)

11. Penanganan

Pembedahan

1. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi

sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang

terkena).

2. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar

limfe dilateral otocpectoralis minor.

3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi

Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial

1) Mastektomi radikal

Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial.

2) Mastektomi radikal yang diperluas

Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.

Non pembedahan

1. Penyinaran

Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker

lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.


2. Kemoterapi

Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.

3. Terapi hormon dan endokrin

Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi

adrenalektomi hipofisektomi.

(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 - 1600)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan

riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta

review catatan sebelumnya.

Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data,

klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.

Pengumpulan data

Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan proses

keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang bertujuan untuk

mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan keperawatan .


Sumber data

Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas kesehatan

lain baik secara wawancara maupun observasi.

Data yang disimpulkan meliputi :

Data biografi /biodata

Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis

kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

Riwayat keluhan utama.

Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya

ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.

Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.

Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .

Pengkajian fisik meliputi :

 Keadaan umum

 Tingkah laku

 BB dan TB

 Pengkajian head to toe

Pemeriksaan laboratorium :

 Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit


meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.

 Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.

Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar X,

ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.

Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :

Nutrisi

Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan yang

disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.

Eliminasi

Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk RS.

Istirahat dan tidur

Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.

Personal hygiene

1. Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari

2. Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu

3. Dikaji sebelum dan pada saat di RS

Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spritual :

 Status psikologis

Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh,
merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping yang negatif.

 Status social

Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat lain.

 Kegiatan keagamaan

Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.

Klasifikasi Data

Data pengkajian :

Data subyektif

Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal sebagai berikut

: klien mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan batuk, nafsu makan menurun,

kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur, harapan klien cepat sembuh, lemah,

riwayat menikah, riwayat keluarga.

Data obyektif

Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang meliputi :

asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan pada payudara, hasil pemeriksaan

laboratorium dan diagnostik.

Analisa Data

Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya pikir

yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan masalah yang didapat pada

klien.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan

penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.

7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.

PERENCANAAN

Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan perencanaan

perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui.

Pada perencanaan meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi, rasional,

implementasi dan evaluasi.

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor

Ditandai dengan :

DS : - Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke

kanan.

DO : - Klien nampak meringis

- Klien nampak sesak

- Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri

Tujuan : Nyeri teratasi.

Kriteria Hasil :

 Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang


 Nyeri tekan tidak ada

 Ekspresi wajah tenang

 Luka sembuh dengan baik

Intervensi :

1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.

Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh

klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.

2) Beri posisi yang menyenangkan.

Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif

dan dapat mengurangi nyeri.

3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.

Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar

sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.

4) Ukur tanda-tanda vital

Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri.

5) Penatalaksanaan pemberian analgetik

Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak

dipersepsikan.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.

Ditandai dengan :

DS :

 Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.


 Klien mengeluh badan terasa lemah.

 Klien tidak mau banyak bergerak.

DO :

 Klien tampak takut bergerak.

Tujuan : Klien dapat beraktivitas

Kriteria Hasil :

 Klien dapat beraktivitas sehari – hari.

 Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.

Intervensi :

1) Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.

Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan

gerak.

2) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan

Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.

3) Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.

Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam gerakan dan

postur.

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.

Ditandai dengan :

DS :

 Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.

 Ekspresi wajah tampak murung.


 Tidak mau melihat tubuhnya.

DO :

 Klien tampak takut melihat anggota tubuhnya.

Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.

Kriteria Hasil :

 Klien tampak tenang

 Mau berpartisipasi dalam program terapi

Intervensi :

1) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.

Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga pasien

dapat membuat rencana untuk masa depannya.

2) Diskusikan tanda dan gejala depresi.

Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali dan

diukur.

3) Diskusikan tanda dan gejala depresi

Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran diri, takut

jaringan parut, datuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik.

Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap, mendekati

normal.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah

Ditandai dengan :

DS :   Klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya


DO : Klien jarang bicara dengan pasien lain

 Klien nampak murung.

Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya.

Kriteria Hasil :

 Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.

 Klien dapat menerima efek pembedahan.

Intervensi :

1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.

Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan

masalah

2) Tinjau ulang efek pembedahan

Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.

3) Berikan dukungan emosi klien.

Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.

4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.

Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

Ditandai dengan :

DS :  Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.

DO :

 Adanya balutan pada luka operasi.


 Terpasang drainase

 Warna drainase merah muda

Tujuan : Tidak terjadi infeksi.

Kriteria Hasil :

 Tidak ada tanda – tanda infeksi.

 Luka dapat sembuh dengan sempurna.

Intervensi :

1) Kaji adanya tanda – tanda infeksi.

Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi sehingga dapat

segera diberikan tindakan yang tepat.

2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.

Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.

3) Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.

Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.

4) Penatalaksanaan pemberian antibiotik.

Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses infeksi.

6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan

penyakitnya

berhubungan dengan kurangnya informasi.

Ditandai dengan :

DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.

DO : Ekspresi wajah murung/bingung.

Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.


Kriteria Hasil :

 Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.

 Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya.

Intervensi :

1) Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan

datang.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat pilihan

berdasarkan informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program terapi.

2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan

cairan yang adekuat.

Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume sirkulasi

untuk mengingatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.

3) Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.

Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan

meningkatkan perasaan sehat.

4) Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak.

Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan menurunkan

ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom payudara.

5) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara yang masih ada.

Anjurkan untuk Mammografi.

Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan

terjadinya / berulangnya tumor baru.

7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak


adekuat

Ditandai dengan :

DS :

 Klien mengeluh nafsu makan menurun

an : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil :

 Nafsu makan meningkat

 Klien tidak lemah

 Hb normal (12 – 14 gr/dl)

Intervensi :

1) Kaji pola makan klien

Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan dalam

tindakan selanjutnya.

alam porsi kecil tapi sering

Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi sedikit

demi sedikit.

3) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.

Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan.

4) Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.

Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi penambah tenaga.

5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien

Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk kebutuhan

energi.
Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana

keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan,

pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah

dicatat dalam rencana perawatan klien.

Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-

tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah

dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan

mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya.

Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana

perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya

Evaluasi

Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang

iinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian

mengganti rencana perawatan jika diperlukan.

Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah

pencapaian hasil.

Daftar Pustaka
Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,

EGC, Jakarta

Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian

Rakyat, Jakarta.
Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3,

Jakarta

Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi,

EGC, Jakarta

KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE)

A.    Definisi
Ca mammae adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam
jaringan mammae (Tapan, 2005). Ca Mammae adalah kanker yang menyerang jaringan
payudara yang menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk menjadi
abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali (Mardiana, 2004).

B.     Insiden
Ca mammae merupakan jenis kanker kedua terbanyak yang diderita kaum wanita
setelah ca serviks. Amerika utara dan Eropa memiliki angka insiden ca mammae yang
lebih tinggi daripada Asia. Di Amerika Serikat ca mammae merupakan 32 % dari
seluruh jumlah kanker pada wanita. Diperkirakan 1 diantara 8 wanita di Amerika
Serikat (± 12,8%) mengidap karsinoma payudara selama hidupnya. Tiap tahun 180.000
kasus baru invasive breast cancer terdiagnosis dengan lebih dari 40.000 angka kematian
terjadi di AS sedangkan lebih dari 1 juta kasus baru dan 370.000 kematian tiap tahunnya
terjadi di seluruh dunia. Ini menunjukkan bahwa metode pengobatan yang efektif sangat
dibutuhkan untuk memberantas penyakit ini (Ibrahim, 2010).
Angka insiden tertinggi dapat ditemukan pada beberapa daerah di Amerika Serikat
(100/100.000), beberapa negara Eropa Barat (tertinggi di Swiss, (73,5/100.000). Untuk
Asia, masih berkisar antara 10-20/100.000 (Jepang 17,6/100.000), (Kuwait
17,2/100.000), (Cina 9,5/100.000) (RS Kanker Dharmais, 2002).
Belum ada data yang akurat untuk insiden ca mammae di masyarakat Indonesia pada
saat ini, karena luasnya wilayah dan terbatasnya sarana maka semua data kanker
berdasarkan data dari rumah sakit. Dari beberapa laporan, Angka ca mammae
diperkirakan 20 % dari seluruh kanker yang menyerang wanita (Azamris, 2006).

C.    Etiologi
Saat ini belum ditemukan data yang pasti yang menjadi faktor penyebab utama
penyakit ca mammae. Sampai saat ini terjadinya ca mammae diduga akibat interaksi
yang rumit dari banyak faktor seperti faktor genetika, lingkungan, dan hormonal yaitu
kadar hormon estrogen dalam tubuh yang berlebihan (Harianto, 2005).

D.  Faktor Risiko


Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor
resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara. Ada
beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya ca mammae yaitu :
1.         Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki riwayat keluarga ada yang menderita ca mammae seperti pada
ibu, saudara perempuan, atau adik/kakak memiliki resiko terkena ca mammae 2 hingga
3 kali lebih tinggi.
2.         Hormon
Haid pertama (menarche) sebelum umur 10 tahun, mati haid (menopause) setelah umur
55 tahun, tidak menikah atau tidak pernah melahirkan anak, melahirkan anak setelah
umur 35 tahun dan tidak pernah menyusui anak.
3.      Umur
Wanita berumur >30 tahun mempunyai kemungkinan lebih besar mendapat kanker
payudara dan kemungkinan tersebut bertambah setelah menopause.
4.      Wanita yang pernah mengalami infeksi, trauma/benturan, operasi payudara akibat
tumor jinak atatu tumor ganas kontralateral.
5.      Wanita yang mendapat radiasi sebelumnya pada payudara atau dinding dada.
6.      Peningkatan berat badan yang signifikan pada usia dewasa.
7.      Wanita yang pernah mengalami operasi tumor ovarium resikonya 3 hingga 4 kali lebih
tinggi (Dalimartha, 2004).
8.      Lama menggunakan kontrasepsi oral
9.      Pola konsumsi makanan berlemak
10.  Kurangnya aktivitas fisik (Indarti, 2005).

E.  Patofisiologi
Ca mammae, sama seperti keganasan lainnya penyebab dari keganasan ini
merupakan multifaktoral baik lingkungan maupun faktor herediter, diantaranya adanya
lesi pada DNA menyebabkan mutasi genetik, mutasi gen ini dapat menyebabkan ca
mammae, kegagalan sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan abnormal dari growth factor
menyebabkan rangsangan abnormal antara sel stromal dengan sel epitel, adanya defek
pada DNA repair genes seperti BRCA1, BRCA2, yang pada prinsipnya meningkatkan
aktivitas proliferasi sel serta kelainan yang menurunkan atau menghilangkan regulasi
kematian sel (Heffner, 2005).
Ca mammae  terjadi karena hilangnya kontrol atau proliferasi sel payudara dan
apoptosis sehingga sel payudara berpoliferasi secara terus-menerus. Hilangnya fungsi
apoptosis menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel akibat kerusakan
DNA. Bila terjadi mutasi gen p53 maka fungsi sebagai pendeteksi kerusakan DNA akan
hilang, sehingga sel-sel abnormal berpoliferasi terus-menerus. Peningkatan jumlah sel
tidak normal ini umumnya membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker. Tumor
jinak biasanya merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang
menyerupai kantong. Lewat aliran darah maupun sistem getah bening, sel-sel tumor dan
racun yang dihasilkan keluar dari kumpulannya dan menyebar ke bagian lain tubuh.
Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru,
yang akhirnya membentuk segerombolan sel tumor ganas atau kanker baru. Keganasan
kanker payudara ini dengan menyerang sel-sel nomal disekitarnya, terutama sel-sel
yang lemah. Sel kanker akan tumbuh pesat sekali, sehingga payudara penderita akan
membesar tidak seperti biasanya.
Ca mamae berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara. Pertumbuhan dimulai
dari dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang disebut karsinoma noninvasif.
Kemudian tumor menerobos ke luar dinding duktus atau kelenjarr di daerah lobulus dan
invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan nama karsinoma invasif. Penyebaran
tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh di kelenjar getah
bening, sehingga kelenjar getah bening aksiler atau supraklavikuler membesar. Ca
mammae pertama kali menyebar ke kelenjar aksila regional. Lokasi metastasis paling
jauh yaitu tulang, hati, paru, pleura, dan otak (Heffner, 2005).
F.     Tipe-tipe
Tipe Ca mammae berdasarkan gambaran histopatologi :
1.      Karsinoma duktal menginflitrasi
Adalah tipe histopatologi yang paling umum, merupakan 75 % dari semua jenis kanker
payudara. Kanker ini sangat jelas karena keras saat palpasi. Kanker jenis ini biasanya
bermetastasis ke nodus aksila, tulang, paru, hepar dan otak
2.      Karsinoma lobular menginfiltrasi
Tipe ini umumnya multisentris, dapat terjadi penebalan beberapa area pada salah satu
atau kedua mammae. Karsinoma lobular biasanya bermetastasis ke permukaan
meningeal.
3.      Karsinoma modular
Pada  6 % karsinoma modular  tumbuh dalam kapsul, dapat menjadi besar tetapi meluas
dengan lambat, sehingga prognosis seringkali lebih baik.
4.      Karsinoma musinus
Pada  3 % karsinoma musinus adalah  penghasil lendir, juga tumbuh dengan lambat.
5.      Karsinoma duktal-tubular
Hanya 2% dan jarang terjadi, karena metastasis aksilaris secara histologi tidak lazim
maka prognosisnya sangat baik.
6.      Karsinoma inflamantori
Merupakan tipe karsinoma mammae yang jarang (1-2 %) dan menimbulkan gejala-
gejala yang berbeda dari karsinoma mammae yang lain. Tumor ini nyeri tekan dan
sangat nyeri, mammae secara abnormal keras dan membesar. Kulit diatas tumor merah
dan agak hitam. Sering terjadi edema dan retraksi papilla mammae (Prawirohardjo,
2005).

G.      Stadium Kanker Payudara


Tjindarbumi (2002) membagi stadium ca mammae yanng disesuaikan dengan
aplikasi klinis sebagai berikut :
1.    Stadium I
Tumor terbatas pada payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi
ke kulit dan jaringan di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm. Kelenjar getah bening
regional belum teraba.
2.    Stadium II
Besar tumor 2,5-5 cm dan sudah ada satu atau beberapa Kelenjar Getah Bening (KGB)
aksila yang masih bebas dengan diameter < 2 cm.
3.      Stadium IIIa
Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tetapi masih bebas di jaringan
sekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain.
4.      Stadium IIIb
Tumor sudah meluas ke dalam payudara (5-10 cm) fiksasi pada kulit atau dinding dada,
kulit merah, dan ada oedema (>1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi dan atau nodul.
5.    Stadium IV
Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III), tetapi sudah disertai dengan KGB
aksila supra-klavikula dan metastasis jauh lainnya.
      
H.      Tanda dan Gejala
Menurut Suryaningsih 2009, tanda dan gejalanya adalah :
1.    Benjolan
Adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan. Semakin lama
benjolan tersebut semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
2.    Perubahan kulit pada payudara
a.         Kulit tertarik (skin dimpling)
b.         Benjolan yang dapat dilihat (visible lump)
c.         Eritema
d.        Ulkus
3.      Kelainan pada putting
a.         Putting tertarik (nipple retraction)
b.         Eksema
c.         Cairan pada putting (nipple discharge)
I.     Tes Diagnostik
a.    Mamografi
Dengan tes ini dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun. Bila secara klinis
dicurigai ada tumor dan pada mamografi tidak ditemukan apa-apa, pemeriksaan harus
dilanjutkan dengan biopsi sebab sering karsinoma tidak tampak pada mammogram.
Sebaliknya bila mamografi positif dan secara klinis tidak teraba tumor pemeriksaan
harus dilanjutkan dengan pungsi atau biopsi.
b.    Ulrasonografi
USG biasanya digunakan bersamaan bersama dengan mamografi, tujuannya untuk
membedakan kista yang berisi cairan atau solid. Untuk menentukan stadium dapat
menggunakan foto thoraks, USG abdomen, Bone scanning dan CT scan.
c.         X-foto thorax
Dapat membantu mengetahui adanya keganasan dan mendeteksi adanya metastase ke
paru-paru.
d.      Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Merupakan pemeriksaan sitologi dimana bahan pemeriksaan diperoleh dari hasil punksi
jarum terhadap lesi yang dapat dipakai untuk menentukan apakah akan segera disiapkan
pembedahan dengan sediaan beku atau akan dilanjutkan oleh pemeriksaan lain. Cara
pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, namun tidak dapat
memastikan tidak adanya keganasan. Hasil negatif pada pemeriksaan ini dapat berarti
bahwa jarum biopsi tidak mengenai daerah keganasan sehingga biopsi eksisi tetap
diperlukan untuk konfirmasi hasil negatif tersebut (Sjamsuhidayat, 2004).

J.      Pengobatan
Pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh terhadap kondisi
penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi. Pengobatannya terdiri dari
pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan obat penghambat hormon.

1.      Pembedahan
a.         Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan mammae. Ada 3 jenis mastektomi yaitu :
1)   Modified Radycal Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh mammae,  jaringan
mammae di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.
2)   Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh mammae saja, tanpa
kelenjar di ketiak.
3)   Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari mammae. Biasanya
disebut Lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel
kanker, bukan seluruh mammae. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien
yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir mammae.
b.      Kelenjar Getah Bening (KGB) Ketiak.
Pengangkatan KGB Ketiak dilakukan terhadap penderita ca mammae yang menyebar
tetapi besar tumornya lebih dari 2,5 cm (Tapan, 2005).
2.    Non Pembedahan
a.       Terapi radiasi
Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena ca dengan menggunakan
sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di
mammae setelah operasi. Efek pengobatan ini adalah tubuh menjadi lemah, nafsu
makan berkurang, warna kulit di sekitar mammae menjadi hitam serta Hb dan leukosit
cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
b.      Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau
kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Obat –obatan ini tidak
hanya membunuh sel kanker pada mammae, tetapi juga seluruh sel dalam tubuh. Efek
dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok.
Sistematik setelah mastektomi, paliatif pada penyakit yang lanjut.
c.       Terapi hormon dan endokrin
Pemberian hormon dilakukan apabila penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh.
Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi.
Obat-obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi kerja hormon yang
menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan pertumbuhan sel
kanker di seluruh tubuh. Diberikan pada kanker yang telah menyebar, memakai
estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi (Tapan,
2005). 

K.    Asuhan Keperawatan


1.      Pengkajian
a.       Data biografi/biodata
Meliputi identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, dan
alamat.
b.      Riwayat keluhan
1). Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya :
Benjolan, kecepatan tumbuh, rasa sakit, nipple discharge, nipple retraksi dan sejak
kapan, krusta pada aerola, kelainan kulit : dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi,
perubahan warna kulit, benjolan ketiak, edema lengan.
2). Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis :
     Nyeri tulang (vertebra, femur), rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak, sakit kepala hebat.
c.       Faktor Risiko
Usia penderita, usia melahirkan anak pertama, punya anak atu tidak, riwayat menyusui,
riwayat menstruasi : menstruasi pertama usia berapa, keteraturan siklus menstruasi,
menopouse usia berapa, riwayat pemakaian obat hormonal, riwayat keluarga
sehubungan dengan kanker payudara atau kanker lain, riwayat pernah operasi tumor
payudara, riwayat radiasi dinding dada.
d.      Pemeriksaan fisik meliputi :
1)   Status generalis
2)   Status lokasi :
Payudara kanan dan kiri harus diperiksa
Masa tumor : lokasi, ukuran, konsistensi, permukaan, bentuk dan batas tumor, jumlah
tumor, terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara, kulit, m. pektoralis, dan
dinding dada.
Perubahan kulit : kemerahan, dimpling, edema, nodul, peau d’orange, ulserasi.
Nipple : tertarik, erosi, krusta, discharge.
Status kelenjar getah bening :
            KGB aksila : jumlah, ukuran, konsistensi
            KGB infra klavikula  
            KGB supraklavikula
            Pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasis : Lokasi organ (paru, tulang,
hepar, otak).
3)   Berat badan dan tinggi badan
4)   Pengkajian head to toe
e.       Pemeriksaan laboratorium meliputi :
1)   Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit
meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
2)   Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
3)   Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita ca mammae adalah sinar X,
ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
f.   Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :
1)    Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan yang
disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
2)    Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk RS.
3)    Istirahat dan tidur
            Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.
4)    Personal hygiene
Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari, frekuensi mencuci rambut dalam
seminggu, dikaji sebelum dan pada saat di RS.
5)    Identifikasi masalah psikologis, sosial, dan spiritual.
            Status psikologis : Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien
berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme
koping yang negatif.
Status sosial     : Merasa terasing akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat
lain.
Status spiritual :  Klien dalam beribadah.

2.    Diagnosa Keperawatan


a.       Nyeri akut/kronis berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
b.      Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi,
adanya edema, destruksi jaringan
c.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat dan hipermetabolisme.
d.      Resiko infeksi berhubungan dengan luka infeksi
e.       Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
f.       Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan mamae dan atau perubahan
gambaran mamae.
g.      Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.    Intervensi
a.    Nyeri akut/kronis berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
Tujuan       : Nyeri klien berkurang atau dapat teratasi
Kriteria hasil :
a.          Klien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 2-3 atau hilang.
b.          Nyeri tekan tidak ada.
c.          Ekspresi wajah tenang, dapat istirahat, tidur.
d.        Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri.

Intervensi (NIC) Rasional


a.    Kaji secara komphrehensif lokasi, Untuk mengetahui sejauh mana perkemban
karakteristik, durasi, frekuensi, skala, dan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehin
intensitas nyeri. dapat dijadikan sebagai acuan untuk interve
selanjutnya.
b.    Berikan informasi mengenai nyeri klien Klien dapat mengontrol nyeri.
meliputi penyebab nyeri dan  intensitas
nyeri.
c.    Posisikan pasien untuk memberikan Dapat mempengaruhi kemampuan klien un
kenyamanan. rileks/istirahat secara efektif dan da
mengurangi nyeri.
d.   Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi Teknik relaksasi dapat membuat klien mer
(relaksasi, guided emergency, terapi music, sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalih
distraksi, aplikasi panas dingin, massage, perhatian klien terhadap nyeri sehingga da
TENS, hipnotis, terapi bermain,  terapi membantu mengurangi nyeri yang dirasakan.
aktivitas akupresure).
e.    Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
f.     Monitor TTV sebelum dan sesudah Kebutuhan tidur/istirahat terpenuhi dan c
pemberian analgetik pertama kali. untuk mengurangi nyeri.
g.    Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu
dan dosis optimal nadi merupakan salah satu indikasi peningka
nyeri yang dialami oleh klien.
Obat-obatan analgetik akan memblok resep
nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan.

b.   Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan perubahan


sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan.
Tujuan : Kerusakan integritas kulit dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a.    Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
b.    Perfusi jaringan baik
c.    Menunjukkan  terjadinya proses penyembuhan luka
Intervensi (NIC) Rasional
a.    Anjurkan pasien untuk menggunakan Mencegah iritasi dan tekanan dari baju.
pakaian yang longgar
b.    Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering. Area yang lembab dan terkontaminasi merup
media untuk pertumbuhan organisme patogeni
c.    Monitor kulit adanya kemerahan Area ini meningkat risikonya untuk kerusakan
memerlukan pengobatan lebih intensif.
Mencegah terjadinya perdarahan dan infeksi.
d.   Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman
luka, karakteristik, warna cairan, granulasi,
jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal.
e.    Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit denga
dua jam sekali mencegah tekanan lama pada jaringan.

                  
c.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tidak adekuat dan hipermetabolisme.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
a.    Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan.
b.    Klien menunjukkan berat badan  yang stabil.
c.    Klien berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan
Intervensi (NIC) Rasional
a.    Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi. Meningkatkan pengetahuan pasien meng
b.    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan nutrisi.
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan Membantu pasien mendapatkan gizi seim
pasien. sesuai dengan kebutuhan tubuh.
c.    Monitor makanan kesukaan.
d.   Monitor kalori dan intake nutrisi. Membangkitkan nafsu makan pasien.
Mengetahui jumlah kalori yang dibutuhkan
e.    Dorong pasien untuk konsumsi diet tinggi jumlah nutrisi yang masuk.
kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan Kebutuhan jaringan metabolic ditingka
adekuat. begitu juga cairan.

d.   Resiko infeksi berhubungan dengan luka infeksi pembedahan


Tujuan : Klien akan terbebas dari infeksi.
Kriteria Hasil :
a.       Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
b.      Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
Intervensi (NIC) Rasional
        Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan Mengetahui adanya gejala awal dari pros
lokal. infeksi.
b.         Inspeksi kondisi luka / insisi bedah. Deteksi dini perkembangan infek
memungkinkan untuk melakukan tindaka
dengan segera dan pencegahan komplika
selanjutnya.
        Ajarkan cara menghindari infeksi Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai ca
mencegah infeksi.

e.    Ansietas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh


Tujuan : Kecemasan dapat berkurang
Kriteria hasil    :
a.       Klien mampu mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
b.      Vital sign dalam batas normal
c.       Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.

Intervensi (NIC) Rasional


a.    Identifikasi tingkat kecemasan. Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut
mengganggu klien.
b.    Jelaskan semua prosedur dan apa yang Meningkatkan pengetahuan prosedur bagi pasien.
dirasakan selama prosedur. Menambah pengetahuan klien sehingga klien
c.    Berikan informasi faktual mengenai tahu dan mengerti tentang penyakitnya.
diagnosis, tindakan prognosis. Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega
d.   Dorong pasien untuk mengungkapkan sehingga mengurangi kecemasan.
perasaan, ketakutan persepsi.
e.    Dengarkan dengan penuh perhatian. Dengan mendengarkan keluhan klien secara
empati maka klien akan merasa diperhatikan.
f.     Temani pasien untuk memberikan keamanan Menciptakan ketenangan batin sehingga
dan mengurangi takut. kecemasan dapat berkurang.
g.    Instruksikan pasien menggunakan teknik Memberikan ketenangan dan mengurangi
relaksasi. kecemasan.

4. Evaluasi
a. Nyeri klien berkurang atau dapat teratasi
b. Kerusakan integritas kulit dapat teratasi.
c. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
d. Kecemasan dapat berkurang
e. Tidak ada tanda-tanda infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Azamris. 2006. Analisis Faktor Risiko pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Dr. M.
Djamil Padang. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No. 152.
Dalimartha, Setiawan. 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Anti Kanker. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Harianto, Rina M dan Hery S. 2005. Risiko Penggunaan Pil Kontrasepsi Kombinasi
Terhadap Kejadian Kanker Payudara pada Reseptor KB di RS Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta: Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 2, No.1, hh. 84-99.
Heffner, Linda J dan Danny J Schust. 2005. At Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua.
Jakarta : Erlangga.
Ibrahim, Syarif dan Syarifuddin Wahid. 2010. Immunotherapy on Breast Cancer. The
Indonesia Journal of Medical Science Volume 2 No 1 Juli 2010 p.54-60.
Indarti, Rini dan Henry Setiawan. 2005. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Kanker Payudara. Magister Programme of Epidemiology, University of
Diponegoro, Semarang, Indonesia No 5248.
Mardiana, Lina. 2004. Kanker pada Wanita, Pencegahan dan Pengobatan dengan
Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Sjamsuhidayat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC.
Tapan, Erik. 2005. Kanker, Antioksidan, dan Terapi Komplementer. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Tim Penanggulangan dan Pelayanan Kanker Payudara Terpadu Paripurna RS Kanker
Dharmais. 2002. Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini Edisi 1 Cetakan 1.
Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Tjindarbumi, D. 2002. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya dalam
Deteksi Dini Kanker. Jakarta : FK UI.

Anda mungkin juga menyukai