Terkadang perubahan kimia yang terjadi dalam sel galvani dapat dilihat dengan mudah,
seperti sel galvani magnesium-tembaga yang ditunjukkan Gambar 1. Karena magnesium lebih
mudah teroksidasi daripada tembaga, magnesium melepaskan elektron dan teroksidasi, membentuk
ion Mg2+. Potensial anoda magnesium menjadi lebih negatif karena meningkatnya tekanan listrik
dari elektron yang lepas. Pada saat yang sama, ion Cu2+ menangkap elektron dari
elektroda tembaga dan direduksi ke logam tembaga. Potensial elektroda tembaga menjadi lebih
positif karena tekanan listrik turun pada saat elektron dipindahkan dari katoda. Jika kabel
dihubungkan pada kedua elektroda, arus mengalir dari elektroda magnesium ke elektroda tembaga,
dan voltmeter pada rangkaian luar akan menunjukkan voltase 2,696 V.
Energi yang dilepaskan sel dapat digunakan untuk menyalakan radio
denganmenghubungkan kabel dari elektroda ke radio. Reaksi keseluruhan sel tembaga-magnesium
ini adalah reaksi redoks.
Mg(s) + Cu2+(aq)Mg2+(aq) + Cu(s)
Apakah fungsi jembatan garam? Ketika setengah reaksi berlanjut, ion- ion magnesium dilepaskan ke
larutan pada anoda, dan ion-ion tembaga pindah ke katoda. Ion-ion harus bisa bergerak bebas
antara kedua elektroda untuk menetralkan muatan positif (kation Mg2+) yang dihasilkan pada anoda
dan muatan negatif (anion) yang tertinggal pada katoda. Larutan ion-ion dalam jembatan
garam dapat menetralkan muatan positif dan negatif dalam larutan dan mencegah timbulnya
kelebihan muatan pada elektroda. Reaksi redoks yang sama terjadi jika logam magnesium
diletakkan langsung dalam larutan tembaga sulfat, dengan reaksi yaitu:
Mg + Cu2+ Mg2+ + Cu.
Akan tetapi, ini bukan sel galvani karena elektron tidak mengalir melalui rangkaian luar. Elektron
bergerak langsung dari logam magnesium ke ion-ion tembaga, membentuk logam tembaga. Ini
adalah cara membuatlogam tembaga dari ion-ion tembaga, tapi tidak untuk membangkitkan tenaga
listrik.
D.SEL VOLTA DALAM KEHIDUPAN SEHARI - HARI
Meskipun sel galvani dari magnesium dan tembaga dapat bermanfaat, andatidak akan mau
membawanya bila berkemah. Larutannya basah,gelasnya mudah pecah, dan kapasitasnya terbatas.
Untungnya para ilmuwantelah mengembangkan baterai yang lebih baik, lebih kecil, lebih ringan,
yang mempunyai voltase lebih tinggi dan awet.Bagaimana baterai dirancang? Semakin jauh dua
logam semakin besar voltase baterai yang dihasilkan. Jika anda ingin membuat baterai
bervoltase tinggi untuk radiomu, anda harus memilih logam yang berjauhan dalam tabel tersebut.
Uang logam tembaga dengan paku besi menghasilkan voltase lebih tinggi daripada uang logam
dengan nikel karena tembaga lebih jauh dari besi dan dari nikel. Meskipun istilah baterai biasanya
mengacu pada sel-sel galvani yang dihubungkan bersama, beberapa baterai hanya mempunyai satu
sel. Baterai lain mungkin mempunyai selusin atau lebih. Ketika anda menggunakan baterai
untuk menyalakan senter, radio atau CD-player, anda melengkapi rangkaian listrik sel galvani
tersebut. Untuk mendapatkan voltase lebih tinggi dari sel dengan beda potensial yang relatif kecil
dapat dilakukan dengan menghubungkan sel-sel secara seri.
1. BATERAI KARBON-SENG
Kalau anda memasukkan dua atau lebih baterai dalam senter, artinya andamenghubungkannya
secara seri. Baterai harus diletakkan secara benar sehinggamemungkinkan elektron mengalir
melalui kedua sel. Baterai yang relatif murah ini adalah sel galvani karbon-seng, dan terdapat
beberapa jenis, termasuk standard dan alkaline. Jenis ini sering juga disebut sel kering karena tidak
terdapat larutan elektrolit, yang menggantikannya adalah pasta semi padat.
Pasta mangan(IV) oksida (MnO2) berfungsi sebagai katoda. Amonium klorida (NH4Cl) dan seng
klorida (ZnCl2) berfungsi sebagai elektrolit. Seng pada lapisan luar berfungsi sebagai anoda.
Reaksi yang terjadi :
anoda : Zn Zn2+ + 2 e-
katoda : 2MnO2 + H2O + 2e- Mn2O3 + 2OH-
Dengan menambahkan kedua setengah reaksi akan membentuk reaksi redoks
utama yang terjadi dalam sel kering karbon-seng.
Zn + 2MnO2 + H2O Zn2+ + Mn2O3 + 2OH-
Baterai ini menghasilkan potensial sel sebesar 1,5 volt. baterai ini bias digunakan untuk menyalakan
peralatan seperti senter, radio, CD player, mainan, jam dan sebagainya.
2. BATERAI ALKALI
Baterai alkali hampir sama dengan bateri karbon-seng. Anoda dan katodanya samadengan baterai
karbon-seng, seng sebagai anoda dan MnO2 sebagai katoda.Perbedaannya terletak pada jenis
elektrolit yang digunakan. Elektrolit pada baterai alkali adalah KOH atau NaOH. Reaksi yang terjadi
adalah:
anoda: Zn + 2 OH- ZnO + H2O + 2e
katoda: 2MnO2 + H2O + 2e-
Mn2O3 + 2OH-
Potensial sel yang dihasilkan baterai alkali 1,54 volt. Arus dan tegangan pada
baterai alkali lebih stabil dibanding baterai karbon-seng.
3. BATERAI NIKEL KADMIUM
Baterai nikel-kadmium merupakan jenis baterai yang dapat diisi ulang seperti aki,baterai HP, dll.
Anoda yang digunakan adalah kadmium, katodanya adalah nikel danelektrolitnya adalah KOH.
Reaksi yang terjadi:
anoda : Cd + 2 OH- Cd(OH)2 + 2e
katoda : NiO(OH) + H2O Ni(OH)2 + OH-
Potensial sel yang dihasilkan sebesar 1,4 volt.
Secara sederhana, reaksi redoks bisa dijelaskan sebagai reaksi nan terjadi pada perubahan sapta oksidasi dari
unsur nan terlibat dalam reaksi tersebut. Oleh sebab itu, karakteristik khas primer dari reaksi ini ialah reaksi ini
harus melibatkan serah terima elektron dalam reaksinya.
Konsekuensi dari serah terima elektron pada reaksi redoks tersebut ialah adanya perubahan sapta oksidasi nan
menyebakan salah satu senyawa pereaksi mengalami reaksi reduksi, sementara nan lainnya mengalami reaksi
oksidasi.
Reaksi redoks sendiri terdiri dari dua reaksi nan terjadi bersamaan. Reaksi ini terdiri dari dua reaksi yakni reaksi
reduksi dan reaksi oksidasi. Reaksi reduksi terjadi bila pereaksi mengalami penurunan sapta oksidasi dampak
menerima elektron dari pereaksi lainnya.
Sementara itu, reaksi oksidasi terjadi bila pereaksi mengalami peningkatan sapta oksidasi dampak melepaskan
elektron dari pereaksi pasangannya. Kedua reaksi tersebut terjadi bersamaan. Sementara salah satu pereaksi
melepaskan elektron, pereaksi lainnya “menangkap” elektron pereaksi tersebut.
Sesuatu dikatakan mengalami reaksi redoks bila memiliki salah satu dari parameter-parameter di bawah ini:
Dalam suatu reaksi redoks, umumnya sapta oksidasi nan dimiliki oleh pereaksi nan terlibat akan mengalami
perubahan. Pereaksi nan mengalami peningkatan sapta oksidasi disebut juga reaksi oksidasi. Sementara itu,
pereaksi nan mengalami penurunan sapta oksidasi disebut mengalami reaksi reduksi. Berikut ini contoh reaksi
redoks nan menggunakan konsep perubahan sapta oksidasi:
H2S -> S + H2
Pada reaksi redoks dengan perubahan sapta oksidasi tersebut, sulfur (belerang) mengalami perubahan sapta
oksidasi dan begitu juga dengan hidrogen. Pada reaksi, sapta oksidasi hidrogen ialah +1, sementara sapta
oksidasi belerang ialah -2. Setelah terjadi reaksi, sapta oksidasi belerang meningkat menjadi 0 dan sapta
oksidasi hidrogen menurun menjadi 0.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan hidrogen mengalami reduksi, sementara sulfur mengalami oksidasi. Hidrogen
disebut juga oksidator dan sulfur disebut juga sebagai reduktor.
Pada bagian awal telah dijelaskan mengenai konsep primer dari reaksi redoks. Reaksi redoks terjadi apabila
berlangsung serah terima elektron dari senyawa atau unsur nan saling bereaksi. Serah terima elektron tersebut
mengakibatkan pereaki akan mengalami perubahan sapta oksidasi.
Yang menjadi permasalahan ialah siapa nan harus berperan sebagai penerima atau pelepas elektron. Untuk
mengetahui jawaban pertanyaan ini, ada baiknya dibuka kembali konsep mengenai kelektronegatifan suatu
unsur.
Menurut konsep ini, suatu zat dikatakan mengalami reaksi oksidasi bila zat tersebut melepaskan elektron.
Elektron nan dilepas tersebut kemudian “ditangkap” oleh zat lain nan menyebabkan zat tersebut mengalami
reaksi reduksi.
Oleh sebab itu, dapat dikatakan reaksi reduksi terjadi bila zat tersebut menerima elektron dari zat pereaksi
lainnya. Kedua reaksi tersebut berlangsung bersamaan, sehingga disebut dengan reaksi reduksi-oksidasi (reaksi
redoks).
Berikut ini contoh reaksi redoks nan menggunakan konsep divestasi dan penerimaan elektron.
Reaksi tersebut merupakan contoh reaksi reduksi. Perhatikan bahwa buat berlangsungnya reaksi redoks,
dibutuhkan 3 elektron sehingga dihasilkan NO dan air. Sementara itu, berikut ini contoh reaksi oksidasi.
Jenis reaksi ini sebenarnya merupakan pelaksanaan lain dari reaksi redoks. Konsep primer dari jenis redoks ini
ialah penggunaan peran oksigen buat dilakukannya reaksi. Apa bedanya dengan reaksi pembakaran?
Jawabannya ialah reaksi pembakaran merupakan contoh dari reaksi redoks. Seperti reaksi redoks lainnya,
reaksi ini dibagi ke dalam dua bagian, yakni reaksi reduksi dan reaksi oksidasi.
Reaksi oksidasi dalam reaksi redoks ialah reaksi pengikatan oksigen dari suatu perekasi. Artinya suatu zat
dikatakan berekasi oksidasi bila zat tersebut bereaksi dengan oksigen. Hasil akhir dari reaksi tersebut tentu saja
harus melibatkan oksigen. Sementara itu, reaksi reduksi ialah reaksi nan oksigen bisa dihasilkan atau dilepaskan
dari suatu pereaksi. Kebalikan dari reaksi oksidasi, reaksi reduksi justru menghasilkan gas oksigen. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan contoh reaksi di bawah ini.
H2 + O2 -> H2O
Pada contoh reaksi di atas, terlihat buat menghasilkan air, hidrogen harus bereaksi dengan oksigen. Dengan
kata lain, hidrogen akan berikatan dengan oksigen sebagai konsekuensi dari reaksinya dengan oksigen. Reaksi
redoks di atas ialah contoh reaksi oksidasi. Kebalikan dari reaksi tersebut bisa dikatakan sebagai reaksi reduksi.
Berikut ini akan diberikan contoh penerapan reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari.