Identifikasi Flu Babi Etiologi dan sifat-sifat Masa inkubasi dan Masa
agent Penularan
Penyakit virus influensa babi pertama dikenal sejak tahun 1918, pada saat itudidunia sedang terdapat wabah penyakit
influensa secara pandemik pada manusia yangmenelan korban sekitar 21 juta orang meninggal dunia (Hampson,1996) kasus
tersebut terjadi pada akhir musim panas. Pada tahun yang sama dilaporkan terjadi wabah penyakit epizootik pada babi di
Amerika tengah bagian utara yang mempunyai kesamaan gejalaklinis dan patologi dengan influensa pada manusia. karena
kejadian penyakit ini muncul bersamaan dengan kejadian penyakit epidemik pada manusia, maka penyakit ini disebut flu
pada babi. Para ahli kesehatan hewan berpendapat bahwa penyakit babi ini ditularkan dari manusia. selain di negara Amerika
serikat, wabah influensa babi dilaporkan terjadidi berbagai negara Canada, Amerika Selatan, Asia dan Afrika pada permulaan
tahun 1968.
Flu babi merupakan salah satu penyakit yang dapat mewabah yang dapat membahayakan. berdasarkan laporan Who flu
babi menjadi wabah atau fenomena.Who secara resmi menyatakan wabah ini sebagai pandemi pada 19 juni 2009, namun
menekankan bahwa pernyataan ini adalah karena penyebaran global virus ini, bukankarena tingkat bahayanya. Who
menyatakan pandemi ini berdampak tidak terlalu parah di negara negara yang relatif maju, namun dianjurkan untuk
mengantisipasi masalahyang lebih berat saat virus menyebar ke daerah dengan sumber daya terbatas, perawatankesehatan
yang buruk, dan bermasalah medis. laju kematian kasus (case fatality rate atau CFR) galur pandemik ini diperkirakan 0,4 5
(selang 0,3%,1,5%).
IDENTIFIKASI
Virus ini ditularkan melalui hewan,terutama hewan
babi
Penelitian terhadap virus H5N1 yang diisolasi dari pasien yang terinfeksi pada tahun 1997, menunjukkan bahwa mutasi genetik
pada posisi 627 dari gen PB2 yang mengkode ekspresi polymesase basic protein (Glu627Lys) telah menghasilkan highly cleavable
hemagglutinin glycoprotein yang merupakan faktor virulensi yang dapat meningkatkan aktivitas replikasi virus H5N1 dalam sel
hospesnya (Hatta M, et. al. 2001). Disamping itu adanya substitusi pada nonstructural protein (Asp92Glu), menyebabkan H5N1
resisten terhadap interferon dan tumor necrosis factor α (TNF-α) secara invitro (Seo SH, et.al. 2002). Infeksi virus H5N1 dimulai
ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel
hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegrasikan materi genetiknya di dalam inti sel hospesnya,
dan dengan menggunakan mesin genetik dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan
virion-virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya. Dari beberapa hasil pemeriksaan terhadap
spesimen klinik yang diambil dari penderita ternyata avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel
nasofaring (Peiris JS,et.al. 2004), dan di dalam sel gastrointestinal (de Jong MD, 2005, Uiprasertkul M,et.al. 2005). Virus H5N1
juga dapat dideteksi di dalam darah,cairan serebrospinal, dan tinja pasien (WHO,2005).
1.Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah suatu usaha yang dilakukan agarmasyarakat tidak akan terjangkit penyakit suatu penyakit dan
dalam halini penyakit tersebut penyakit flu babi. Pencegahan primer dilakukan padafase suseptibel. Pada penyakit ini
pencegahan primer bisa dilakukandengan cara :1.
Melakukan promosi kesehatan melalui pengadaan penyuluhan mengenaibahaya penyakit flu babi dan pencegahan
berserta penanganan penderitakepada peternak babi dan juga masyarakat yang tinggal di sekitarpeternakan babi2.
Melakukan kerjasama dengan instansi terkait seperti dinas peternakanmelalui penyemprotan disinfektan pada setiap
babi dan kandang babi.3.
Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS (Perilaku Hidup Bersih DanSehat), seperti mencuci tangan terutama
setelah melakukan kontak padababi atau penderita flu babi.4.
Melakukan penyuluhan mengenai pemakaian masker yang benar kepadapekerja peternakan dan juga masyarakat
umum.
Pemberian alat pendeteksi panas tubuh ditempat-tempat seperti bandaraserta tempat yang kemungkinan penularan flu
babi dari luar negeri gunamencegah datangnya wisatawan asing yang membawa virus flu babi
ALPINE SKI HOUSE 6
2.Pencegahan Sekunder
Pada pencegahan sekunder dilakukan diagnosa dini dan pengobatantepat. Pengobatan atau tindakan yang tepat bisa
mencegah terjadinyakomplikasi atau memperlambat perjalanannya. Pencegahan sekunderdilakukan pada fase
presimtomatis yakni dengan jalan diagnosa dini. Selainitu juga dilakukan pengisolasian bagi penderita flu babi dan
pemberian obatyang tepat. Saat ini ada 2 obat yang direkomendasikan yaitu zanamivir (merek dagang: Relenza ) dan
oseltamivir (merek dagang:Tamiflu), keduaobat tersebut akan efektif bila di minum kurang dari 36–48 jam
sesudahserangan flu babi. Pada keadaan yang berat, pasien membutuhkanpenanganan intensif lebih lanjut di rumah sakit.
3.Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk membatasi ketidakmampuan danrehabilitasi. Pada keadaan ini, penyakit sudah terjadi
dan bahkanmeninggalkan cacat. Pada penyakit flu babi pencegahan tersier dilakukandengan melakukan pemberian
pengobatan adequat dan rehabilitasi kepadapara penderita penyakit flu babi. Selain itu pemerintah wajib
menghimbaumasyarakat agar mau menerima kembali penderita flu babi yang sudahsembuh agar tidak ada tindakan
pengucilan
Flu babi merupakan penyakit yang disebabkan virus influenza Familiorthomyxoviridae tipe A
subtipe H1N1 yang dapat ditularkan oleh binatang,terutama babi, dan ada kemungkinan
menular antar manusia.virus ini erat kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine
influenza danavian influenza (fowl plaque). ukuran virus tersebut berdiameter 80-120 nm.
Selain influenza A, terdapat influenza B dan C yang juga sudah dapat diisolasi dari
babi.sedangkan 2 tipevirus influenza pada manusia adalah tipe A dan B. kedua tipe ini di
ketahui sangat progresif dalam perubahan antigenik yang sangat dramatik sekali (antigenik
shift)
Umum
1.Laboratorium: pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit), spesimen serum. Umumnya
ditemukan leukopeni dan trombositopeni.
2.Pemeriksaan skrening cepat dengan hapusan cairan hidung dan swab tenggorok hanya bisa dilakukan untuk melihat virus
tipe A ( pemeriksaan skreening akan menghasilkan Rhinovhea (discharge bebas berupa lendir cairan hidung).
3.Pada pasien dengan intubasi dapat diambil secara aspirasi endotrakeal
4.Pemeriksaan kimia darah: albumin, globulin, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, analisis gas darah. Umunya dijumpai penurunan
albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan Ureum dan Kreatinin, dan peningkatan Kreatinin Kinase, sedangkan
Analisis gas darah dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi
yang ditemukan.
6.Pemeriksaan radiologik: PA dan lateral
Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu babi.
7.Pemerikaan CT-Scan toraks (bila diperlukan)
Khusus
1.Pemeriksaan laboratorium virologi
Untuk mendiagnosis konfirmasi influenza A (H1N1) dengan cara :
2.Real time (RT) PCRpositif
3.Kultur virus ( biakan dan identifikasi virus influenza A sub tipe H1N1)
4.Peningkatan 4 kali antibodi spesifik influenza A
Batuk
• Melalui penularan langsung (saat orang yang terinfeksi • Tidak langsung (virus ini menyebar lewat
bensin,terhadap lendir hidung yang masuk secara udara/droplet,peralatan kandang,alat transportasi dll)
langsung pada mata,hidung,dan mulut dari orang lain)
• Babi-babi ; babi-manusia ; manusia-manusia
• Melalui udara (saat seseorang menghirup aerosol
• Flu babi tidak menular melalui makan daging babi yang
butiran cairan kecil dalam udara yang di hasilkan saat
di masak dengan suhu minimal 71 derajat celcius.
orang yang terinfeksi batuk,bersin,atau meludah).
Simpulan
Flu babi merupakan penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus
Orthomyxoviridae (influenza Tipe A) yang terjadi
pada populasi babi, yang dapat menginfeksi manusia yang menjalin kontak dengan babi yang
sakit maupun karier, langsung maupun tak langsung. Dan terjadi tiga fase dalam perjalanan alamiah Flu Babi yaitu; fase
suseptibel, fase presimtomatis, fase klinis. Serta untuk mencegah penyakit flu babi ini perlu dilakukan tiga tahap
pencegahan yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dannpencegahan tersier.
Saran
Saat ini wabah flu babi di Indonesia sudah tidak muncul kembali sejak terjadinya wabah terakhir pada pertengahan tahun
2009, pencegahan primer adalah solusi yang tepat untuk meminimalisir terjangkitnya wabah pada
masyarakat maupun babi dengan cara pengadaan sosialisasi mengenai flu babi dan pemakaian masker pada peternak babi
dan masyarakat di daerah yang rentan wabah flu babi,serta membudayakan pola hidup PHBS
ALPINE SKI HOUSE 18
Daftar Pustaka
https://id.scribd.com/doc/91371705/Patofisiologi-Penyakit-Flu-Babi
https://mail.google.com/mail/u/0/#inbox/FMfcgxwBTjwXNbZWBTWWjxswppqSKbrV?projector=1&messagePartId=0.1
https://www.academia.edu/17374864/Bahan_SGD_flu_babi