Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI

PELAKSANAAN ANSIETAS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa


Pengampu : Hj. Ermawati Dalami, S.Kp,M.Kes

Disusun Oleh:

Muhamad Ega Renaldi Batiar P27901118032

Tingkat / Semester : IIIA/Semester 5

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TANGERANG
2020

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA)

Kecemesan/ansietas

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

DEFINISI

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang


berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan
emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap
sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap
penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan
kehidupan. (Stuart, 2007).
A. Faktor Predisposisi

Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :


1) Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik
emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan
superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif
seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma – norma budaya
seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua
elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan
takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan
interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan, sehingga menimbulkan
kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah
mengalami perkembangan ansietas yang berat.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi,
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam
kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan
lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
4) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas
merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi.
5) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu
mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma
neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan
kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai
predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stressor.
B. Faktor Presipitasi

Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.


Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari - hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

C. Jenis

Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan


yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda
dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat
dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari
ansietas ringan adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
 Ketegangan otot ringan
 Sadar akan lingkungan
 Rileks atau sedikit gelisah
 Penuh perhatian
 Rajin
2) Respon kognitif
 Lapang persepsi luas
 Terlihat tenang, percaya diri
 Perasaan gagal sedikit
 Waspada dan memperhatikan banyak hal
 Mempertimbangkan informasi
 Tingkat pembelajaran optimal
3) Respons emosional
 Perilaku otomatis
 Sedikit tidak sadar
 Aktivitas menyendiri
 Terstimulasi
 Tenang
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau
agitasi. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah
sebagai berikut :
1) Respon fisik :
 Ketegangan otot sedang
 Tanda-tanda vital meningkat
 Pupil dilatasi, mulai berkeringat
 Sering mondar-mandir, memukul tangan
 Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
 Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
 Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri
punggung
2) Respons kognitif
 Lapang persepsi menurun
 Tidak perhatian secara selektif
 Fokus terhadap stimulus meningkat
 Rentang perhatian menurun
 Penyelesaian masalah menurun
 Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
3) Respons emosional
 Tidak nyaman
 Mudah tersinggung
 Kepercayaan diri goyah
 Tidak sabar
 Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
 Ketegangan otot berat
 Hiperventilasi
 Kontak mata buruk
 Pengeluaran keringat meningkat
 Bicara cepat, nada suara tinggi
 Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
 Rahang menegang, mengertakan gigi
 Mondar-mandir, berteriak
 Meremas tangan, gemetar
2) Respons kognitif
 Lapang persepsi terbatas
 Proses berpikir terpecah-pecah
 Sulit berpikir
 Penyelesaian masalah buruk
 Tidak mampu mempertimbangkan informasi
 Hanya memerhatikan ancaman
 Preokupasi dengan pikiran sendiri
 Egosentris
3) Respons emosional
 Sangat cemas
 Agitasi
 Takut
 Bingung
 Merasa tidak adekuat
 Menarik diri
 Penyangkalan
 Ingin bebas
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah
sebagai berikut :
1) Respons fisik
 Flight, fight, atau freeze
 Ketegangan otot sangat berat
 Agitasi motorik kasar
 Pupil dilatasi
 Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
 Tidak dapat tidur
 Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
 Wajah menyeringai, mulut ternganga
2) Respons kognitif
 Persepsi sangat sempit
 Pikiran tidak logis, terganggu
 Kepribadian kacau
 Tidak dapat menyelesaikan masalah
 Fokus pada pikiran sendiri
 Tidak rasional
 Sulit memahami stimulus eksternal
 Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
3) Respon emosional
 Merasa terbebani
 Merasa tidak mampu, tidak berdaya
 Lepas kendali
 Mengamuk, putus asa
 Marah, sangat takut
 Mengharapkan hasil yang buruk
 Kaget, takut
 Lelah

D. Fase – fase

a) Tahap Protes
Ditandai dengan adanya adaya menangis kuat, menjerit,
memanggil orang terdekatnya. Secraa verbal seseorang
akan menyerang dengan rasa marah. Perilaku protes anak
tersebut akan terus berlanjut dan hanya berhenti jika
seseorang merasa lelah dan orang terdekatnya
mendapampingi nya. (Nursalam, Susilaningrum, & Utami,
2008)
b) Tahap Putus Asa
Ditandai dengan muka tampak tegang, menangis berkurang,
anak kurang aktif, tidak nafsu makan, manrik diri, perilaku
regresi dan tidak kooperatif. (Nursalam, Susilaningrum, &
Utami, 2008)

c) Tahap Menolak
Tahap ini seseorang mulai menerima perpisahan, mulai
tertarik dengan lingkungan sekitar, mulai membina
hubungan dengan orang lain. (Nursalam, Susilaningrum, &
Utami, 2008)

E. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

F. Mekanisme Koping

Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan


panik). Menurut Stuart (2007). Individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya, ketidakmampuan
mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama
terjadinya perilaku patologis. Ansietas ringan sering ditanggulangi
tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan ansietas berat dan sedang
menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
1 Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stres
secara realistis
 Mekanisme pertahanan ego membantu
mengatasi ansietas ringan dan sedang. Tetapi
karena mekanisme tersebut berlangsung secara
relative pada tingkat tidak sadar dan mencakup
penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme
ini dapat menjadi repon maladaptif terhadap
stres

III.

IV. A. POHON MASALAH


Core Problem
n
i,
Koping individu tak efe
Risiko mencederai diri se
orang lain dan lingkun

Gangguan perilaku : kece

Stressor
A. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

Masalah keperawatan DATA YANG PERLU DIKAJI


Ansietas DS:
1. Pasien menganggap dirinya mudah gelisah
dan tidak berdaya
2. Pasien mengatakan takut dan cemas
3. Pasien mengatakan susah tidur
DO:
1. Pasien terlihat sering melamun dan murung
2. Pasien cenderung menyalahkan orang lain

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Kecemasan

VI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tujuan

Tujuan umum : cemas


berkurang atau hilang Tujuan
khusus :
a) TUK 1
Pasien dapat menjalin hubungan
saling percaya Intervensi :
1. Jadilah pendengar yang hangat dan responsi
2. Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon
3. Beri dukungan pada pasien untuk berekspresikan
perasaanya
4. Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan
yang dapat menimbulkan perasaan negatif
5. Bersama pasien mengenali perilaku dan respon
sehingga cepat belajar dan berkembang.
b) TUK 2

Pasien dapat mengenali ansietasnya


Intervensi :

1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan


perasaanya
2. Hubungkan perilaku dan perasaanya
3. Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien
4. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari
topik yang mengancam ke hal yang berkaitan dengan
konflik
5. Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan
perasaanya

c) TUK 3

Pasien dapat memperluas kesadaranya terhadap perkembangan

ansietas Intervensi :

1. Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat


segera menimbulkan ansietas
2. Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap
stressor yang dirasakan mengancam dan menimbulkan
konflik
3. Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman
masa lalu yang relevan
d) TUK 4

Pasien dapat menggunakan mekanisme koping

yang adaptif Intervensi :

1. Gali cara pasien mengurangi ansietas dimasa lalu


2. Tunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping
yang digunakan
3. Dorong pasien untuk menggunakan respon koping
adaptif yang dimilikinya
4. Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup,
memodifikasi tujuan, menggunakan sumber dan
menggunakan ansietas sedang
6. Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang
7. Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya

VII. SUMBER

Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC


Carpenito-Moyet, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi
10. Jakarta: EGC
Direja Surya, Herman Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


1
PADA PASIEN
Hari/pelaksanaan :

DX/SP : 1/Kecemasan

Ruangan :

Nama klien :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien:
a) Data subjektif
 Klien mengatakan takut
 Klien susah tidur
 Klien mengungkapkan dirinya merasa tidak tenang
b) Data objektif

 Pasien melamun,
 Pasien sering mondar-mandir,
 Pasien mudah tersinggung dan sensitif,
2. Diagnosa keperawatan:
Ansietas

3. Tujuan umum :
 Mengatasi gangguan ansietas klien
4. Tujuan khusus :
 Pasien mampu membina hubungan saling percaya
 Pasien mampu mengenal ansietas
 Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
 Pasien akan mengalami situasi yang lebih sedikit
menimbulkan stress
 Pasien akan terlibat dalam aktivitas yang dijadwalkan
sehari-hari
5. Tindakan keperawatan:
 Membina hubungan saling percaya
 Membantu pasien mengenal ansietas
 Mengajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan
kontrol dan rasa percaya diri saat ansietas muncul

B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“selamat pagi ibu, masih ingat dengan saya?”. "Ya ibu
benar, saya suster chinta yang berdinas dari pukul 7
pagi hingga 2 siang“
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Apakah semalam
ibu tidur dengan nyenyak?” “Jadi ibu semalam tidak
bisa tidur?”
c. Kontrak
 Topik : “Bagaimana jika sekarang kita
berbincang-bincang sebentar tentang kecemasan
yang ibu rasakan saat ini dan latihan cara
mengontrol cemas dengan latihan relaksasi,
tujuannya yaitu agar ibu dapat mengurangi dan
mengatasi kecemasan yang ibu rasakan. Waktu
yang diperlukan untuk berbincang-bincang dan
melakukan relaksasi ±15-20 menit saja bu.
Apakah ibu bersedia?”
 Waktu : "berapa lama ibu mau kita berbincang?
Bagaimana jika 10 menit?"
 Tempat : “ Dimana ibu mau berbincang-bincang
dengan saya?”
2. Kerja
“Tadi ibu katakan, ibu merasa tidak tenang, gelisah, dan
tidak bisa tidur, coba ibu ceritakan lebih lanjut tentang
perasaan ibu tersebut? apa yang sedang ibu pikirkan?
Apa yang terjadi sehingga ibu merasa gelisah?”

“Apakah ibu pernah mengalami kondisi seperti ini


sebelumnya-sebelumnya?” “Baiklah bu, kalau begittu
sekarang ibu ceritakan saja selebihnya tentang perasaan
ibu.” “Begitu rupanya bu, saat ini seperti yang telah
diberitakan di televisi nasional bahwa jaringan telepon
disana masih terputus bu, sehingga kita belum bias
menghubungi sanak saudara yang ada disana, karena
jaringan telepon belum berfungsi. Ibu mohon bersabar
dulu skerang ya, kita bias melihat kondisi terkini di
Sulawesi melalui saluran berita di televisi .”
“Saya paham betul dengan yang yang ibu rasakan saat
ini. Tetapi ibu tidak boleh terus-terusan seperti ini, ibu
juga harus semangat agar nanti ketika mendapat kabar
dari keluarga ibu di Sulawesi, mereka juga tidak
khawatir dengan keadaan ibu disini.” “Saya paham bu,
tapi di lain sisi ibu juga tidak boleh terus larut dalam
kekhawatiran seperti ini.”
“ibu biasanya bercerita kepada siapa jika mengalami
kejadian seperti ini?” Kalau begitu sekarang kenapa ibu
tidak mencoba bercerita dengan suami ibu, terkait
kecemasan yang ibu alami. Karena memang benar bu,
apabila seseorang yang kita sudah anggap dekat dan
nyaman maka akan lebih mudah bagi kita untuk berbagi
cerita.”
“Baiklah bu, bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan ibu
dengan latihan relaksasi napas dalam. Mungkin dengan cara
ini ibu bisa mengurangi dan mengatasi kecemasan yang ibu
rasakan. Bagaimana kalau kita latihan sekarang?” “Begini
bu, saya akan jelaskan dan praktikan. Caranya, ibu silakan
duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-tama, ibu tarik
nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas dalam
hitungan tiga setelah itu ibu hembuskan udara melalui
mulut dengan meniup udara perlahan-lahan. Bagaimana ibu
mengerti?” “Baiklah bu, kita lakukan sekarang ya. Ibu tarik
nafas dalam perlahan-lahan, tahan nafas dalam hitungan
tiga hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara
perlahan-lahan.” “Bagus sekali, ibu sudah mampu
melakukannya. Ibu bisa melakukan latihan ini selama 5
sampai 10 kali sampai ibu merasa relaks atau santai.”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan latihan
relaksasi dalam?”

b. Evaluasi Objektif
“Baiklah ibu, ibu sudah tampak lebih tenang. Coba ibu
ulangi sekali lagi teknik relaksasi napas dalamnya bu
untuk mengatasi rasa cemas ibu.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan
harian ya bu? Berapa kali ibu mau latihan yang kedua?
Jam berapa kira-kira?”
“Baiklah bu, apabila ibu merasa cemas dan takut
menghadapi masalah, ibu bisa melakukan teknik ini
untuk mengatasi kecemasan yang ibu rasakan. Ibu bisa
melakukannya dimana saja saat ibu perlukan”
d. Kontrak
"Setelah kita berbincang-bincang ibu menyatakan
merasa senang, bagaimana kalau besok pagi kita
bertemu kembali?" "Kira-kira jam berapa?" "Berapa
lama kita akan berbincang-bincang?" "baiklah kalau
begitu kita akan bertemu kembali besok pagi pukul 11
di kamar ibu untuk melatih mengontrol malah dan
minum obat secara teratur"

"Baiklah ibu kalau begitu saya permisi selamat pagi"

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK) 2


PADA PASIEN

Hari/pelaksanaan :

DX/SP : 2/gangguan kecemasan


Ruangan :

Nama klien :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien:
Data subjektif

 Klien mengatakan sulit tidur


 Klien mengatakan tidak nafsu makan
 Klien mengatakan sulit berkonsentrasi.

Data objektif

 Klien sudah beberapa hari mengalami gelisah


 Klien sering mondar-mandir
 Klien terlihat seperti orang bingung
 Klien mudah tersinggung.

2. Diagnosa keperawatan:
Ansietas
3. Tujuan umum :
Mengatasi gangguan ansietas klien
4. Tujuan khusus :
 Pasien mampu memperagakan dan menggunakan
teknik distraksi untuk mengatasi ansietas
 Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik distraksi
 Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik
distraksi untuk mengatasi ansietas

5. Tindakan keperawatan:
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Ajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan kontrol diri
dan mengurangi ansietas :
 Melakukan hal yang disukai
 Menonton TV
 Mendengarkan music yang disukai
 Membaca koran, buku atau majalah
 Motivasi pasien untuk melakukan teknik distraksi setiap
kali ansietas muncul

B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu masih ingat dengan saya? Ya bagus
benar sekali”
b. Evaluasi/Validasi
“Apakah Ny.B sudah merasa lebih baik dari kemarin?
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah
melatih cara mengalihkan situasi untuk menghilangkan
kecemasan ibu?”
c. Kontrak
 Topik : “Baiklah ibu sesuai janji kita kemarin, hari ini
saya datang kembali untuk mendiskusikan tentang
latihan distraksi dengan tehnik pengalihan.”
 Waktu : ”Berapa lama kita akan berlatih ibu?
“Bagaimana jika 10 menit?”
 Tempat : “Dimana kita akan berdiskusi? “Bagaimana
jika di halaman samping?”
2. Kerja
“Ibu, kemarin waktu kita diskusi ibu mengatakan bahwa
saat cemas rasanya seluruh badan ibu tegang, baik pikiran
maupun fisik. Nah, latihan distraksi ini bermanfaat untuk
mengalihkan rasa cemas ibu sehingga membuat pikiran dan
fisik ibu relak atau santai. Dalam teknik ini ibu harus
melakukan hal-hal yang dapat membuat ibu relak misalnya
dengan menonton acara televisi kesukaan ibu, membaca
buku atau majalah yang ibu suka, atau dengan mendengar
music yang ibu sukai. Nah, sekarang ibu sudah tau kan hal-
hal apa saja yang dapat ibu lakukan untuk mengurangi rasa
cemas ibu. Nanti apabila ibu merasa cemas lagi, ibu bisa
melakukan salah satu teknik distraksi atau pengalihan yang
saya beritahu tadi”

3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan objektif
“Bagaimana apa ada yang ingin ibu tanyakan dari
penjelasan saya tadi?”

“Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari. Wah
bagus sekali, nanti jika ibu merasa cemas, ibu dapat
melakukan teknik ditraksi yang tadi saya jelaskan ya.”

b. Rencana Tindak Lanjut


“Kapan ibu akan mulai mencoba melakukan cara ini?
Baiklah setiap ibu merasa cemas, ibu bisa langsung
mempraktikkan cara ini.”
c. Kontrak
 Topik : “Nah, ibu, masih ada cara yang bisa
digunakan untuk mengatasi kecemasan ibu
yaitu dengan teknik hipnotis diri sendiri atau
hipnotis dengan 5 jari.”
 Waktu : “Bagaimana kalau kita latihan cara yang
ketiga ini besok dengan jam yang sama seperti hari
ini?”
 Tempat: "“Mau latihan dimana kita bu? Bagaimana
jika disini lagi? Apa masih ada yang mau
ditanyakan bu? Baiklah kalau tidak ada saya pamit
dulu. Selamat siang”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


3
PADA PASIEN
Hari/pelaksanaan :

DX/SP : 3/gangguan kecemasan

Ruangan :

Nama klien :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien:
a) Data subjektif
 Klien mengatakan sulit tidur
 Klien mengatakan tidak nafsu makan
 Klien mengatakan sulit berkonsentrasi
b) Data objektif
 Klien sudah beberapa hari mengalami gelisah
 Klien sering mondar-mandir
 Klien terlihat seperti orang bingung
 Klien mudah tersinggung.

2. Diagnosa keperawatan:
Ansietas
3. Tujuan umum :
Mengatasi gangguan ansietas klien
4. Tindakan keperawatan:
a) Membina hubungan saling percaya
b) Menjelaskan dan membantu pasien teknik relaksasi 5 jari
c) Memberi reinforcement positif
d) Menganjurkan klien memasukan kedalamjadwal harian

B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Ny.B bagaimana Ny.B kabarnya hari ini?
Apakah ibu ingat dengan saya? Benar sekali, saya suster
chinta, saya yang berdinas dari pukul 7 pagi sampai dengan
2 siang” “Bagaimana jadwal yang kemarin kita buat
apakah sudah Ny.B isi? Wah bagus sekali ternyata jadwal
lembaran terisi penuh?”
b. Evaluasi/Validasi
"Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Apakah ibu masih
gelisah dan tidak bisa tidur? Apakah yang kemaren saya
ajarkan sudah di praktekkan dalam jadwal harian ibu? Nah
kalau sudah coba di praktikkan kembali ya. Bagus bu"
c. Kontrak
 Topik : "Baiklah bu, bagaimana kalau sekarang kita
berbincang-bincang tentang perasaan yang ibu
rasakan? Dan saya akan mengajarkan ibu teknik
relaksasi hipnotis 5 jari untuk menghilangkan rasa
gelisah ibu."
 Waktu : "berapa lama kita akan berbincang?
Bagaimana jika 20 menit?"
 Tempat : "sesuai dengan janji kita kemarin, kita
akan berbincang di taman ya Bu"
2. Kerja
“Tadi ibu katakan, ibu merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba
ibu ceritakan lebih lanjut tentang perasaan ibu, kenapa ibu
tidak gelisah, apa yang ibu pikirkan? Oh, jadi begitu, Nah
ibu, sekarang saya akan mengajarkan ibu teknik relaksasi
degan cara hipnotis 5 jari. Kita mulai ya bu. Ibu pejamkan
mata ibu, nah sekarang tautkan jari telunjuk ibu dengan
jempol ibu, sekarang bayangkan pada saat ibu sedang
bahagia. Sekarang tautkan jari tengah ibu dengan jempol,
bayangkan saat ibu bersama orang yang ibu sayangi/ cintai,
sekarang taukan jari manis ibu dengan jempol, bayangkan
ketika ibu di puji oleh seseorang karena prestasi ibu, dan
sekarang tautkan jari kelingking ibu, bayangkan tempat
yang paling indah yang pernah di kunjungi. ibu, coba
ulangi lagi cara teknik hipnotis 5 jari yang sudah kita
pelajari tadi. Wah bagus sekali, mari kita masukkan dalam
jadwal harian ibu. Jadi, setiap ibu merasa cemas, ibu bisa
langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi
sesuai jadwal yang telah kita buat.”

"Coba ibu praktekkan!" "Bagus sekali Bu”


3. Terminasi
1. Evaluasi Subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang bincang
tentang masalah yang ibu rasakan dan latihan
mempaktekkan teknik relaksasi hipnotis 5 jari?”

"Coba ibu sebutkan dan praktekan kembali cara yang tadi


kita pelajari" "bagus seperti itu Bu"
2. Rencana Tindak Lanjut
“Sekarang kita masukkan kedalam jadwal ya Bu. Berapa
kali ibu mau melakukannya? Bagaimana jika dua kali?”
3. Kontrak
 Topik : “ibu sudah tidak terasa sudah 30 menit kita
berbincang-bincang. Latihan relaksasi ini adalah
cara ke-3 yang bisa digunakan untuk mengatasi
kecemasan atau ketegangan ibu, kita bertemu lagi
besok ya bu untuk berbincang-bincang tentang apa
yang sudah saya ajarkan kepada ibu”
 Waktu: "jam berapa kita akan berbincang,
bagaimana jika jam 10?
 Tempat : "gimana ibu ingin kita berbincang?
Bagaimana kalau di ruang tamu?"
"Baik besok kita akan bertemu jam 10 di ruang
tamu ya Bu sampai jumpa selamat siang"

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI


PELAKSANAAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa


Pengampu : Hj. Ermawati Dalami, S.Kp,M.Kes

Disusun Oleh:

Muhamad Ega Renaldi Bahtiar (P27901118032)

Tingkat / Semester : IIIA/Semester 5


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TANGERANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

3. Kasus (Masalah Utama)


Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk
mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan,
bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan
diri, makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar
atau kecil sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga
maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian
atau berhias, makan, dan BAB atau BAK (toileting) (Fitria, 2009).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan
minum secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting.

4. Proses Terjadinya Masalah


 Faktor Predisposisi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri
adalah, Perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu
melindungi dan memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan
inisiatif dan keterampilan. Lalu faktor predisposisi selanjutnya adalah
Faktor Biologis, beberapa penyakit kronis dapat menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri secara mandiri. Faktor selanjutnya
adalah kemampuan realitas yang menurun. Klien dengan gangguan jiwa
mempunyai kemampuan realitas yang kurang, sehingga menyebabkan
ketidak pedulian dirinya terhadap lingkungan termasuk perawatan diri.
Selanjutnya adalah faktor Sosial, kurang dukungan serta latihan
kemampuan dari lingkungannya, menyebabkan klien merasa
 Faktor Presipitasi.
Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurangnya atau penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual,
cemas, lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Sedangkan menurut
Depkes tahun 2000 faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah
body Image, praktik social, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya,
kebiasaan dan kondisi fisik.
Berikut penjabarannya. gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak perduli dengan dirinya. Pada anak anak selalu
dimanja dalam kebersihan diri maka,kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan, seperti sabun, sikat
gigi, shampoo dan alat mandi lainnya yang membutuhkan uang untuk
menyediakannya.
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien penderita
DM yang harus menjaga kebersihan kakinya. Pada factor Budaya,
terdapat budaya di sebagian masyarakat tertentu jika individu sakit tidak
boleh dimandikan. Ada pula kebiasaan seseorang yang enggan
menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri, missal sabun,
shampoo, dll.
Sedangkan, untuk factor kondisi fisik, pada keadaan tertentu / sakit
kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukan nya.

 Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut Nanda (2012),jenis perawatan diri terdiri dari :
 Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
 Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
 Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan secara mandiri
 Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
 Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009)
adalah sebagai berikut :
 Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan
badan,memperoleh atau mendapatkan sumber air,mengatur suhu atau
aliran air mandi,mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh,
serta masuk dan keluar kamar mandi
 Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian ,menanggalkan pakaian,serta memperoleh atau menukar
pakaian.Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian
dalam,memilih pakaian,mengambil pakaian dan mengenakan sepatu
 Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan
makanan,mempersiapkan makanan,melengkapi makanan,mencerna
makanan menurut cara yang diterima masyarakat,serta mencerna cukup
makanan dengan aman
 Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil,duduk atau bangkit dari jamban,memanipulasi
pakaian untuk toileting,membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat,dan menyiram toilet atau kamar kecil.
 Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan tidak melakukan perawatan


seimbang diri tidak seimbang diri

Gambar 1. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri


Keterangan :
 Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
 Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor
kadang kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
 Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

C. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart &
Sundeen, 2000), yaitu :
6. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah
: Klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara
mandiri.

7. Mekanisme Koping Mal Adaptif


Mekanisme koping yang menghambat, fungsi integrasi,
memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategori nya adalah : Tidak mau
merawat diri.

5. Penjabaran Masalah
 Pohon Masalah
Effect Gangguan pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)

Core problem Defisit perawatan diri

Causa Menurunnya motivasi dalam


Perawatan diri
Isolasi sosial : menarik diri

Gambar 2: Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri


(Sumber : Keliat, 2006)
 Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji :
Masalah yang ditemukan adalah : Defisit Perawatan Diri (SP 1
Kebersihan Diri, SP 1 Makan, SP 1 Toileting (BAB / BAK), SP 1
Berhias)
Contoh data yang biasa ditemukan dalam Defisit Perawatan Diri :
Kebersihan Diri adalah :
 Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak
berdaya
 Data Objektif :
Rambut kotor acak-acakan,badan dan pakaian kotor serta bau, mulut
dan gigi bau,kulit kusam dan kotor,kuku panjang dan tidak terawat.
 Mekanisme Koping :
Regresi, penyangkalan, isolasi social menarik diri, intelektualisasi.
Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon
masalah (causa,core problem,effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
2 Effect
3 Core Problem
4 Causa
5 Defisit Perawatan Diri.
 Diagnosa keperawatan
 Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan merawat kebersihan diri
 Menurunnya motivasi dalam merawat diri

 Rencana keperawatan

PERENCANAN
TGL DX
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
Pasien mampu: Setelah … pertemuan pasien dapat SP1 (tgl………………..)
 Melakukan kebersihan diri menjelaskan pentingnya: 8. Identifikasi
secara mandiri  Kebersihan dari i. Kebersihan diri
Defisit  Melakukan berhias / berdandan  Berdandan/berhias ii. Berdandan
perawatan secara baik  Makan iii. Makan
diri  Melakukan makan dengan baik  BAB / BAK iv. BAB / BAK
 Melakukan BAB / BAK secara  Dan mampu melakukan cara  Jelaskan pentingnya kebersihan diri
mandiri merawat diri  Jelaskan alat dan cara kebersihan diri
 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 2 (tgl…………………)
 Evaluasi sp 1
 Jelaskan pentingnya berdandan
 Latih cara berdandan
 Untuk pasien laki laki
v. Berpakaian
vi. Menyisir rambut
vii. Beercukur
b. Untuk pasien perempuan
i. Berpakaian
ii. Menyisir rambut
iii. berhias
SP 3 (tgl …………..)
d. evaluasi kegiatan sp 1 dan sp 2
e. jelaskan cara dan alat makan yang benar
B. jelaskan cara mempersiapkan
makan
C. jelaskan cara merapihkan
peralatan makan setelah makan
D. praktek makan sesuai dengan
tahapan makan yang baik
SP 4 (tgl…………….)
 evaluasi kemampuan pasien yang lalu
(SP 1,2,3)
 latih cara BAB dan BAK yang baik
a. menjelaskan tempat BAB dan
BAK yang sesuai
b. menjelaskan cara membersihkan
dir setelah BAB/BAK
Keluarga mampu: Setelah…….. pertemua keluarga SP 1 (tgl……………)
Merawat anggota keluarga yang mampu: b) identifikasi masalah dan merawat
mengalami masalah kurang Meneruskan melatih pasien dan masalah
perawatan diri mendukung agar emampuan pasien d. kebersihan diri
dalam perawatan dirinya meningkat e. berdandan
f. makan
g. BAB/BAK
C. Jelaskan defisit perawatan diri
D. Jelaskan cara merawat
 Kebersihan diri
 Berdandan
 Makan
 BAB / BAK
 Bermain peran cara merawat
 RTL kel./ jadwal untuk merawat
SP 2 (tgl…………….)
 Evaluasi SP 1
 Latih keluarga merawat langsung ke
pasien
 Kebersihan diri dan berdandan
 RTL keluarga/jadwal untuk merawat

SP 3 (tgl………….)
 Evaluasi kemampuan Sp2
 Latih keluarga merawat langsung ke
pasien cara makan
 RTL keluarga / jadwal untuk merawat
SP 4 (tgl………..)
d) Evaluasi kemampuan keluarga
e) Evaluasi kemampuan pasien
f) RTL keluarga
 Follow up
 rujukan

VI. Sumber
Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.

Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba

Medika.

Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN

(Basic Course).Yogyakarta: EGC.

Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa :Edisi 2.

Jakarta: EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 PASIEN

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : KEBERSIHAN DIRI

(Pengkajian dan melatih cara menjaga kebersihan diri : Mandi, gosok gigi, cuci rambut)

4. Proses Keperawatan

5.4 Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya
Data Objektif :
Rambut kotor dan acak-acakan, badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan gigi
bau,kulit kusam dan kotor,
5.5 Diagnosa Keperawatan

Defisit Keperawatan Diri : Mandi, Gosok gigi, cuci rambut

5.6 Tujuan Tindakan keperawatan

o Klien dapat membina hubungan saling percaya.

o Klien dapat menjelaskan, pentingnya kebersihan diri.

o Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

o Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.

o Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.

5.7 Tindakan Keperawatan

c. Bina hubungan saling percaya.

d. Jelaskan pentingnya perawatan diri yang baik..

e. Ajarkan klien mempraktekan cara perawatan diri : mandi, gosok gigi dan cuci
rambut
f. Bantu klien mempraktekan cara perawatan diri.

g. Anjurkan klien memasukan kegiatan perawatan diri secara mandiri di dalan


jadwal kegiatan harian.

5. Strategi Komunikasi.

 Fase Orientasi

 Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu, Perkenalkan nama saya Suster bekti, Saya
Mahasiswa Praktik dari Stikes Pertamedika, saya akan dinas diruangan Ini selama 3
minggu. Hari ini saya dinas pagi, dari jam 07 pagi sampai jam 2 siang. Saya akan
merawat ibu selama di RS ini, nama ibu siapa? Senang nya dipanggil apa.”

 Evaluasi / Validasi

“Bagaimana perasaan ibu hari ini..? Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi..? ”

 Kontrak

9. Topik :

“Baiklah bu.. Bagaimana kalau kita diskusi tentang kebersihan diri..?”

10. Waktu :

“ Berapa lama ibu mau mengobrolnya..?, Bagaimana kalau 15 menit..?”

11. Tempat :

“ Ibu maunya kita ngobrol dimana..?, Bagaimana kalau di ruang tamu..?”

 Fase Kerja

“Berapa kali ibu mandi dalam sehari..?, Menurut ibu, apa sih kegunaan mandi..?, Apa
alasan ibu sehingga tidak mau mandi..?, Menurut ibu, apa manfaatnya kalau kita
menjaga kebersihan dir kiti,,? Kira – kira tanda tanda orang yang merawat diri dengan
baik, seperti apa yaa..? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri, masalah apa
menurut ibu yang bias timbul..? Sekarang coba ibu sebutkan alat apa saja yang
digunakan untuk menjaga kebersihan diri, seperti kalau kita mandi, cuci rambut,
gosok gigi… apa saja yang disiapkan..? Benar sekali..!! Ibu perlu menyiapkan
pakaian ganti, handuk, sabun, sikat gigi, sampo dan odol serta sisir. Wahhhh… Bagus
sekali..!! Ibu bias menyebutkan dengan benar..”.

 Fase Terminasi

 Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“..Bagaimana perasaan ibu setelah, kita membicarakan tentang cara merawat


kebersihan diri? Baguss sekali Bu..! Nah, sekarang, coba ibu sebutkan, cara
perawatan diri yang telah kita pelajari dan latih tadi..? Bagus sekali..!!

 RTL

“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita menjaga
kebersihan diri, dan kita juga sudah melakukan latihan, cara Merawat diri,
masukan kedalam jadwal yaa..! Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai
jadwal ya bu..! mandi 2 X Sehari, gosok gigi 2 X sehari juga, keramas 2 X
Seminggu. Bagaimana bu..? Bisa dilakukan..? Baguss sekali, ibu mau mencoba
melakukannya..!”

 Kontrak yang akan datang

12. Topik :

“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara makan dan minum yang
baik dan benar, apakah ibu bersedia..?..”

13. Waktu :

“.. Ibu mau jam berapa dan berapa lama..? bagaimana kalau jam 11,,? Baik bu
kita akan berbincang selama 15 menit”
14. Tempat :

“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang makan..?


baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa besok ya bu..
Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 PASIEN

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : MAKAN DAN MINUM

(Pengkajian dan melatih cara makan dan minum)

 Proses Keperawatan

5.7..1 Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.
Data Objektif :
Badan kurus, kulit bersih dan mulut bersih tapi klien masih terlihat lemah, klien
terlihat mengacuhkan makanan nya.
5.7..2 Diagnosa Keperawatan
Defisit Keperawatan Diri : Makan dan minum

5.7..3 Tujuan Tindakan keperawatan

c) Klien dapat membina hubungan saling percaya.

d) Klien dapat menjelaskan, pentingnya manfaat makan dan minum.

e) Klien dapat menjelaskan cara makan dan minum yang baik.

f) Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum dengan bantuan


perawat.

g) Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum dengan bantuan


perawat.

3) Tindakan Keperawatan

i. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.

ii. Evaluasi pengetahuan klien tentang manfaat makan dan minum

iii. Ajarkan klien mempraktekan tata cara makan dan minum yang baik
iv. Bantu klien mempraktekan tata cara makan dan minum yang baik

v. Anjurkan klien memasukan kegiatan makan dan minum secara mandiri di dalan
jadwal kegiatan harian.

 Strategi Komunikasi.

 Fase Orientasi

o Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu , apa kabar pagi ini??

o Evaluasi / Validasi

“Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi sendiri?bagaimana perasaan ibu
setelah mandi dan menggosok gigi?

o Kontrak

15. Topik :

“Baiklah bu.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi dan
akan membicarakan tentang manfaat dan tata cara makan dan minum yang baik”

16. Waktu :

“ sesuai janji kita kemarin , kita akan mengobsrol selama 15 menit ya bu,
bagaimana ibu setuju?”

17. Tempat :

“ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?”

 Fase Kerja

“..Berapa kali ibu makan sehari..? Iya baguss..!! Ibu makan 3 X Sehari..! Kalau
minum, sehari berapa gelas bu..?? Betul, Minum 10 Gelas sehari..? Apa saja yang
disiapkan untuk makan,,? Dimana ibu makan..? Bagaimana cara makan yanag baik
menurut ibu..? Apa yang dilakukan sebelum makan..? Apa pula yang dilakukan
setelah makan..?..”

 Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“..Bagaimana perasaan ibu setelah, kita membicarakan tentang cara Makan dan
minum yang baik? Baik sekali bu, ibu sudah bisa menyebutkan manfaat makan
dan minum dengan baik”

b. RTL

“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita menjaga
kebersihan diri, dan kita juga sudah melakukan latihan, Selanjutnya jangan
lupa untuk melakukan sesuai jadwal ya bu..! makan 3 X sehari, dan minum 8 –
10 gelas sehari..”

c. Kontrak yang akan datang.

18. Topik :

“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara Toileting yang baik dan
benar (BAB dan BAK) besok..”

19. Waktu :

“.. Ibu mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?..”

20. Tempat :

“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang makan..?


baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa besok ya bu..
Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 PASIEN

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : TOILETING

(Pengkajian dan melatih cara BAB dan BAK)

5.7..3.1 Proses Keperawatan

i. Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.
Data Objektif :
Kulit kotor, baju bau pesing, sekitar kamar klien bau pesing
ii. Diagnosa Keperawatan
Defisit Keperawatan Diri : Toileting (BAB dan BAK)

iii. Tujuan Tindakan keperawatan

B. Klien dapat membina hubungan saling percaya..

C. Klien dapat menjelaskan cara BAK dan BAB dengan benar.

D. Klien dapat melakukan pemenuhan kebutuhan BAK dan BAB dengan benar
dengan bantuan perawat

E. Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum secara mandiri

F. Klien dapat memasukan kegiatan BAK dan BAB dengan benar ke dalam
jadwal harian

iv. Tindakan Keperawatan

e. Bina hubungan saling percaya..

f. Jelaskan cara BAK dan BAB dengan benar.

g. Bantu Klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan BAK dan BAB dengan
benar
h. Anjurkan klien melakukan pemenuhan makan dan minum secara mandiri

i. Anjurkan klien untuk memasukan kegiatan BAK dan BAB dengan benar ke
dalam jadwal harian

b. Strategi Komunikasi.

c) Fase Orientasi

a. Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu , apa kabar pagi ini??

b. Evaluasi / Validasi

“Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi sendiri? Bagaiman perasaan ibu
setelah mandi dan menggosok gigi? Sudah makan pagi ini..?”

c. Kontrak

21. Topik :

“Baiklah bu.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi dan
akan membicarakan tentang tata cara BAK dan BAB yang baik”

22. Waktu :

“ sesuai janji kita kemarin , kita akan mengobsrol selama 15 menit ya bu,
bagaimana ibu setuju?”

23. Tempat :

“ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?”

d) Fase Kerja

“..Berapa kali ibu BAB sehari..? Kalau BAK berapa kali sehari..?, kalau ibu BAB
dan BAK di mana biasanya..? Setelah BAK dan BAB biasanya apa yang ibu
lakukan..? Menurut ibu apa manfaatnya jika menjaga kebersihan setelah BAB dan
BAK..?”

e) Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“..Bagaimana perasaan ibu setelah kita membicarakan tentang cara BAB dan
BAK yang baik..? Bagaimana perasaan ibu setelah membersihkan diri setelah
BAB dan BAK..? BAgus sekali bu, ibu sudah bisa menyebutkan dengan baik
cara BAK dan BAB yang benar..!”

b. RTL

“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita menjaga
kebersihan diri setelah BAB dan BAK. Sekarang, coba ibu masukan kedalam
Jadwal Kegiatan Harian ibu, sesuai ceklis, BAB 1x di toilet, BAK 1x di
toilet/dikamar?”

c. Kontrak yang akan datang.

24. Topik :

“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara berhias diri (berpakaian
dan berdandan)..!”

25. Waktu :

“.. Ibu mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?..”

26. Tempat :

“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang makan..?


baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa besok ya bu..
Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 PASIEN

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : BERHIAS

(Pengkajian dan melatih cara berhias : Berpakaian dan Berdandan)

VIII. Proses Keperawatan

i. Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.
Data Objektif :
Baju kotor dan berantakan, rambut acak2an, muka kusam.
ii. Diagnosa Keperawatan
Defisit Keperawatan Diri : Berhias (berpakaian dan berdandan)

iii. Tujuan Tindakan keperawatan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat menjelaskan cara berhias dengan benar.

c. Klien dapat melakukan pemenuhan kebutuhan berhias dengan benar dengan


bantuan perawat.

d. Klien dapat melakukan pemenuhan berhias secara mandiri.

e. Klien dapat memasukan kegiatan berhias dengan benar ke dalam jadwal


harian.

iv. Tindakan Keperawatan

6) Bina hubungan saling percaya.

7) Jelaskan caraberhias (berpakaian dan berdandan) dengan benar.

8) Bantu Klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan berdandan dengan benar.


9) Anjurkan klien melakukan pemenuhan berdandan secara mandiri.

10) Anjurkan klien untuk memasukan kegiatan berdandan dengan benar ke dalam
jadwal harian

4) Strategi Komunikasi.

i. Fase Orientasi

a. Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi Bu , apa kabar pagi ini??

b. Evaluasi / Validasi

“Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi sendiri? Bagaiman perasaan ibu
setelah mandi dan menggosok gigi? Sudah makan pagi ini..? sudah BAB / BAK
pagi ini? Dimana ibu BAB dan BAK pagi ini? Apa yang ibu lakukan setelah BAB
/ BAK..?”

a. Kontrak

27. Topik :

“Baiklah bu.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi dan
akan membicarakan tentang berhias (berpakaian dan berdandan)..?

28. Waktu :

“ Sesuai janji kita kemarin , kita akan berbincang bincang selama 15 menit ya
bu, bagaimana ibu setuju?”

29. Tempat :

“ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?”

IX. Fase Kerja


“..Menurut ibu apa itu berhias..? Apa manfaat berpakaian dan berdandan untuk
ibu..? Bagus sekali ibu bisa menyebutkan manfaat berhias dan berpakaian..!
Sekarang coba ibu tunjukan cara berpakaian dan berdandan yang baik..? Bagus
sekali ibu sudah dapat menunjukan cara berhias dan berpakaian yang baik! Mulai
besok coba ibu masukan Berhias dan Berpakaian kedalam kegiatan harian..!”

X. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“..Bagaimana perasaan ibu setelah kita membicarakan tentang manfaat dan tata
cara berhias dan berpakaian yang baik..? BAgus sekali bu, ibu sudah bisa
menyebutkan dengan baik tentang manfaat dan cara berhias dan berpakaian
yang baik, “

b. RTL

“ Baiklah bu, tadi ibu sudah menyebutkan manfaat bagi ibu tentang cara
berhias dan berpakaian yang baik dan benar, mulai besok coba ibu masukan ke
jadwal kegiatan harian ibu”

c. Kontrak yang akan datang.

30. Topik :

“..Baiklah ibu, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
mengevaluasi tentang kebutuhan dan latihan cara berhias diri (berpakaian dan
berdandan)..!”

31. Waktu :

“.. Ibu mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?..”

32. Tempat :
“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang makan..?
baiklah bu, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa besok ya bu..
Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.

Anda mungkin juga menyukai