BAB II
KONSEP PEMBELAJARAN SAINS
TERHADAP KECERDASAN NATURALIS ANAK TK
Anak usia TK adalah individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat dan fundamental. Mereka merupakan anak yang berada
pada rentang usia anatara 4-6 tahun dan merupakan bagian dari anak usia dini yang berada
pada rentang 0-8 tahun. Karakteristik anak pada usia TK biasanya ditandai dengan kekhasan
tersendiri. Setiap anak memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda, namun beberapa
ahli dapat mengidentifikasi karakteristik secara umum anak TK yang sifatnya menonjol.
1. Kemampuan motorik telah mencapai kematangan dalam berbagai fungsi motorik: kaki,
4. Kesadaran moral pada anak usia TK sudah mulai tumbuh, anak patuh terhadap aturan
main.
Kartono (Syaodih, 1999: 16) menyebutkan bahwa ciri-ciri anak TK adalah sebagai
berikut:
2. Mempunyai relasi sosial dengan benda dan manusia yang sifatnya sederhana dan primitif
(anak hanya memiliki minat terhadap benda dan peristiwa yang sesuai dengan daya
fantasinya)
8
3. Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan sebagai satu totalitas (anak
4. Sikap hidup yang fisiognomis (secara langsung anak memberikan atribut pada setiap
1. Menggunakan semua indera untuk menjelajah benda, belajar melalui kegiatan motorik
2. Rentang perhatian masih pendek, mudah bosan dan mungkin palingkan muka jika ada
respon baru
pendek
6. Menempatkan diri sebagai pusat dunianya sendiri; minat, perilaku dan pikiran yang
8. Mulai tertarik dengan berbagai mekanisme kerja berbagai hal dan dunia luar di
sekitarnya.
Hal di atas dipertegas oleh pendapat Bredecamp & Copple dalam Solehuddin (Masitoh
dkk, 2005: 1.12) yang mengungkapkan bahwa terdapat berbagai hakikat atau karakteristik
9
2. relatif spontan dalam mengekpresikan perilakunya
4. egosentris
5. memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal
8. mudah frustasi
Merujuk berbagai pendapat di atas disimpulkan bahwa anak TK adalah mereka yang
berusia 4 sampai 6 tahun yang memiliki karakteristik sebagai penjelajah aktif, bersifat
egosentris, aktif, energik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap apa yang dilihat serta
didengarnya, spontan dengan relasi sosialnya yang masih bersifat sederhana, dan sebagai
Kecerdasan naturalis merupakan bagian dari kecerdasan jamak yang berkaitan dengan
dapat dilihat dari kecintaan terhadap alam dan lingkungan melalui berbagai kegiatan seperti
kepedulian terhadap lingkungan atau konservasi lingkungan alam sekitar. Untuk memahami
kecerdasan naturalis secara lebih jelas, berikut akan dikemukakan beberapa pengertian
Kecerdasan naturalis menurut Leslie Owen Wilson dalam tulisannya The Eight
Intelligence : Naturalistic Intelligence ( Musfiroh, 2004: 81) berkaitan dengan wilayah otak
10
yang peka terhadap pengenalan bentuk atau pola, membuat hubungan yang sangat tidak
kentara. Bukan hanya itu, kecerdasan naturalis juga berkaitan dengan wilayah otak yang peka
terhadap sensori persepsi dan bagian otak yang berkaitan dengan membedakan dan
“…enables human being to recognize, categorize and characterization of the role that many
mengkombinasikan gambaran tentang kecakapan inti dengan karakteristik dari peran yang
berbagai jenis flora dan fauna serta kejadian alam, misalnya asal-usul binatang, pertumbuhan
tanaman, terjadinya hujan, manfaat air bagi kehidupan, tata surya, dan kejadian alam
lainnya.Kecerdasan naturalis ini berkaitan dengan wilayah otak bagian kiri, yakni bagian
yang peka terhadap pengenalan bentuk atau pola kemampuan membedakan dan
mengklasifikasikan sesuatu.
menggunakan input sensorik dari alam untuk menafsirkan lingkungan seseorang. Kecerdasan
kecerdasan yang berkaitan dengan seluruh yang diketahui di alam dunia, kecerdasan ini
sangat sensitif untuk disimulasikan dengan semua aspek alam, mencakup bertanam, binatang
cuaca dan gambaran fisik dari bumi. Di dalamnya mencakup keterampilan mengenali
berbagai kategori dan varitas dari binatang, serangga, tanaman, bunga, kemampuan
11
menanam sesuatu dan memelihara, melatih binatang, kepekaan untuk mencintai bumi
mengenali jenis tumbuhan atau hewan dan mengerti mengenai masalah lingkungan. Mereka
pun akan sangat mudah mengingat bahkan mengenai berbagai macam jenis flora dan fauna.
kehidupan tanaman dan menyelidiki habitat benda-benda hidup juga dapat meningkatkan
kecerdasan naturalis.
adalah para penjelajah dan ilmuwan, seperti: para ahli lingkungan, ahli ilmu tumbuhan, dan
ahli ilmu hewan. Dilengkapi dengan apresiasi pada berbagai hubungan manusia dengan alam,
orang-orang yang kuat kecerdasan naturalisnya juga dengan mudah memiliki pengetahuan
tentang aneka hal tertentu di berbagai wilayah dari studi-studi sosial dan pengetahuan ilmiah
pada umumnya.
Kecerdasan naturalis sebenarnya dimiliki setiap manusia dalam taraf yang berbeda dan
telah berkembang sejak lahir.Alam sekitar merupakan alat stimulator dinamis dan tiada
habisnya bagi anak, sebab mereka mendapatkan gambaran alam berdasarkan pandangan
sederhana dan melalui pengalaman langsung melalui panca indranya.Lebih menarik lagi,
pandangan sederhana mereka juga menciptakan rasa keterikatan terhadap dunia, dan persepsi
12
ini membantu perkembangan otak dan intelegensi mereka.
Gardner (Hastari, 2003) melihat bahwa kecerdasan naturalis ini, merupakan kecerdasan
yang memang telah dimiliki setiap orang sejak lahir."Biasanya anak balita lebih memiliki
yang dilakukan pada tahun 1991 dan 1997, ia menemukan bahwa anak-anak lebih peka dalam
mengenali lingkungan dan bukan sekedar sebagai pengetahuan semata saja, seperti
Musfiroh (2004: 101) mengungkapkan bahwa minat naturalis anak usia 4 tahun secara
umum adalah bahwa mereka telah mengenal siang dan malam, mendung sebagai pertanda
hujan, tahu nama-nama benda-benda langit, seperti bulan dan bintang. Mereka juga tahu
binatang piaraan perlu diberi makan, bahwa ada binatang yang hidup di air, di tanah, ada
binatang bersayap, bersirip, berkaki, dan ada pula binatang yang tidak memiliki ketiganya,
seperti ular dan cacing tanah. Selain itu, anak-anak usia 4 tahun juga telah mengenal bagian-
bagian tumbuhan, terutama daun, batang, dan bunga. Perkembangan naturalistik anak-anak
Menurut Bronson (Musfiroh, 2004:220) anak usia 5 tahun telah mengenal sains. Anak-
anak tahu bahwa semua benda punya kelas, kategori.Mereka dapat membedakan benda hidup
dan benda mati yang bergerak, sepeti kendaraan dan eskalator. Umumnya anak usia 5 tahun,
bisa mengenali ciri menonjol dari suatu benda, mereka mengidentifikasi berdasarkan
Senada dengan yang diungkapkan oleh Brewer (Musfiroh,2004: 221) bahwa anak 5
tahun mulai dapat melakukan kategorisasi, mereka mampu memilih benda berdasarkan ciri-
ciri tertentu.Merujuk pada pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan
naturalis telah berkembang sejak lahir pada setiap individu, dan perkembangannya sangat
dipengaruhi lingkungan. Anak usia 4-5 tahun memiliki ketertarikan terhadap binatang,
13
mengenal tumbuhan, siang malam, danbenda-benda alam, serta mampu mengkategorisasikan
Anak-anak yang sangat kompeten dalam kecerdasan naturalis merupakan pecinta alam.
Mereka lebih senang ke taman, kebun binatang atau menikmati keindahan di aquarium,
senang memelihara binatang, mempunyai ingatan yang kuat tentang detail tempat-tempat
yang pernah dia kunjungi serta nama-nama hewan, tanaman, serta peduli terhadap lingkungan
sekitar.
Hal tersebut di atas dipertegas oleh beberapa pendapat ahli tentang karakteristik
Armstrong (2005: 36-37) memaparkan bahwa kecerdasan naturalis tampak pada sikap-
sikap seperti :
a. Akrab dengan hewan peliharaan, maksudnya adalah anak mampu berinteraksi dengan
maksudnya anak dapat mengenal bentuk gunung seperti segitiga, bulan itu bulat dsb.
anak senang ketika melihat aquarium, tertarik untuk membersihkan aquarium dan mau
lingkungan, misal: membuang sampah pada tempatnya, merawat tanaman dengan baik,
14
g. Meyakini binatang memiliki haknya sendiri, maksudnya anak tahu cara memperlakukan
h. Mencatat fenomena alam: hewan, tumbuhan dan hal-hal sejenis. Maksudnya anak
mengetahui bahwa tanaman akan mati jika tidak disiram, mengenal cara berkembang
biak binatang secara sederhana, misal: dari telur menjadi ayam, mengetahui proses
metamorfosis kupu-kupu.
perubahan siang dan malam ( mengetahui malam itu gelap, siang itu terang), mengenal
k. Terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri. Misal: anak senang bermain
Gardner (Hastari, 2008) memaparkan ciri lain dari karakteristik kecerdasan lingkungan,
yaitu bila anak terlihat sangat tertarik dengan berbagai kegiatan yang dilakukan di luar
rumah, merasa nyaman bila tengah bermain di lingkungan bebas, dekat dan sayang dengan
berbagai binatang dan tumbuhan yang ia temui disekitar rumah, peka dalam mengenali
keadaan alam, misalnya saat pergantian cuaca, suara angin dan binatang malam. Rajin
mengkoleksi berbagai macam benda dari alam, seperti berbagai serangga, batu-batuan,
kerang-kerangan, serta sensitif pada fenomena alam, terus bertanya dengan kritis mengenai
berbagai jenis alam, keadaan cuaca, pengetahuan laut, ruang angkasa dan kekuatan alam
lainnya.
berikut:
15
c. Peka terhadap bentuk-bentuk alam
a. Cenderung menyukai alam terbuka, akrab dengan hewan peliharaan, dan menghabiskan
d. Memiliki perhatian yang relatif besar terhadap binatang, tumbuhan dan alam.
e. Tidak takut memegang atau menyentuh binatang dan bahkan cenderung ingin selalu
dekat.
sebagai berikut :
a. Kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasi mahluk hidup, seperti tanaman dan
hewan.
16
(seperti awan dan bentuk-bentuk batuan).
kecerdasan.
memunculkan perilaku seperti: Mencintai lingkungan, mampu mengenali sifat dan tingkah
laku binatang, senang dan mampu merawat tumbuhan, serta senang kegiatan di luar (alam).
Kecerdasan naturalis anak tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus
dirangsang. Kecerdasan naturalis tersebut dapat dirangsang melalui kegiatan menanam biji
hingga tumbuh, memelihara tanaman dalam pot, memelihara binatang, berkebun, wisata di
hutan, gunung, sungai, pantai, mengamati langit, awan, bulan, bintang, mengajak anak belajar
di alam terbuka, menghadirkan benda-benda alam ke kelas, seperti: batu, daun, bunga,
menggunakan binatang dan tanaman sebagai peraga mengajar, melakukan aktivitas yang
terkait langsung dengan alam, seperti: berkebun, memancing, atau masuk ke kolam ikan.
Selain kegiatan di atas, kecerdasan naturalis dapat pula diasah melaluli permainan-
permainan yang melibatkan benda-benda alam, termasuk tumbuhan, hewan, dan tiruannya.
Stimulasi dilakukan melalui aktivitas pengamatan terhadap proses atau bentuk-bentuk benda
alam tersebut.
17
Musfiroh (2004, 293-303) memaparkan beberapa macam permainan untuk
(daun)
Permainan untuk stimulasi kecerdasan naturalis untuk anak usia 4 tahun hingga 5 tahun
(TK A) relatif lebih sederhana. Apabila tuntutan dalam indiktor muncul pada perilaku anak
18
Tabel 2.1
Sasaran Kompetensi Naturalis Anak Usia 4 hingga 5 Tahun dan Indikatornya
dalam Permainan.
Permainan Naturalis
mengamati permainan
dari telur-ayam
dari biji-kacang
gambar buah
gaya masing-masing
19
tumbuhan Anak dapat berpura-pura menyiram
dan memupuk
pada keterpenuhan indikator melalui perilaku yang tampak. Apabila sebagian besar anak
Sedangkan permainan untuk anak usia 5 hingga 6 tahun relatif lebih kompleks dan
dibidik, diuraikan oleh Musfiroh (2004: 322-323) dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 2.2
Sasaran Kompetensi Naturalis Anak Usia 5 hingga 6 Tahun dan
indikatornya dalam Permainan.
permainan Naturalis
20
sifat percampuran (keruh, coklat,dsb)
Daun kering 295 Anak senang Anak terlibat aktif dalam permainan
Buah apa 297 Anak senang Anak terlibat aktif dalam permainan
namanya mengenal
makanannya mengenal
Anak dapat menunjukkan makanan
kehidupan
hewan yang ditanyakan dalam
hewan
permainan
binatang tersebut
21
Musfiroh memaparkan tabel sebagai berikut; stimulasi naturalis untuk anak usia 5 hingga
6 tahun mulai berkaitan dengan alam, bahkan melalui permainan “eksperimen” sederhana.
Guru perlu menanggalkan sikap “takut kotor” apabila ingin menerapkan permainan dan
1. Pengertian Sains
Untuk memahami sains, haruslah dilandasi dengan pengertian sains yang dikemukakan
oleh para ahli. Berbagai pandangan tentang sains dikemukan oleh para ahli sains dan
pendidikan sains dengan tujuan mengembangkan definisi tentang sains sehingga menambah
pemahamanan terhadap sains itu sendiri.Dari sudut bahasa atau kita kenal dengan istilah
etimologi, sains berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti pengetahuan atau knowledge
(Poedjiadi,1987: 9).
Senada dengan definisi di atas, Kuslan Stone (Rosalina,2009: 23) menyebutkan bahwa
sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan
pengetahuan itu.
Carin (Nugraha, 2003: 5) menegaskan bahwa sains itu bukan hanya pengetahuan ilmiah
(scientific knowledge), tetapi juga sebagai human enterprise (media penggali keuntungan
alam) yang melibatkan operasional mental, keterampilan dan strategi, dan sebagainya.
Tentunya diperuntukan bagi pemenuhan segala kebutuhan dan keperluan hidup manusia di
dunia
(natural world) yang diperoleh dari interaksi indera dengan dunia tersebut, dengan
22
keterangan bahwa; observasi dilakukan melalui indera, dan proses obsservasi mengandung
interaksi dua arah antara orang yang mengobservasi dan yang diobservasi.
dalam 3 pengertian: pertama, sains adalah proses memperoleh informasi melalui metode
empiris (empirical method), kedua, sains adalah informasi yang diperoleh melalui
penyelidikan yang telah ditata secara logis dan sistematis. Ketiga, sains adalah suatu
kombinasi proses berfikir yang menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid
Sedangkan Ernest Hagel (Nugraha, 2003: 4), memandang sains dari 3 aspek, yaitu :
pertama, dari aspek tujuan, sains adalah sebagai alat untuk menguasai alam dan untuk
pengetahuan yang sistematis dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan
yang didapat dari berbagai peristiwa.Ketiga, sains sebagi metode, yaitu merupakan suatu
perangkat aturan untuk memecahkan masalah, untuk mendapatkan atau mengetahui penyebab
dari suatu kejadian dan untuk mendapatkan hukum-hukum atau teori-teori dari obyek yang
diamati.
serangkaian konsep dan skema konseptual yang dikembangkan sebagai hasil eksperimen dan
observasi selanjutnya.
Berdasarkan definisi-definisi yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa sains
dapat dipandang sebagai suatu proses; yaitu mencari pengetahuan atau informasi, maupun
hasil atau produk; yaitu pengetahuan atau informasi itu sendiri, serta sebagai sikap; yaitu
23
2. Pembelajaran Sains di Taman Kanak-kanak
perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dilakukan oleh anak pada kondisi dan tingkat
kompetisi tertentu. Artinya anak memiliki kemampuan dalam menguasai proses sains,
menguasai produk sains dan memiliki sikap sainstis berdasarkan tingkat perkembangan anak.
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai
dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut dengan mengembangkan segenap
potensi yang dimiliki anak, agama, intelektual, sosial, emosi, dan fisik, memiliki dasar-dasar
aqidah yang lurus sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, memiliki kebiasaan-kebiasaan
perilaku yang diharapkan, menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai
dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan anak, serta memiliki motivasi dan sikap belajar
yang positif.
luas, sementara untuk lebih mempermudah dalam pembelajaran sains, ada beberapa pendapat
yang menguraikan tujuan pembelajaran sains yang lebih khusus namun sejalan dengan tujuan
1) Memberi pengetahuan sebagai bekal hidup kepada anak tentang dunia di mana mereka
2) Memberi bekal pengetahuan praktis, agar anak dapat menyongsong dan menghadapi
24
3) Menanamkan sikap hidup yang ilmiah; seperti sikap objektif, tidak tergesa-gesa dalam
mengambil kesimpulan, terbuka, dapat membedakan antara fakta dan opini, bersifat hati-
5) Menanamkan rasa hormat dan menghargai kepada penemu-penemu IPA, yang telah
6) Menanamkan rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan
Menurut tujuan IPA diatas Rosalina (2009:38) menyimpulkan secara khusus tujuan
permainan sains di Taman Kanak-kanak. Adapun tujuan permainan sains tersebut antara lain
pagi, siang dan malam ataupun perubahan dari bentuk padat menjadi cair.
b) Melakukan percobaan-percobaan sederhana, seperti biji buah yang ditanam akan tumbuh
atau percobaan pada balon yang diisi gas akan terbang bila dilepaskan ke udara.
dilakukannya. Seperti badan sapi lebih besar dari badan kambing tetapi badan sapi lebih
alam, sehingga siswa akan dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Seperti anak
dapat menjangkau buah jambu di atas pohon dengan cara menyambung dua batang kayu
yang pendek sehingga menjadi lebih panjang dan dapat dipergunakan sebagai alat bantu
dalam bekerja.
25
Sementara, Soekarno, dkk (1981:26-27) merumuskan tujuan pembelajaran sains pada
a) Memberikan pengetahuan kepada anak tentang dunia, bagaimana kita bersikap terhadap
alam
b) Menanamkan sikap hidup yang alamiah, artinya anak memiliki sikap rasa ingin tahu
yang besar, jiwa anak terisi dengan sejumlah pengetahuan yang teratur (sains),
baik, tidak mudah putus asa ketika mengalami kegagalan, tidak mudah percaya sebelum
c) Memberi pengetahuan tentang sains itu sendiri, juga memberikan keterampilan yang
d) Mendidik anak untuk menghargai penemu-penemu sains dan mereka tertarik untuk
pembelajaran sains pada anak usia dini, hendaknya ditujukan untuk merealisasikan empat hal,
yaitu:
a) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak
metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan
b) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak
memiliki sikap-sikap ilmiah. Hal yang mendasar, misalkan tidak cepat-cepat dalam
mengambil keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-
26
c) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak
mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah (yang lebih percaya dan baik),
maksudnya adalah segala informasi yang diperoleh anak berdasarkan standar keilmuan
yang semestinya, karena informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan
d) Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak menjadi
lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di
Berdasarkan tujuan sains yang telah diuraikan di atas, diharapkan dapat berdampak
terhadap meningkatnya kecerdasan dan pemahaman anak tentang dunia beserta rahasianya.
Tujuan pembelajaran sains tersebut, tidak hanya mengembangkan aspek kognitif saja,
Selain itu, Nugraha (2008: 27-28) menyajikan tujuan pengembangan pembelajaran sains
menjadi tiga dimensi utama bagi sasaran pokoknya, yaitu dimensi produk, dimensi proses
Penjabaran tujuan pendidikan dan pembelajaran sains yang dikaitkan dengan ketiga
adalah pendidikan sains diarahkan pada pengenalan dan penguasaan fakta, konsep, prinsip,
teori maupun aspek-aspek lain yang terkait dengan hal-hal yang ditemukan dalam bidang
Di samping itu, pada sains sebagai produk, anak difokuskan dalam mengenali dan
menguasai kumpulan pengetahuan, serta diarahkan pada kemampuan untuk menjelaskan apa
yang diketahuinya, dan juga mampu menyampaikan cara-cara yang digunakan dalam
27
menguasai produk-produk pengetahuan yang dimiliki anak berdasarkan kemampuan,
Kedua, tujuan pembelajaran sains yang dihubungkan dengan dimensi sains sebagai
proses, yaitu diarahkan pada penguasaan keterampilan yang diperlukan dalam menggali dan
mengenal sains. Kemampuan akhirnya adalah anak menguasai cara-cara kerja yang ditempuh
Seseorang dikatakan menguasai sains dari dimensi proses, apabila cara kerja dia dalam
mengenal, menggali, dan mengungkapkan segala sesuatu yang terkait dengan alam serta
merupakan bagian yang harus dikuasai anak dengan prosedur dan teknik yang benar dalam
mengenal alam dan fenomenanya. Melekat dan meningkatnya kemampuan anak dalam
melakukan proses sains secara benar merupakan indikator kunci bahwa sains yang diberikan
Ketiga, tujuan pembelajaran sains terkait dimensi sains sebagai sikap, maksudnya adalah
pengembangan sains pada anak usia dini secara bertahap diarahkan pada suatu pembentukan
pribadi atau karakter (character building), sehingga anak sebagai sasaran dan yang akan
menjadi output serta outcome pendidikan dan pembelajaran sains sejak dini telah ditanamkan
benih-benih sikap yang sesuai dengan tuntutan dan kriteria sebagai seorang benar dalam
memahami dan mendalami sains, dengan kata lain sikap ilmuwan diperkenalkan secara
28
Tabel 2.3
Dimensi, Tujuan dan Target Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak
Usia Dini
29
o Menjelaskan sehingga timbul
o Mengajukan mencintai dan
petanyaan memeliharanya
o Merumuskan
problem
o Merumuskan
hipotesis
o Merancang penelitian
o Merancang
eksperimen
o Mengumpulkan data
o Menganalisis data
o Menarik kesimpulan
o Dan sebagainya
3. Sains sebagai • Pembentukan pribadi • Memiliki tingkat
Sikap (character building) kreativitas dan
yang merupakan inovasi yang lebih
cerminan sikap dari berarti
ilmuwan (scientist) • Tumbuh dan
• Sejumlah sikap yang berkembang minat
harus dikembangkan, untuk studi lanjut
diantaranya pada bidang sains
o Sikap jujur khususnya dan
o Sikap kritis bidang lain pada
o Sikap kreatif umumnya.
o Positif terhadap
kegagalan
o Sikap rendah hati
o Tidak mudah putus
asa
o Keterbukaan untuk
dikritik dan diuji
o Sikap menghargai
dan menerima
masukan
o Berpedoman pada
fakta dan data
o Hasrat ingin tahu
tinggi
o Dan sebagainya
Nugraha menjelaskan makna tabel di atas bahwa semakin banyak indikator dan perilaku
sains melekat pada anak sebagaimana diprogramkan, maka akan semakin dapat dikatakan,
bahwa program pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini yang dilakukan
30
mendapat keberhasilan, sebaliknya semakin sedikit kemampuan dan sikap sains melekat pada
setiap anak, maka dapat dikatakan program pengembangan pembelajaran sains pada anak
usia dini yang dikembangkan belum mencapai keberhasilan. Hal tersebut berarti
mengharuskan kita untuk menelusuri pada bagian mana tujuan-tujuan pembelajaran sains
Dapat dikatakan pula bahwa semakin tinggi kemampuan dan sikap sains melekat pada
anak, maka akan semakin berarti (significant) pula kemampuan tersebut dalam menunjang
produktivitas dan aktivitas anak dalam pengungkapan dan penggalian sains. Tingginya
kemampuan dan sikap sains yang dimiliki anak mencerminkan akan semakin terampilnya
anak dalam mengenali obyek sains, berpikir logis dan mengikuti prosedur kerja sesuai
Merujuk pada beberapa tujuan pembelajaran sains yang telah diuraikan di atas, maka
dapat disimpulkan beberapa tujuan pembelajaran sains secara terperinci, sebagai berikut:
a) Menumbuhkan minat anak dalam mempelajari sains dan mengetahui manfaat bagi
kehidupannya
h) Membiasakan anak untuk menyadari dan bersyukur atas karunia serta kekuasaan Alloh
SWT dengan memelihara dan memanfaatkan alam sekitar dengan penuh tanggung
jawab.
31
b. Perencanaan Pembelajaran Sains
pelaksanaan pembelajaran.Di bawah ini ada beberapa definisi yang dapat menggambarkan
muka hal-hal yang harus dikerjakan dan cara mengerjakannya dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
pembelajaran adalah kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilakukan dalam
cara penyampaian kegiatan (metode dan teknik) serta bagaimana mengukurnya (evaluasi)
Pendapat lain dikemukakan oleh Murdick dan Ross (Rosalina, 2009:43) bahwa
pada pemahaman kita tentang konsep dan ruang lingkup pembelajaran. Artinya bahwa
batasan perencanaan akan tepat sesuai dengan jumlah aspek-aspek yang dapat diidentifikasi
oleh perencana. Batasannya akan menjadi semakin beragam dan khas apabila konteks
sains akan berbeda dengan batasan perencanaan pembelajaran matematika dan sebagainya.
Apabila aspek-aspek yang terkait dengan pembelajaran sains itu meliputi tujuan, dukungan
32
material yang dibutuhkan, penyiapan anak, pengembangan kegiatan, penguatan dan
penghargaan, lembar kerja anak dan evaluasi, maka batasan dari perencanaan pembelajaran
a) Pilihan-pilihan kegiatan serta hal-hal yang dibutuhkan dan akan dilakukan dalam
pembelajaran sains menjadi terjabarkan secara lebih sistematis, sesuai format yang
b) Perencanaan sains yang dikembangkan dapat memberikan arah dan tugas jelas, sehingga
hal-hal yang harus ditempuh dan dilaksanakan guru terhindar dari kesalahan.
Sedangkan dalam menetapkan alokasi waktu untuk setiap kegiatan, guru hendakanya
memperhatikan waktu yang dibutuhkan anak dapat terlibat dalam aktivitas yang
direncanakan. Hartati (Rosalina, 2009: 45) mengatakan dalam perencanaan guru membuat
tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran, metode yang akan dilaksnakan,
materi kegiatan yang akan diberikan kepada anak serta pencatatan perkembangan yang akan
pembelajaran sains, hendaknya dittentukan dulu tentang tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, metode, materi, media, alokasi waktu, serta bentuk evaluasi yang digunakan.
Sehingga apa yang diharapkan dari pembelajaran sains itu dapat tercapai.
33
c. Pelaksanaan Pembelajaran Sains untuk Anak Taman Kanak-kanak
Pengembangan sains merupakan bagian dari bidang pengembangan lainnya yang penting
dan memiliki peranan penting bagi perkembangan anak usia dini. Pada umumnya anak-anak
tidak menyadari bahwa kegiatan penyelidikan atau penemuan yang mereka lakukan sehari-
Pengalaman awal dari sejumlah aktivitas nyata dengan menggunakan alat-alat dan
bahan-bahan sederhana akan membuat anak lebih mudah memahami konsep sains yang
cenderung abstrak. Pada dasarnya konsep ilmu pengetahuan dapat dipelajari melalui
pengalaman sehari-hari yang nyata dan sederhana. Suasana yang menarik dan menyenangkan
akan memotivasi anak untuk terus menerus mencari jawaban terhadap apa yang ia pikirkan.
Anak-anak yang telah termotivasi biasanya akan selalu tergerak untuk bereksplorasi di
manapun ia berada, baik di rumah ataupun di sekolah bahkan saat ia sedang berpiknik
bersama keluarganya. Anak yang ingin belajar agar mendapatkan pengalaman ilmu
mencari tahu dan memanfaatkan informasi yang diperoleh secara kreatif dan
melakukan eksperimen dan berkomunikasi seperti saat dia menjelajah.Menolong anak untuk
Liek Wilarjo (Nugraha, 2003: 28) berpendapat bahwa fokus dan tekanan pendidikan
sains terletak pada bagaimana kita membiarkan diri (dalam hal ini diartikan sebagai diri anak)
dididik oleh alam (perantaranya bisa guru atau orang dewasa), agar menjadi manusia yang
lebih baik.
34
Fokus dan pedoman untuk mendorong anak melakukan kegiatan sains adalah mengikuti
apa yang anak inginkan, serta menjaga agar tidak memberi petunjuk atau mendominasi apa
yang anak inginkan, serta menjaga agar tidak member petunjuk atau mendominasi. (Sujiono
hakikat pendidikan atau pengembangan lainnya. Pembelajaran sains akan menjadi pendidikan
yang baik jika mampu mengindividualisasikan sains pada anak secara baik, yaitu menjadi
optimal dan kondusif bagi pembelajaran. Dan untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan satu
pembelajaran sains yang terpadu dan disajikan dengan menarik sesuai tema-tema sains untuk
anak TK.
sains, kita (guru, orang tua atau pendidik) serta anak sebagai sasaran atau objek sains dapat
Pengembangan
Pembelajaran
KITA ANAK
Bagan2.1
Skema Keterkaitan Sains, Kita dan Anak
(Nugraha, 2008:17)
35
Nugraha (2008:17) menjelaskan skema di atas bahwa pengembangan pembelajaran bagi
anak agar efektif dan optimal hendaklah melalui cara-cara yang dapat menyatukan sains, kita
dan anak dalam satu pusat atau kegiatan yang sinergis dan harmonis.
Berdasarkan pendapat di atas, alangkah lebih baik jika dalam pembelajaran sains terdapat
beberapa batasan yang dijadikan acuan, sehingga apa yang diharapakan dari pembelajaran
Menurut Kartini Marzuki (Rosalina, 2009: 49), terdapat rambu-rambu yang dapat
a) Bersifat konkrit
sains yang khusus, dekat dengan anak, mudah dan sesuai dengan usia mereka. Topik-topik
sains yang diberikan tersebut, harus lebih bersifat memberikan pengalaman tangan pertama
(first hand experience) kepada anak, bukan mempelajari konsep sains yang abstrak.Selain itu
Wolfinger (Suryanto, 2006:5-8) mengidentifikasi beberapa topik sains yang disukai anak
sebagai berikut:
a) Mengenal gerak
36
Anak sangat senang bermain dengan benda-benda yang dapat bergerak, memutar,
Bermain dengan air merupakan salah satu kesenangan anak. Guru dapat mengarahkan
pemainan tersebut agar anak dapat memiliki berbagai pengalaman tentang air. Berbagai
kegiatan bermain dengan air sepaerti benda-benda yang tembus dan tidak tembus air,
Tujuan kegiatan ini adalah agar anak diberi pengalaman bahwa ada benda yang
tenggelam dan ada yang terapung.Anak sering mengira benda yang berukuran kecil
terapung dan yang besar tenggelam.Tenggelam atau terapung tidak ditentukan oleh
Sebagian benda larut ke dalam air dan sebagian lagi tidak. Masukan gula, garam dan
warna pada dalam air sehingga akan membentuk larutan. Jika larutan dibiarkan, maka
akan membentuk endapan, kecuali jika airnya diupakan semua. Benda lain tidak larut
Neraca sangat baik untuk melatih anak menghubungkan sebab akibat karena hasilnya
akan nampak secara langsung jika di satu lengan timbangan di tambah, maka beban akan
turun. Demikian pula jika beban digeser menjauhi sumbu. Berbagai benda memiliki
massa jenis berbeda. Kapas dan spon memiliki massa jenis yang lebih kecil dibanding
besi dan batu, meskipun batu dan besi ukurannya kecil tetapi akan lebih berat dari kapas
atau spon.
37
f) Bermain gelembung sabun
Anak sangat menyukai bermain dengan gelembung sabun. Dengan menambahkan satu
sendok gliserin pada dua liter air, larutan sabun, akan diperoleh larutan sabun yang
menakjubkan yang dapat digunakan untuk membentuk gelembung raksasa, jendela kaca,
Benda-benda dari karet pada umumnya memiliki kelenturan sehingga mampu melenting
jika dijatuhkan.Demikian pula benda dari karet yang diisi udara, seperti bola basket, bola
voli dan bola plastik.Anak sangat senang bermain dengan benda-benda tersebut.
h) Mengenal binatang
Binatang merupakan makhluk yang menarik bagi anak-anak karena mampu merespon
pada anak. Melalui binatang anak akan belajar banyak tentang makhluk tersebut.
Udara tidak kelihatan, sehingga sulit bagi anak untuk mengenalnya.Melalui berbagai
kegiatan, guru dapat mengenalkan udara untuk membantu anak menyadari bahwa udara
Bayang-bayang merupakan fenomena yang menarik dan kadang menakutkan bagi anak.
38
l) Melakukan percobaan sederhana
Anak sangat antusias untuk melakukan percobaan dan ingin tahu hasilnya. Menanam biji,
sebagian disiram dan yang lain tidak, dapat dijadikan percobaan yang menarik bagi anak..
Kegiatan yang menggunakan api harus dibawah pengamatan guru secara langsung agar
tidak terjadi al-hal yang tidak diinginkan. Anak suka mengamati sesuatu yang terrbakar
n) Mengenal es
Es bisa menjadi air dan air dapat menjadi es.Kelak anak mengenal bahwa es adalah air
yang membeku. Proses tersebut membantu anak mengenal asal mula suatu benda, suatu
Bermain pasir dengan menggunakan berbagai kaleng atau takaran akan membantu anak
Bunyi terbentuk oleh udara yang bergetar oleh karena itu bunyi dapat dibuat dengan cara
Anak TK mungkin masih memandang magnet sebagai barang ajaib, tetapi mengenalkan
dari isi bahan kajian meliputi materi atau disiplin yang terkait dengan bumi dan jagat raya
/ilmu bumi (pengetahuan tentang bintang, matahari dan planet, kajian tentang tanah, batuan
dan pegunungan serta kajian tentang cuaca atau musim), ilmu-ilmu hayati/biologi (studi
tentang tumbuhan, studi tentang binatang, studi tentang hubungan antara aspek-aspek
39
kehidupan dengan lingkungannya), serta bidang kajian fisika dan kimia (studi tentang daya,
studi tentang energi serta studi tentang rangkaian dan reaksi kimiawi).
Metode diskaveri inkuiri dikenal dengan metode penemuan. Metode penemuan diartikan
manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Sebelum
anak sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Metode penemuan
merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode pembelajaran yang
memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan diri siswa sendiri
dan reflektif
Istilah asing yang sering digunakan untuk metode ini ialah diskaveri yang berarti
penemuan, atau inkuiri yang berarti mencari. Mengenai penggunaan istilah diskaveri dan
inkuiri para ahli terbagi ke dalam dua pendapat (Dharmawan, 2008) yaitu :
Istilah-istilah diskaveri dan inkuiri dapat diartikan dengan maksud yang sama dan
Istilah diskaveri, sekalipun secara umum menunjuk kepada pengertian yang sama dengan
diskaveri adalah proses mental, dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
prinsip. Proses mental tersebut antara lain adalah: mengamati, mencerna, mengerti,
40
Sedangkan inkuiri menurut dia meliputi juga diskaveri. Dengan perkataan lain, inkuiri
adalah perluasan proses diskaveri yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inkuiri
Masih menurut Sund (Setiadi, 2008), penggunaan diskaveri dengan batas-batas tertentu
adalah untuk siswa-siswa kelas rendah, sedangkan inquiry adalah baik untuk digunakan bagi
mengembangkan proses-proses diskaveri. Inkuiri dibentuk dan meliputi diskaveri dan lebih
banyak lagi. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu perluasan proses-proses diskaveri yang
Menurut Ruseffendi (2006: 329) metode Discovery Learning adalah metode mengajar
yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang
ditemukan sendiri.
untuk menemukan pola dalam situasi yang konkret dan abstrak. Siswa juga dituntut untuk
dapat membuat suatu kesimpulan dari data-data serta fakta-fakta yang ia peroleh ketika
melakukan suatu penemuan. Kedua hal tersebut merupakan aspek utama dalam kompetensi
strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk pembelajaran
keterampilan menyelidiki, memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penemuan adalah
41
suatu metode dimana proses pembelajaran menekankan murid untuk menemukan sendiri
kelas rendah termasuk TK, metode diskaveri inkuiri diartikan sebagai metode
percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru
tidak menjelaskan dengan kata-kata. Metode penemuan merupakan komponen dari praktek
pendidikan yang meliputi metode pembelajaran yang memajukan cara belajar aktif,
Dalam perkembangannya metode diskaveri inkuiri memiliki beberapa jenis, untuk lebih
bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa.Dalam hal ini siswa tidak
b) Modified Discovery-Inquiry
Guru hanya memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula bahan atau alat-alat
42
berkelompok atau perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, nara sumber, dan
memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa.
c) Free Inquiry
Kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajarai dan mengerti bagaimana
memecahkan suatu problema dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang
studi tertentu serta telah melakukan modified diskaveri inkuiri. Dalam metode ini siswa
harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan dipelajari atau
dipecahkan.
Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim
diikuti saintis. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa,
dan melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang
siswa untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai
merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-
masing terdiri tas empat anggota untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-
masing anggota tim diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda sebagai berikut :
f) Pictorial Riddle
Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode
untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil
maupun besar. Gambar atau peragaan, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat
digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa. Suatu ridlle
43
biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu
trasparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan ridlle itu.
g) Synectics Lesson
Pada dasarnya syntetics memusatkan pada keterlibatan siswa untyuk membuat berbagai
membantu dalam melepaskan “ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam
Melihat jenis-jenis metode diskaveri inkuiri di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
guided discovery inquiry dan modified discovery inquiry merupakan metode diskaveri inkuiri
yang cocok dengan TK. Kedua metode tersebut memiliki tahapan yang sesuai dengan
Dalam metode diskaveri inkuiri terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh untuk
mendukung keberhasilan metode tersebut. Di bawah ini akan diuraikan beberapa pendapat
para ahli mengenai langkah-langkah dalam metode diskaveri inkuiri, antara lain:
Menurut Mulyasa (Gunawan, 2010), cara mengajar dengan metode diskaveri menurut
c) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut
44
d) harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan.
e) Sususnan kelas diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas
f) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data.
g) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta informasi yang
akan dipelajari.
siswa.
6) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas
siswa.
10) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.
11) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.
45
Sementara Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Suryosubroto yang
1) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk
menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan.
2) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi,
3) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas
6) Mengecek pengertian siswa tentang masalah yang digunakan untuk merangsang belajar
dengan penemuan.
8) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan
data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang
11) Memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya
12) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan
13) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh
46
kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan.
14) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan,
15) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana.
16) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda.
Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar.
17) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alasan dan fakta.
18) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa
yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa
19) Membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau
pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui
strategi penemuan.
20) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya. misalnya teori atau
teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan
pendekatannya
Lebih lanjut, Rohani(Dharmawan, 2008) memaparkan lima tahap yang harus ditempuh
3) Peserta didik mencari informasi, data,fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau
47
pelaksanaannya metode diskaveri inkuiri memiliki langkah-langkah yang akan memudahkan
guru dan anak dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode tersebut. Secara garis besar
ada di sekitar anak, pemberian fasilitas (alat, ruang, bahan serta materi yang berkaitan dengan
masalah yang akan dipecahkan anak), pemberian pertanyaan yang dapat menggali informasi
dari anak, pemberian kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi dan akhirnya
menemukan jawaban dari masalah, anak diberi kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi
sehingga dapat menarik kesimpulan sendiri. Sebagai catatan guru harus selalu siap ketika
dibutuhkan anak, baik sebagai nara sumber, fasilitator, maupun sebagai teman diskusi.
Setiap metode dalam pembelajaran selalu mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu
pula dengan metode diskaveri inkuiri. Adapun kelebihan dari metode diskaveri inkuiri akan
kebaikan,yaitu:
penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus
dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk
2) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan
suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan
transfer.
3) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih
48
4) Metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuannya sendiri.
5) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih
merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek
penemuan khusus.
7) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru
diketahui sebelumnya.
sebagai berikut:
2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi / individual sehingga dapat
Berdasarkan pada pendapat-pendapat di atas, secara garis besar kebaikan dari metode
2) Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
49
3) Melayani kebutuhan siswa sesuai kemampuannya.
1) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya
siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika
berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara
pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan
dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan
2) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu
dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan teori-teori, atau menemukan
3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa
Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai
5) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak
ada.
6) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau
pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru,
50
Melihat pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kekurangan metode diskaveri inkuiri
ini, adalah: adanya kesulitan mengontrol kegiatan dan keberhasilan anak, sulit dalam
merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan anak belajar, kadang-
sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan, terkadang fasilitas yang memadai
Telah diuraikan sebelumnya, bahwa pembelajaran sains harus disajikan dalam suatu
bentuk pembelajaran yang komperhensif dan integratif, oleh karena itu dibutuhkan satu
yang dapat menunjang pembelajaran sains yang integratif dan komperhensif tersebut.Karena
dengan metode ini semua aspek perkembangan anak bisa terstimulus dengan baik.
Selain itu metode ini mempermudah dalam pencapaian tujuan pembelajaran sains pada
anak, karena denga metode ini anak diarahkan kepada kemampuannya sendiri untuk
Menurut Nugraha (2008:188) penggunaan metode diskaveri dan demonstrasi sangat baik
digunakan untuk mengungkap dan menggali pesan sains. Contoh-contoh aktivitas sains yang
dapat dilakukan melalui diskaveri oleh anak, misalkan menggali perbedaan antara makhluk
hidup dan makhluk mati, seperti: perbedaan kucing dan batu, menemukan hakekat
Untuk lebih jelasnya, Nugraha (2008:265) memberikan satu contoh pembelajaran sains
51
Pembelajaran I
manusia
Pelaksanaan
1) Gambar besar lalat dan bagian-bagiannya, serta berbagai media visual yang relevan
2) Sasaran utama tempat pengamatan, missal: ruang kelas, selasar sekolah, halaman
Urutan kegiatan:
2) Jika anda telah yakin maka lakukanlah penyelidikan tentang lalat diawali dari ruang
kelas, apakah ditemukan? Terus menuju ke depan ruang kelas atau selasar sekolah,
Kemudian menuju tempat-tempat yang diduga banyak lalat, missal tempat sampah,
3) Peralihan dari satu tempat (area) ke tempat lainnya, sebaiknya diikuti dengan
petunjuk atau mungkin penjelasan guru, misalkan: mengapa di ruang kelas tidak ada
lalat, tetapi setelah ke luar kelas mulai ditemukan. Hal itu berlanjut hingga
52
berkumpul di tempat sampah atau tempat tertentu.
4) Jika anak-anak atau sebagian anak ada yang telah mengenal hitungan, berikan
kesempatan kepada mereka untuk menghitung berapa lalat yang mereka lihat di setiap
tempat. meskipun, pada pusat lalat anak tak dapat menghitungnya, tetapi hasil
pengamatan akan sangat berguna bagi pengenalan konsep tidak ada, sedikit, banyak
dengan diskusi di kelas tentang berbagai hal terkait dengan lalat (lihat fokus
pertanyaan untuk diskusi). Pada tahap ini sebaiknya berikan kesempatan pada anak
untuk bercerita banyak tentang yang ditemukannya (hal ini amat baik dalam
tentang lalat tersebut. Tugas guru cenderung klarifikasi dan pembenaran konsep atau
6) Untuk lebih membuka persepsi dan pemahaman, saat diskusi dan review dukunglah
dengan berbagai media, display atau ilustrasi yang memadai. Misalkan gambar lalat
yang di besarkan puluhan, bahkan ratusan kali lipat beserta penunjukan bagian-
bagiannya. Gambar akibat-akibat atau penyakit yang disebabkan oleh lalat, dan
sebagainya.
7) Diskusi akan mengasikkan, tatapi tetap harus memperhatikan motivasi dan gairah
belajar anak. Untuk itu ada baiknya, kegiatan diselingi oleh gerak dan lagu yang
berkaitan.
8) Tutuplah kegiatan dengan suasana yang menyenangkan dan mengundang anak untuk
dapat belajar atau mengikuti kegiatan hari-hari berikutnya, misalkan: minggu depan
kita akan mengamati kebun sekolah, siapa yang mau ikut serta dengan bu guru?
53
Pertanyaan sebagai fokus diskusi:
1) Bagaimanakah ciri-ciri lalat dan bedanya dengan binatang lain, misal dengan
nyamuk?
Berdasarkan contoh di atas, dapat dilihat dengan jelas langkah dalam pembelajaran sains
menggunakan metode diskaveri inkuiri, dimana anak dalam pembelajaran tersebut dituntun
untuk menemukan data dan fakta sendiri, dengan mengamati dan mencoba kegiatan secara
langsung.Dalam pelaksanaannya guru tetap berperan meunjukkan cara-cara yang tepat dalam
melaksanakan kegiatan. Selain itu topik sains yang digunakan merupakan hal-hal yang
D. Penelitian Terdahulu
Hakikat Sains Dalam Praktik Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar Dan Hasil Belajar Siswa
Baleendah)”, diperoleh hasil bahwa pemahaman hakikat sains guru yang menajdi subjek
penelitian tergolong rendah dan praktik pembelajaran sains di sekolah dasar belum
54
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model inkuiri terbimbing
konsep dan kemampuan pemecahan masalah siswa dibanding dengan penggunaan model
55