Anda di halaman 1dari 5

Mirip dengan Festival Ching Ming di musim semi, Festival Chongyang adalah saat seluruh keluarga

berkumpul di kuburan untuk melakukan praktik pemujaan leluhur.

Mendaki ke titik-titik tertinggi kota juga populer pada hari ini, karena diyakini akan membawa
keberuntungan. Kebiasaan ini berakar pada legenda Dinasti Han (202 SM - 220 M) di mana seorang
peramal menasihati seorang pria untuk membawa keluarganya ke tempat yang tinggi pada hari
kesembilan bulan kesembilan. Pria itu menurut dan keesokan harinya menemukan bahwa semua
penduduk desanya telah dibantai, sementara dia dan keluarganya telah diselamatkan dengan pergi ke
bukit.

Menurut I Ching , sembilan adalah angka Yang ; hari kesembilan dari bulan lunar kesembilan (atau dua
kali sembilan) memiliki terlalu banyak Yang (konsep spiritual tradisional Tiongkok) dan dengan demikian
merupakan tanggal yang berpotensi sangat menguntungkan.

Taoisme (Tionghoa: 道教 atau 道家 ) juga dikenal dengan Daoisme, diprakarsai oleh Laozi (老
子;pinyin:Lǎozǐ) sejak akhir Zaman Chunqiu yang hidup pada 604-517 SM atau abad ke-6 sebelum
Masehi. Taoisme merupakan ajaran Laozi yang berdasarkan Daode Jing (道德經,pinyin:Dàodé Jīng).
Awalnya Daode jing disebut Laozi Wuqianyan (老子五千言) atau Tulisan Laozi Lima Ribu Kata.
Selanjutnya Dia meninggalkan ibu kota dan tidak pernah terdengar lagi kabar beritanya. Belakangan,
semasa Dinasti Han (202 – 221 SM) kitab itu mulai disebut Daodejing, karena membahas mengenai Dao (
Jalan ) dan De (德, atau Kebajikan) yang diajarkan Laozi[1].

Dao sebenarnya tidak dapat diberi nama, dan ia juga tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Dao yang
sesungguhnya hanya dapat dipahami dengan melalui kesadaran rohani manusia. Akan tetapi, untuk
dapat memudahkan orang mengerti akan Dao ini, maka Dao harus dijelaskan dengan kata-kata. Dao
secara harafiah dapat dikatakan sebagai "jalan setapak" atau "jalan". Untuk dapat lebih memahami
"jalan" ini, maka ada tiga makna yang dapat dipelajari:

1. Tao adalah Jalan dari Kenyataan Terakhir Dao tidak dapat ditangkap karena melampaui jangkauan
panca indera. Dao melampaui segala pikiran dan khayalan. Oleh sebab itu, kata-kata tidak akan dapat
menjelaskan Dao yang sesungguhnya. Dao adalah yang maha besar dan merupakan asas totalitas segala
benda dan kehidupan. Dao adalah substansi yang mewujudkan segala benda, termasuk makhluk hidup,
juga merupakan sumber asal dari setiap awal dan setiap akhir. Makna Dao yang pertama dan terdasar
ini dapat diketahui, hanya melalui kesadaran mistik yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.

2. Tao adalah Jalan Alam Semesta Dao memiliki sifat transenden tetapi juga imanen. Dao menjadi
penggerak dari alam semesta ini, yaitu sebagai kaidah, irama, dan kekuatan pendorong seluruh alam,
dan juga sebagai asas penata yang berada di belakang semua yang ada. Dao adalah roh yang mendiami
seluruh alam, sehingga ia menjadi “benda” dan bersifat imanen.
3. Tao adalah Jalan Manusia Menata Hidupnya Dao juga memberikan petunjuk kepada manusia
mengenai kehidupan yang seharusnya dijalani oleh manusia supaya selaras dengan cara bekerja alam
semesta ini. Hal ini berkaitan dengan ajaran-ajaran dan etika Taoisme lainnya.

Lambang Yin Yang yang paling populer adalah lambang Xiantian Taiji (先天太極圖) atau Yinyang Yu (陰
陽魚) diperkenalkan oleh Lai Zhide (來知德; tahun 1525~1604). Sejarah pengkajian dan perkembangan
lambang Yinyang dimulai pada masa Dinasti Song hingga abad ke-15. Lambang Taoisme yang lainnya
adalah Chentuan (陳摶) dan Zhou Dunyi (周敦頤), popularitas kedua lambang ini kedudukannya setelah
popularitas lambang Xiantian Taiji . Lambang asli dari Taoisme adalah lambang Wuji(無極圖) oleh
Chentuan pada awal Dinasti Song, kemudiannya dimajukan oleh Chou Dunyi yang memperkenalkan
lambang Taiji (太極圖).

Yin-Yang atau Yin dan Yang adalah konsep dalam filosofi Tionghoa yang biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan sifat kekuatan yang saling berhubungan dan berlawanan di dunia ini dan bagaimana
mereka saling membangun satu sama lain. Konsep tersebut didasarkan pada asal muasal dari banyaknya
cabang ilmu pengetahuan klasik dah filosofi Tionghoa serta dapat digunakan sebagai pedoman
pengobatan Cina dan menjadi prinsip dari seni bela diri yang ada di Tiongkok, sebagai contoh
Baguazhang, Taijiquan (Tai Chi), dan qigong (Chi Kung) dan ramalan Ching.

Yin dan Yang saling berlawanan dalam interaksi dengan dunia yang lebih luas dan sebagai bagian dari
sistem yang dinamis. Semua hal memiliki kedua aspek tersebut yakni Yin dan Yang, tetapi tidak setiap
aspek tersebut memiliki perwujudan yang jelas pada objek dan mungkin pasang surut atau mengalir dari
waktu ke waktu. Konsep Yin dan Yang sering dilambangkan dengan berbagai bentuk yang bervariasi dari
simbol Taijitu, yang mana lebih umum dikenal pada kebudayaan barat.

Ada beberapa persepsi (terutama di barat) yang mengatakan bahwa Yin dan Yang selalu dihubungkan
dengan sesuatu yang baik dan jahat. Namun, filsafat Taoist biasanya tidak memperhitungkan sesuatu
yang baik atau jahat dan penilaian moral, dalam kaitannya dengan konsep keseimbangan.
Konfusianisme tidak melampirkan dimensi moral dari Yin dan Yang. Tapi dalam istilah modern, istilah ini
sebagian besar telah teradaptasi oleh filosofi Budha Taoist.

pada festival chongyang biasanya orang” juga membaca puisi sebagai contoh

– Puisi “ Mengingat Saudara-Saudara Shandong-ku “ (九月九日憶山東兄弟) oleh Wang Wei (王維) –


Seorang penyair dari Dinasti Tang
Jiǔ yuè jiǔ rì yì shāndōng
獨在異鄉為異客,
xiōngdì
dú zài yì xiāng wéi yì kè

每逢佳節倍思親。
měi féng jiā jié bèi sī qīn

遙知兄弟登高處,

yáo zhī xiōng dì dēng gāo chù

遍插茱萸少一人。

biàn chā zhū yú shǎo yī rén

Sebagai orang asing yang kesepian di tanah asing,

Setiap liburan,muncul rasa rindu akan kampung halaman-ku.

Walau jauh, saya tahu bahwa saudara-saudaraku telah mencapai puncak;

Mereka mengenakan Zhuyu, tapi salah satu dari mereka ada yang tidak hadir.

Legenda

Seperti festival tradisional lainnya, Festival Chongyang juga memiliki legenda kuno

Selama Dinasti Han Timur, ada setan wabah di Sungai Ruhe. Selama itu muncul, orang sakit bahkan
meninggal. Orang-orang yang tinggal di sekitar Sungai Ruhe sangat menderita karena penyakit yang
dibinasakan oleh setan.

Hiduplah seorang pria bernama Huan Jing. Orang tuanya meninggal karena wabah dan dia hampir mati.
Setelah dia pulih, Huan Jing memutuskan untuk mempelajari sihir dan membunuh iblis wabah. Huan Jing
mendengar bahwa ada seorang yang abadi tinggal di wilayah timur. Dia menempuh perjalanan panjang
dan akhirnya menemukan yang abadi. Yang abadi tergerak oleh perilakunya dan mengajari Huan Jing
cara membunuh iblis wabah.

Suatu hari, makhluk abadi memberi tahu Huan Jing bahwa iblis wabah akan muncul lagi pada hari
kesembilan bulan kesembilan, dan dia meminta Huan Jing kembali untuk membunuhnya. Ketika Huan
Jing kembali, dia meminta seluruh keluarga untuk pergi ke gunung dan mengirimi semua orang daun
Zhuyu dan segelas anggur krisan. Ketika iblis wabah muncul dari air, ia pusing karena aroma Zhuyu dan
krisan. Saat itu, Huan Jing mengambil pedang itu dan membunuh iblis wabah itu. Sejak itu, mendaki
gunung menjadi kebiasaan di Festival Kesembilan Ganda.
Hari zhuyu
Selama Dinasti Tang, memasukkan Zhuyu di Festival Chongyang menjadi populer. Orang kuno percaya
bahwa memasukkan Zhuyu membantu menghindari bencana. Dan wanita menempelkan krisan di
rambut mereka atau menggantung cabang di jendela dan pintu untuk menangkal kejahatan.

Zhūyú (Cornus Officinalis / Cornelian Cherry) adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dengan bentuk
buah seperti cherry kecil merah. Tradisi memakai atau menyematkan zhūyú sudah tidak populer pada
zaman sekarang. Di masa lampau orang menyematkan zhūyú karena diyakini sebagai proteksi yang bisa
menangkal energi negatif karena bulan 9 tanggal 9 dianggap sebagai hari naas. Mereka menyematkan
zhūyú pada rambut atau ditaruh di kantong kain dan menggantungnya di lengan

Anda mungkin juga menyukai