Anda di halaman 1dari 29

SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG

SYARAT–SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

Pasal 1. JENIS PEKERJAAN

Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :


o PEMBANGUNAN BARU RUMAH DINAS PARAMEDIS PUSKESMAS TETE A KECAMATAN
AMPANA TETE KABUPATEN TOJO UNA-UNA
dengan jenis pekerjaan sesuai dengan Bill Of Quantity (BOQ) Pekerjaan.

Pasal 2 . PENGGUNAAN SYARAT-SYARAT DAN TEKNIS

Penggunaan Syarat-syarat dan Teknis ini adalah :


a. Jika terdapat perbedaan antara Rencana Kerja dan Syarat -syarat dengan Gambar Kerja,
maka yang berlaku adalah ketentuan yang ada dalam Rencana Kerja dan Syarat -syarat
(RKS) dengan persetujuan Direksi / Pengawas Lapangan.
b. Jika ada perbedaan pada gambar-gambar atau ukuran-ukuran maka gambar dalam skala
besar yang harus diikuti, atau ada kemungkinan lain suatu pengecualian dengan
Persetujuan Direksi.
c. Gambar Detail dan gambar penjelasan lainnya yang memungkinkan diperlukan pada
pelaksanaan pekerjaan ini harus dibuat oleh Kontraktor.
d. Untuk hal-hal yang menyangkut masalah Teknis yang belum jelas, Kontraktor diwajibkan
berkonsultasi dengan pihak Direksi dan tidak diperkenangkan mengambil keputusan
tanpa persetujuan Direksi.

Pasal 3. SYARAT-SYARAT UMUM

a. Peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku dalam pekerjaan ini adalah :


 Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB) tahun 1956
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971
 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) Tahun 1961
 Peraturan Konstruksi Baja Indonesia
 Peraturan Instalasi Listrik Indonesia
 Peraturan-peraturan Pemerintah setempat menyangkut pekerjaan ini.

b. Jika terdapat ketidak cocokan antara peraturan -peraturan tersebut dalam pasal “3 point
a” dengan Rencana Kerja dan Syarat serta tidak terdapat dalam Penawaran, maka harus
di konsultasikan dengan Direksi untuk mengambil Keputusan.
2

Pasal 4 . PENETAPAN SITE UKURAN-UKURAN DAN PERSIAPAN

a. Kontraktor harus membuat Gudang Bahan untuk penyimpangan Bahan dan Alat,
sesuai kebutuhan hingga selesainya pekerjaan.
b. Kontraktor harus menyiapkan kotak pertolongan kecelakaan P3K di kantor Direksi
c. Kontraktor harus menyediakan Konsumsi Direksi Pengawas selama masa
pelaksanaan Kegiatan, dan sewaktu-waktu Pejabat Pembuat Komitmen maupun
Kuasa Pengguna
Anggaran meninjau pekerjaan atau tamu yang berkepentingan atas pelaks anaan
pekerjaan.
d. Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pekerjaan, bentuk, ukuran – ukuran
dan mutu yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat- syarat (RKS) pekerjaan.
e. Kontraktor berkewajiban mencocokkan ukuran – ukuran satu sama lain dan segera
memberitahukan / berkonsultasi dengan Direksi bilamana terdapat perbedaan
ukuran- ukuran satu sama lainnya
f. Peil nol (0,00) ditetapkan sesuai gambar dilapangan serta kondisi dan keinginan
pada waktu rencana awal pelaksanaan dan dicantumkan dalam Berita Acara
Peninjauan Lapangan.
g. Kontraktor diwajibkan membuat tetap untuk ukuran peil nol diatas patok yang kuat
dan pemeliharaannya selama waktu pekerjaan berlangsung dan patok tersebut telah
diset ujui oleh direksi.
h. Kontraktor diwajibkan menyediakan air bersih yang memenuhi syarat untuk
kontruksi hingga selesainya pekerjaan dan mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
3

Pasal 5. PEKERJAAN TANAH DAN PASIR

a. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mengadakan Pembersihan / Mengupas


Lapisan tanah permukaan, meliputi segala macam tumbuhan dan tanaman, sampah
dan bahan-bahan lain yang dapat merusak bangunan.
b. Untuk tanah bekas galian pondasi dapat digunakan pada timbunan kembali.
c. Pekerjaan Urugan meliputi :

 Urugan tanah dibawah Lantai setebal ± 60 CM


 Urugan pasir dibawah Lantai setebal ± 20 CM atau disesuaikan Gambar
Kerja sesuai timbunan dari ketinggian rencana Peil Nol dari Bangunan.
d. Bahan dasar urugan pasir dari sungai / kali yang sudah bersih dan bebas dari zat
organik lainnya dan lumpur.
e. Pekerjaan pemadatan urugan tanah harus dilaksanakan lapis de mi lapis maksimum
20 CM, dengan menggunakan mesin Soil Compactor (mesin stamper atau alat
sederhana yang disetujui oleh Pengawas) dan dibantu dengan air pada saat
pemadatan.

Pasal 6. PEKERJAAN GALIAN PONDASI

a. Pekerjaan Galian Pondasi harus mengikuti kedalaman yang sesuai dengan Gambar.
b. Sebelum pekerjaan galian dimulai, Kontraktor diwajibkan mengadakan pengecekan
AS Galian, letak bangunan dengan bangunan sekitarnya, Siku bangunan dan lain
-lain ber- sama-sama dengan Pengawas Lapangan dan Konsultan Perenca na.

Pasal 7 . PEKERJAAN PASANGAN PONDASI

a. Sebelum pemasangan Pondasi, Kontraktor harus mengecek ulang posisi Bouwplank


/ patok tetap, Kontraktor juga menyempurnakan Benang sebagai alat kontrol,
menimbang dengan alat sederhana seperti ( selang + air ) dan kontrol Siku dengan
alat sederhana dari mistar segi tiga yang dibuat dengan komposisi ( 100 x 80 x 60 )
CM.
b. Kontraktor harus betul-betul memperhatikan siku bangunan dan harus disetujui
oleh Direksi
c. Sebelum memasang Batu Kosong, Kontraktor diwajibka n konsultasi dengan
Pengawas/Direksi tentang benarnya kedalaman / lebar galian pondasi sesuai gambar.
d. Batu Gunung/Kali yang akan digunakan harus dibersihkan dari kotoran tanah dan Lu
m- pur sebelum digunakan / dipasang.
e. Batu Gunung/Kali yang diizinkan untuk digunakan dengan ukuran maximum 15 -25 CM.
f. Apabila menggunakan batu kali/sungai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
dipecahkan agar permukaan batu tersebut tidak licin.
4

Pasal 8. PEKERJAAN BETON

1. Material Bahan Beton

a. S e m e n
Semen yang digunakan adalah terdiri dari suatu jenis Merk dan Mutu yang baik atas
persetujuan Direksi, ditetapkan harus memakai produk Lokal (Ex. Tonasa) atau yang
setara. Kemudian Semen yang tidak boleh digunakan adalah :
 Semen yang telah mengeras sebahagian maupun seluruhnya
 Kantong Zaknya telah sobek
 Semen yang tertumpah
 Semen yang telah dipakai untuk mencampur kering dan sudah bermalam
 Semen yang sudah lama dijemur atau kena matahari.
Keamanan tempat menyimpan semen harus diusahakan sedemi kian rupa sehingga
bebas dari kelembaban lantai dan percikan air.

b. Pasir Beton
 Pasir Urugan dan Pasir Pasangan yang digunakan adalah pasir dari jenis yang
baik serta bersih dan tidak tercampur dengan tanah liat atau kotoran dan bahan
organis lainnya.
 Pasir berupa pasir alam atau pasir buatan yang dihasilkan dari alat -alat pemecah
batu.
 Pasir untuk campuran Beton dipakai yang berbutir kasar dan bersih dari lumpur
serta bahan organis lainnya.
 Pasir harus terhindar dari batu-batu tajam dan keras. Butir-butir halus bersifat
kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
 Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering).
 Pasir laut tidak boleh dipakai untuk semua mutu beton. Selanjutnya pasir harus
memenuhi syarat-syarat PBI 71 Bab. 3.3

c. Krikil / Batu Pecah Beton


 Krikil dapat berupa krikil alam atau batuan-batuan yang diperoleh dari pemeca-
han batu.
 Bahan ini harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori, bebas dari
bahan-bahan yang dapat merusak fungsinya terhadap konstruksi.
 Dalam segala hal, syarat-syarat ini disesuaikan dengan ketentuan dalam PBI 1971
Bab 3.
 Krikil harus disimpan diatas permukaan besih dan keras serta dihindarkan te r-
jadinya pengotoran serta tercampur adukan.
 Bahan untuk batu gunung kecuali dipersyaratkan lain, harus sesuai dengan PUBB
1977 NI-3.
 Batu gunung / kali yang digunakan berukuran sesuai standar kebutuhan untuk
pondasi dan untuk pasangan batu kosong bawah pondasi harus berstruktur cukup
5

kuat awet serta tidak keropos.


 Krikil / Batu Pecah beton, sebelum digunakan harus dicuci dengan air sampai be r-
sih. Penumpukan bahan krikil / batu pecah beton harus dipisahkan dengan mat e-
rial lain.

d. A i r
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan jernih tidak mengandung
minyak, asam, garam, alkohol atau bahan lain yang dapat merusak beton.
e. Takaran Material Beton
 Takaran/ukuran perbandingan material beton tidak diperbolehkan hanya
menggunakan skop/diperkirakan saja. Takatan yang diperbolehkan adalah uk u-
ran dan bahan yang sama, antara lain seperti : ember, drum plastik atau tong
dari kayu dengan standar yang telah ditentukan yakni dengan ukuran K.175 atau
K.225.
 Testing dilakukan sesuai dengan PBI. 1971 Bab. 4.7 termasuk slump test ma u-
pun compression test. Bilamana beton tidak memenuhi slumptest maka seluruh
adukan tidak boleh digunakan dan harus dibuang keluar site oleh Kontraktor.
 Apabila tidak memenuhi compression test maka prosedur PBI 1971 untuk perba i-
kan beton yang harus dilakukan. Mutu beton harus K.225 pemboran harus me m-
buat mixed design untuk ditujukan dan disetujui Direksi sebelum mulai dengan
pengecoran dan pada tiap perubahan sumber pengambilan agregat.

f. Besi Beton
 Besi beton yang digunakan adalah mutu yang sesuai dengan spesifikasi dan
kekuatan konstruksi yang diperlukan yaitu Baja dengan mutu U-24 sesuai PBI
1971.
 Besi beton harus bersih dari lapisan minyak lemak, karat dan bebas dari cacat -
cacat seperti serpih dan sebagainya, serta berpenampang bulat dan memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI 1971.
 Dimensi dan ukuran penampang, bulat besi beton harus sesuai dengan petunjuk
gambar kerja (FULL dan sesuai standar SII) memenuhi batas toleransi minimal
seperti yang dipersyaratkan PBI 1971.
 Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Direksi dan
biaya menjadi tanggungan Kontraktor.
 Batang Baja/Besi Beton harus bebas dari karat dan cacat perubahan bentuk. Ha-
rus disimpan terlepas dari tanah serta tidak diperbolehkan ditempat terbuka u n-
tuk jangka waktu panjang.
 Besi Beton harus bersih dari lapisan minyak, karat dan bebas dari cacat seperti
retak, bengkok-bengkok dan lain-lain sebagainya serta harus berpenampang bu-
lat dan memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI 1971.
2. Pekerjaan Pembesian Beton
a. Pembesian atau rakitan besi beton dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja dan
diukur dengan mm (melimeter) untuk besaran diameternya ditetapkan berdasarkan
alat ukur SIGMA.
b. Ikatan Besi Beton harus menjadi pembesian hingga tidak berubah tempat selama
pengecoran dan selimut betonnya harus sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam
6

PBI 1971.
c. Besi beton yang dipasang lebih dari satu lapis harus diberi antar a dengan potongan
besi minimal sama dengan diameter besi tersebut.
d. Jarak pemasanagan besi beton harus dapat dilalui oleh material beton dengan
standar PBI 1971 adalah minimal 2,5 CM anatara besi.
e. Ketentuan-ketentuan lain adalah mengikuti syarat yang tercantum dalam PBI 1971
f. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lokasi peke r-
jaan dalam waktu 1 x 24 jam setelah adanya perintah tertulis dari Direksi.
3. Jenis dan Mutu Beton
a. Beton Bertulang K 175 , digunakan secara keseluruhan pada semua bangunan yg
menggunakan beton pada beton praktis seperti, Kolom praktis, Ring- balk, kuda-
kuda beton dan Plat atap teras.
b. Beton tidak bertulang 1Pc : 3Ps : 5 Kr, digunakan untuk lantai bawah Keramik.
c. Mutu beton yang digunakan adalah sesuai dipersyaratkan dengan standar komposisi
bahan.
4. Pengecoran dan Perawatan Beton

a. Semua beton harus diaduk dalam beton molen, dengan Kapasitas diatas 250 L lebih
disukai molem yang bekerja berdasarkan perbandingan berat. Bila digunakan
pengaduk berdasarkan volume, maka Kontraktor harus menghitung perbandingan
material dalam volume dengan membagi berat tiap bahan oleh obsorpsi air dan
kadar kelembaban.

b. Angker Untuk Dinding


Semua sambungan vertikal anatara kolom beton dengan tembok harus dilengkapi
dengan batang-batang baja dia. 10 mm panjang 25 Cm ditekuk pada satu ujungnya
dan dimasukkan kedalam beton, yang lainnya dibiarkan berupa stok panjang 25 CM
untuk penyambungan dengan dinding.
Angker-angker tersebut dipasang pada jarak 50 – 150 CM diatas sloef pondasi atau
plat.

c. Lubang-lubang serta Klos Kayu dan lain-lain


Kontraktor harus menentukan tempat serta membuat lobang -lobang, klos-klos kayu,
angker-angker dan sebagaimana yang diperlukan untuk jalan pipa, pemasangan alat -
alat penyambung dan sebagainya. Apabila kemudian ternyata tempatnya tidak sesuai
maka harus dipindahkan sesuai dengan petunjuk Direksi dan perlengkapan lainnya
harus dilakukan agar dicapai tujuan yang disyaratkan.

d. Toleransi
1) Toleransi intuk beton kasar
Bagian-bagian pekerjaan beton harus tepat dengan toleransi hanya 1 CM dengan
syarat toleransi ini tidak boleh komulatif.
Ukuran-ukuran bagian harus dalam batas ketelitian –0,3 dan +0,5 CM
2) Toleransi untuk beton dengan permukaan rata.
Toleransi untuk beton adalah 0,6 CM untuk penempatan bagian -bagian dan anta-
ra 0,00 dan 0,2 CM untuk ukuran-ukuran bagian.
7

Pergeseran bekesting pada sambungan-sambungan tidak boleh melebihi 0,1 CM


penyimpangan terhadap kelurusan bagian harus dalam batas 1% tetapi toleransi
ini tidak boleh komulatif.

d. Pemberitahuan sebelum penegcoran

Sebelum pengecoran beton untuk bagian-bagian yang penting Kontraktor diwajibkan


memberitahukan Direksi serta mendapatkan perstujuan.
Apabila hal ini dilalaikan atau pekerjaan persiapan untuk pengecoran tidak disetujui
oleh Direksi, maka Kontraktor diwajibkan membongkar beton yang sudah dicor
dengan biaya sendiri.

g. Pengangkutan dan pengecoran beton

Beton harus diangkut dengan menghindari terjadinya penguraian dari komponen -


komponennya serta tidak diperkenangkan untuk dicor dari ketinggian melebihi 2 M
kecuali disetujui Direksi. Pada kolom yang panjang, pengecoran dilakukan lewat
lubang pada bekesting dalam menghindari hal tersebut.
Semua kotoran dan lain-lain harus dibersihkan sebelum pengecoran dimulai.
Permukaan bekesting yang menghadap beton harus dibasahi dengan air bersih
segera sebelum pengecoran.
Semua peralatan yang bersangkutan harus bersih serta bebas d ari beton keras, lunak
dan sebagainya. Pengecoran beton Pengecora Beton dalam bekesting harus
diselesaikan sebelum beton mengeras, yaitu sebelum 30 menit pada keadaan normal.
Pengecoran harus dilakukan secara kontinyu untuk satu bagian pekerjaan, pembe
rhentian pengecoran tidak dibenarkan tanpa persetujuan Direksi. Sambungan-
sambungan pengecoran yang terjadi harus memenuhi persyaratan did a- lam PBI
1997. Pengecoran tidak boleh dilakukan pada waktu hujan kecuali apabila Kontraktor
telah mengadakan persiapan-persiapan untuk itu serta disetujui oleh Direksi.

5. Pemadatan Beton
Beton harus dipadatkan benar-benar dengan fibrator yang sudah disetujui dan
memp u- nyai frekuensi minimum 3000 putaran permenit. Tak ada bagian beton yang
boleh dip a- datkan lebih dari 20 detik, kecuali disarankan oleh Direksi.
Bagian beton yang telah mengeras tidak boleh digetarkan baik langsung maupun melalui
penulangan. Pemadatan beton harus memenuhi peraturan-peraturan dalam PBI 1971.

6. Proses Pengerasan

Kontraktor wajib melindungi beton yang baru dicor terhadap matahari, angin dan hujan
sampai beton tersebut mengeras secara wajar dan menghidarkan pengeringan yang te r-
lalu cepat dengan cara sebagai berikut :

a. Semua bekesting yang mengandung beton yang baru dicor harus dibas ahi secara ter-
atur sampai dibongkar.
8

b. Semua permukaan beton tidak terlindungi harus dibasahi selama 2 (dua) minggu
setelah pengecoran.
c. Semua permukaan lantai beton harus dilindungi terhadap pengeringan dengan me m-
beri penutup yang basah.
d. Tidak dibenarkan untuk menimbun barang atau mengangkut barang diatas beton
yang menurut Direksi belum cukup mengeras.

7. Pembongkaran Bekisting

a. Tidak dibenarkan untuk membongkar bekisting sebelum mencapai kekuatan sesuai PBI
1977 Bab 5 ayat 8 (hal 51).
b. Apabila pembongkaran bekisting menyebabkan sebagian pekerjaan beton mendapat
tekanan melebihi perhitungan, maka tidak dibenarkan untuk membongkar bekistingnya
untuk jangka waktu selama keadaan itu berlangsung.
Harus ditekankan bahwa tanggung jawab terhadap keamanan beton sepenuhnya pada
Kontraktor serta harus memenuhi peraturan mengenai pembongkaran bekisting pada
PBI 1971.
c. Kontraktor wajib memberitahukan Direksi pada waktu akan membongkar bekisting b a-
gian-bagian pekerjaan beton yang penting serta mendapatkan persetujuan Direksi,
tetapi hal ini tidak mengurangi tanggung jawab atas hal tersebut.
d. Pembongkaran bekisting /mall beton dapat dibongkar setelah berumur 3 (tiga) minggu,
kecuali beton praktis, bila dianggap perlu dapat dibongkar setelah berumu r 3 – 7 hari
dengan persetujuan Direksi.

Pasal 9. PEKERJAAN DINDING

1. Pasangan Tembok
a. Bahan pasangan tembok adalah Batu Bata ukuran minimal 50 x 100 x 200 MM

yang berkualitas baik, terbakar matang, cukup keras dan tidak keropos serta tidak
2
pecah-pecah melebihi 5%, mempunyai kekuatan tekan 60 – 80 Kg/CM
b. Pasangan trasram dengan campuran 1 Pc : 3 Ps, digunakan untuk kaki tembok mulai

dari pasangan diatas sloef beton sampai 20 CM diatas permukaan lantai dan
semua pasangan batu bata yang berhubungan langsung dengan tanah.
c. Pasangan tembok adukan 1 Pc : 5 Ps, digunakan untuk pasangan tembok yang tidak
termasuk pada point “2” tersebut diatas.
d. Semua batu bata harus direndam atau disiram sebelum dilakukan pemasangan
e. Semua pasangan harus tegak lurus, rata secara horizontal maupun vertikal, dan di
lakukan dengan menggunakan tarikan benang yang dipasang tidak lebih dari 30 cm
diatas pasangan sebelah bawahnya dan batu bata yang patah tidak boleh digunakan.
f. Spesi pasangan dibuat dengan tebal 2 cm untuk yang datar dan 1,5 cm untuk tegak,
kecuali jika ditentukan lain.
2
g. Setiap pasangan seluas 9 m atau dinding dengan lebar 3 m harus diberi kolom
praktis berukuran 12 x 12 cm; demikian juga halnya dengan pertemuan antara
pasangan atau pada dinding yang berdiri bebas.
9

Pasal 10. PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN

1. Plesteran adukan 1 Pc : 3 Ps, digunakan untuk :


a. Tembok trasram pada point “2” pasal 9 diatas.
b. Sloef luar, Kolom dan Balok beton yang nampak dan muncul.
c. Atap plat beton, Lesplank beton dan Sunscreen.
d. Pondasi yang muncul diatas permukaan tanah
2. Plesteran adukan 1 Pc : 5 Ps, digunakan untuk seluruh pasangan tembok termasuk
kolom dan balok beton yang rata dengan tembok/dinding.
3. Sebelum melaksanakan pekerjaan plesteran terlebih dahulu diadakan penyiraman sam-
pai jenuh pada daerah yang akan diplester.
4. Sebelum plesteran kering betul, dapat dilakukan Pengacian tembok bagian dalam
dengan campuran : 1Pc : 8Pc putih atau A Plus. Di aci dan digosok hingga per-
mukaannya licin dan rata, untuk tembok bagian luar diaci dengan adonan Portland
Cemen.

Pasal 11. PEKERJAAN KUSEN PINTU /JENDELA DAN KACA

1. Lingkup pekerjaan :

 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat
alat bantu lainnya untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
 Pekerjaan pembuatan kusen kayu meliputi seluruh detail yang dinyatakan dalam
gambar.

2. Bahan-bahan :
 Bahan kusen dari Kayu berkualitas baik (Kayu Kelas II).
 Ukuran kusen sesuai dengan gambar rencana.

 Mutu dan kualitias Kayu yang dipakai sesuai persyaratan dalam SNI, lurus, siku
dan permukaan rata, bebas dari cacat seperti retak-retak maupun cacat
lainnya.

3. Pelaksanaan :
 Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini pelaksana wajib meneliti gambar rencana.
 Sambungan Kayu harus kuat sesuai dengan detail sambungan yang ada pada
gambar rencana.
 Kusen Kayu harus siku serta sambungan-sambungan harus rapat.
 Kontraktor harus meneliti perletakan dan bukaan-bukaan pintu/jendela pada
gambar kerja sebelum melaksanakan pekerjaan baik perakitan, pengadaan ma u
paun pemasangan kusen tersebut dan bila terdapat kelainan / kesalahan seperti
perletakan, bukaan serta ukuran-ukuran segera dikonsultasikan dengan
10

Direksi/Pengawas Lapangan. Atas kelalaian Kontraktor maka kontraktor d


iwajibkan memperbaiki atau mengganti sesuai dengan gambar kerja atau
kebutuhan.
 Pemasangan kusen harus siku baik Horizontal maupun Vertikal dengan memakai
alat Waterpass dan Benang serta harus dikontrol dengan dinding untuk
mendapatkan hasil yang rata setelah dinding diplester.
 Semua pengujian kusen harus dipastikan kokoh sebelum pekerjaan selesai.

4. Macam Pekerjaan.
Konstruksi dan macam-macam pekerjaan lainnya menggunakan jenis Kayu seperti
dibawah ini.

a. Semua kusen-kusen yang ditentukan dalam gambar


b. Daun pintu Multiplek Finishing HPL (Sesuai gambar rencana)
c. Bingkai jendela kaca
d. Semua ukuran yang terdapat dalam gambar kerja adalah ukuran jadi.

 Pekerjaan Kaca
- Kaca Bening tebal 5 MM digunakan untuk Daun jendela maupun Jendela Kaca Mati
- Kaca-kaca tersebut tidak boleh ada retak dan cacat dengan ukuran seperti
tertera pada gambar, dipasang pada rangka yang telah siap, ukuran dan bentuk
seperti pada gambar kerja.
Pasal 12. PEKERJAAN RANGKA KUDA-KUDA, GORDING DAN LISPLANK

1. Pekerjaan Rangka Kuda-kuda


- Jenis pekerjaan rangka kuda-kuda menggunakan Rangka Kanal C (75.75.0,6) dan
gording menggunakan reng baja ringan.
- Lisplank GRC L=25 cm.

2. Pasangan kuda-kuda dan gording harus vertikal dan horizontal serta sesuai kemiringan
yang telah ditetapkan dalam gambar kerja.

3. Cara Pelaksanaan :
 Penyambungan kanal C harus sesuai dengan persyaratan teknis tentang Baja
Ringan
 Pasangan gording setelah kuda-kuda dan skor serta konsol-konsol telah
terpasang
 Jarak gording sesui ukuran dalam gambar detail (jenis atap yang digunakan).
 Pasangan gording harus rata sesuai dengan rencana kemiringan atap .

Pasal 13. PEKERJAAN PENUTUP ATAP, TALANG DAN NOK

1. Bahan Penutup Atap ; Spandex yang mempunyai permukaan rata dan halus dan
berkualitas baik, sistim pemasangannya bedasarkan gambar kerja dan petunjuk dari
pabrik Spandex tersebut.
11

2. Bubungan atap digunakan dari jenis Plat Aluminium.


3. Sedapat mungkin tidak melakukan penyambungan pada setiap lajurnya.
4. Sistim pemasangan :
 Sistim pemasangan mengikuti arah kemiringan dan sebelum dipasang harus dicek /
ditimbang (elevasi) rata dan tidak bergelombang pada permukaan.
 Sambungan antara atap yang saling bersinggungan harus sesuai dengan petunjuk
teknis pemasangan jenis atap yang digunakan.
5. Pekerjaan atap dianggap selesai apabila semua bekas -bekas guntingan telah
dibersihkan

Pasal 14. PEKERJAAN PLAFOND

1. Rangka plafon dari bahan Kayu Kelas II berkualitas baik (lurus, tidak ber-
mata,berlubang serta cukup tua dan ukuran kayu 5/5 CM untuk balok bagi, pada
daerah tertentu menggunakan 5/7 CM (bila diperlukan).

2. Plafond / langit-langit dari bahan :


 NusaBoard tebal 9 MM, berkualitas baik, ukuran rangka 0,6 X 1.20 M digunakan
untuk seluruh plafond dalam bangunan dan plafond luar sebagaimana telah
ditetapkan dalam gambar kerja.

3. Cara pelaksanaan :
 Sebelum pemasangan rangka plafon harus dileveling terlebih dahulu dengan
menggunakan alat bantu dan diuk ur sesuai dengan ketentuan yang digunakan.
 Sebelum rangka plafon dipasang terlebih dahulu kayu tersebut dipersiapkan dan b
agian bawahnya harus diserut halus, kemdian diresidu pada seluruh permukaan
ran gka.
 Rangka plafond harus kuat dan tidak mudah melendut terutama pada bagian
tengah, untuk menghindari hal tersebut maka gantungan rangka plafond harus
diperhatikan
dengan menggantungkan pada gording dan kuda-kuda atau pada stek besi bila
pemasangan plafond dibawah plat beton.
 Pemasangan plafond harus rata dan rapih, bentuk dan ukuran sesuai gambar.
 Sisi plafond dengan dinding, kolom dan lesplank digunakan penutup dari bahan
kayu les profil ukuran 7/7 CM, dipasang dengan rapih dan sambungan harus rapat.

Pasal 15. PEKERJAAN LANTAI

Lingkup pekerjaan ini adalah permukaan lantai seluruh bangunan sebagimana yang
dinyatakan dalam gambar kerja.
1. Bahan lantai dan dinding lainnya menggunakan Tegel Kramik yang berkualitas
baik, siku, rata serta tidak pecah dan warna ditentukan kemudian.
2. Lantai Teras, ruang Serbaguna, kamar tidur 1 & 2, Dapur serta Meja Beton
mengunakan tegel Kramik 60 X 60 CM dengan Spesifikasi Sesuai dengan RAB dan Gambar
Kerja
3. Lantai Tempat Cuci dan Kamar Mandi Tegel Kramik 25 x 25 permukaan kasar
12

4. Tangga menggunakan Tegel Kramik 60 x 60 CM


5. Untuk pemasangan lantai kramik baru menggunakan alas kramik (screed) dari cam-
puran 1 Pc : 5 Ps tebal 3 CM setelah pasir urug dipadatkan.
6. Nat tegel kramik yang diizinkan adalah 1 MM harus rata dan lurus dan pemasangann-
ya harus dileveling dengan memakai waterpass.
7. Semua kramik yang digunakan adalah produksi dalam Negeri yang sekualitas dengan
produksi ASIA atau INA (KW1).

8. Cara pemasangan tegel kramik :


a. Sebelum pekerjaan lantai dilaksanakan, kontraktor harus mengadakan persiapan
yang baik terutama pemadatan pasir urug yang menggunakan mesin stamper
dengan baik. Permukaan yang akan dipasang kramik harus bersih, cukup kering
dan rata air dan disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan, baik kontrol
rencana peil lantai yang d i- inginkan maupun leveling.
b. Tentukan patokan dengan mempertimbangkan letak-letak ruang, beda tinggi
lantai yang telah direncanakan.
c. Sebelum tegel kramik dipasang, terlebih dahulu harus dirend am dalam air.
d. Setiap jalur pemasangan kramik sebaiknya ditarik benang dan rata air.
e. Adukan semen kental untuk permukaan dasar kramik harus penuh dan rata.
f. Perbandingan adukan yang dianjurkan untuk lantai 1 Pc : 3 Ps dengan ketebalan
r a- ta-rata 0,5 – 1,5 CM diatas lantai.
g. Adukan pengisi Nat dari semen tegel spesial hingga terisi penuh dan dioles
dengan jari tangan atau dengan menggunakan bahan dari karet atau gabus agar
permukaan menjadi mulus dan mengkilap.
h. Pemasangan semen nat, dilaksanakan paling cepat 24 jam setelah pemasangan
kra- mik lantai.
i. Pemotongan tegel kramik sedapat mungkin dihindari, bila terpaksa harus
dipotong, maka potongan terkecil tidak boleh kurang dari ½ ukuran tegel.
Pemotongan harus dilakukan dengan hati-hati dan memakai alat pemotong
elektrik.
j. Penggunaan Tegel Kramik dari setiap unit bangunan berdasarkan RAB dan Gambar
k. Apabila mutu dan cara pemasangan tegel kramik tersebut tidak memenuhi mutu
standar atau contoh yang telah disepakati, maka Direksi/Pengawas wajib
melakukan
perintah pembongkaran secara tertulis kepada pelaksana Kontraktor dilapangan.

Pasal 16. PEKERJAAN SANITAIR DAN INSTALASI AIR

A. Sanitair
1. KM/WC menggunakan Closet Jongkok yang berkualitas baik, Kran air kamar mandi
dan kran air tempat cuci berkualitas baik sesuai RAB dengan floor drain/pembuangan
pada sisi dalam.
2. Nat sambungan kramik baik vertikal maupun horizontal memakai ukuran serapat
mungkin sekitar 2 MM agar memberi kesan bersih.
3. Septiktank memakai bahan pasangan batu bata, yang diplester licin dengan campuran
kedap air dan menggunakan perembesan/peresapan sesuai penjelasan pada gambar
detail.
13

B. Instalasi air terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut :


1. Air Bersih
b. Semua Instalasi air bersih maupun sambungan-sambungannya menggunakan Pipa
PVC yang berkualitas AW, dan setara dengan produksi Maspion atau Wavin.
c. Pipa PVC diameter ½ “ untuk daerah KM/WC dan pipa distribusi dan suplay air bersih.

2. Air Kotor / Air Buangan


Instalasi air kotor terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu air Padat dan air buangan cair dengan
uraian sebagai berikut :

a. Instalasi air kotor padat


 Instalasi air kotor padat menggunakan pipa PVC diameter 3” dengan standar
ketebalan “D” dan sambungan menggunakan ketebalan “AW”.
 Penggunaan lem pada sambungan, pemasangannya seperti uraian pada pipa airbersih (point 1).
b. Instalasi air kotor cair
 Instalasi untuk KM/WC baik vertikal maupun horizontal menggunakan pipa PVC
diameter 2” dengan standar ketebalan “D” dan sambungan menggunakan
ketebalan “AW”.
3. Seluruh instalasi tersebut diatas harus ditempatkan pada jalur yang telah ditetapkan
(Shap) dan memperhatikan kemiringan serta arah buangan air tersebut sesuai petunjuk
Direksi/Pengawas.
Pasal 17. PEKERJAAN PENGUNCI DAN PENGGANTUNG

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pengunci dan penggantung dipasang pada semua daun pintu dan jendela,
selanjutnya pada jendela dipasang grendel dan hak angin.

2. Persyaratan Bahan
a. Engsel-engsel dari Kuningan 4” atau 5”
b. Kunci pintu dipasang 2 (dua) slaag (dua kali putar)
c. Grendel (sloot), tarikan jendela dan hak angin berkwalitas baik.
d. Grensel panjang merek alpha atau setara

3. Pedoman Pelaksanaan
a. Setiap daun pintu dipasang kunci tanam 2 (dua) slaag, yang berkwalitas baik.
b. Engsel pintu dipasang 2 (dua) buah setiap lembaran daun pintu. Pemasangan di
lakukan dengan mur khusus untuk pintu, tidak dibenarkan melengketkan engsel ke
pintu dan kusen dengan menggunakan paku. Penguncian mur harus dilakukan
dengan memutarnya dengan obeng, sehingga seluruh batang masuk dan menempel
kuat ke kayu yang dipasang.
c. Untuk alat-alat tersebut diatas sebelum dipasang, Kontraktor wajib memperlihatkan
contoh terlebih dahulu untuk dimintakan persetujuan Konsultan pengawas.
14

d. Apabila pada waktu pemasangan alat-alat tersebut tidak sesuai dengan yang dis-
yaratkan, maka Konsultan pengawas berhak untuk menyuruh bongkar kembali dan
diganti dengan alat-alat yang disyaratkan atas biaya Kontraktor.
e. Grendel dan hak angin dipasang 1 (Satu) buah untuk setiap daun jendela.
Pasangan harus rapi dan dapat bekerja dengan baik. Untuk melengketkan alat
tersebut ke daun jendela harus menggunakan mur.

Pasal 18. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

1. Umum
Pemborong harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan, baik
dalam spesifikasi ini maupun yang tertera dalam gambar kerja dimana bahan
-bahan dan peralatan yang dipergunakan harus sesuai dengan ketentuan pada
spesifikasi ini. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan
yang dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan, maka merupakan kewajiban
pemborong untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan
ketentuan pada pasal ini tanpa ada ketentuan tambahan biaya.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam
keadaan baik dan siap untuk dipergunakan.
b. Garis besar lingkup pekerjaan listrik yang dimaksud adalah :
 Box MCB dan MCB serta kelengkapannya.
 Pengadaan dan Pemasangan kabel-kabel serta instalasi yang tertanam dalam
tembok, plat beton, plafond dan lain-lain.
 Pengadaan dan Penyambungan Daya Listrik termasuk intalasi luar
c. Pelaksanaan pekerjaan ini adalah menyala.

3. Jenis Bahan
a. Kabel - kabel
1) Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan minimal 0,6
KA dan 0,5 KV untuk kabel NYM dari merk yang lolos standar yang diizinkan.
2) Pada perinsipnya, kabel-kabel daya yang dipergunakan adalah jenis NYM dan
NYA untuk kabel penerangan.
3) Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan
persetujuan terlebih dahulu pada Direksi.
4) Penampang kabel minimum yang dapat dipergunakan adalah 2,5 MM.

b. Sakelar dan Stop kontak


 Sakelar dan stop kontak yang akan dipasang pada dinding tembok adalah t ype
pemasangan masuk / Inbow dan kotak-kotak Inbow dipasang pada dinding
sesuai gambar.
 Stop kontak biasa (inbow) yang dipasang mempunyai rating 10 A dan mengikuti
Standar VDE sedangkan Stop Kontak khusus 1 (satu) Phase (inbow), mempunyai
rating 15 A.
 Stop kontak khusus 3 (tiga) phase (inbow) harus mempunyai rating minimal 15
15

A.
 Stop kontak dinding dan Sakelar dipasang setinggi 150 CM dari permukaan
la ntai.

4. Persyaratan Teknis Pemasangan


a. Kabel-kabel
 Semua kabel pada kedua ujungnya harus diberi tanda dengan Cable Merk yang
jelas dan tidak mudah lepas, untuk mengidentifikasi arah beban.
 Setiap Kabel Daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasi phasenya dengan PUIL.
 Kabel Daya yang dipasang harus di Klem dan disusun dengan rapih
 Setiap tarikan kabel tidak diperkenangkan adanya penyambungan, kecauli pada
kabel penerangan.
 Seluruh kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton, harus dibua t-
kan sleeve dari pipa PVC dengan diameter minimum 2,5 kali penampang kabel.
b. Lampu-lampu penerangan
 Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana Plafond dan
artistik serta disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
 Lampu tidak diperkenangkan memberikan beban kepada rang ka plafond.
 Penggunaan lampu harus sesuai gambar kerja.
c. P e n g u j i a n
 Sebelum semua peralatan utama dari sistim listrik itu dipasang, terlebih dahulu
harus diadakan pengujian secara individual.
 Peralatan tersebut dapat dipasang setelah dilengkapi dengan Sertifikat Pengujian
yang baik dari pabrik yang bersangkutan dan LMK/PLN serta Instansi lain yang
berwenang untuk itu.
 Setelah peralatan tersebut dipasang, harus diadakan pengujian secara meny e-
luruh dari sistem untuk menjamin bahwa sistem tersebut berfungsi dengan baik.

Pasal 19 PEKERJAAN PENGECATAN

1. Ketentuan Umum
a. Sebelum memulai pekerjaan , bidang-bidang yang akan dilapisi/ dicat terlebih
dahulu disiapkan dengan baik.
Bidang harus mempunyai permukaan yang rata dan lurus atau mempunyai
kemiringan sesuai dengan gambar rencana, bebas dari segal macam kotoran, tidak retak
atau pecah
dan tidak lembab.
b. Pelaksanaan pekerjaan baru dapat dilaksanakan setelah bagian tersebut diperiksa
oleh Pengawas dan diizinkan pelaksanaannya.
c. Pelaksana harus mengajukan contoh-contoh bahan untuk disetujui oleh Pengawas. Bahan
yang digunakan harus sesuai dengan contoh yang telah disetujui dan dalam keadaan baru,
dikemas dalam kaleng-kaleng yang masih disegel serta tidak pecah atau bocor.
Penggunaan bahan-bahan harus sepengetahuan pengawas dan pelaksana bertanggung
jawab atas keaslian dari warna dan bahan yang digunakan.
d. Pelaksana harus memberikan jaminan tertulis bahwa hasil pekerjaan pengecatan tidak
menggelembung, mengelupas dan cacat-cacat lainnya selama 2 tahun sesudah penyerahan
16

pekerjaan.

2. Pengecatan Kayu
a. Semua sambungan-sambungan kayu, penampang ujung balok bagian yang akan
melekat pada tembok, harus dicat meni
b. Cat kayu dan sebelumnya harus menggunakan cat Dasar, Palmur dan Dempul. Tata
laksana pe ngecatan harus mengikuti patent atau petunjuk dari Pabrik.
c. Bagian-bagian yang akan di cat Kayu adalah :
 List-list profil kayu plafon
 Kusen Pintu, Jendela dan Daun Jendela
17

d. Pelapisan cat dasar dilakukan minimal 2 (dua) kali jalan, kemudian diplamur dan di
ampelas lagi sampai rata sehingga lubang-lubang serat kayu sudah tertutup. Pe n-
gecatan akhir dilakukan minimal 3 (tiga) kali dengan s elang waktu minimal 6 (enam)
jam sampai didapat permukaan yang halus dan warna yang rata tanpa cacat.

3. Pengecatan Tembok dan Plafond


a. Cat tembok yang dapat dipergunakan adalah jenis cat bekualitas (Ex. Indonesia)
dan tata laksana pengecatan harus mengikuti patent atau petunjuk Pabrik.
b. Sebelum dinding dicat, terlebih dahulu harus diplamur dengan plamur tembok
kemudian diamplas hingga halus, selanjutnya dilakukan pengecatan.
c. Bagian yang akan dicat tembok adalah :
 Seluruh permukaan tembok yang nampak dan telah diaci dengan rata .
 Seluruh plafond Nusaboard lesnya
 Seluruh permukaan beton yang nampak (kolom, Sloof, sunscreen, bagian bawah
plat lantai) dan lain-lain
d. Pengecatan 2 atau 3 kali sampai merata, warna yang digunakan harus disetujui oleh
Direksi atau Pengawas Lapangan.
e. Warna akan ditentukan kemudian oleh Direksi

Pasal 20 PEKERJAAN LAIN – LAIN DAN PEMBERSIHAN

1. Setelah pelaksanaan pembangunan selesai dikerjakan, maka Kontraktor harus


membersihkan semua kotoran dan sisa-sisa material akibat kegiatan pelaksanaan tersebut.
2. Memperbaiki kembali semua kerusakan-kerusakan, baik jalanan, maupun fasilitas lainnya
akibat pekerjaan ini.
3. Dalam masa Pemeliharaan, pembersihan tersebut harus tetap dilaksanakan sampai Serah
Terima Kedua.

Pasal 21 KETENTUAN TAMBAHAN

1. Selain Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, semua ketentuan Administrasi, Pemeriksaan
Bahan dan Mutu Pelaksanaan serta Ketentuan Lain dari pemeriksaan yang menyangkut
pelaksanaan pekerjaan ini, termasuk pula sebagai syarat-syarat yang harus dipenuhi dan
ditaati.
2. Semua bahan yang akan digunakan harus melalui persetujuan Direksi dengan terlebih
dahulu menunjukkan contohnya atau menggunakan Surat Keterangan Persetujuan terutama
bahan-
bahan Produksi Industri yang mempunyai banyak jenis Merk.
3. Semua akibat yang timbul dari pelaksanaan yang keliru, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai