Anda di halaman 1dari 30

ANALISA PHOSPAT DENGAN

SPEKTROFOTOMETER
BAB I
PENDAHULUAN
 
I.1   Latar Belakang
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan
sinar monokromatis oleh suatu larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma dengan detektor fototube.

Alat yang digunakan untuk mengukur transmitan atau adsorban suatu sampel sebagai fungsi
panjang gelombang adalah spektrofotometer. Komponen utama dari spektrofotometer yaitu sumber
cahaya, monokromator, kuvet, detektor, amplifier(penguat) dan recorder.

Spektrofotometri merupakan metode analisa kimia untuk mengukur seberapa jauh energi radiasi
yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran
absorbsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu.

I.2   Rumusan Masalah


       Berapa konsentrasi fosfat pada suatu sampel Air Sungai Kalimas dan Keputih serta
absorbansinya sebagai fungsi dari panjang gelombang?

 
I.3   Tujuan Percobaan
      Untuk mengetahui konsentrasi fosfat pada suatu sampel Air Sungai kalimas dan Air Sungai
Keputih serta menentukan absorbansinya sebagai fungsi panjang gelombang sebesar 590 nm dengan
menggunakan alat spektrofotometer.
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
               

II. 1  Dasar Teori

Banyak metode analisa kuantitatif yang digunakan oleh para ahli kimia, salah satunya dengan
menggunakan warna sebagai bantuan dalam menganalisa dan mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri
dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual, yang dengan studi lebih mendalam dari
absorbsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya pengukuran ciri-
cirinya serta kuantitatifnya dengan ketelitian yang lebih besar. Dengan menggantikan mata manusia
dengan pelacak-pelacak lain dari radiasi dimungkinkan studi dari absorbsi di luar daerah terlihat
spektrum, dan sering kali percobaan-percobaan spektrofotometrik dapat dilakukan secara otomatik.
Dalam penggunaan dimasa sekarang, istilah spektrofotometrik mengingatkan pengukuran berapa jauh
energi radiasi diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi, maupun
pengukuran absorbsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu. Agar dapat mengerti
spektrofotometrik, kita perlu memeriksa kembali peristilahan yang dipergunakan dalam menentukan
tabiat energi radiasi, memperhatikan secara elementer interaksi radiasi dengan macam zat kimia, serta
melihat secara umum apa yang dikerjakan oleh alat-alatnya (R. A. Day, Jr. and A. L. Underwood,1989).
Perlatan Untuk  Analisa Spektrofotometri
Alat yang dihunakan untuk analisa spektrofotometri adalah spektrofotometer. Spektrofotometer
adalah alat untuk mengukur transmitrans atau absorbans suatu contoh sebagai fungsi panjang
gelombang, pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal mungkin
juga dapat dilakukan. Alat-alat demikian dapat dikelompokkan baik sebagai manual atau perekam,
maupun sebagai sinar tunggal atau sinar rangkap. Pengertian lengkap dari spektrofotometer memerlukan
suatu pengetahuan terperinci tentang optik dan elektronika. Dan biasanya dalam praktek alat-alat sinar
tunggal dijalankan dengan tangan dan alat-alat sinar rangkap biasanya menonjolkan pencatatan
spektrum absorpsi (R. A. Day, Jr. and A. L. Underwood, 1989) 
Spektrofotometer terdiri atas alat spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar
dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau diabsorbsikan. Jadi spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk
mengukur energi secara relatif apabila energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini dapat diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis (Khopkar, 1990).
Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai
filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu.
Fotometer filter ini tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis,
melainkan melalui suatu trayek panjang gelombang 30–40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer,
panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan lat pengurai cahay
seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sample atau blanko dan suatu alat untuk mengukur
perbedaan absorpsi antara sapel dan blanko atau pembanding (Khopkar,1990).
Sumber
            Sumber energi radiasi yang biasa bagi daerah tampak dari spektrum maupun inframerah dekat
dan ultraungu dekat adalah satu lampu pijar dengan filamen wolfram. Pada kondisi operasi biasa, hasil
lampu wolfram ini adalah memadai dari kira-kira 325 atau 350 nm hingga kira-kira 3 mm. energi yang
dipancarkan oleh filamen yang dipanaskan sangat berubah-ubah dengan panjang gelombang. Distribusi
energi merupakan fungsi suhu filamen, yang pada gilirannya tergantung pada voltase yang disediakan
untuki lampu. Peningkatan suhu operasi meningkatkan hasil energi total dan menggeser puncak ke
panjang gelombang yang lebih pendek. Maka dibutuhkan voltase ke lampu yang stabil.

Sumber untuk spektrofotometer inframerah yang pada umumnya bekerja dari kira-kira 2 hingga 15
mm, biasanya adalah pemijar nernst. Ini merupakan sebuah batang kecil yang menyerupai keramik yang
terbuat dari campuran istenewa dari oksida-oksida logam, dengan kawat penghubung daripada platina
terlebur pada ujungnya (R. A. Day, Jr. and A. L. Underwood, 1989).
Monokhromator
            Monokhromator merupakan alat untuk mengisolasi suatu berkas sempit dari panjang
gelombang-panjang gelombang dari spektrum luas yang disiarkan oleh sumber. Unsur terpenting sebuah
monokhromator adalah sistem celah dan unsur dispersif. Radiasai dari sumber difokuskan ke celah
masuk, kemudian dikumpulkan oleh sebuah lensa atau cermin sehingga sinar pararel jatuh pada unsur
dispersi, yang merupakan suatu prisma atau suatu kisi difraksi. Dengan pemutaran secara mekanik
prisma atau kisi, bermacam-macam bagian spektrum yang dihasilkan oleh unsur dispersif difokuskan ke
celah keluar, yang dari sini melalui suatu jalan optik selanjutnya, menjumpai contohnya.

            Dalam pelajaran fisika dasar bekerjanya suatu prisma untuk untuk mendispersikan cahaya
putih menjadi spectrum. Apabila seberkas cahaya melewati antar muka dua medium yang berbeda,
seperti udara dan gelas, pembelokan berlangsung yang disebut refraksi. Besarnya pembelokan
tergantung pada indeks bias gelas, indeks bias ini berubah-ubah dengan panjang gelombang cahaya;
yang biru lebih dibelokkan dari pada yang merah seperti terlihat dalam gambar. Sebagai akibat berubah-
ubahnya indeks bias dengan panjang gelombang, prisma dapat mendispersikan atau menyebarkan suatu
berkas cahaya putih menjadi spectrum, yang didalamnya bermacam-macam warna yang menyusun
cahaya putih itu dapat dikenal secara terpisah. Radiasi sinar inframerah dan ultraungu terdispersikan
dengan cara yang sama, tetapi disini kata-kata cahaya dan warna tidak dipergunakan dan bahan
prismanya bukan gelas. Kemurnian spectral dari radiasi yang keluar dari manokhromator tergantung
pada daya dispersif prisma dan lebar slit keluar.

            Dengan monokhromator prisma, suatu lebar celah tertentu tidak menghasilkan derajat 
monokhromatisitas yang sama pada seluruh spectrum. Ketergantungan dispersi suatu prisma terhadap
panjang gelombang adalah sedemikian rupa hingga panjang gelombang pada spectrum tidak tersebar
secara uniform. Suatu masalah dalam monokhromator adalah yang disebut “cahaya bocor“, yang berarti
radiasi dengan panjang gelombang tak tentu, yang dipantulkan kesana kemari di dalam manokhromator
dan yang dapat menemukan jalan ke celah ke luar. Dengan alat biasa, pengamatan absorbans yang
palsu karena cahaya bocor dapat diperoleh dalam daerah-daerah spektral, dimana energi yang sangat
kecil dari panjang gelombang yang diinginkan tersedia. Sampai cukup belum lama berselang, alat-alat
tanpa monokhromatoryang benar, digunakan secara luas untuk pengukuran-pengukuran absorbans,
terutama dalam daerah tampak, dalam laboratorium dimana penanaman modal semula yang rendah,
kesederhanaan dan kecepatan lebih penting dari pada mutu hasil-hasilnya. Alat-alat yang dinyatakan
dengan fotometer saring, mempergunakan saringan gelas berwarna untuk mengisolasi pita panjang
gelombang yang cukup lebar dari sumbernya. Alat-alat tadi melayani secara mengagumkan banyak
analisa rutin, tetapi sebagian besar telah digantikan oleh spektrofotometer kisi murah (R. A. Day, Jr. and
A. L. Underwood, 1989).
Wadah Contoh (sampel)
            Kebanyakan spektrofotometer melibatkan larutan, dan dengan demikian kebanyakan
wadah contoh merupakan sel untuk menempatkan  cairan didalam sinar dari spektrofotometer. Sel harus
memancarkan energi radiasi dalam daerah spectral yang penting; maka sel gelas melayani dalam daerah
tampak, kuarsa dan gelas berkadar silikat yang istimewa tinggi dan garam batuan dalam inframerah.
Harus diingat bahwa sel yang dalam pengertian hanya suatu wadah untuk contoh, sebenarnya adalah
lebih dari pada ini; apabila dalam kedudukan ia menjadi bagian dari jalan optic dalam spektrofotometer,
dan sifat-sifat optiknya adalah sangat penting. Sel-sel yang lebih baik mempunyai permukaan optic  yang
datar. Sel harus diisi sedemikian rupa hingga berkas cahaya lewat larutan dengan seluruh meniscus
diatas sinar. Sel biasanya ditahan dalam kedudukan oleh perencanaan kinetic dari pemegang atau
penjepit pegas, yang menjamin penempatannya dalam kedudukan yang dapat direproduksi didalam
bagian gerbang alat. Sel-sel istimewa untuk sinar tampak dan ultraungu mempunyai panjang lintasan
sebesar 1 cm, tetapi suatu keanekaragaman dapat diperoleh, mulai dari batas lintasan sangat pendek,
fraksi dari satu milimeter, keatas sampai 10 cm atau bahkan lebih. Sel- sel mikro dapat diperoleh, yang
dengan perantaraannya sejumlah volume sangat kecil larutan menghasilkan panjang lintasan yang biasa,
dan sel yang dapat diatur dengan panjang lintasan yang bermacam-macam juga dapat diperoleh,
terutama untuk penelitian inframerah (R. A. Day, Jr. and A. L. Underwood, 1989).
Detektor
            Detektor dalam spektrofotometri diharapkan mempunyai kepekaan yang tinggi didalam
daerah spektral, tanggap linear untuk tenaga radiasi, waktu tanggap yang cepat, dapat dipengaruhi oleh
amplifikasi, dan tingkat stabilitas tinggi atau tingkat derau rendah. Jenis deteksi yang telah digunakan
paling luas berdasarkan perubahan fotokimia (sebagian besar fotografik).

Penguatan dan pembacaan


            Voltase pada tahanan beban digunakan untuk mengecilkan suatu rangkaian yang menarik
tenaganya dan suatu sumber bebas dan yang mempunyai tenaga cukup besar untuk menjalankan
sebuah meteran atau peralatan pembacaan lain (R. A. Day, Jr. and A. L. Underwood,1989).
Cara kerja spektrofotometri sinar tunggal :
            Kerja dari spektrofotometri sinar tunggal, dibagi menjadi dua, yaitu metode pelaksanaan
biasa dan metode diferensial. Pada metode pelaksanaan biasa, spektrofotometer sinar tunggal khusus
yang dijalankan dengan tangan. Untuk cara kerja spektrofotometer sinar tunggal, metode pengukuran
diferensial akan di jelaskan lebih lanjut.

Pengukuran diferensial
            Alat yang digunakan mampu untuk menghasilkan suatu pengamatan yang absorbans nol
(100% T) apabila sebuah tenaga radiasi tertentu jatuh pada : detektor dan penguatan sirkut elektronik
yang banyak. Maka alatnya dapat dipasang untuk menunjukkan absorbans nol dengan sebuah larutan
yang menyerap kuat, sebagai pengganti pembanding yang biasa dalam sinar, dengan cara membuka
celah-celah monokhromator dan atau meningkatkan daya peningkatan penguat. Teknik ini biasanya
meliputi dua metode, yaitu : metode absorbansi tinggi dan metode absorbans rendah. Metode absorbansi
tinggi digunakan untuk analisis larutan yang sangat pekat, sedang absorbansi rendah digunakan untuk
larutan yang sangat encer. Pada kedua metode tersebut, konsentrasi sama sekali tidak dipengaruhi oleh
perubahan luar.

            Pada metode absorbansi, pengenceran tidak memungkinkan, skala alat diatur 100 satuan
skala dengan larutan standart tertentu yang konsentrasinya lebih kecil dari pada konsentrasi larutan
sampel. Pengaturan transmitansi pada nilai 100 untuk larutan standar dapat dilakukan dengan
memperbesar lebar celah, memperbesar intensitas sumber, atau mempertinggi sensitrivitas detektor. Jika
pembacaan yang normal terletak pada skala 0 – 20% T, maka dengan metode ini akan diperlebar
menjadi 0 – 100% T. Dengan menggunakan standart untuk mengatur skala menjadi 100%.

Pada metode absorbansi tinggi, dimana pengenceran memungkinkan, skala alat diatur pada
seratus satuan skala dengan larutan standart tertentu yang konsentrasinya lebih kecil daripada
konsentrasi larutan sampel. Pengaturan transmisi pada nilai seratus untuk larutan standart dapat
dilakukan dengan :

1. Memperbesar lebar celah


2. Memperbesar intensitas sumber atau mempertinggi intensitas detektor.
Pada kondisi ini pembacaan skala yang sebenarnya menjadi lebih luas. Berarti jika pembacaan yang
normal terletak pada skala nol sampai dua puluh persen T maka dengan prosedur ini diperlebar menjadi
nol sampai seratus persen dengan menggunakan standart untuk mengatur skala menjadi seratus persen.
Biasanya larutan pembanding dalam spektrofotometri adalah pelarut murni atau sesuatu macam larutan
blangko yang mengandung sedikit zat yang akan ditetapkan atau tidak sama sekali. Hampiran diferensial
tidak hanya menyebabkan galat yang lebih rendah namun memungkinkan memperpanjang
spektrofotometri.

spektrofotometer diferensial
Pada metode absorbansi rendah, metode analisis runutan, pengaturan 100% T menggunakan
pelarut biasanya, tetapi pengaturan 10% T dilakukan dengan larutan standart yang memiliki konsentrasi
yang lebih besar daripada konsentrasi zat yang dianalisis. Dengan demikian panjang efektif skala
transmitan diperbesar.

Radiasi dari sumber melewati monokhromator sebagai suatu instrumen berkas tunggal dan
menghadapi suatu pemenggal. Pemenggal yang diputar oleh suatu kotor sinkron itu, merupakan suatu
cermin putar yang bentuk dan penempatannya sedemikian rupa sehingga berkas lewat lurus
menembusnya selama setengah periode reaksi. Selama setengah periode lainnya, berkas itu menjumpai
suatu permukaan yang memantulkan dan yang membelokkannya secara tegak lurus, yang berarah
keatas dalam gambar. Arah tersebut dapat diubah oleh cermin cermin diam. Mempunyai dua berkas, dari
satu sumber yang berdenyut dengan frekuensi yang ditetapkan oleh pemenggal itu. Kemudian satu
berkas melewati sampel sementara yang lainmelewati larutan pembanding. Berkas itu kemudian
digabung kembali sehingga mereka memasuki suatu detektor tunggal.
            Motor menggerakkan suatu baji optis kedalam berkas pembanding. Baji ini merupakan
piranti istimewa ynag menghalangi sebagian dari berkas ini, baji ini telah bergerak sedemikian rupa
sehingga mengecilkan berkas pembanding sama jauh seperti penyerapan oleh sampel mengecilkan
berkas sampel, maka sama sekali detektor akan melihat berkas yang sama, tidak peduli dimana
pemenggal itu bersikap dalam periode putarnya. Isyarat listrik bersifat arus searah lagi, keluaran penguat
mengecil, motor berhenti (R. A. Day, Jr. and A. L. Underwood, 1989).
            Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur
perbedaan absorbsi antara sampel dan blangko atau pembanding. Sinar infra merah diketemukan untuk
pertama kalinya oleh Sir William Herschel pada tahun 1800. Beliau melakukan percobaannya, dimana
sinar matahari diuraikan menjadi spektrumnya dengan bantuan sebuah prisma kaca. Sejumlah alat
termometer diletakkan pada tempat-tempat yang berurutan sepanjang spektrum sinar matahari tersebut.
Ternyata termometer yang ditempatkan melampaui batas daerah warna merah di satu ujung spektrum
sinar matahari tersebut menunjukkan kenaikkan suhu yang paling tinggi, dibandingkan kenaikkan suhu
yang ditunjukkan oleh yang lainnya. Hal tersebut menandakan bahwa lebih banyak kalor terdapat di luar
dan melampaui batas daerah warna merah spektrum dari pada di dalam daerah tersebut. Daerah
spektrum yang lebih panas tersebut disebut daerah infra merah (infra di sini berarti : di sebrang, di luar).

Spektrum elektromagnetik
Bermacam-macam percobaan didalam laboratorium ditafsirkan paling baik dari sudut gagasan bahwa
cahaya disebarkan dalam bentuk gelombang melintang (transversal). Dengan pengukuran yang sesuai,
gelombang-gelombang ini dapat ditentukan tabiatnya dipandang terhadap panjang gelombang,
kecepatan, dan istilah istilah lain yang mungkin digunakan untuk menuraikan setiap gerakan-gerakan
gelombang. Dalam gambar 1.1 telah digambarkan bahwa panjang gelombang menyangkut jarak antara
dua puncak atau lembah berdekatan  dari gelombang. Kebalikan panjang gelombang, yang merupakan
jumlah gelombang dalam satu satuan panjang, ditunjuk sebagai angka gelombang. Muka gelombang
bergerak dengan suatu kecepatan tertentu. Jumlah siklus atau gelombang lengkap yang melewati suatu
titik tetap  dalam satu satuan waktu diistilahkan frekuensi. Hubungan dari sifat-sifat ini adalah sebagai
berikut, dengan menggunakan tanda l untuk panjang gelombang, n untuk angka gelombang, f untuk
frekuensi dan c untuk kecepatan cahaya, dari keterangan diatas diperoleh suatu persamaan dibawah ini :

  =  v  = 

Kecepatan cahaya adalah kira-kira 3 x 10 10 cm/dt. Bermacam-macam satuan digunakan untuk


panjang gelombang, tergantung pada daerah spektrum: untuk ultra ungu dan radiasi tampak, satuan
angstrom dan nanometer adalah digunakan secara luas, sedang mikrometer adalah satuan biasa untuk
satuan inframerah. Satu mikrometer, mm didefinisikan sebagai 10  –6  m, dan satu nanometer, nm adalah
10-9 m atau 10-7 cm. Satu satuan angstrom (A) adalah 10-10 m atau 10-8 cm. Jadi 10 A adalah satu nm.
Angka gelombang sering digunakan oleh kimiawan sebagai satuan frekuensi, karena mempunyai harga-
harga numerik yang serasi I (n dan n dihubungkan oleh suatu faktor tetap, c, kecepatan cahaya ), satuan
biasa dari angka gelombang adalah kebalikan sentimeter, cm -1.Benda-benda bercahaya, seperti matahari
atau bola lampu listrik memancarkan suatu spektrum luas terdiri dari banyak panjang gelombang.
Panjang gelombang-panjang gelombang itu yang berhubungan dengan cahaya tampak adalah mampu
untuk mempengaruhi retina mata manusia san karenanya menyebabkan kesan-kesan obyektif dari
penglihatan. Tetapi banyak dari radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda panas terletak diluar daerah
dimana peka, dan kita mengatakan tentang daerah-daerah ultra ungu dan infra merah dari spektrum yang
terletak dikedua sisi dari spektrum tampak.
Didalam daerah tampak dari spektrum, orang dengan penglihatan warna normal mampu
menghubungkan panjang gelombang cahaya ayang mengenai mata dengan perasaan subyektif terhadap
warna, dan warna memang kadang-kadang digunakan untuk kemudahan dalam menunjukkan bagian-
bagian tertentu dari spektrum, seperti ditunjukkan dalam pengelompokkan secara kasar dalam tabel 1.1.

                        Tabel I.1 Spektrum Tampak dan Warna-warna Komplementer

Panjang
Gelombang Warna
(nm) Warna Komplementer

400-435 Ungu Kuning kehijauan

435-480 Biru Kuning

480-490 Hijau Orange


kebiruan
490-500 Merah
Biru
500-560 kebiruan Merah ungu

560-580 Hijau Ungu

580-595 Kuning Biru


kehijauan
595-610 Hijau
Kuning kebiruan
Orange
Biru
610-750 Merah kehijauan

Kita melihat benda dengan pertolongan cahaya yang dipancarkan atau dengan cahaya yang
dipantulkan. Apabila cahaya putih yang mengandung seluruh spektrum dari panjang gelombang,
melewati suatu medium seperti suatu kaca berwarna atau suatu larutan kimia yang jernih terhadap
panjang gelombang-panjang gelombang tertentu tetapi menyerap yang lainnya, maka medium seakan-
akan berwarna bagi si pengamat. Karena hanya gelombang-gelombang yang dipancarkan yang
mencapai mata, maka panjang gelombangnya yang menetapkan warna dari medium. Warna inilah yang
disebut merupakan komplementer bagi warna yang seharusnya dilihat, jika cahaya yang diserap
sekiranya dapat diperiksa, sebab cahaya yang dipancarkan dan diserap bersama-sama menyusun
cahaya putih yang semula. Demikian pula, benda-benda berwarna gelap menyerap beberapa panjang
gelombang dan memantulkan yang lainnya apabila diterangi dengan cahaya putih.

Daerah infra merah dari spektrum elektromagnetik meliputi panjang gelombang antara 0.75 dan
300 m – (13000 – 33 cm-1). Tetapi kebanyakan penggunaan pengukuran serapan infra merah terbatas
pada daerah-daerah antara 40.000 – 667 cm-1 (2.5 – 15 m) (R. A. Day, Jr. and A. L. Underwood,1989).
Spektrofotometrik Inframerah

            Spektrum infra merah senyawa organik (dan juga senyawa-senyawa anorganik) merupakan sifat-
sifat fisik yang khas bagi senyawa-senyawa tersebut. Kecuali senyawa-senyawa isomer optik, tidak ada
du senyawa yang mempunyai kurva serapan infra merah yang identik.

            Walaupun dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan analisa kuantitatif, tetapi
penggunaan spektrofotometri infra merah untuk keperluan ini tidak sebanyak dan sesering analisa
kuantitatif yang menggunakan spektrofotometri ultra lembayung atau sinar tampak. Berlainan dengan
spektrum sinar ultra lembayung atau sinar tampak, spektrum infra merah jauh lebih rumit, mengandung
lebih banyak sekali puncak-puncak serapan.

            Spektrum infra merah biasanya dialurkan dengan persen T (dan bukan absorbans) sebagai
ordinat dan sering dengan bilangan gelombang (cm-1) sebagai absis. Bilangan gelombang lebih disukai
sebagai absis dan bukan panjang gelombang karena energi sinar (E) berbanding lurus baik dengan
frekuensi, maupun dengan bilangan gelombang sinar :
E=

Frekuensi sinar dapat dikaitkan langsung dengan frekuensi hantaran molekul.Apabila panjang
gelombang yang dipergunakan, maka satuan yang dipergunakan bukan lagi nanometer (nm) melainkan
mikrometer (mm) : satuan ini identik dengan mikron (mm).

            Alat spektrofotometer infra merah pada dasarnya terdiri dari komponen-komponen pokok
yang sama, seperti alat spektrofotometer yang dipergunakan untuk menyelidiki penyerapan sinar ultra
lembayung dan sinar tampak, yaitu terdiri dari sumber sinar, monokhromator berikut alat – alat optik
seperti cermin dan lensa, sel tempat cuplikan, dtektor atau amplifier, dan alat dengan skala pembacaan
atau alat perekam spektrum (recorder). Akan tetapi, oleh karena sifat-sifat kebanyakan bahan dalam
mentransmisikan sinar ultra lembayung sinar tampak, maka sifat-sifat dan kemampuan tiap komponen
alat tersebut di atas adalah berbeda pada kedua jenis alat spektrofotometer tersebut. 

            Spektrofotometri infra merah sangat penting dalam kimia modern, yang utama dalam
bidang organik. Merupakan alat rutin dalam penemuan gugus fungsional, pengenalan senyawa dan
analisa campuran. Instrumen yang merekam spektra inframerah tersedia secara komersial dan mudah
digunakan secara rutin.

            Apabila menguraikan struktur sebuah molekul dinyatakan dalam panjang ikatan dan sudut
ikatan, ini melukiskan keadaan rata- rata. Dalam suatu molekul, fibrasi analog terjadi yaitu ketika
pasangan atom sedang dalam keadaan fibrasi satu terhadap yang lain sewaktu ikatan individual
memenjang dan mengkerut, kelompok keseluruhan berosilasi terhadap atom atau kelompok lain, struktur
lingakaran “bertarik nafas” (berkembang, berkerut, dan seterusnya). Sekarang jika ada suatu di polismik
berosilasi yang berhubungan dengan suatu cara fibrasi khusus, maka akan terjadi interaksi dengan
vektor lismik dari radiasi elektromagnetik dengan frekuensi yang sama, yang menyebabkan absorpsi
energi yang menampakkan diri sebagai amplituda frekuensi yang meningkat. Kebanyakan gugus C-H, O-
H, C=O, dan C=N, akan menimbulkan serapan infra merah yang hanya sangat sedikit berubah dari satu
ke lain molekul tergantung pada subtituen-subtituen lain. Disamping frekuensi-frekuensi gugus ini, yang
biasanya dapat terkendali secara terpastikan, namun sangat luar biasa manfaatnya untuk indentifikasi
kualitatif. Banyaknya pita terdapat dalam daerah yang disebut daerah sidik spektrum (kira-kira 6,5 – 14
nm). Gambar dibawah menunjukkan spektrum infra merah sampel, banyaknya rincian yang diperoleh,
bahkan untuk molekul yang sangat sederhana, dan sangat mudah untuk mengebali letak pita serapan
yang dikaitkan dengan adanya gugus fungsional tertentu.
Tabel I.2 Beberapa Gugus Inframerah :

Panjang gelombang
Gugus (nm)
Frekuensi (cm-1)

OH Alkohol 3580-3650 2,74-2,79

H ynag
terikat 3210-3550 2,82-3,12

Asam 2500-2700 3,70-4,00

NH Amina 3300-3700 2,70-3,30

OH Alkana 2850-2960 3,37-3,50

Alkena 3010-3095 3,23-3,32

Alkin 3300 3,03

Aromatik -3030 -3.3

C C Alkin 2140-2260 4,42-4,76

C=C Alkena 1620-1680 5,95-6,16

Aromatik -1600 -6.25

C=O
Aldehida 1700-1740 5,75-5,81

Keton 1675-1725 5,79-5,97

Asam 1700-1725 5,79-5,87

Ester 1720-1750 5,71-5,86


C N Nitrit 2000-2300 4,35-5,00

NO2 Nitro 1500-1650 6,06-6,67

spektrum diperoleh pada film tipis (0,005 nm) dari cairannya murninya. Panah menunjukkan pita yang
disebabkan oleh gugus CºN.

Hukum Dasar Spektrofotometri


            Jika suatu berkas sinar melewati suatu medium yang homogen, sebagian cahaya datang
(Po) di absorbsi sebanyak (Pa), sebagian lagi diabaikan atau dipantulakn (Pr) sedangkan sisanya
ditransmisikan (Pt) sehingga terdapat persamaan .

Dalam Spektrofotometri berlaku hukum :

1. Hukum Bougeer (lambert)
            Jika suatu sinar radiasi monokhromatik (yaitu radiasi dari satu panjang gelombang tunggal)
diarahkan melewati medium, diketahui bahwa tiap lapisan menyerap bagian yang sama dari radiasi, atau
tiap lapisan mengurangi tenaga radiasi sinar dengan bagian yang sama.   Dirumuskan secara matematik,
dengan ketentuan Po adalah tenaga radiasi yang jatuh dan P adalah tenaga yang keluar dari suatu
lapisan medium setebal b satuan :

– = k1p
Tanda minus menunjukkan bahwa tenaga berkurang dengan absorbsi. Berkurangnya tenaga
radiasi tiap satuan ketebalan medium penyerap sebanding dengan tenaga radiasi. Biasanya persamaan
diatas ditulis dengan logaritma dasar, yang hanya berubah tetapannya :

log  = k2b
Pernyataan persamaan diatas :

            “Tenaga radiasi yang ditranssisikan berkurang secara eksponensial jika tebal medium
penyerap bertambah secara aritmatik“.

Menurut hukum Bouger, jika kita membiarkan tebal medium meningkat secara tak terhingga, maka
tenaga radiasi yang ditransmisikan harus mendekati nol.
1. 2.      Hukum Beer
Hukum Beer analog dengan Bouguer dalam menguraikan pengurangan eksponensial dalam tenaga
transmisi dengan suatu peningkatan aritmatik dalam konsentrasi, maka :

–  = k3P
yang setelah diintegrasi dan pengubahan menjadi logaritma biasa, yaitu :

                                     log  = k4c
Hukum Beer dianggap sah apabila telah memenuhi kondisi yang diinginkan, kondisi itu
mencakupi :

 Untuk radiasi monokhromatis


 Sifat macam zat yang menyerap ditetapkan diatas jangkau konsentrasi yang bersangkutan
 Larutan encer (10-2 m)
 Selama pengukuran, pada larutan encer tidak mengalami reaksi kimia.
            Jika suatu sistem mengikuti hukum Beer,grafik antara absorpsi terhadap konsertasi akan
menghasilkan garis lurus melalui titik (0,0). Grafik tersebut dapat disebut sebagai kurva kalibrasi. Arah
grafik adalah ab dapat digunakan untuk menghitung absorbtivitas molar (a).Bila diinginkan pengukuran
secara serentak terhadap dua komponen, maka pengukuran dapat dilakukan pada dua pangjang
gelombang dimana masing-masing komponen tidak saling mengganggu, dua macam khromofor yang
berbeda akan mempunyai kekuatan absorpsi cahaya yang berbeda pula satu daerah panjang
gelombang. Pengukuran dilakukan dilakukan pada masing-masing larutan pada dua panjang gelombang,
sehingga diperoleh dua kesamaan hubungan antara absorbpsi dengan konsentrasi pada dua panjang
gelombang, akibatnya konsentrasi masing-masing komponen dapat dihitung.

            Perhitungan absorbtivitas molar untuk masing-masing komponen menggunakan dasar


absorbpsi yaitu A1 = abc, dimana untuk larutan I : A1 = a1b1c1 sedangkan larutan kedua A2 = a2b2c2, sehingga
diperoleh :          Aλ1      =    a2b2c2λ1            +     a1b1c1λ1
Aλ2        =         a1b1c1        +     a2b2c2λ2
Karena dalam kurva kalibrasi, K = ab, maka :  

Aλ1 =   k1c1λ1    +    k2c2λ1


Aλ2   =   k2c2λ2   +   k2c2λ2
1. 3.      Hukum Bouguer-Beer
            Dalam hukum Bouguer-Beer tertulis, k4 = f(b). Demikian pula dalam hukum bouguer, k2 = f(c).
Subsitusi hubungan-hubungan dasar ini kedalam hukum-hukum Bouguer dan Beer menghasilkan :
log  Po  = f (c)b                   dan               log Po = f(b)c
                                    (Bouguer)                    ( Beer )
Kedua hukum harus diberlakukan bersamaan pada setiap titik, sehingga :

f (c) b = f (b) c

atau kalau dipisahkan variabelnya :

f (c) = f (b)
c        b

Persyaratan satu-satunya agar dua fungsi variabel tidak bergantungan dapat menjadi sama,
adalah bahwa keduanya sama dengan suatu tetapan :

f (c) = f (b) = K
                                      C         b

atau :   f (c) = Kc dan f (b) = Kb

Subsitusi ke dalam, baik pernyataan Bouguer maupun Beer menghasilkan pendapatan yang sama
:                    log Po = f (c)b = Kbc
                         P
                   log  Po  = f (b)c = Kbc
                       P
            Jadi F (c)b = f (b)c

Jika c dalam gram per liter, persamaannya :

log Po = log 1 = A = abc


                                       P          T

dimana a = absorptivitas

Jika c dalam mol per liter, persamaannya :


                                       A = bc

A = log Po = absorbans ; T = P = transmitans


                                     P                                           Po
Jadi hubungan antara A dan T adalah :

A = log (1/T)
Karena dari hukum Beer, absorbans adalah berbanding langsung terhadap konsentrasi, maka
adalah jelas bahwa transmitrans tidak demikian; log T harus digambarkan terhadap c untuk memperoleh
suatu grafik linear.
Penyimpangan Hukum Bouguer Beer
            Menurut hukum Bouguer Beer, suatu grafik dari absorbans terhadap konsentrasi molar
akan merupakan garis lurus dengan kemiringan ab. Akan tetapi seringkali pengukuran pada sistem kimia
yang sesungguhnya menghasilkan grafik hukum beer yang tidak linear pada seluruh jangkau konsentrasi
yang di pentingkan. Lengkungan demikian menunjukkan bahwa a bukanlah suatu tetapan, tidak
tergantung pada konsentrasi; bagi sistem-sistem demikian, tetapi tinjauan lebih dekat menghantar
kepandangan yang sedikit lebih ke terperincian. Harga a tergantung pada sifat macam zat penyerap dalm
larutan dan pada panjang gelombang radiasi. Kebanyakan penyimpangan dari Hukum Beer disebabkan
oleh kegagalan/ketidakmampuan untuk melakukan pengawasan terhadap dua segi ini, dan karena itu
dapat disebut penyimpangan semu oleh karena mereka mencerminkan kesukaran-kesukaran percobaan
lebih daripada sesuatu ketidakserasian dari Hukum Beer sendiri.

            Ada penyimpangan lain yang dianggap wajar daripada semu tetapi ini tidak sama dapat
dijumpai dalam kimia analitik. Misalnya, telah ditunjukkan dalam teori optika bahwa a untuk suatu zat
dalam larutan akan berubah bengan perubahan indeks bias dari larutan. Karena perubahan dalam indeks
bias mengikuti perubahan-perubahan konsentrasi, maka hukum Beer harus tidak berlaku bahkan jika
secara ideal. Akan tetapi akibat ini sangat kecil dan biasanya berada dalam kesalahan-kesalahan
eksperimental spektrofotometri. Penyimpangan wajar lain hukum Beer kadang-kadang terjadi apabila
relatif radiasi kuat melewati suatu medium yang mengandung hanya sedikit molekul penyerap. Pada
keadaan ini, semua molekul dapat dinaikkan ke tingkat- tingkat energi yang lebih tinggi dengan hanya
suatu fraksi dari foton yang tersedia dan karena itu akan tidak ada kesempatan untuk absorpsi lebih lanjut
tanpa berapa lebih banyak foton yang tersedia. Keadaan ini, yang dikenal sebagai penjenuhan.

            Banyak contoh penyimpangan hukum Beer yang dikenal. Keseimbangan-keseimbangan


yang menyangkut ion sering peka terhadap elektrolit yang ditambahkan, dan kegagalan dalam
pengawasan kekuatan ionik dapat menciptakan permasalahan spektrofotometri. Suhu dan bermacam-
macam faktor lain dapat menyulitkan keadaan lebih lanjut.

            Hukum Beuguer Beer memerlukan radiasi monokhromatik, oleh karena harga a tergantung
pada panjang gelombang, harga absorbans yang diukur mencerminkan distribusi panjang gelombang
dalam radiasi, yang dalam suatu spektrofotometer yang praktis, tidak pernah tepat monokhromatik. Misal
tentang suatu larutan penyerap sebagai suatu deret lapisan-lapisan maya dengan ketebalan sama. Jika
radiasi heterokhromatik melewati lapisan pertma, maka panjang gelombang yang kurang kuat terserap,
dan lapisan kedua tidak akan menyerap fraksi yang sama, maka penyimpangan hukum Beer akan terjadi
dengan jelasnya.

            Meskipun harus ditunjukkan bahwa karakteristik instrumental dapat menyebabkan


penyimpangan dari hukum Beuguer-Beer, adalah suatu pernyataan bahwa spektrofotometer modern
yang lebih baik akan mampu untuk melakukannya lebih baik dalam hal ini. Berbeda dengan kolorimeter
atau filter fotometer, yang mempergunakan saringan penerus pita lebar untuk memisahkan radiasi yang
diinginkan dan yang masih digunakan secara luas dalam laboraturium- laboraturium klinik dan
pengawasan (R. A. Day, Jr. and A. L. Underwood,1989)
Penggunaan Spektrofotometri
 Menggambarkan grafik dan keterangan- keterangn spektrofotometri.
            Spektrum absorpsi paling sering digambarkan sebagai %T terhadap panjang gelombang, (λ), A
atau a terhadap λ , dan log A atau log a terhadap λ . Perbandingan grafik-grafik ini mungkin dibuat jelas
dengan memperhatikan gambar 1.6, 1.7, dan 1.8 Pada gambar 1.7 bahwa bentuk spektrum absorbpsi
tergantung pada konsentrasi larutan, bila ordinat linear dalam absorbans berarti kurva-kurva pada
gambar 1.8 tidak dapat disumpenpos hanya dengan penggeseran tempat secra vertikal. Hali ini jelas
darai hukum Beer, λ = abc, yang menunjukkan bahwa dengan mengubah konsentrasi larutan , maka
absorbans berubah pada setiap panjang gelombang dengan setiap kelipatan. Sebaliknya seperti terlihat
pada Gambar 1. 10 dibawah, bentuk kurva dibawah adalah tidak tergantung pada konsentrasi, jika
ordinat adalah log A.

Dilihat dari mengambil logaritma dari kedua sisi dari persamaan Beer, maka:

log A = log (abc) = log a + log b +log c


Sekarang suku konsentrasi ditambah dan bukan diperkalikan, dan karena itu peningkatan
konsentrasi menambahkan sebuah pertambahan tetap ke log A pada setiap panjang gelombang
sepanjang spektrum. Kurva untuk konsentrasi lebih tinggi demikian

tergeser ke atas, tetapi dapat supenmpos diatas yang lebih rendah dengan hanya suatau gerak
vertikal. Grafik yang sama dari a terhadap λ harus dipweroleh tanpa pandang konsentarasi awal sistem
mengikuti hukum Beer pada semua panjang gelombang.

Kesalahan- kesalahan dalam spektrofotometer :

            Kesalahan dalam pengukuran secara spektrofotometri dapat timbul dari banyak sekai.
Misalnya, konsentrasi zat yang menyerap merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penentuan
kesalahan larutan yang diukur tidak harus menyerap praktis radiasi maupun hampir tidak menyerap
apapun. Dan hal ini kesalahan dalam penentuan konsentrasi secara spektrofotometri akan minimal pada
beberapa absorbans antara jauh dan ujung-ujung ekstrim dari skala. Pernyataan dari hukum Beer yang
menunjukkan kesalahan yang sangat minimum tejadi :

A= log Po = 1   ln  Po  abc


P           2,3         P
Di misalkan bahwa kesalahan relatif dalam konsentrasi adalah dc/ c = d A / A. Diferensiasi hukum
Beer, A = (1/2,3 ) ln (Po/p), didapat:

dA=   1                    dalam     Po = (-Po/p2)dP
           2,3                                         P        2,3 (Po/P)
Jika pembilang dan penyebut dibagi dengan Po/p, maka akan diperoleh:

dA =  – (1/P)dP  =  -dP
                    2,3            2,3P
Dengan membagai kedua sisi dengan A,kita akan memperoleh persamaan :

dA = – dP
A = 2,3 PA

Dari hukum Beer, P = Po x 10 –A ; substitusi ke dalam persamaan diatas, menghasilkan:


 
            Adalah serasi untuk menormallisasikan persamaan dengan membuat Po = 1. Hal ini sesui
dengan hal yang lazim dengan menempatkan pada status persen T atau absorbans nol dengan sebuah
larutan pembanding dalam sinar minim menghasilkan :

                                    dc      =       dP


                                                      c           2,3A x 10-A
Minimum dalam dc/c terjadi bila suku Ax10 –A terdapat pada suatu yang maksimum. Untuk mencari
maksimum, mendeferensikannya dan membuat derefatif sama dengan nol:
d(A x10-A) = 10-A-2,3A x 10-A  = 0
                                                                                                              dA
10-A (1-2,3A) = 0
Jika 10-A nol, A tak terhingga, dan kesalahan tak terhingga. Dan dengan membuat suku yang lain
sama dengan nol, dihasilkan :
1 – 2,3A = 0

2,3 A = 1

A = 1 = 0,43
                                                                        2,3

Suatu harga absorbans sebesar 0,43 sesuai dengan 36,8% transmitrans. Untuk mencari
kesalahan relatif dalam konsentrasi- konsentrasi sebagai fungsi dari kesalahan fotometrik pada
konsentrasi optimal, substitusikan 0,43 untuk A dalam persamaan di awal untuk dc/c :

dc =                           – dP                        = -2,72 dP
                                         C   2,3 x 0,43 x 10-0,43
            Maka jika kesalahan 1% dibuat dalam pembacaan alat, maka kesalahan relatif dalam c
akan sama dengan sebanyak-banyaknya 2,72%; dengan harga absorbsi diatas dan dibawah 0,43 maka
kesalahan dapat bahkan lebih besar. Kesalahan kesalahan fotometrik dapat berkisar dari 0,1% hingga
beberapa persen, tergantung pada alat yang digunakan. Pada konsentrasi- konsentrasi tinggi, kesalahan
sama dalam %T menggambarkan suatu kesalahan absolut yang jauh lebih besar dalam c. Kesalahan
dalam pengukuran transmitans adalah tetap, tidak tergantung pada harga transmitansi, kesalahannya
telah dianggap seluruhnya timbul dan ketidaktentuan dalam pembacaan skala alat. Pada alat yang
sempurna, sebaliknya faktor pembatas dalam ketelitian terletak pada suatu tempat, biasanya dalam
tingkat derau dari sirkuit detektor. Pada hal ini, dP tidak tetap, dan sebuah fungsi kesalahan yang
berbeda diperoleh, yang adalah minimal, bukan pada 36,8% T, tetapi pada harga T yang lebih rendah.
Untuk alat yang lebih rumit, mungkin sukar untuk memutuskan, beberapa faktor mana, yang membatasi
ketelitian. Maka cara dP berubah-ubah dengan P tidak jelas, dan mungkin tidak dapat mengesahkan
untuk menghitung harga %T yang sesuai dengan adanya kesalahan minimal. Dengan adanya alat yang
sudah modern, yang terkenal dan berkualitas tinggi, yaitu spektrofotometer Cary Model 14 yang
merekam, maka kesalahan minimal dikatakan terjadi pada kira-kira 10% T (A=1) 12).
            Kesalahan-kesalahan yang terjadi, dapat dicegah dengan memperhatikan :

–        Sel-sel contoh harus bersih

–        Sidik jari dapat menyerap radiasi ungu

–        Penempatan sel dalam sinar harus dapat ditiru kembali

–        Gelembung gas tidak boleh ada dalam lintasan optik

–        Peneraan panjang gelombang dari alat harus diteliti kadang- kadang

–        Penyimpangan atau ketidakstabilan di dalam sirkuit harus diperbaiki

–        Ketidaktetapan contoh dapat menyebabkan kesalahan-kesalahan jika pengukuran tidak


direncanakan dengan hati- hati (R. A. Day, Jr. and A. L. Underwood,1989).

Identifikasi zat Kimia


Uji warna yang sederhana telah banyak digunakan untuk mengidentifikasi. Warna untuk larutan
permanganat biru dari tembaga, kuning dari kromat dan banyak yang lain yang dapat disebut. Spektrum
absorbsi suatu senyawa yang ditetapkan dengan spektrofotometer dapat dianggap sebagai indikasi
identitas yang lebih elegan, objektif dan handal. Spektrum itu boleh dikatakan merupaka suatu tetapan
fisika yang bersama-sama dengan titik leleh, indeks bias dan sifat lain, dapat digunakan untuk
karekterisasi. Spektra absorbsi bukanlah bukti yang tidak dapat salah bagi identitas, melainkan semata-
mata menyatakan suatu alat lain yang tersedia untuk penerapan yang cerdas.

Haruslah diingat bahwa suatu spektrum absorbsi bergantung tidak hanya pada sifat dasar kimia
dari senyawa tersebut namun juga pada faktor-faktor yang lain. Perubahan pelarut sering menghasilkan
dari pita serapan. Bentuk dari suatu pita dan terutama munculnya struktur halus dapat saja bergantung
pada karakteristik alat seperti ;
1. Daya memisah (dari) monokromator, perolehan penguat (amplifier gain)
2. Laju susunan sehubungan dengan kelambanan perekam.
Memperlakukan sebuah spektrofotometer perekam sebagai suatu kotak hitam dapat menghasilkan
spektra sertapan yang aneh. Spektra ribuan senyawa dan bahan telah direkam, dan mencari spektra-
spektra yang cocok untuk pembanding sehubungan dengan suatu problem khusus, dapat merupakan
kesukara. Tersedia beberapa katalog dan kumpulan. Makin lama makin banyak laboraturium besar yang
menggunakan teknik penanganan data serta komputer untuk menyimpan dan mengeluarkan spekltra,
demikian pula informasi penting  lainnya. Terdapat jumlah besar data empiris dalam literatur yang
menunjukkan efek substituen terhadap panjang gelombang pita serapan dalam spektram molekul induk.
Korelasi spektra struktur baik dalam daerah ultraviolet-vis dan inframerah seringkali sangat berguna
dalam identifikasi suatu senyawa, terutama jika informasi lain mengenai sampel itu dapat menempatkan
penyelidikan itu segera ke jalur benar.

AAS (Spektrofotometri Absorbsi Atom)


Pada AAS terjadi penyerapan sumber radiasi oleh atom-atom netral dalam keadaan gas yang
berada dalam nyala. Radiasi yang diserap oleh atom-atom netral dalam keadaan gas biasan radiasi sinar
tampak atau ultraviolet. Di dalam suatu nyala, atom yang terbanyak berada dalam keadaan elektronik
dasar daripad dalam keadaan bereksitasikan. Misalnya dipandang dari yransisi yang menyebabkan garis
kuning natrium pada 589 nm, perbandingan atom tereksitasi dan atom keadaan dasar pada 2700 derajat
celsius adalah 6 x 10-4. Selanjutnya jumlah atom yang terksitasi berkisar secara eksponensial dengan
suhu sedangkan dengan banyaknya atom tereksitasi, populasi pada keadaan dasar praktis tetap dalam
batas suhu yang pantas. Pada tahun 1955 Walsh menunjuk pada kenyataan-kenyataan ini bahwa cara
analisa yang diperbaiki adalah mungkin yang didasarkan pada absorban dari radiasi yang disebabkan
oleh keadaan dasar atom-atom di dalam nyala (R. A. Day, Jr. and A. L. Underwood,1989).

Pelebaran Spektrum Serapan Atom


Molekul apabila dikenai radiasi elektromagnetik akan terjadi tumpang tindih posisi energi rotasi, vibrasi
dan elektronik. Sehingga dengan demikian spektromolekul cencerung merupakan pita serapan.
Sebaliknya pada atom tidak terjadi kebersamaan energi, yang ada hanya energi elektronik. Oleh karena
itu spektrum atom cenderung merupakan garis-garis serapan. Akan tetapi pada AAS tidak didapatkan
garis-garis spektrum melainkan pelebaran garis-garis spektrum sampai 0,02 sampai 0,05, lebih lebar dari
garis spektrum alamiah atom 10-4 A. Dua daya penyabab pelebaran tersebut yang dikenal sebagai
pelebaran doppler dan pelebaran tekanan.
Pelebaran doppler disebabkan atom-atom netral didalam nyala bergerak dengan kecepatan yang
tinggi mendekati atau menjauhi radiasi yang datang. Maka akibat dari kedua peristiwa ini adalah panjang
gelombang radiasi yang datang akan diperkecil atau diperbesar. Perbedan terhadap panjang gelombang
puncak serapan akan mentebabkan pelebaran garis puncak serapan, karena panjang gelombang puncak
serapan masih dapat diserap. Pelebaran tekanan disebabkan peristiwa tumbukan  antar  atom sendiri di
dalam nyala. Tumbukan atom akan menyebabkan perubahan tingkat energi asas atom tersebut.
Sedangkan tingkat energi asas semula jika tidak terjadi tumbukan antar atom juga masih terhitung.
Perbedaan tingkat energi asas atom tersebut akan menimbulkan perbedaan panjang gelombang yang
akan berakibat pelebaran garis-garis spektrum serapan. 

Spektrofotometer Berkas Tunggal


            Suatu spektrofotometer mempunyai komponen-komponen yang penting, yaitu :

1. Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan meliputi daerah spektrum dimana
instrumen tersebut dirancang untuk beroperasi.
2. Suatu monokromator, yakni suatu piranti untuk memencilkan pita sempit panjang gelombang dari
spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber cahaya.
3. Suatu wadah untuk sampel .
4. Suatu detektor yang berupa transduser yang mengubah energi cahaya menjadi suatu isyarat
listrik.
5. Suatu amplifier dan rangkaian yang berkaitan sehingga membuat isyarat listrik itu memadai untuk
dibaca.
6. Suatu sistem baca dimana diperagakan besarnya isyarat listrik.
Spektrofotometer Berkas Rangkap
            Instrumen berkas rangkap berupa spektrofotometer perekam yang menyalurkan secara otomatis
adsorban suatu sampel suatu panjang gelombang.

            Cara kerja spektrofotometer secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut: Tempatkan
larutan pembanding, semisal blanko dalam sel pertama sedangkan larutan yang dianalisa pada sel
kedua. Kemudian memilih fotosel yang cocok 200 nm – 650 nm (650 nm – 1100 nm) agar daerah yang
diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer didapat
dengan memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitasi, kemudian mengatur
besarnya pada 100%. Lewatnya berkas cahaya pada larutan sampel akan dianalisa. Skala absorbansi
menunjukkan absorbansi larutan sampel.
            Keuntungan-keuntungan yang dimiliki oleh sistem berkas rangkap alat spektrofotometer
infra merah adalah:

1. Memperkecil pengaruh penyerapan sinar infra merah oleh air diudara.


2. Mengurangi pengaruh hamburan (scattering) sinar infra merah oleh partikel-partikel debu, yang
ukurannya mendekati ukuran rata-rata panjang gelombang sinar infra merah.
3. Apabila blanko yang dipakai adalah pelarut yang dipergunakan, maka dengan sistem berkas
rangkap itu, pita-pita serapan dari pelarut tidak akan muncul dalam spektrum yang direkam.Sistem
berkas rangkap mengurangi atau meniadakan pengaruh pancaran sumber sinar dan ketidakstabilan
detektor.
4. Dengan sistem berkas rangkap perekaman secara automatis (automatic recording) dapat
dilakukan.
Phosphat
Phospat atau fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari satu atom fosforus dan
empat oksigen. Dalam bentuk ionik, fosfat membawa sebuah -3 muatan formal, dan dinotasikan PO43-.
Fosfat merupakan satu -satunya bahan galian (diluar air) yang mempunyai siklus, unsur fosfor di alam
diserap oleh mahluk hidup, senyawa fosfat pada jaringan mahluk hidup yang telah mati terurai, kemudian
terakumulasi dan terendapkan di lautan.  Proses terbentuknya endapan fosfat ada tiga:

1.Fosfat primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang bersusunan nefelin, syenit dan
takhit, mengandung mineral fosfat apatit, terutama fluor apatit {Ca5 (PO4)3 F}dalam keadaan murni
mengandung 42 % P2 O5 dan 3,8 % F2.

2.Fosfat sedimenter (marin), merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan di laut dalam,
pada lingkungan alkali dan suasana tenang, mineral fosfat yang terbentuk terutama frankolit.3.Fosfat
guano, merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelelawar yang terlarut dan
bereaksi dengan batugamping karena pengaruh air hujan dan air tanah. Berdasarkan tempatnya
endapan fosfat guano terdiri dari endapan permukaan, bawah permukaan dan gua. phospat adalah
(Fosfor) sangat berguna bagi tumbuhan karena berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar terutama
pada awal-awal pertumbuhan, mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan
buah (www.wikipedia.org).
II.2 Aplikasi Industri
 

Karakteristik dan Sebaran Nitrat, Fosfat, dan Oksigen Terlarut di Perariran


 Karimun–jawa Jawa Tengah
T.Zia Ulqodry  , Yulisman 2), Muhammad Syahdan 3), dan Santoso 4)
1)

1.) Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indonesia

2.) Program Studi Budidaya Perairan FAPERTA, Universitas Sriwijaya, Indonesia

3.) Program Studi Ilmu Kelautan Feperikan, Universitas Lambung Mangkurat, Indonesia

4.) Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan FPIK, Institut Pertanian Bogor, Indonesia

Kepulauan Karimunjawa merupakan gugusan pulau yang berjumlah 27 pulau dengan luas teritorial
107.225 ha, terletak  150 km di utara kota Semarang. Perairan  Karimunjawa merupakan bagian dari
perairan Laut Jawa dengan potensi Kekayaan hayati maupun non hayati yang cukup tinggi. Keberadaan
Ekosistem yang kompleks, pola aliran arus antar pulau yang dinamis dan aktifitas di kawasan tersebut
mempunyai pengaruh terhadap kandungan zat hara serta pola sebarannya. Kandungan zat hara di suatu
daerah perairan selain berasal dari perairan itu sendiri juga tergantung pada keadaan sekelilingnya,
seperti sumbangan dari daratan melalui sungai serta serasah mangrove dan lamun. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji karakteristik dan sebaran zat hara (Nitrat dan Fosfat) dan Oksigen terlarut di
perariran Karimunjawa.

Penelitian ini dilakukan di perairan Kepulauan Karimunjawa dengan menggunakan kapal riset
Baruna Jaya VIII, meliputi 13 stasiun pengamatan pada bulan april 2009. Pengambilan sampel dengan
menggunakan Rosette Sampler yang dilengkapi dengan botol Niskin pada dua lapisan kedalaman yaitu
kedalaman 0 m (permukaan) dan dekat lapisan dasar. Kandungan Nitrat dan Fosfat terlarut dianalisis
dengan menggunakan metoda Spektrofotometri pada panjang gelombang 885 nm untuk Fosfat dan 543
nm untuk Nitrat. Kandungan oksigen terlarut diberiakn larutan MnCl 2 dan NaOH.KI sebelum dianalisis
dengan menggunakan metoda analisis Winkler.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kandungan Nitrat, Fosfat, dan Oksigen terlarut Perairan
Karimunjawa masih tergolong normal dan baik untuk kehidupan biota laut. Berdasarkan hasil
pengamatan pada 13 stasiun, terlihat distribusi kandungan Nitrat dilapisan permukaan Peraiaran
Karimunjawa berkisar antara 0,11 g-at N/L – 0,59 g-at N/L dengan rata-rata 0,37 g-at N/L, dan untuk
lapisan dasar berkisar antara 0,07 g-at N/L – 0,31 g-at N/L dengan rata-rata sebesar 0,16 g-at N/L. Untuk
kandungan Fosfat dio perairan Karimunjawa berkisar antara 0,05 g-at P/L – 0,36 g-at P/L untuk lapisan
permukaan, dan antara 0,05 g-at P/L – 0,27 g-at P/L untuk lapisan dasar. Dan kandungan Oksigen
terlarut di lapisan permukaan perairan Karimunjawa berkisar antara 3,35 mg/L – 4,04 mg/L dengan rata-
rata 3,70 mg/L dan untuk lapisan dasar berkisar antara 2,81 mg/L – 4,15 mg/L dengan rata-rata 3,57
mg/L.

Dapat disimpulkan dari hasil penelitian tersebut bahwa :

1. Kandungan fosfat dan oksigen terlarut di perairan Karimunjawa tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata antara lapisan permukaan dengan dasar.
2. Terdapat perbedaan antara kandungan Nitrat di lapisan permukaan dengan lapisan dalam,
dengan kecenderungan lebih tinggi dilapisan dasar dibandingkan dengan lapisan permukaan.
3. Kandungan Nitrat, Fosfat dan Oksigen terlarut di perairan Karimunjawa masih tergolong normal
dan baik untuk kehidupan biota laut.
4. Tinggi rendahnya kandungan Nitrat, Fosfat dan Oksigen terlarut di perairan ini dipengaruhi oleh
masukan dari daratan, aktifitas plankton dan biota laut, serta pererakan massa air.
 

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
1. Air sungai Kalimas
2. Air Sungai Gunung Sari
3. Larutan Standar
III.2 Bahan yang digunakan
1. Aquadest
2. Diammonium hydrogen phospat
3. Ammonium molybdat
4. H2so4 pekat
5. Sncl2.2h20
6. gliserol
III.3 Alat digunakan
1. Spektrofotometer
1. Beaker glass
3. Labu ukur
4. Spatula
5. Pipet tetes
6. Gelas ukur
7. Kuvet
8. Gelas mineral
9. Pemanas elektrik
10. Timbangan
III.4 Produser Percobaan
III.4.1 Tahap Kalibrasi Spektrofotometer
1. Membuat larutan blangko (aquadest)
2. Masukkan larutan blangko ke dalam kuvet yang bersih (jangan sampai tersentuh oleh tangan)
3. Memasang pada alat kemudian atur sehingga harga absorbasi = 0 dan transmitan = 100 pada
panjang gelombang 590 nm
III.4.2 Tahap Analisa Phospat (PO43-)
III.4.2.1 Membuat larutan standar phosphat
1. Menimbang  (NH4)2 HPO4
2. Memasukan  (NH4)2 HPO4 kedalam labu ukur 250 ml
3. Melarutkannya dengan aquades hingga ambang batas
III.4.2.2 Membuat larutan reagen Ammonium Molybdat
1. (NH4)6MO7O24.4H2O = 0,1738 gram dalam 250 cc aquadest
2. 14 cc H2SO4 pekat + 20 cc aquadest (didinginkan)
3. Kedua larutan dicampur dan diencerkan sampai 50 cc
SnCl2.2H2O
1. 1,25 gram dalam 50 cc gliserol, dipanaskan sebentar
III.4.3 Prosedur analisa phospat
1. Mengambil 50 cc sampel + 2 cc Ammonium molybdat + 5 tetes SnCl 2.2H2O
2. Memasukkan larutan tersebut ke dalam kuvet
3. Memasang kuvet pada alat spektrofotometer dan mencatat hasilnya
4. Lakukan prosedur yang sama untuk larutan blangko
 

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
 IV.1 Hasil Percobaan dan perhitungan
IV.1.1 Tabel hasil percobaan pada larutan standard PO 43-
 
NO Konsentrasi Adsorbansi
(ppm)

1 500 0,245

2 200 0,085

3 120 0,071

4 60 0,064

5 20 0,039

 
IV.1.2 Tabel hasil percobaan pada sampel Air Sungai Kalimas dan Air Sungai Keputih
Konsentrasi

No. Sampel Absorbansi (ppm)

Air Sungai
1 Kalimas 0,301 430

2 Air Sungai Keputih 0,028 520

 IV.2 Hasil Pembahasan


            Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma dengan detektor fototube. Alat yang digunakan untuk mengukur
transmitan atau adsorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang adalah spektrofotometer.
Komponen utama dari spektrofotometer yaitu sumber cahaya, monokromator, kuvet, detektor,
amplifier(penguat) dan recorder. Tujuan dari percobaan spektrofotometri analisa fosfat  adalah untuk
menentukan absorbansi dan konsentrasi dari suatu zat yang terlarut dalam air sungai Kalimas dan air
sungai Keputih, serta menentukan transmitan dengan panjang gelombang 590 nm dengan menggunakan
alat spektrofotometer.
Spektrofotometrik merupakan salah satu metode analisa kuantitatif suatu zat kimia berdasarkan
sifat absorbsinya terhadap radiasi sinar elektromagnetik serta interaksinya antara zat kimia dengan
radiasi sinar elektromagnetik. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitrans atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (R. A. Day, Jr. and A. L. Underwood,1989).
Fungsi reagent dalam percobaan spektrofotometri ini adalah untuk memunculkan karakteristik zat
yang terdapat dalam larutan yang akan dianalisa. (Day,Jr.R.A.,Underwood, 1993).
Fungsi pengenceran adalah untuk meminimalisir kesalahan, karena hukum Beer berlaku pada
larutan encer agar larutan dapat ditembus cahaya.

Hasil Percobaan pada Larutan Standart Diammonium Hydrogen Phospat (NH 4)2 HPO4  dengan λ
590 nm, menunjukkan kecenderungan grafik yang naik. Hal ini sesuai dengan literatur, yaitu pada
hukum Bouger- Beer yang menyatakan suatu grafik absorbansi terhadap konsentrasi molar merupakan
garis lurus dengan kemiringan tertentu yang menunjukkan semakin besar konsentrasi molar, maka nilai
absorbansinya semakin besar. Hal ini disebabkan karena konsentrasi larutan besar maka kandungan ion
– ion yang terdapat di dalam sampel semakin banyak, sehingga cahaya banyak yang diserap oleh larutan
tersebut dan akan mengakibatkan nilai absorbansi yang tinggi (Underwood, 1993).
Hasil Percobaan pada Larutan Standart (NH4)2 HPO4 dengan Sampel Air Kalimas pada λ 590 nm,
menunjukkan larutan sampel ini memiliki nilai absorbansi 0,301 dan konsentrasi 570 ppm. Berdasarkan
peraturan pemerintah no. 82 tahun 2001 mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air, air sungai termasuk dalam kelas ke-4 dimana maksimum konsentrasi fosfat yang
diperbolehkan 5 mg/l. Sedangkan konsentrasi fosfat dalam sampel Air Kalimas berdasarkan hasil
percobaan adalah 520 ppm. Jadi sampel diatas memenuhi syarat baku mutu yang ada.
Berikut merupakan standart untuk kadar fosfat yang diperbolehkan berdasarkan Undang-undang
no. 8 tahun 2001.

Kelas

Parameter Satuan I II III IV Keterangan

Total Fosfat sbg Angka Batas


P mg/l 0,2 0,2 1 5 Minimum

(http://www.menlh.go.id/i/art/pdf_1076022471.pdf)
Pada tabel diatas jelas bahwa standart baku mutu air pada kondisi ilmiahnya adalah 5 mg/l,
sedangkan pada hasil percobaan diperoleh konsentrasi air sungai Kalimas sebesar 530 ppm. Konsentrasi
air sungai kalimas memenuhi standart baku mutu.

Hasil Percobaan pada Larutan Standart (NH4)2 HPO4 dengan Sampel Air Sungai Keputih pada λ
590 nm, menunjukkan larutan sampel ini memiliki nilai absorbansi 0,028 dan konsentrasi 40 ppm.
Berdasarkan peraturan pemerintah no. 82 tahun 2001 mengenai pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air, air sungai termasuk dalam kelas ke-4 dimana maksimum konsentrasi
fosfat yang diperbolehkan 5 mg/l. Sedangkan konsentrasi fosfat dalam sampel Air Sungai keputih
berdasarkan hasil percobaan adalah 430 ppm. Jadi sampel diatas tidak memenuhi syarat baku mutu
yang ada.
Berikut merupakan standart untuk kadar fosfat yang diperbolehkan berdasarkan Undang-undang
no. 8 tahun 2001.

Kelas Keterangan

Parameter Satuan I II III IV

Total Fosfat sbg P mg/l 0,2 0,2 1 5 Angka Batas Minimum

(http://www.menlh.go.id/i/art/pdf_1076022471.pdf)
Pada tabel diatas jelas bahwa standart baku mutu air pada kondisi ilmiahnya adalah 5 mg/l,
sedangkan pada hasil percobaan diperoleh konsentrasi air sungai Keputih sebesar 430 ppm. Konsentrasi
air sungai Keputih yang kurang dari standart baku mutu disebabkan kesalahan yang dilakukan selama
praktikum. Yaitu, tidak teliti pada saat membaca alat spektrofotometer, penambahan reagent yang terlalu
banyak, kuvet tersentuh oleh tangan, kesalahan pada saat pengenceran, dan kesalahan pada saat
membuat reagent.

Hal ini sesuai dengan hukum Bouger- Beer yang menyatakan suatu grafik absorbansi terhadap
konsentrasi molar merupakan garis lurus dengan kemiringan tertentu yang menunjukkan semakin besar
konsentrasi molar, maka nilai absorbansinya semakin besar. Hal ini disebabkan karena konsentrasi
larutan besar maka kandungan ion – ion yang terdapat di dalam sampel semakin banyak, sehingga
cahaya banyak yang diserap oleh larutan tersebut dan akan mengakibatkan nilai absorbansi yang tinggi.
Menurut percobaan yang telah dilakukan, semakin banyak penambahan volume (pengenceran), maka
harga absorbansi dan konsentrasi semakin kecil, ini disebabkan karena konsentrasi larutan menurun
seiring dengan adanya pengenceran tersebut. Jika harga absorbansi turun, maka harga konsentrasi juga
ikut turun ini sesuai dengan literatur yang menjelaskan bahwa Semakin besar absorbansi, maka semakin
besar pula konsentrasinya (Day,Jr.R.A.,Underwood, 1993).
Pada percobaan larutan sampel diperoleh hasil yang tidak memenuhi standart baku mutu air
sampel yang ada. Hal ini dikarenakan penyimpangan – penyimpangan yang terjadi pada percobaan
antara lain :

1. Alat spektrofotometer yang digunakan sudah tidak layak dipakai sehingga nilai yang ditunjukkan
tidak sesuai.
2. Tidak teliti dalam melakukan pengenceran
3. Kurang telitinya dalam membuat larutan standart
4. Tidak sterilnya alat yang digunakan memungkinkan adannya zat – zat lain.
Tujuan menganalisa fosfat dalam sampel air sungai Kalimas dan air sungai Keputih adalah untuk
mengetahui konsentrasi Fosfat yang terdapat pada kedua air sampel. Sehingga dapat ditentukan air
tersebut memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan atau tidak.

BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan spektrofotometri analisa phospat dapat disimpulkan bahwa:

1. Semakin besar konsentrasi maka absorbansi juga semakin besar.


2. Fungsi pengenceran adalah untuk meminimalisir kesalahan, karena hukum Beer berlaku pada
larutan encer agar larutan dapat ditembus cahaya.
3. Fungsi penambahan reagen adalah untuk mempermudah pembacaan warna dengan
mereaksikannya dengan larutan sampel Air Sungai Kalimas dan Air Sungai Keputih yang akan
dianalisa.
4. Fungsi larutan blangko adalah untuk mengimbangi pengaruh kekeruhan sampel.
5. Pada analisa sampel Air Sungai kalimas mempunyai konsentrasi PO 43-sebesar 570 ppm dengan
absorbansi 0,301. Menurut SNI bahwa air ini tidak memenuhi syarat oleh penetapan baku mutu untuk
kelas 1 yaitu batasnya hanya sampai 0.2 untuk absorbansi.
6.  Pada analisa sampel  Air sungai Keputih mempunyai konsentrasi PO43-sebesar 40 ppm dengan
absorbansi 0,028. Menurut SNI bahwa air ini memenuhi syarat oleh penetapan baku mutu untuk
kelas 1 yaitu batasnya hanya 0.2 untuk absorbansi.
 

DAFTAR PUSTAKA
 
1. ”Buku Petunjuk Praktikum Analisa Instrumen”, D3 Teknik Kimia FTI-ITS: Surabaya, 2008.
2. Ul-Qodry,T.Zia, Yulisman, Syahdan,Muhammad, dan Santoso, “karakteristik dan Sebaran Nitrat,
fosfat, dan Oksigen terlarut di Periran Karimunjawa, jawa Tengah”, jurnal penelitian Sains, 2010.
3. Alaerts,G, dan Sumestri Santika, Sri, “Metoda Penelitian Air“, Usaha Nasional: Surabaya, 1981.
4. Khopkar, S.M,  “Konsep Dasar Kimia Analitik”, Universitas Indonesia: Jakarta, 2002.
5. R. A. Day, Jr, dan A. L. Underwood, “Analisa Kimia Kuantitatif”, Erlangga: Jakarta, 1996.

Anda mungkin juga menyukai