ABSTRACT
Slendro is one kind of tuning music system exists in Banyumas. The characteristic of
Slendro Banyumas is different from the existed Slendro in Surakarta, to Banyuwangi
Slendro, Sundanese Salendro, ect. Slendro’s character is able to be detected from the
interval pattern between of its tones. This is appropriate to the theoretical concept about
laras that explain “one of the musical atmosphere defined by the tuning system which
focuses on the jangkah pattern (interval) for its tones in one cycle”. This article aims to
show about the condition of Slendro Banyumas, nowadays, it is experiencing a shift
due to the influence of the other tones. Slendro Banyumas threaten its authenticity.
ABSTRAK
Slendro adalah salah satu jenis sistem pelarasan yang hidup di Banyumas.
Karaktersistik Laras Slendro Banyumas mempunyai ciri khas yang berbeda dari Laras
Slendro yang lainnya seperti Slendro Surakarta, Slendro Banyuwangi, Salendro Sunda,
dsb. Karakteristik Laras Slendro bisa dideteksi dari pola jangkah antar nada pada
laras tersebut. Hal ini sesuai dengan konsep teoretik tentang laras yang menjelaskan
bahwa “salah satu atmosfir musikal ditentukan oleh sistem pelarasannya yang berinti
pada pola jangkah nada-nada dalam satu siklus”. Tulisan ini ingin menunjukkan
kondisi Laras Slendro Banyumas pada waktu ini yang mengalami pergeseran karena
pengaruh dari laras yang lainnya. Laras Slendro Banyumas terancam keasliannya.
69
Jurnal Kajian Seni, Vol. 03, No. 01, November 2016: 69-80
70
Mukhlis Anton Nugroho, Kondisi Kritis Keaslian Laras Slendro Banyumas
Gender wayang Bali, Slendro Banjar, dan selesai dilaras dan kemudian digunakan
Slendro Palembang (Hastanto, 2015:95- untuk mengiringi sajian gending dan
96). vokal Banyumasan, maka karakter
Secara empirik dalam dunia Banyumasan akan muncul dan pesinden
karawitan ii mengisyratkan bahwa di merasa lebih leluasa bermain cengkokiv
Banyumas juga mempunyai Laras Slendro Banyumasan. Hal ini berbeda ketika
jenis tersendiri. Indikasi pernyataan ini sistem pelarasan Calung Banyumas
adalah munculnya permasalahan pada disesuaikan dengan sistem pelarasan
pelarasan Calung Banyumas, apabila Slendro pada Gamelan Surakarta, yang
laras Calung tidak sesuai dengan Slendro akan terjadi adalah pesinden Banyumas
Banyumas, maka Calung tersebut kurang akan kesulitan memasukkan vokal gaya
pas untuk mengiringi vokal tembang Banyumasan. Ini kemungkinan ada
Banyumas. Seperti yang dipaparkan oleh pengaruh dari nada yang ada di dalam
Darnoiii sebagai berikut. embat v tersebut. Ketika nada yang
ada di dalam embat tersebut berbeda
...Ketika orang Banyumas membuat dengan kebiasaan vokal Banyumasan,
larasan yang mengacu pada sistem
yang jangkah nadanya juga berbeda
pelarasan gamelan Surakarta, vokalis
akan kesulitan dalam memasukkan dengan gamelan Surakarta, maka ruang
gaya-gaya vokal Banyumas. Orang berekspresi untuk mengeluarkan gaya
Banyumas akan lebih nyaman Banyumasan menjadi tidak leluasa. Hal
bernyanyi ketika sistem pelarasan
ini mengindikasikan bahwa Banyumas
Calung berdasarkan atas vokal
gending-gending Banyumasan. mempunyai karakteristik laras Slendro
Sehingga bisa dikatakan vokal yang berbeda.
gending-gending Banyumasan Indikasi yang menunjukkan
menjadi referensi dan acuan dalam
perbedaan karakteristik laras Slendro
menentukan sistem pelarasan
Calung (Wawancara Darno, 14 Mei Banyumas dengan Slendro di daerah
2015). lain yang sudah dijelaskan di atas,
diperkuat oleh anggapan dari Kusino
Mencermati pemaparan hasil seorang pelaras Calung Banyumas yang
wawancara Darno terkait proses pelarasan berpendapat bahwa Slendrone Solo kaleh
Calung Banyumas, dapat dikatakan Banyumas nggih benten. Banyumas nggih
bahwa orang Banyumas menciptakan gadhah Slendro piyambak, mawi ngelaras
pelarasan Calung berdasarkan nembang nggih kados Slendro Banyumas kemawon
gending Banyumasan dan kemudian (Wawancara Kusino, 03 Februari 2016).
mulai menentukan nada pertama Maksud dari pemaparan tersebut, bahwa
(babon), dilanjutkan ke nada-nada Slendro Surakarta berbeda dengan
berikutnya. Hasil dari metode proses Slendro Banyumas. Banyumas memiliki
pelarasan tersebut berpengaruh dengan laras Slendro sendiri, sehingga apabila
vokal ketika disajikan dalam kemasan melaras juga disamakan dengan Slendro
pertunjukan. Ketika Calung sudah Banyumas.
71
Jurnal Kajian Seni, Vol. 03, No. 01, November 2016: 69-80
Berkaca pada pemaparan seniman oleh letak geografis dan situasi daerah
Banyumas di atas dapat disimpulkan di tempat kesenian itu tumbuh dan
bahwa karakteristik Slendro Banyumas berkembang (Hastanto dan Kuwat, 1999:
berbeda dengan Slendro di daerah 34).
budaya yang lainnya seperti Slendro W. Pudji Priyanto dalam penelitiannya
Surakarta. Alhasil keaslian dari Laras ‘Makna Indhang dalam Kesenian Ebeg
Slendro Banyumas tersebut harus dijaga. & Lengger di Banyumas’ menuliskan
Namun, kenyataannya Laras Slendro tentang sejarah budaya Banyumas
di Banyumas mengalami pergeseran sebagai berikut.
akibat pengaruh dari laras musik yang
lainnya. Berpijak pada ‘konsep teoretik Banyumas sebagai salah satu bagian
wilayah propinsi Jawa Tengah,
tentang laras’, pada tulisan ini akan
memiliki berbagai macam budaya,
menunjukkan pergeseran yang terjadi adat istiadat, dialek, makanan
pada Laras Slendro Banyumas dengan tradisional dan kesenian yang
beberapa analisis seperti analisis sejarah menarik, hal tersebut dikarenakan
letak geografis Banyumas yang
dan analisis pola jangkah Laras Slendro
berada pada perbatasan dua etnis
Banyumas sesuai dengan konsep teoretik yang berbeda yaitu masyarakat
tentang laras. Jawa Barat dengan etnik Sunda.
Banyumas terletak jauh dari
keraton, baik keraton Yogyakarta
PEMBAHASAN
Hadiningrat atau Mataram maupun
Kehidupan Laras Slendro di keraton Surakarta atau Pajang
Banyumas serta Pajajaran Jawa Barat.
Banyumas mempunyai musik Banyumas pernah menjadi pusat
kekuasaan wilayah yaitu sebuah
tradisi yang juga berlaras Slendro.
Kadipaten. Kadipaten Banyumas
Beberapa musik tradisi yang hidup di sejak didirikan oleh R. Jaka Kaiman
Banyumas antara lain adalah Bongkel, atau Adipati Mrapat pada kurang
Buncis, Krumpyung, dan Calung. Letak lebih taun 1582 selalu berada
dalam bayang-bayang kebesaran
wilayah Banyumas secara geografis, bisa
keraton Pajang atau Mataram. Oleh
dikatakan merupakan daerah titik temu karena itu, Banyumas tidak pernah
antara dua budaya yang besar yaitu menjadi pusat kebudayaan. Budaya
budaya Jawa Tengah dan Jawa Barat Banyumas dianggap sebagai budaya
pinggiran, budaya desa atau budaya
atau budaya Sunda. Letak geografis
petani. Logat dialek Banyumasan
ini tentunya memengaruhi musik yang yang medhok dan kasar sering
ada di Banyumas. Seperti pemaparan dianggap sebagai cermin dari
Hastanto dan Kuwat dalam penelitiannya orang pinggiran/desa yang kurang
mengerti unggah-ungguh (W. Pudji
tentang ‘Kesinambungan Benang Merah
Priyanto, - : 2).
Bongkel, Buncis, Krumpyung, dan
Calung Banyumas’ menjelaskan bahwa
Melihat sejarah budaya Banyumas
pertumbuhan dan perkembangan suatu
yang sering dianggap sebagai budaya
bentuk kesenian sangat dipengaruhi
pinggiran atau budaya desa, ada benang
72
Mukhlis Anton Nugroho, Kondisi Kritis Keaslian Laras Slendro Banyumas
merah dengan kondisi musik pada saat banyak berasal dari Surakarta. Nama-
ini khususnya dalam hal Laras Slendro. nama seperti Koeswondo, Hardi Sarsono,
Muncul pernyataan dari beberapa Kamaru Samsi, Suhardi RS, Sadino AS,
seniman ahli pelaras Calung seperti dan Sardjono, akhirnya oleh pemerintah
Kusino, Hadi, dan Sukendar, ketika Banyumas diboyong ke Banyumas untuk
ditanya bagaimana larasan Calung, menghidupkan kebudayaan di sana.
mereka menjawab ‘larasan (Slendro) seng Orientasi pertama untuk membangun
apik ya Solo’ artinya Laras Slendro yang kebudayaan Banyumas justru bukan
bagus itu laras seperti yang ada di Solo. budaya Banyumasan karena secara
Pernyataan dari seniman pelaras Calung dasar pendidikan mereka berasal dari
ini memicu beberapa dugaan dari peneliti ASKI Surakarta. Seniman-seniman
seperti, (1) muncul rasa kurang percaya tersebut justru memberi pengaruh pada
diri untuk menumbuhkan rasa memiliki skala prioritas kegiatan kebudayaan yang
Laras Slendro yang asli Banyumas, (2) lebih terkonsentrasi pada penggarapan
muncul rasa kurang percaya diri bahwa kesenian gaya Surakarta seperti wayang
meraka juga bisa melaras sesuai dengan kulit, wayang wong, karawitan dan tari
kepekaan musikal yang dimilikinya, (3) gaya Surakartavi.
ada rasa minder karena musik mereka Penggarapan kesenian gaya
musik pinggiran atau musik kerakyatan Surakarta di Banyumas juga bukan
yang jauh berbeda dengan musik keraton tanpa alasan. Mengutip pernyataan
yang dimiliki oleh Surakarta, dan (4) Suhardi RS pada sebuah blog di website
‘ada indikasi bahwa mereka mempunyai sebagai berikut.
ciri khas pelarasan tersendiri yang asli
Banyumas’. . . . Suhardi RS. menerangkan bahwa
hingga awal dekade tahun 1970-an
Sulit sekali pada waktu sekarang
beberapa ragam kesenian rakyat di
mencari karakter Laras Slendro Banyumas Banyumas dilarang dipentaskan.
termasuk pada Calung Banyumas yang Paling tidak ada dua alasan yang
masih mempunyai larasan asli Slendro mendasari pelarangan pementasan
kesenian rakyat. Pertama, trauma
Banyumas. Pengaruh dari Laras Slendro
masa lalu. Pada masa revolusi
Surakarta yang masuk ke Banyumas banyak di antara kesenian rakyat
memberi dampak yang signifikan terhadap di daerah ini direkrut atau dicurigai
keaslian Laras Slendro Banyumas. Hal ini direkrut oleh Lembaga Kesenian
Rakyat ( Lekra) yang merupakan
bisa dibuktikan dengan melihat jauh ke
underbow PKI. Kedua, adanya
belakang sejarah musik di Banyumas. penilaian rendah terhadap hal-
Sekitar tahun 1970an di Banyumas hal yang berbau “rakyat”. Ragam
belum ada seniman yang pandai dalam kesenian tradisional seperti lengger,
Calung, ebeg, aplang dan lain-lain
artian berpendidikan untuk menjadi
dianggap kesenian bermutu rendah
tenaga kebudayaan. Pada waktu itu sehingga tidak pantas dikembangkan
lulusan perguruan tinggi seni yaitu ASKI atau bahkan dipentaskan di Pendopo
(Akademi Seni Karawitan Indonesia) Kabupatenvii.
73
Jurnal Kajian Seni, Vol. 03, No. 01, November 2016: 69-80
Pada akhirnya mereka mendirikan dan Jurusan Seni Karawitan. Pada waktu
grup Wayang Orang, Kethoprak dan awal berdirinya SMKI Banyumas, karena
Karawitan yang diberi nama Wijaya penggagasnya adalah seniman-seniman
Kusuma. Para pengrawit dan pemain dari Surakarta maka strategi pendidikan
Kethoprak adalah seniman yang asli pun masih mengacu pada ASKI dan
Banyumas, namun pelatihnya dari SMKI Surakarta. Hal ini bisa dikatakan
Surakarta. Grup Wijaya Kusuma ini bahwa awal berdirinya SMKI Banyumas
beberapa kali menang dalam lomba juga memengaruhi Laras Slendro di
Kethoprak dan Karawitan tingkat Jawa Banyumas.
Tengah bahkan mengalahkan Surakarta Seiring berdirinya SMKI, di beberapa
sebagai pusat adanya Karawitan pada daerah mulai bermunculan seniman-
waktu itu. Pada masa itu jelas secara seniman kreatif yang mengembangkan
tidak langsung telinga masyarakat ragam kesenian tradisional Banyumas.
Banyumas mulai terbiasa dengan Slendro Tokoh seni Karawitan pada waktu itu di
Surakarta. Rasito seorang seniman di antaranya adalah Rasito, Parta, Kasbi,
Banyumas juga memaparkan dalam S. Bono, Kunes, dan Suryati. Selain
wawancara sebagai berikut. beberapa tokoh Karawitan, juga ada
seorang tokoh Lengger yaitu Kampi
. . . Grup Wijaya Kusuma itu yang yang berasal dari daerah Banjarwaru,
mendirikan dan melatih ya orang
Cilacap. Kampi mengembangkan sajian
Solo. Bahkan grup ini sempat
berjaya di tahun sekitar 1970- pertunjukan Lengger dengan ekspresi
1980. Karawitan gaya Surakartanya individu yang sangat menonjolkan warna
bagus sampai beberapa kali menang sajian Banyumasan, baik melalui ragam
lomba tingkat provinsi. Dulu saya
gerak tarian, sindhenan, senggakan,
mengenal Karawitan gaya Surakarta
dulu sejak saya kelas 5 SD tahun gendhing yang disajikan, perangkat
1960 dan belajar Calung juga baru musik Calung yang digunakan, kostum
tahun 1980an (Wawancara Rasito, yang dikenakan dan lain-lain. Atas peran
19 Maret 2016).
Kampi inilah, pertunjukan Lengger yang
hingga awal dekade tahun 1970-an
Pengaruh gaya Surakarta ini
hampir punah dapat berkembang pesat
berlanjut pada didirikannya sekolah seni
lagi sebagai pertunjukan rakyat yang
yang akrab disebut SMKI Banyumas.
sangat digemari oleh berbagai kalangan,
Penggagas berdirinya SMKI ini juga
baik di kota maupun di desa. Di tangan
orang-orang Surakarta termasuk
Lengger ini pula, mula-mula pertunjukan
Suhardi RS beserta teman-temannya.
Lengger direkam dalam bentuk pita kaset
Tanggal 11 Maret 1978 Pemerintah
yang diedarkan secara meluas di dalam
Kabupaten/Dati II Banyumas secara
maupun di luar wilayah sebaran budaya
resmi mendirikan Sekolah Menengah
Banyumasviii.
Karawitan Indonesia (SMKI) dengan nama
Memasuki tahun 1980an merupakan
SMK Pemda Banyumas yang membuka
masa di mana kesenian tradisi di Banyumas
dua jurusan, yaitu Jurusan Seni Tari
74
Mukhlis Anton Nugroho, Kondisi Kritis Keaslian Laras Slendro Banyumas
75
Jurnal Kajian Seni, Vol. 03, No. 01, November 2016: 69-80
bisa mewakili kreativitas orang Banyumas. berdampak pada keaslian Laras Slendro
Apabila dilihat dari cara memainkannya, Banyumas yang lambat-laun bisa hilang
Calung lebih bisa dimainkan secara dan musnah.
cepat dibandingkan dengan Bongkel Sekitar tahun 1997an bisa menjadi
dan Krumpyung (wawancara Hastanto, tanda Laras Slendro di Banyumas
26 Juni 2016). Secara persebarannya, mengalami pergeseran akibat pengaruh
Calung juga terdapat di hampir semua dari instrumen keyboard. Masuknya
kabupaten atau kecamatan di Banyumas. musik Campursari yang juga merubah
Seharusnya, Calung menjadi musik sikap dan selera masyarakat Banyumas
yang khas dan berlaras Slendro asli pada akhirnya membuat Calung
Banyumas. Namun, yang terjadi justru mengikuti perubahan dalam hal
Calung mengalami pergeseran laras penggarapan dan larasnya. Perubahan
karena pengaruh dari laras yang lain. garapan yang terjadi adalah bergesernya
Beberapa sebab bergeserannya sajian gendhing-gendhing Banyumasan
Laras Slendro pada Calung Banyumas klasik dan didominasi oleh lagu-lagu
salah satunya adalah pengaruh dari Campursari. Hal ini secara langsung
Laras Slendro Surakarta. Laras Slendro menuntut adanya perubahan-perubahan
Surakarta mempunyai pengaruh yang penggarapan secara musikal termasuk
kuat khususnya pada Calung. Hal ini penyesuaian laras pada Calung apabila
bisa dilihat dari banyaknya kelompok ingin eksistensinya tetap terjaga.
kesenian yang memesan Calung dan Mengutip pernyataan seorang seniman
dilaras sesuai dengan gamelan Laras Banyumas yang bernama Kasbi pada
Slendro Surakarta. Pada proses penyajian harian Kompasiana sebagai berikut.
pertunjukan Lengger di Banyumas
terkadang dijumpai ricikan atau instrumen Menurut Kasbi (seniman/pimpinan
lengger) desa Nusajati, Cilacap
saron yang dikolaborasi dengan Calung
berendapat bahwa; sajian lagu-
Banyumas untuk mengiringi tari Lengger lagu “pop” (musik Campursari)
tersebut. Supaya laras Slendro pada dua adalah suatu sajian yang dirasakan
instrumen itu bisa selaras, maka laras sebagai faktor mendangkalnya garap
gamelan Calung, karena Calung
pada Calung justru disamakan dengan
sudah tidak lagi dianggap sebagai
laras instrumen saron. medium ungkap yang cerdas,
Selain terpengaruh oleh Slendro melainkan telah diperlakukan
Surakarta, Calung juga mengalami sebagai barang mati seperti balung
(tulang). Dalam kenyataannya Calung
pergeseran laras karena pengaruh dari
hanya memberi isian bunyi yang
instrumen keyboard. Bisa dijumpai juga sebenarnya tidak berarti apa-apa.
dalam pertunjukan Lengger terdapat Dalam sajian lagu-lagu campusari
instrumen keyboard yang dikolaborasi Calung hanya difungsikan sebagai
instrumen balungan, karena garap
dengan Calung Banyumas. Larasan
yang disajikan hanya berupa teknik-
Calung pun disesuaikan dengan teknik mbalung (Wawancara: 29
instrumen keyboard. Hal ini akan Desember 2000)x.
76
Mukhlis Anton Nugroho, Kondisi Kritis Keaslian Laras Slendro Banyumas
77
Jurnal Kajian Seni, Vol. 03, No. 01, November 2016: 69-80
Hasil penelitian Hastanto dalam pada Calung tidak keluar dari 200an cent
‘Redefinisi Laras Slendro’ menjelaskan dan sama seperti jangkah Laras Slendro
bahwa Laras Slendro Surakarta memiliki Surakarta.
pola jangkah yang hampir sama rata dan
tidak keluar dari 200an cent (Hastanto, KESIMPULAN
2015:38). Sama halnya Calung yang Melihat pola jangkah pada Calung di
ada di Bayumas juga mempunyai pola atas menunjukkan dengan jelas bahwa
jangkah yang hampir sama rata. Berikut pola tersebut mirip dengan pola jangkah
ini beberapa Calung Banyumas yang pola Slendro Surakarta. Ini membuktikan
jangkahnya seperti Slendro Surakarta. bahwa Laras Slendro Banyumas terancam
Melihat jangkah pada tabel di bawah keasliannya. Melihat persebaran dan
sangat jelas bahwa jangkah yang terdapat eksistensi Calung yang hampir ada di
Gambang 1
Nada e t y 1 2 3 5 6 ! @ #
Frekuensi 344 398 463 529 613 710 807 947 1088 1248 1431
Jangkah 252 261 230 256 253 222 275 240 237 236
Gambang 2
Nada e t y 1 2 3 5 6 ! @ #
Frekuensi 348 400 461 529 622 721 820 957 1088 1271 1441
Jangkah 238 246 237 282 255 221 267 222 269 217
Kenong
Nada w e t y 1 2
Frekuensi 301 341 397 465 537 621
Jangkah 217 263 271 250 251
Dendhem
Nada w e t y q
Frekuensi 150 174 205 236 271
Jangkah 249 287 237 241
Gambang 2
Nada e t y 1 2 3 5 6 ! @ #
Frekuensi 344 398 453 526 591 690 808 957 1077 1247 1443
Jangkah 250 224 256 202 269 273 292 204 253 252
78
Mukhlis Anton Nugroho, Kondisi Kritis Keaslian Laras Slendro Banyumas
Kenong
Nada w e t y 1 2
Frekuensi 306 353 406 460 530 593
Jangkah 245 243 217 242 194
Kenong
Nada 1 2 3 5 6 ! @
Frekuensi 248 281 324 368 428 497 599
Jangkah 216 246 220 261 258 323
Dendhem
Nada q w e t y 1
Frekuensi 122 136 161 186 217 249
Jangkah 188 292 249 266 238
79
Jurnal Kajian Seni, Vol. 03, No. 01, November 2016: 69-80
80