Anda di halaman 1dari 7

LITERASI NONFIKSI

Judul buku : Keterbukaan informasi dan Ketahanan

Nasional

Pengarang : Ichlasul Amal dan Armaidy Armawi

Penerbit : Gadjah Mada University Press

Tempat, tahun terbit :Yogyakarta, 1999

Jenis buku : NONFIKSI

Tebal buku : 115 halaman

BUKTI PEMINJAMAN :

ANGIE NURSHABRINA PUTRI

XI MIPA 2/04

NO. BAB Informasi Penting


1. Ketahanan Nasional sebagai Ketahanan nasional telah menjadi doktrin
Kekuatan Penangkalan: Satu pelaksanaan pembangunan yang memberikan
Tinjauan dari Sudut Kepentingan tuntunan dalam penerapan program-program
Hankam (Edi Sudradjat) pembangunan serta bagaimana memadukannya
menjadi satu kesatuan yang bulat dan lurus pada
benang merah yang ditunjukkan oleh wawasan
nusantara dengan prinsip kesatuan yang
dikandungnya. Ketahanan nasional berfungsi
sebagai kekuatan penangkalan, oleh karena itu
kekuatan penangkalan yang berupa kekuatan fisik
sistem senjata sudah kehialngan relevansinya.
Pembinaan kebangsaan harus senantiasa
disegarkan agar tetap relevan dengan kemunculan
paradigma-paradigma baru sebagai akibat
dinamika kehidupan kemasyarakatan. Maka dari
itu hal yang disebut sebagai “ancaan” harus
diubah menjadi “risiko pembangunan”, artinya
hal-hal yang mengganggu pencapaian sasaran
pembangunan harsulah dipersepsikan bukan
sebagai ancaman dalam arti klasik, akan tetapi
sebagai risiko pembangunan yang harus diatasi.
Selain itu, kita juga harus diubah menjadi “sistem
penangkalan berlapis” yang berupa lingkaran-
lingkaran ketahanan yang konsentris dan berpusat
pribadi tiap-tiap individu warga masyarakat, dan
akan berupa ketahanan pribadi dari setiap individu
di dalam menghadapi tantangan dari
lingkungannya. Oleh karena itu, terciptanya sistem
penangkalan berlapis adalah suatu kebutuhan yang
mutlak.
2. Keterbukaan Informasi, Kebebasan Terhadap keterbukaan informasi yang kini
Berpendapat, dan Ketahanan melanda dunia, kita perlu mengembangkan
Nasional (Feisal Tandjung) optimisme yang tinggi karena Pancasila sendiri
merupakan ideologi terbuka. Ini bermakna bahwa
nilai-nilai dasarnya yang bersifat tetap itu mampu
mengakomodasikan berbagai pembaharuan sesuai
dengan tuntutan zaman. Perumusan keterbukaan
pancasila ini dipandang penting, karena selain arus
keterbukaan ini akan terus bergulir, juga karena
kesinambungan pembangunan yang merupakan
pengamalan Pancasila harus tetap dipertahankan.
Kebebasan berpendapat tetap perlu dikembangkan
sesuai dengan norma budaya dan etika yang
berlaku. Oleh karena itu, isyu kebebasan
berpendapat perlu disalurkan dan dikembangkan
secara lebih akomodatif sesuai dengan nilai-nilai
budaya Pancasila, meskipun gelombang
globalisasi mengalir deras ia akan tetap
berkembang secara wajar. Dalam hal ini peranan
para ilmuwan menduduki posisi yang strategis
dalam memasyaraktkan nilai-nilai kebebasan
berpendapat, agar memiliki pedoman yang jelas.
Oleh karena itu, maka operasionalisasi
pembangunan nasional perlu secara terus menerus
memperhatikan keselarasan, keserasan, dan
kesimbangan untuk menjamin ketahanan nasional.
3. Keterbukaan Informasi dan Lebarnya koridor keterbukaan informasi
Satbilitas Politik (Z.A Maulani) ditentukan oleh budaya politik yang
melatarbelakanginya. Pada dasarnya, masyarakat
Indonesia masih merupakan suatu masyarakat
‘pramodern’, yang dalam artinya banyak hal
masih mengendapkan watak tradisional berbagai
tingkat perkembangannya. Langkah-langkah
mengembangkan keterbukaan informasi tidak bisa
dipisahkan dari proses demokratisasi. Berbagai
penyakit yang menutup aspirasi rakyat, menutup
keterbukaan informasi, dapat ditelusuri dari
tiadanya kemampuan masyarakat menjalankan
control sosial dan politik yang efektif. Jawaban
untuk menerobos sumbatan itu ialah memperkuat
masyarakat vis-à-vis berhadapan dengan
kekuasaan. Oleh karena itu diperlukan komitmen
yang kuat untuk mengembangkan kebijakan
ekonomi yang lebih berorientasi kepada
pemerataan.demokratisasi politik harus ditempuh
melalui transformasi kultural dan ekonomi lebih
dahulu.
4. Interaksi Global dan Cita-cita Cita-cita yang seharusnya kita capai adalah
Kebangsaan (Mohtar Mas’oed) kebangsaan yang menghargai rakyat sebagai
warganegara yang, walaupun tidak punya
kemampuan untuk membayar kembali, memiliki
hak untuk mengembnagkan diri, justru karena ia
adalah warga Negara dari negeri ini, yaitu
kebangsaan yang bisa mengembangkan
citizenship, bukan clientelism. Demi mengimbangi
dominasi capital yang telah melakukan
“globalisasi dari atas”, pemerintah Indonesia perlu
mendorong pemanfaatan jaringan kerjasama
internasional atau interaksi global nonpemerintah
yang sedang membentuk global civil society demi
keperluan pengembangan kekuatan masyarakat.
5. Kebebasan Berpendapat dan Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya
Ketahanan Nasional (Jakob membangun serta memperkokoh ketahanan
Oetama) nasional dan itulah jawaban yang strategis
terhadap tantangan zaman nasional mencakup
ancaman, hambatan, tantangan dan kesempatan.
Usaha mencegah dan mengatasi ancaman
hambatan serta tantangan menjadi sikap yang
kreatif untuk memanfaatkan kesempatan. Seperti
halnya, ketahanan nasional mencakup aneka
bidang kehidupan masyarakat, bukan saja
pertahanan keamanan, demikian pula
pemberdayaan masyarakat juga komprehensif.
Masyarakat dibuat berdaya tidak hanya dalam
bidang ekonomi, akan tetapi juga dalam bidang
sosial, budaya, dan politik. Kembali kita kenali
titik temu antara fungsi kebebasan pers dengan
aktualisasi ketahanan nasional. Pers menjadi
perangkat yang kompeten, kredibe serta otonom
bagi terselanggaranya proses pemahaman serta
penyegaran keberhasilan yang secara kreatif mau
dan mampu menjawab tantangan zaman.
6. Globalisasi, Keterbukaan, dan Proses globalisasi melalui perembesan informasi
Ketahanan Informasi (Eduard dari dunia luar memang tidak dapat dihindari.
Depari) Dalam kehidupan Pers misalnya, Pemerintah
seyogyanya mulai memberi kebebasan Pers yang
memadai untuk dapat melakukan kendali sosial
agar kekuasaan menjadi lebih _accountable_. Jika
kebijakan politik semakin tidak transparan, sangat
dikhawatirkan apabila dalam globalisasi
masyarakat lebih suka membaca media asing
ketimbang media nasional. Jika sudah demikian
bukan lagi masalah patriotisme, melainkan soal
kredibilitas. Kebebasan informasi yang dimaksud
disini adalah peluang memberikan informasi
mengekspresikan pendapat secara
bertanggungjawab. Persoalan ketahanan informasi
bukan sekedar menyangkut akses yang lebih
terbuka pada informasi media massa, namun lebih
jauh lagi menyangkut kualitas dan kredibilitas
informasi yang diterima masyarakat. Pemerintah
punya tanggung jawab yang besar dalam
menciptakan iklim kebebasan berpendapat yang
kondusif bagi pengembangan peran serta
masyarakat dalam era globalisasi informasi. Tanpa
keterbukaan informasi, sulit bagi kita berbicara
soal ketahanan informasi. Melalui ketahanan
informasi yang teruji, pemerintah punya beban
yang lebih ringan dalam menangkal informasi
yang merugikan kepentingan kit sebagai bangsa.
Karena masyarakat memiliki prasarana penangkal
yang efektif, yakni sikap kritis dan kemampuan
memilih serta memilah.
7. Kebebasan Berpendapat dan Dari banyaknya ragam cara dan saluran untuk
Ketahanan Nasional (M. Alwi mengemukakan pendapat kelihatan bahwa
Dahlan) kebebasan berpendapat sebenarnya merupakan
kebebasan untuk berkomunikasi, yang dikenal
juga sebagai hak berkomunikasi. Dalam era
globalisasi dan keterbukaan, bobot masalah
ketahanan nasional agaknya lebih berat terletak
pada segi penerimaan komunikasi atau arus
informasi yang diterima oleh masyarakat,
ketimbang komunikasi yang dikirimkannya. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni
kemajuan teknologi, informasi yang lebih kaya,
jaringan global, arus informasi global, masyarakat
global, dan juga pertumbuhan informasi.
Gabungan dari berbagai faktor itu menyebabkan
arus informasi yang tersedia bagu berbagai lapisan
masyrakat sangat banyak, dan sukar dikendalikan
dan diawasi. Pengendalian dan pengendalaan
secara umum dilakukan oleh kalangan
pemerintahan di mana-mana terhadap berbagai
bentuk informasi tertentu. Dari kepustakaan ilmiah
misalnya, terlihat bahwa kebebasan informasi dan
komunikasi sering dikendalikan dengan ketat
apabila suatu negara dalam bahaya dan ketahanan
nasionalnya terganggu. Upaya yang lebih baik
adalah mengembangkan ketahanan nasional dalam
informasi dan komunikasi, dalam arti memberi
kemampuan bagi sumber daya alam manusia masa
depan untuk meningkatkan kemampuan mengelola
arus informasi yang deras yaitu dengan memilih
dan memilah informasi serta mengolah informasi
yang potensial agar memperoleh nilai tambah.
8. Kebebasan Berpendapat dan Institusi pers sebagai wahana bagi masyarakat
Kebebasan Pers (Ashadi Siregar) dalam menyampaikan dan memperoleh informasi
sekarang perlu dilihat sebagai bagian dari hukum
penawaran dan permintaan, bukan hanya sebagai
praksis dari suatu ideologi. Sebagai institusi yang
berada di dua ranah, ranah ekonomi dan ranah
politik, pers harus hadir berlandaskan hukum-
hukum ekonomi. Sementara dalam ranah politik,
bukan dari peran politik yang dapat dijalankannya,
tetapi dalam posisinya menghadapi birokrasi
negara. Keberadaan media pers di Indonesia pada
dasarnya tidak lebih ditentukan hubungan antara
birokrasi negara, melalui lisensi terbit yang
dikeluarkan birokrasi negara untuk terbitnya pers.
Pers seharusnya bersifat sehat, bebas dan
bertanggung jawab. Standar ideal dari fungsi dan
peranan pers tentunya tidak berdasarkan ucapan,
tetapi dari kenyataan empiris keberadaan media
pers.
9. Kebebasan Berpendapat dan Kebebasan pers itu bukanlah rights tetapi suatu
Kebebasan Pers: Habis Gelap privilege yang tergantung kepada kedermawanan
Terbitlah Terang, Lalu Gelap pemerintah. Artinya, kebebasan pers bukanlah
Lagi? (T. Mulya Lubis) consititunional rights. Selama ini banyak orang
yang terkecoh dengan ruang gerak yang bebas
yang dinikmati oleh pers. Padahal pembredelan itu
hanyalah soal waktu karena memang peraturan
perundangan masih memungkinkan hal itu. Apa
yang ditulis oleh Majelis Hakim PTUN Jakarta di
atas jelas membuktikan bahwa suasana gelap telah
datang lagi ini membuktikan bahwa kekuasaan
bisa jadi tidak ikhlas menerima lembaga
kebebasan pers tumbuh subur. Bisa dibayangkan
bahwa kegelapan ini akan berdampang sangat luas
bagi pers, dan sekaligus mengisyaratkan bahwa
kebebasan pers memang dalam keadaan bahaya.
Sifat karakteristik dari pers telah berubah secara
dramatis dimana revolusi komunikasi telah terjadi.
Semua yang ditulis di muka mengisyaratkan
bahwa ihwal
Kelebihan buku Kelebihan buku tersebut adalah lengkapnya
informasi-informasi yang diambil dari berbagai
sumber membuat pembaca menjadi mudah
mengetahui dari apa yang dibahas dari buku
tersebut. Dan juga terdapat daftar pustaka yang
dicantumkan dalam setiap bab, hal tersebut
merupakan sesuatu yang benar karena
mencantumkan sumber yang berasal dari ide-ide
orang lain yang termasuk dalam hak cipta penulis.
Kekurangan buku Kekurangan dari buku ini adalah bahasanya yang
termasuk berat, oleh karena itu membutuhkan
focus dan pemahaman yang tinggi untuk membaca
buku ini. Dan pada cover satau sampul buki ini
juga menurut saya kurang menarik pembaca, dan
terlalu sederhana.
Komentar terhadap isi buku Komentar terhadap isi buku dari saya adalah
isinya sangat lengkap tetapi bahasa yang berat
mungkin dapat mengakibatkan pembaca agak sulit
memahami isi dari buku tersebut. Tetapi, untuk
orang-orang yang tertarik dengan keterbukaan dan
ketahanan nasional dan sangat suka dengan
sejarah sejarah pers saya merekomendasikan buku
ini untuk dibaca.

Tuban, 27 November 2020


Mengetahui
Orang Tua Guru Bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai