1171 5705 2 PB
1171 5705 2 PB
[JAP. 2017;5(3):171–9]
ARTIKEL PENELITIAN
Abstrak
Blokade epidural merupakan salah satu jenis anestesi regional yang memiliki rentang implikasi lebih
luas dibanding dengan blokade spinal. Perbedaan teknik maupun rejimen obat untuk blokade epidural
meningkat seiring dengan meningkatnya ketertarikan di bidang anestesi regional dikarenakan teknik
anestesi regional memberikan efek analgesi yang efektif tanpa memengaruhi kesadaran pasien dan
meningkatkan kenyamanan pasien. Tujuan penelitian ini mencari data mengenai penggunaan, teknik,
rejimen obat, dan permasalahan yang dialami oleh dokter anestesi di Jawa Barat dalam melakukan blokade
epidural. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2016 di Departemen Anestesiologi
dan Terapi Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pengambilan
data menggunakan kuesioner dan pendekatan cross sectional. Kuesioner dikirimkan kepada 120 dokter
spesialis anestesi di Jawa Barat melalui jasa pos dan 30 kuesioner diberikan langsung kepada dokter spesialis
anestesi yang bekerja di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Angka respons yang didapatkan sebesar 47,3%.
Hasil penelitian ini didapatkan dokter spesialis anestesi yang masih melakukan blokade epidural pada
tahun 2015 sebesar 73,2%, teknik penusukan yang paling banyak dilakukan adalah pendekatan midline
sebesar 73%, dan identifikasi rongga epidural paling banyak dengan pendekatan lost of resistance sebesar
80,7%. Obat anestesi lokal yang paling banyak digunakan untuk blokade epidural adalah bupivakain sebesar
95,9%. Adjuvan yang paling banyak digunakan adalah fentanil sebesar 92,3%. Permasalahan yang berkaitan
dalam pelaksanaan tindakan blokade epidural pada tahun 2015 paling banyak adalah permasalahan staf di
ruangan dalam membantu menangani pasien dengan epidural, yaitu sebesar 38,03%.
Korespondensi: Muhammad Ibnu, dr., SpAn, RSUD Pemangkat, Jalan Abdul Kadir Kasim, No. 20. Kecamatan Pemangkat
Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Email ibunqumaira@gmail.com
90
54
37
25
13
8%
6%
34%
15%
37%
sebesar 54%. Penusukan paling banyak sebesar 38%, masalah selanjutnya adalah
menggunakan midline, yaitu sebesar 73%. keterbatasan alat untuk blokade epidural
Identifikasi paling banyak dengan cara lost of sebesar 37%, dan diikuti dengan masalah
resistance sebesar 81%. Didapatkan 6% dokter implementasi teknik dalam melakukan
anestesi tidak melakukan test dose (Tabel 1). blokade epidural dengan persentase sebesar
Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 27%. (Gambar 3).
50 dokter spesialis anestesi (96%) di wilayah
Jawa barat menggunakan bupivakain sebagai Pembahasan
obat anestesi lokal untuk blokade epidural,
dari 50 dokter tersebut sebanyak 15 dokter Blokade epidural merupakan salah satu dari
menggunakan obat anestesi lokal lain jenis neuroaksial yang dapat digunakan pada
(ropivakain atau lidokain), 35 dokter hanya saat operasi, pascaoperasi, maupun untuk
menggunakan bupivakain, sedangkan 1 penanganan nyeri. Blokade ini dapat digunakan
dokter spesialis anestesi hanya menggunakan secara tunggal maupun kombinasi dengan
ropivakain dan 1 dokter hanya menggunakan anestesi umum atau sedasi. Anestesi epidural
lidokain sebagai obat anestesi lokal pada adalah salah satu teknik anestesi regional
blokade epidural (Tabel 2). yang menempatkan obat anestesi lokal di
Permasalahan yang berkaitan dalam dalam ruang epidural. Banyak keuntungan
melakukan tindakan blokade epidural yang diperoleh dari teknik anestesi regional
yang paling banyak adalah permasalahan di antaranya relatif lebih murah, pengaruh
kemampuan staf di ruangan dalam membantu sistemik lebih kecil, menghasilkan analgesi
menangani pasien yang mendapatkan epidural adekuat, mampu mencegah respons stres lebih
untuk penanganan nyeri pascaoperasi, yaitu sempurna, mengurangi perdarahan selama
38,%
37%
27%
23%
20%
28%
11%
4,2%
4%
sebesar 12,3%, kurang dari satu kali per bulan obstetri 23%, dan ortopedi hanya sebesar
sebesar 24,5%, dan yang tidak melakukan 17%.14 Dokter spesialis anestesi di Yunani yang
blokade epidural sebesar 3,5%.14 melakukan blokade epidural untuk operasi
Dokter spesialis anestesi di Arab Saudi obstetrik dan ginekologi sebesar 50,4% dan
yang melakukan anestesi regional setiap hari ortopedi hanya 10,55%.1
sebesar 88,2%, satu kali per minggu sebesar Dokter spesialis anestesi di wilayah
31,8%, dan satu kali atau lebih per bulan PERDATIN Jawa Barat yang menggunakan
17,1%.5 Dapat disimpulkan bahwa frekuensi teknik lost of resistance untuk mengidentifikasi
penggunaan blokade epidural di Jawa Barat rongga epidural sebanyak 42 (81%) dokter,
masih rendah. Di Yunani angka penggunaan sedangkan dokter yang menggunakan teknik
blokade epidural rendah disebabkan oleh hanging drop hanya 1 dokter. Dokter yang
dokter spesialis anestesi lebih memilih menggunakan teknik lost of resistance maupun
melakukan blokade spinal dengan alasan hanging drop sebanyak 9 dokter atau sebesar
teknik pelaksanaan lebih mudah, memiliki 17%. Hal ini serupa dengan di Cina bahwa
onset yang cepat, kebutuhan obat yang pendekatan dengan cara lost of resistance
lebih sedikit, dan ukuran jarum yang lebih menggunakan udara sebesar 48,87% dan
kecil sehingga trauma yang dihasilkan lebih menggunakan NaCl 0,9% sebesar 44,32%,
minimal. sedangkan untuk pendekatan hanging drop
Walaupun demikian, blokade epidural hanya 6,82%.8 Survei di Inggris didapatkan
memiliki kelebihan bila dibanding dengan dokter spesialis anestesi yang menggunakan
blokade spinal antara lain, dapat dilakukan teknik lost of resistance untuk mengidentifikasi
blokade yang segmental, penurunan tekanan rongga epidural sebesar 99%.15 Penggunaan
darah yang bertahap, dan dapat dilakukan lost of resistance yang tinggi di Jawa Barat
pemasangan kateter untuk pemberian obat karena ada beberapa kelebihan teknik ini
analgesi pascaoperasi.1 Maka dari itu, pada dibanding dengan teknik hanging drop. Pada
penelitian ini diharapkan dapat memberikan teknik lost of resistance tekanan negatif dapat
data mengenai permasalahan dokter spesialis dirasakan langsung oleh dokter anestesi saat
anestesi di Jawa Barat dalam melakukan melakukan penusukan, risiko kerusakan
blokade epidural sehingga didapatkan solusi duramater lebih kecil dibanding dengan teknik
permasalahan tersebut. hanging drop, dan pada beberapa kasus dengan
Dari 52 dokter spesialis anestesi di wilayah teknik hanging drop tidak didapatkan tekanan
PERDATIN Jawa Barat yang melakukan blokade negatif pada saat melakukan identifikasi
epidural pada tahun 2015, didapatkan blokade rongga epidural.16
epidural dilakukan pada 90% kasus ortopedi, Test dose adalah tindakan penyuntikan
54% pada operasi obstetri dan ginekologi, anestesi lokal dalam dosis kecil ke dalam
37%, pada operasi digestif, sebesar 25% pada rongga epidural yang kemudian dilakukan
operasi urologi, dan untuk vaskular sebesar observasi terdapat tanda-tanda masuknya
13%. obat tersebut ke dalam rongga spinal maupun
Hal ini serupa dengan di Italia, dokter pembuluh darah. Tindakan ini harus dilakukan
spesialis anestesi yang melakukan blokade sebelum memberikan obat anestesi lokal pada
epidural pada operasi ortopedi sebesar 70%, blokade epidural. Pemberian lidokain 45 mg
urologi 50%, dan bedah toraks kardiovaskular dan epinefrin 15 mcg merupakan rejimen yang
50%.7 Survei di Etiopia, dokter spesialis ideal untuk test dose. Tujuan pemberian test
anestesi yang melakukan anestesi regional dose ini untuk menghindari masuknya obat
paling banyak pada operasi ortopedi sebesar anestesi lokal ke dalam rongga spinal maupun
53,3% dan ginekologi 44,7%.9 Hal ini berbeda pembuluh darah dalam dosis yang besar.17
dengan di Inggris dan Yunani, dokter spesialis Penggunaan test dose di wilayah PERDATIN
anestesi di Inggris yang melakukan blokade Jawa Barat selama tahun 2015 sebanyak
epidural pada operasi digestif sebesar 40%, 41 dokter spesialis anestesi atau sebesar
79% melakukan test dose terlebih dahulu, antara lain durasi operasi dan tujuan blokade
sedangkan 8 dokter atau sebesar 15% tidak (motorik atau hanya sensorik).9
selalu menggunakan test dose, 3 dokter tidak Beberapa obat anestesi lokal, yaitu
pernah menggunakan test dose. Hal ini serupa ropivakain dan levobupivakain dapat menjadi
dengan negara Italia bahwa dokter spesialis obat pilihan pada blokade neuroaksial
anestesi yang melakukan test dose sebanyak maupun perifer karena toksisitas rendah
93,18% dan hanya 6,82% dokter spesialis meskipun diberikan dalam jumlah yang
anestesi yang tidak melakukan test dose.7 banyak.7 Bupivakain merupakan obat anestesi
Beberapa dokter anestesi di Jawa Barat lokal yang sangat kardiotoksik, namun masih
berpendapat bahwa dengan melakukan menjadi obat anestesi lokal yang paling banyak
identifikasi menggunakan teknik hanging digunakan oleh dokter anestesi12 termasuk di
drop maka sudah dapat dipastikan jarum Jawa Barat. Hal ini dikarenakan harganya yang
berada di rongga epidural. Namun, hingga lebih murah dan mudah didapat dibanding
saat ini belum didapatkan literatur yang dengan ropivakain maupun levobupivakain.12
menganjurkan tindakan blokade epidural Penggunaan adjuvan di wilayah PERDATIN
tanpa didahului test dose karena ujung kateter Jawa Barat pada tahun 2015, sebanyak 48
tetap harus dipastikan dengan cara melakukan (92%) dokter spesialis anestesi menggunakan
test dose. Masuknya obat lokal anestesi ke fentanil sebagai adjuvan dan terdapat 8 di
dalam intravaskular pada saat melakukan antaranya menggunakan obat yang lain (7
teknik blokade epidural akan mengakibatkan menggunakan morfin dan 1 klonidin) sebagai
komplikasi yang sangat serius. Banyak dokter adjuvan dan 40 dokter hanya menggunakan
anestesi menganggap bahwa epinefrin pada fentanil. Sekitar 10 (20%) dokter spesialis
test dose merupakan teknik yang sensitif anestesi tidak pernah menggunakan adjuvan
dan spesifik untuk mengidentifikasi kateter sebagai rejimen obat pada anestesi blokade
epidural pada intravaskular.17 Perlu dilakukan epidural. Hal ini serupa dengan beberapa
sosialisasi kepada dokter anestesi di Jawa negara lain antara lain berupa penggunaan
Barat mengenai pentingnya melakukan test adjuvan untuk epidural pada operasi seksio
dose. cesarean di Amerika paling banyak adalah
Penelitian saat ini didapatkan sebanyak fentanil, yaitu sebanyak 54%, diikuti dengan
50 dokter spesialis anestesi (96%) di morfin, bikarbonat, epinefrin, dan sufentanil
wilayah PERDATIN Jawa Barat menggunakan berturut-turut sebesar 37%, 42%, 34%, dan
bupivakain sebagai obat anestesi lokal untuk 2%. Penggunaan obat yang paling banyak
blokade epidural, dari 50 dokter tersebut digunakan untuk analgesi epidural di Italia
sebanyak 15 dokter menggunakan obat adalah levobupivakain dan ropivakain.
anestesi lokal lain (ropivakain atau lidokain), Penggunaan adjuvan epidural paling
35 dokter hanya menggunakan bupivakain, 1 banyak dengan sufentanil, morfin, fentanil,
dokter spesialis anestesi hanya menggunakan klonidin, ketamin, dan epinefrin, yaitu sebesar
ropivakain, dan 1 dokter hanya menggunakan 46,66%, 30%, 23,3%, 22,64%, 7,5%, dan
lidokain sebagai obat anestesi lokal untuk 5,3%.7 Penggunaan obat yang digunakan
rejimen pada blokade epidural. Hal ini serupa untuk analgesi epidural paling banyak di
dengan beberapa negara lain, di antaranya Inggris adalah bupivakain 0,1% dengan
di Jerman Penggunaan obat anestesi lokal adjuvan fentanil 4 mcg/mL, bupivakain
yang paling banyak digunakan pada tahun 0,125% dengan adjuvan fentanil 2 mcg/
2005, yaitu bupivakain 68,5% dan ropivakain mL, bupivakain 0,125% dengan adjuvan
23,2%. Obat anestesi lokal yang paling banyak fentanil 4 mcg/mL, yaitu sebanyak 28,5%,
digunakan di Cina, yaitu bupivakain sebanyak 14,2%, dan 10,7%.15 Dokter spesialis anestesi
70,65%, kemudian ropivakain sebesar 28,07% yang menggunakan adjuvan untuk blokade
dan lidokain sebesar 1,28%.8 Faktor yang epidural di Jerman sebesar 62%, dari angka
memengaruhi pertimbangan pemilihan obat tersebut didapatkan 56,5% menggunakan
sufentanil, 5% menggunakan fentanil, dan pada blokade epidural yang paling besar
1,5% menggunakan morfin.3 Adjuvan yang adalah dokter anestesi yang berasumsi bahwa
paling banyak digunakan oleh dokter anestesi kemampuan perawat di ruangan kurang dalam
di Jawa Barat adalah fentanil. menangani pasien yang mendapatkan epidural
Fentanil merupakan opioid yang bersifat sebanyak 38%. Perawat di ruangan berperan
hidrofobik dan memiliki kelarutan dalam memberikan rejimen obat analgesia epidural
lemak yang tinggi sehingga memiliki onset sesuai dengan instruksi dokter anestesi.
yang cepat, yaitu 10 menit pada pemberian Pengetahuan dan kemampuan perawat yang
epidural. Selain itu, juga fentanil tidak kurang di ruangan akan membahayakan
memiliki metabolit yang aktif. Suatu penelitian pasien yang mendapatkan analgesi epidural
di negara lain yang dilakukan pada tahun pascaoperasi. Masalah selanjutnya adalah
2008 memperlihatkan bahwa penambahan keterbatasan alat untuk blokade epidural, yaitu
2 mcg/mL fentanil dengan bupivakain 0,1% 37% diikuti dengan masalah implementasi
pada blokade epidural meningkatkan potensi teknik melakukan blokade epidural (27%).
analgetik tanpa meningkatkan efek samping.19 Meskipun penggunaan anestesi regional
Penggunaan morfin di Jawa Barat untuk saat ini dianggap sebagai tindakan yang rutin
adjuvan sedikit karena morfin merupakan obat dilakukan oleh dokter anestesi, namun belum
golongan opioid yang memiliki sifat hidrofilik tentu sesuai dengan kondisi di lapangan.
sehingga memiliki onset yang lambat, yaitu Kenyamanan dalam melakukan anestesi
30 menit pada pemberian epidural. Morfin regional tidak selalu dimiliki meskipun oleh
memiliki durasi yang panjang, oleh sebab itu dokter yang memiliki kompetensi. Penelitian
berpotensi terjadi absorpsi sistemik yang di Amerika menunjukkan bahwa tindakan
dapat menimbulkan depresi napas.19 anestesi spinal dibutuhkan minimal 45
Penelitian di Amerika tahun 2006 mengenai kali tindakan untuk mendapatkan angka
kendala penggunaan regional anestesi dan keberhasilan 90%, sedangkan untuk epidural
analgesi, berdasar atas pernyataan dari 38% minimal 60 kali.14 Hal ini serupa dengan
dokter bahwa permasalahan yang ditemukan beberapa negara lain, di antaranya di Etiopia
adalah waktu yang dibutuhkan lebih banyak didapatkan permasalahan 97% karena kurang
dibanding dengan tanpa tindakan regional, peralatan, 69% kurang obat-obatan, dan 67%
sedangkan 20% dokter menyatakan bahwa kurang kemampuan.10 Kendala penggunaan
hambatan dalam mempergunakan anestesi teknik regional anestesi dari survei di Arab
regional adalah pengetahuan para perawat Saudi, yaitu 2,8% memakan banyak waktu,
melakukan perawatan pasien tersebut tidak 1,4% penolakan dari operator, dan 0,9%
ada atau tidak memadai. Suatu penelitian gagal blokade.9 Kendala pada penggunaan
pada perawatan pascabedah mengungkapkan anestesi regional di Inggris adalah banyak
tingkat pendidikan perawat yang rendah menghabiskan waktu untuk melakukan teknik
mengenai anestesi epidural dan disarankan regional sebesar 86%.5
pelatihan multidisipliner mengenai epidural
untuk perawat. Penelitian ini menyatakan Simpulan
bahwa pendidikan atau pelatihan mengenai
analgesi epidural pascabedah harus diberikan Dokter spesialis anestesi di Jawa Barat yang
pada perawat. Penelitian lain mendeskripsikan masih melakukan blokade epidural pada tahun
bahwa penilaian dan tata laksana perawat 2015 sebesar 73%, jenis operasi paling banyak
mengenai teknik analgesi multimodal saat ini ortopedi dengan frekuensi paling banyak satu
belum memadai.19 kali per bulan.
Hal ini sesuai dengan permasalahan yang Dokter spesialis anestesi di wilayah Jawa
terjadi di Indonesia khususnya wilayah Barat paling banyak melakukan penusukan
PERDATIN Jawa Barat karena dari hasil dengan pendekatan midline, dan identifikasi
penelitian didapatkan data permasalahan rongga epidural paling banyak dengan
pendekatan lost of resistance. Obat anestesi 10. Halle M, Desalegn N, Akalu L. Practice
lokal yang paling banyak digunakan untuk of regional anesthesia and analgesia in
blokade epidural adalah bupivakain. Ajuvan Ethiopian Hospital. Int J Med Med Sci.
yang paling banyak digunakan adalah fentanil. 2015;7(8):130–8.
Permasalahan yang paling banyak, yaitu staf 11. Weiniger CF, Ivri S, Ioscovich A, Ginosar
di ruangan yang membantu menangani pasien, Y. Obstetric anesthesia units in Israel. a
keterbatasan alat, dan masalah implementasi national questionnaire based survey. Int J
teknik dalam melakukan blokade epidural. Obstet Anesth. 2010;19(4):410–6.
12. Stourac P, Blaha J, Klozofa R, Noskova P,
Daftar Pustaka Seidlova D, Lucie B, dkk. anesthesia for
cesarean delivery in the Czech Republic:
1. Argyra E, Moka E, Staikou C, Vadalouca a national survey. Anesthesia Analgesia.
A, Raftopoulos V, Stavropoulou E, dkk. 2015;120(6):1303–8.
Regional anesthesia practice in Greece: 13. Aksoy M, Aksoy AN, Dostbil A, Çelik MG,
A census report. J Anaesthesiol Clin Ahıskalıoğlu A. Anaesthesia techniques
Pharmacol. 2015;31(1):59–66 . for caesarean operations: retrospective
2. Rukewe A, Fatiregun A. The use of regional analysis of last decade. Turk J Anaesth
anesthesia by anesthesiologists in Nigeria. Reanim. 2014;42(3):128–32.
Anesth Analg. 2010;110(1):243–4. 14. Kopacz DJ, Neal JM, Pollock JE. The regional
3. Wahlen B, Roewer N, Kranke P. Use of anesthesia “learning curve”: what is the
local anaesthetics and adjuncts for spinal minimum number of epidural and spinal
and epidural anaesthesia and analgesia at blocks to reach consistency?. Reg Anesth.
German and Austrian University Hospitals: Pain Med. 1996;21(3):182–90.
an online survey to assess current standard 15. Woods KL, Aldington D. current epidural
practice. BMC Anesthesiol. 2010;10(10):4. practice-result of a survey of military
4. Elizabeth M, Kelly L. Epidural analgesia in anesthetist. J R Army Med Corps.
labour. Contin Educ Anaesth Crit Care Pain. 2010;156(4):393–7.
2004;4(4):114–7. 16. Wantman A, Hacnox N, Howell PR.
5. Harbi M, Kaki A, Dawlatly KAE, Daghistani Techniques for identifying the epidural
M, Tahan MRE. A survey of the practice of space: a survey of practice amongst
regional anesthesia in Saudi Arabia. Saudi anaesthetist in the UK. Anaesthesia.
J Anaesth. 2013;7:367–70. 2006;61:370–5.
6. Kang XH, Bao FP, Xiong XX. Major 17. Hoffmann VLH, Vercauteren MP, Vruedge
complications of epidural anesthesia: JP, Coppejans GH. Posterior epidural space
a prospective study of 5083 cases at a depth: safety of the lost of resistance
single hospital. Acta Anaesthesiol Scand. and hanging drop technique. Br J Anesth.
2014;58:858–66. 1999;83(5):809–9.
7. Allegri M, Niebel T, Bugada D, Coluzzi 18. Guay J. The epidural test dose: a review.
F, Baciarello M, Berti M, dkk. Regional Anesth Analg. 2006;102:921–9.
analgesia in Italy; a survey of current 19. Khangure N. Adjuvan agents in neuroaxial
practice. Eur J Pain Suppl. 2010;4:219–25. blockade. ATOTW. 2011;230:1–0.
8. Huang J, Gao H. Regional anesthesia 20. Boyd AM, Eastwood VC, Kalynychet NM,
practice in China: a survey. J Clin Anesth. McDonough JP. Clinical perceived barriers
2016;34:115–23. to the use of regional anesthesia and
9. Bauer M, George JE, Seif J, Farag E. Recent analgesia. Acute Pain. 2006;8(1):23–7.
advance in epidural analgesia. Anesth Res
Pract. 2012;10:1–14.