Anda di halaman 1dari 54

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN JUS TOMAT

SEGAR DAN REBUS TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI PUSKESMAS
REMBANG PURBALINGGA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Mencapai Derajat Sarjana

Oleh :
CAHYA NUNG HAYATI
1411020160

PROGRAM STUDI KEPERAWATAAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018
HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN JUS TOMAT SEGAR DAN


REBUS TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN
HIPERTENSI PUSKESMAS REMBANG PURBALINGGA

CAHYA NUNG HAYATI


1411020160

Diperiksa dan disetujui:

Pembimbing

Drs. H. Ikhsan Mujahid, M. Si


NIK. 2160153

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul

“Perbedaan Efektifitas Pemberian Jus Tomat Segar dan Rebus Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Rembang

Purbalingga”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya, terutama kepada yang terhormat:

1. Dr. H. Syamsuhadi Irsyad, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Purwokerto yang telah membuat keputusan dalam penulisan

proposal skripsi ini.

2. Drs. H. Ikhsan Mujahid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan juga selaku pembimbing yang

telah memberikan bimbingan, saran dan mengarahkan dalam penyusunan

proposal skripsi ini.

3. Ns. Sri Suparti, S.Kp M.Kes, Selaku Ketua Program Studi Keperawatan S1

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

4. Bapak, Ibu tercinta terima kasih atas dukungan semua baik materiil, dukungan

moral maupun do’a yang selalu di berikan sehingga penulisan proposal skripsi

ini berjalan dengan lancar.

iii
5. Sudara- saudaraku tersayang yang telah membantu dan memberikan dukungan

baik secara moril, spiritual maupun materiil atas penyusunan proposal skripsi

ini.

6. Teman-teman seperjuangan yang banyak memberikan masukan, dorongan dan

semangat pada penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat-Nya kepada mereka

Purwokerto, 18 Januari 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN......................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................ v
DAFTAR TABEL........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 8
E. Penelitian Terkait....................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 12
A. Hipertensi................................................................................... 12
B. Pengobatan Hipertensi............................................................... 21
C. Kerangka Teori.......................................................................... 29
D. Kerangka Konsep....................................................................... 29
E. Hipotesis ................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 34

A. Desain penelitian........................................................................ 34

v
B. Populasi, sample dan sampling.................................................. 34

C. Waktu dan tempat penelitian..................................................... 37

D. Variable penelitian.................................................................... 37

E. Definisi oprasional..................................................................... 38

F. Instrument penelitian................................................................. 38

G. Teknik pengumpulan data.......................................................... 39

H. Tahap pengolahan data ............................................................. 39

I. Analisis data............................................................................... 41

J. Etika penelitian.......................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 44

LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO ........................................ 13

Tabel 2 Klasifikasi menurut JNC ............................................................ 13

Tabel 3 Kandungan Nutrisi dalam setiap 100 gr tomat............................ 27

Tabel 4 Variabel penelitian ...................................................................... 38

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Teori.......................................................................... 29

Gambar 2 Kerangka Konsep...................................................................... 29

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu

keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmHg.

140 ini biasa dinamakan sistolik yaitu tekanan maksimum dimana jantung

berkontraksi dan memompa darah dari luar, sedangkan 90 biasa disebut

dengan diastolik, yaitu tekanan dimana jantung mengalami relaksasi

menerima curahan darah dari pembuluh darah perifer (Myrank, 2009).

Hipertensi juga biasa disebut sebagai faktor resiko terjadinya stroke, penyakit

jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal dan aneurisma arteri (penyakit

pembuluh darah). Peningkatan tekanan darh yang relative kecil, namun hal

tersebut dapat menurunkan angka harapan hidup (Agoes & Achdiat, 2011).

Menurut Badan kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 1 dari 3 orang

dewasa menderita tekanan darah tinggi. Badan PBB menuturkan negara

Nigeria memiliki pasien tekanan darah tinggi mendekati sebanyak 50%. Di

beberapa negara Afrika jumlah orang yang memiliki tekanan darah tinggi

mencapai setengah dari populasi orang dewasa, di Nigeria sebesar 50,3%,

Malawi 44,5% dan Mozambik sebesar 46,3% (Farah, 2013). Menurut

American Heart Association (AHA) penduduk Amerika yang berusia diatas

1
2

20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa,

namun hamper sekitar 90%-95% kasus tidak diketahui penyebabnya

(Purwandhono, 2013). Di negara Indonesia, prevalensi hipertensi cukup

tinggi. Menurut Nasional Basic Health Survey 2013, prevalensi hipertensi

pada kelompok usia 15-24 tahun adalah 8,7%, pada kelompok usia 25-34

tahun adalah 14,7%,35-44 tahun 24,8%,45-45 tahun 35-6%, 55-64 tahun

45,9%,65-74 tahun 57,6%, lebih dari 75 tahun adalah 63,8% (Kartika, 2014).

Hipertensi merupakan faktor resiko utama penyakit-penyakit

kardiovaskuler yang menyebabkan kematian nomor tiga terbanyak di dunia

dan merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia setelah stroke dan

tuberkolosis, yaitu mencapai 6,8% dari populasi kematian tertinggi di

Indonesia (KemenKes RI, 2014). Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai

25,8% dari populasi pada usia 18 tahun keatas. Pravalensi kasus hipertensi di

Provinsi Jawa Tengah sebesar 26,4%. Fenomena ini disebabkan karena

perubahan gaya hidup masyarakat secara global, seperti semakin mudahnya

mendapatkan makanan siap saji membuat konsumsi segar dan serat berkurang,

kemudian konsumsi garam, lemak, gula, dan kalori, yang terus meningkat

sehingga berperan besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi

(Dinkes Provinsi Jateng, 2014). Menurut data dari Dinas Kesehatan

Purbalingga (2016), bahwa orang yang menderita penyakit hipertensi

sebanyak 11.908 atau 9,02% dari 132.027 orang dari usia mulai 18 tahun.

Sedangkan data dari Puskesmas Rembang pada tahun 2017 sebanyak 350

penderita hipertensi atau 3,5% (Puskesmas Rembang, 2017).


3

Penyakit hipertensi dapat dikategorikan sebagai the silent disease karena

pada penderita hipertensi seringkali tidak mengetahui dirinya mengidap

penyakit tersebut sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit

hipertensi merupakan penyakit yang memiliki proses perawatan yang cukup

lama karena pada dasarnya penyakit hipertensi susah diketahui penyebab pasti

hipertensi oleh penderita terhadap penyakit hipertensi. Penyakit ini sebagian

timbul tanpa adanya gejala yang khas terkait penyakit hipertensi itu sendiri.

Penderita hipertensi biasanya iritabel, mudah marah dan tersinggung

(Dalihmarta, Purnama, Sutarina, Mahendra, & Darmawan, 2008).

Hipertensi tidak dapat dianggap sebagai penyakit yang ringan. Gejala dan

keluhannya mungkin dapat diabaikan. Namun, perlu diketahui bahwa

hipertensi merupakan salah satu faktor resiko penyebab kematian yang cukup

tinggi karena dapat menyebabkan kelainan pada sirkulasi darah seperti

serangan jantung dan stoke. Biasanya seseorang yang telah dinyatakan terkena

hipertensi akan direkomdasikan untuk menjaga tekanan darah selalu normal

(Dalihmarta, Purnama, Sutarina, Mahendra, & Darmawan, 2008).


4

Untuk menjaga tenakan darah selalu normal pada pasien hipertensi dapat

dilakukan dengan dua metode yaitu menggunakan metode farmakologi dan

non farmakologi (Myrank, 2009). Pasien yang menjalani pengobatan

hipertensi dengan metode farmakologi ini biasanya dilakukan dengan

mengonsumsi obat oral penurun tekanan darah yang diminum sehari sekali

secara teratur. Akan tetapi mengonsumsi obat-obatan secara terus menerus

dapat menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan tubuh, seperti

obat golongan ACE Inhibitor dapat menyebabkan batuk kering yang tidak

sembuh-sembuh, begitu juga dengan obat penurun hipertensi Beta Blockers

dapat menyebabkan gangguan sesak nafas dan gangguan tidur. Selain itu ada

juga dengan metode non farmakologi atau tanpa obat. Upaya pengobatan

hipertensi non farmakologi ini tidak memiliki efek sampingi. Pengobatan non

farmakologi dapat dilakukan dengan cara menjaga pola hidup sehat, seperti

diet hipertensi dengan pembatasan konsumi garam mempertahankan asupan

kalium dan magnesium serta membatasi asupan kalori jika berat badan

meningkat. DASH(Dietery Approaches to Stop Hypertnsion)

merekomondasikan pasien hipertensi banyak mengonsumsi buah-buahan dan

sayuran, meningkatkan konsumsi serat dan minum banyak air (Lewis,

Heitkemper, & Dirksen, 2004)


5

Menurut Subhash, Bose, & Agrawal (2007). Buah dan sayuran

mengandung senyawa kimia yang bermanfaat bagi tubuh manusia, karena

dapat menurunkan resiko terkena kardiovaskuler seperti hipertensi. Buah dan

sayur dapat menurunkan tekanan darah karena buah dan sayur mengandung

sejumlah antioksidan dan fitokimia, seperti vitamin C, karoten, flavonoid, dan

poliphenol. (Dalimartha dkk, 2008). Salah satu karotenoid yang terdapat

dalam makanan adalah likopend dua kali lebih baik dari B-karoten. Bahan

makan yang merupakan sumber likopen salah satunya adalah tomat. Terdapat

9,27 mg likopen dalam 100 g tomat mentah (Aiska & Candra, 2014), likopen

ini berfungsi sebagai antioksidan yang melumpuhkan radikal bebas,

menyimbangkan kadar kolesterol darah dan tekanan darah, serta melenturkan

sel-sel saraf jantung yang kaku akibat endapan kolesterol dan gula darah

selain itu buah tomat juga mengandung zak kimia gamma amino butyric acid

(GABA) yang juga berguna untuk menurunkan tekanan darah (Jacob, 2005).

Selain likopen dan gamma amino butyric acid (GABA) buah tomat juga kaya

akan kalium (235 mg/100 gr tomat), sedikit natrium dan lemak. Kerja kalium

dalam menurunkan tekanan darah yaitu dengan vasodilatasi, sehingga terjadi

penurunan retensi perifer dan meningkatkan curah jantung, kalium juga

berfungsi sebagai diuretik, sehingga dapat membatu pengeluaran natrium

dalam tubuh, kalium juga dapat menghambat pelepasan renin sehingga

mengubah aktivitas system renin angiotensin, kalium dapat mengatur saraf

perifer dan sentral yang mengatur tekanan darah. Kandungan suplemen kalium

dalam tomat dan lycopene, dapat berguna sebagai terapi hipertensi. Tomat
6

mengandung antioksidan kuat yang menghambat penyerapan oksigen relative

terhadap endotel yang menganggu dilatasi pembuluh darah, sehingga

menyebabkan hipertensi, ini yang menjadi salah satu patofisiologi mengapa

tomat dapat menurunkan tekanan darah.

Hasil penelitian Raharjo (2007) tentang pengaruh pemberian jus tomat

terhadap penurunan tekanan darah sistole dan diastol pada pasien hipertensi

yang diberikan jus tomat sebanyak 200 mg selama dua hari berturut-turut pada

96 orang berusia 30-65 tahun menyimpulkan jus tomat berpengaruh terhadap

penurunan tekanan darah. Hasil penelitian Paran (2008) tentang efek

antioksidan alami dari buah tomat pada pasien hipertensi yang tidak

terkendali. Membuktikan terjadi penurunan yang signifikkan TD sistolik

setelah 6 minggu suplementasi ekstrak tomat. Hasil penelitian Aiska &

Chandra (2014) tentang perbedaan penurunan tekanan darah sistolik lanjut

usia hipertensi yang diberi jus tomat (Lycopercium commune) dengan kulit

atau tanpa kulit yang diberikan sebanyak 200 mg jus tomat dengan kulit dan

tanpa kulit menyimpulkan tidak ada perbedaan penurunan tekanan darah

sistolik dan diastolik antara kedua kelompok. Adapun menurut Saputri (2016)

tentang perbedaan efektifitas jus mentimun dan jus tomat terhadap penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi yang diberikan jus mentumun dan jus

tomat pada setiap kelompok yang terdiri 15 penderita hipertensi pada masing-

masing kelompok menyimpulkan tidak ada perbedaan antara jus mentimun

dan jus tomat terhadap penuruna tekanan darah pada penderita hipertensi.
7

Melihat angka kejadian kasus Hipertensi yang terus meningkat setiap

tahunya maka kita sebagai generasi muda perlu meningkatkan kewaspadaan

terhadap Hipertensi pada golongan prehipertensi dengan cara meningkatkan

edukasi untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah terjadinya hipertensi

dengan cara memodifikasi kebiasaan hidup, seiring dengan biaya pengobatan

yang mahal, masyarakat saat ini mengalihkan pengobatan dan perawatan pada

bahan yang alami. Salah satunya yaitu dengan meminum jus tomat. Akan

tetapi dari hasil survey pendahuluan yang dilaksanakan di Puskesmas

Rembang Purbalingga masyarakat tidak mengetahui dengan jelas tentang

terapi non farmakologi dengan menggunakan pemanfaatan buah dan sayuran

yang salah satunya yaitu dengan mengonsumsi tomat, mereka hanya

mengetahui bahwa sayuran tersebut hanya digunakan sebagai perlengkapan

masakan saja.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang

Perbedaan Efektifitas Pemberian Jus Tomat Segar dan Rebus Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Rembang.

B. Rumusan Masalah

Tekanan darah tinggi dianggap sebagai resiko utama bagi berkembangnya

penyakit jantung dan berbagai penyakit vaskuler. Angka kejadian kasus

hipertensi dipuskesmas Rembang Purbalingga yaitu sebanyak 350 mengalami

hipertensi dari total masyarakat Kecamatan Rembang yang rajin

memeriksakan kesehatannya di Puskesmas. Melihat angka kejadian kasus

Hipertensi yang terus meningkat setiap tahunya maka kita sebagai generasi
8

muda perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap Hipertensi pada golongan

pre-hipertensi dengan cara meningkatkan edukasi untuk menurunkan tekanan

darah dan mencegah terjadinya hipertensi dengan cara memodifikasi

kebiasaan hidup, seiring dengan biaya pengobatan yang mahal, masyarakat

saat ini mengalihkan pengobatan dan perawatan pada bahan yang alami. Salah

satunya yaitu dengan meminum jus tomat karena dapat menurunkan tekanan

darah.

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah penelitian adalah “Adakah

Perbedaan efektifitas jus tomat segar dan rebus Terhadap Penurunan Tekanan

Darah pada Pasien Hipertensi Puskesmas Rembang Purbalingga?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Perbedaan Efektifitas pemberian jus tomat segar dan

rebus terhadap perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi Puskesmas

Rembang Purbalingga.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui karakteristik responden di Puskesmas Rembang

Purbalingga.

b. Mengetahui rata-rata tekanan darah diastolik pasien hipertensi sebelum

diberikan jus tomat segar maupun rebus di Puskesmas Rembang

Purbalingga.
9

c. Mengetahui rata-rata tekanan darah sistol dan diastolik pasien

hipertensi sesudah diberikan jus tomat segar maupun jus tomat rebus di

Puskesmas Rembang Purbalingga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini data bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan untuk pengobatan hipertensi.

2. Manfaat praktis

a. Bagi responden

Menambahkan informasi responden, sehingga penelitian ini

menjadi bahan pertimbangan untuk memilih pengbaan alternative yang

praktis dan tepat, yaitu dengan memanfaatkan jus tomat sebagai terapi

non farmokologi untuk mengontrol tekanan darah.

b. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan memperdalam pengalaman penelitian

tentang riset keperawatan serta penambahan wawasan tentang tetapi

non farmakologi untuk menurunkan tekanan darah dengan

menggunakan jus tomat.

c. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu refrensi

bagi mahasiswa.
10

E. Penelitian Terkait
1. Raharjo, P (2007) Tentang pengaruh pemberian jus tomat terhadap

penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi.

Hasil penelitian ini yaitu terdapat pengaruh pemberian tekanan darah

sisitolik dan diastolik dan penurunan terbesar pada 30 menit setelah

pemberian jus tomat. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian

praeksperimen one group pre-post test desigen dengan responden

sebanyak 96 orang yang berusia 30-65 tahun dengan kriteria inklusi

menderita penyakit hipertensi esensial, penelitian ini dilaksanankan selama

dua hari berturut-turut serta pemeriksaan dilaksanakan secara berkala yaitu

5 menit sebelum diberikan jus tomat , 30, 60, 90 menit setelah diberikan

jus tomat. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan

bahan tomat akan tetapi mempunyai perbedaan disisi pengolahan dari

bahan tersebut ,waktu penelitian serta tempat penelitian dan lamanya

penelitian ini dilaksanakan.

2. Paran (2008) tentang efek antioksidan alami dari buah tomat pada pasien

hipertensi yang tidak terkendali. Hasil penelitian ini yaitu terjadi

penurunan yang signifikkan TD sistolik setelah 6 minggu suplementasi

ekstrak tomat, dari 145,8 ± 8,7-132,2±8,6 mmHg (ρ < 0,001) dan 140,4 ±

13,3-128,7 ± 10,4 mmHg (ρ < 0,001) pada kedua kelompok yang

menggunakan uji korelasi sebab akibat menyimpulkan ekstrak tomat dapat

menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Persamaan dengan

penelitian ini yaitu terletak pada variabel yang juga menggunakan tomat,
11

akan tetapi perbedaan pada waktu dan tempat penelitian dan metode yang

digunakan pada penelitian tersebut.

3. Aiska dan Chandra, (2014) tentang perbedaan penurunan tekanan darah

sistolik lanjut usia hipertensi yang diberi jus tomat (Lycopercium

commune) dengan kulit atau tanpa kulit dipanti wreda Kota Semarang

menyimpulkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah sistolik pada

lansia yang diberi jus tomat dengan kulit maupun tanpa kulit dengan p

value = 0,002 tetapi tidak ada perbedaan penurunan tekanan darah sistolik

antara kedua kelompok perlakuan. Jenis penelitian yang di gunakan adalah

penelitian quasi experiment dengan rancangan pre-post group design yang

menggunakan manusia sebagai subjek penelitinan. Populasi dalam

penelitian ini adalah lansia yang di bina di panti rehabilitasi atau panti

wreda Kota Semarang diambil dengan menggunakan metode consecutive

sampling yang memenuhi kriteria antara lain berusia >60 tahun dan

memiliki tekanan darah sistolik >120 mmHg dengan memiliki riwayat

hipertensi minimal setahun terakhir. Terdapat persamaan dan perbedaan

antara penelitian yang dilakukan Grace, S & Ayu. C (2014) dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaan terletak pada

variable tomat yang digunakan akan tetapi mempunyai populasi dan

sampel yang berbeda, serta waktu dan tempat penelitian yang berbeda.

4. Saputri (2016) tentang perbedaan efektifitas jus mentimun dan jus tomat

terhadap penuruan tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa

Sokawera Kecamatan Patikraja Banyumas menyimpulkan tidak terdapat


12

perbedaan efektifitas antara jus mentimun dan jus tomat tehadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Sokawera

Kecamatan Patikraja Banyumas dengan rata-rata tekanan darah sistolik

pada kelompok jus mentimun semula adalah 158,80± 13,35 menjadi

143,87±12,43. Rata-rata tekanan darah diastolik semula adalah 100,47 ±

14,13 menjadi 90,93 ± 10,67. Sedangkan rata-rata tekanan darah sisolik

pada kelompok jus tomat semula 153,00 ± 12,57 menjadi 140,47 ± 12,48.

Rata-rata tekaan darah distolik 99,13 ± 7,75 menjadi 93,00 ± 5,81.

Peneitian ini menggunakan metode eksperimn dengan design pre-postest

two group design. Pemilihan sample menggunakan teknik simple random

sampling yaitu 15 responden kelompok jus tomat dan 15 responden

kelompok jus mentimun. Persamaan menggunakan buah yang sama akan

tetapi memiliki perbedaan yaitu cara pengolahan bahan, waktu dan tempat

penelitian yang berbeda.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi juga biasa disebut sebagai “penyakit darah tinggi”

merupakan faktor resiko terjadinya stroke, penyakit jantung koroner, gagal

jantung, gagal ginjal dan aneurisma arteri (penyakit pembuluh darah).

Peningkatan tekanan darh yang relative kecil, namun hal tersebut dapat

menurunkan angka harapan hidup (Agoes & Achdiat, 2010).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah yang intermiten atau

terus menerus diatas 140/90 mmHg karena fluktuasi darah yang fluktuasi

tekana darah terjadi antar individu dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan

dan ansietas (Marrelli, 2008). Hipertensi yang lebih dikenal dengan

penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah

seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmHg. 140 ini biasa dinamakan

sistolik yaitu tekanan maksimum dimana jantung berkontraksi dan

memompa darah dari luar, sedangkan 90 biasa disebut dengan diastolic,

yaitu tekanan dimana jantung mengalami relaksasi menerima curahan

darah dari pembuluh darah perifer (Myrank, 2009).

12
13

2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization)

2007, tekanan darah seseorang dikatakan normal jika sistoliknya kurang

dari 140 mmHg dan diastoliknya kurang dari 90 mmHg. Jika sistolik

diantara 140-160 mmHg dan diastolik diantara 90-95 mmHg disebut

borderline hypertension. Pada posisi seseorang harus waspada karena

memiliki kencenderungan kuat mengidap hipertensi. Jika seseorang

memiliki sistolik lebih dari 160 mmHg dan diastolik lebih dari 95 mmHg

maka jelas orang tersebut mengidap hipertensi. Berikut ini klasifikasi

tekanan darah orang dewasa usia > 18 tahun ( Juliarti, Nurjanah, Uken &

Soestrisno, 2008) :

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
High normal < 130-139 85-89
Hipertensi
Stage 1 (mild) 140-159 90-99
Stage 2 (moderat) 160-179 100-109
Stage 3 (severe) ≥ 180 ≥ 110
Tabel 1. Klasifikasi hipertensi menurut WHO

Menurut Standar dari Joint Nasional Committee Cllassification of

Blood Pressure (JNC7) 2013. Pengelompokan hipertesi untuk usia ≥ 18

adalah sebagai berikut:

Kategori Systole Diastole


Normal <120 <80
Pre-hipertensi 120-139 85-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100
Tabel 2. Klasifikasi Hipertesi menurut JNC 7
14

3. Patofisiologis Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksaki pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula dari jarak saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda

spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia spinalis di

torak dan abdomen. Rangsangan pusat somotor dihantarkan dalam bentuk

implus yang bergerak kebawah melalui saraf simpatis ke ganglia spinalis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana

dengan dilepasnya norpinefin mengakibatkan kortriks pembuluh darah

(Smeltzert & Bare, 2002).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu

dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norpinefin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Yudha,

Wahyuningsih, Yulianti & Karyuni, 2009).


15

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriktor. Kortrek

adrenal mengsekresikan kortison dan steroid lainnya yang dapat

memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriktor yang

mengakibatkan penurunan aliran darah dan ginjal dapat menyebabkan

pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormone ini menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua

factor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Smeltzert &

Bare, 2002).

Perubahan struktur dan fungsional pada system pembuluh darah perifer

bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut

usia. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisitas,

jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah

yang menyebabkan penurunan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Akibat hal tersebut, aorta dan arteri besar mengalami penurunan

kemampuan dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh

jantung (volume sekucup) sehingga mengakibatkan penurunan curah

jantung dan peningkatan tahanan perifer (Yudha, Wahyuningsih, Yulianti

& Karyuni, 2009).

4. Tanda dan Gejala Hipertensi


16

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi (NANDA, 2015) :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis.

Beberapa keluhan pasien yang sering ditemui pada penderita

hipertensi yaitu pasien seringkali mengeluh sakit kepala dan pusing,

lemes dan kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, ekspitaksis,

serta pasien mengalami penurunan kesadaran.


17

5. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi

Ada beberapa faktor resiko yang tidak dapat dirubah seperti riwayat

keluarga atau keturunan, umur, jenis kelamin, dan etnis. Adapun faktor

lain yang menjadi pemicu kejadian hipertensi dengan komplikasi stroke

dan serangan jantung, seperti stress, obesitas dan nutrisi (Kurniadi &

Nurrahmani, 2009).

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga tersebut mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu yang

memiliki orangatua dengan hipertensi memiliki resiko dua kali lebih besar

untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan individu yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Kurniadi & Nurrahmani,

2009).

Terjadinya hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Individu yang berumur diatas 60 tahun, sebanyak 50-60% mempunyai

tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140-90 mmHg. Hal itu

merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah

usia (Kurniadi & Nurrahmani, 2009).

Disamping faktor yang tidak bisa dimodifikasi seperti usia, jenis

kelamin, dan genetik, faktor lingkungan juga menjadi faktor yang masih

bisa diupayahkan untuk meminimalisir dampaknya, yaitu (Kurniadi &

Nurrahmani, 2009) :
18

a. Stress. Seperti yang sudah kita singgung di awal, steres akan

meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung

sehingga akan merangsang aktivitas saraf simpatetik. Adapun stress ini

dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi,

karakteristik personal.

b. Berat badan. Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan

antara berat badan dan tekanan darah, baik pada pasien hipertensi

maupun normotensi (tekanan darah yang normal). Pada populasi yang

tidak ada peningkatan berat badan seiring umur, tidak dijumpai

peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur. Obesitas

terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak

pada bagian perut.


19

c. Penggunaan kontrosepsi oral pada perempuan. Peningkatan ringan

tekanan darah biasa ditemukan pada perempuan yang mengguanakan

kontasepsi terutama yang berusia diatas 35 tahun. Hipertensi ini

disebabkan oleh peningkatan volume plasma akibat peningkatan

aktivitas renin-angiotensin-aldosteron yang muncul ketika kontrosepsi

oral digunakan. Estrogen dan progesterone sintetik yang dipakai

sebagai pil kontrasepsi oral menyebabkan retensi natrium. Hal ini

merupak konsekuensi logis dari estrogen yang meningkatkan sintesis

substrak renin oleh hepar, dengan meningkatnya substrak renin ini

maka angiotensin akan dibuat lebih banyak. Sehingga akibat dari

peningkatan renin angiotensi menjadi terhambat. Meningkatnya kadar

angiotensin akan merangsang sintesis aldosteron yang akan

menimbulkan retensi natrium, pada saat yang sama akan terjadi

vaskontriksi ginjal dan sistemik. Hal ini dapat terjadi dengan pacuan

angiotensin dan aliran ginjal darah yang berkurang.

d. Kebiasaan merokok. Merokok meningkatan tekan darah melalui

mekanisme pelepasan norepinefrin dari ujung-ujung saraf adrenergic

yang dipacu oleh nikotin. Risiko merokok berkaitan dengan jumlah

rokok yang diisap perhari memiliki kerentanan dua kali lebih besar

dari pada yang tidak merokok.


20

e. Asupan garam berlebihan. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya

hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung,

dan tekanan darah tanpa diikuti peningkatan ekresi garam, disamping

pengaru faktor-faktor yang lain.

Ada begitu banyak faktor yang menjadi faktor resiko hipertensi.

Akan tetapi, banyak yang mengabaikannya. Meskipun sadar akan

faktor risiko terjadinya stroke dikemudian hari akibat hipertensi, tetapi

banyak juga yang tidak segera menghindari faktor-faktor pencetus

hipertensi dan mangkir dari minuman obat. Ada kemungkinan mereka

masih ragu dan gamang tentang hubungan penurunan tekanan darah

dengan pencegahan terjadinya serangan stroke sehingga maju mundur

sering absen dalam terapi hipertensi.

6. Komplikasi Hipertensi

Menurut Dalimartha (2008) penderita hipertensi beresiko terserang

penyakit lain yang timbul suatu saat. Beberapa penyakit yang timbul

akibat hipertensi diantaranya sebagai berikut (Dalihmartha, 2008):

a. Penyakit jantung koroner

Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat

terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung.

Penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebabkan

berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini

menyebabkan rasa nyeri didada dan dapat berakibat gangguan pada

otot jantung. Bahkan dapat menyebabkan timbulnya serangan jantung.


21

b. Gagal jantung

Tekanan darah yang tinggi memaksa otot-otot jantung bekerja lebih

berat untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan

menebal dan merenggang sehingga daya pompa otot menurun. Pada

akhirnya dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda-

tanda adanya komplikasi yaitu sesak napas, napas pendek dan terjadi

pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki.

c. Kerusakan pembuluh darah otak

Beberapa penelitian luar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi

menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada

dua jenis yang yaitu pecahnya pembuluh darah dan rusaknya dinding

pembuluh darah. Dampak akhirnya seseorang dapat mengalami stroke

dan kematian.

d. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan peristiwa dimana ginjal tidak dapat

berfungsi sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal yang

disebabkan karena hipertensi nefrosklerosis benigna dan

nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi

yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi

plasma pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal itu akan

menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang.

Adapun nerfusklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang


22

ditandai dengan naiknya tekanan diastole diatas 130 mmHg yang

disebabkan terganggunya fungsi ginjal.

B. Pengobatan Hipetensi

Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, hal ini

berkaitan dengan tekanan darah yang apa bila proses pengobatan yang

diberhentikan akan ada kemungkinan tekanan darah akan naik secara tiba-tiba.

Untuk itu mengontrol tekanan darah agar stabil. Berikut beberapa cara

pengobatan hipertensi (Bruckman, 2010) :

1. Pengobatan secara farmakologi

Berikut beberapa tipe-tipe obat-obatan yang digunakan untuk

menurunkan tekanan darah tinggi (Buckman dkk, 2010) :

a. Tipe 1

Obat-obatan ini dikenal sebagai diuretik, cara kerja obat-obatan

golongan ini yaitu dengan mengurangi jumlah cairan didalam tubuh

dengan menambah aliran urine, sehingga lebih sedikit cairan yang

dipompa jantung keseluruh tubuh. Ada beberapa nama obat generik

yang digolongkan obat tipe golongan ini seperti bendrofluazide,

chlorthalidome, indapamide, mentolazone. Akan tetapi pada golongan

obat tipe 1 ini mempunyai efek samping seperti : hilangnya nafsu

makan, sakit perut, dehidrasi, impotensi, meningkatkan kadar,

kolesterpol, reaksi alergi, meningkatkan asam urat, meningkatkan

kadar gula darah.

b. Tipe 2
23

Pada golongan tipe 2 ini dikenal sebagai obat penghalang beta

(beta blocker). Pada obat golongan ini bekerja dengan cara

menghalangi aksi hormone stress yang dihasilkan tubuh yang

mempercepat detak jantung sehingga mengurangi kecepatan detak

jantung permenit dan mengurangi kerja yang dilakukan jantung. Selain

itu obat ini juga dapat mengurangi jumlah oksigen yang dibutuhkan

jantung dan memperbesar kemampuan untuk menghadapi kelelahan

fisik. Nama generik obat-obatan tipe 2 ini yaitu : oxprenolol,

propanolol, atenolol, bisoprolol, nadolol, indalol, imolol. Perlu

diketahui bahwa obat apabila tidak cocok atau dikonsumsi jangka

panjangnya sama halnya pada obat tipe 2 ini, kemungkinan efek

samping yang dapat ditimbulkan obat tipe 2 ini yaitu : kepala terasa

ringan, nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, jari-jari tangan dan kaki

dingin, sakit perut, depresi, mimpi buruk, napas berciut-ciut,

sempoyongan, kelesuan, kelemahan, kelelahan, gangguan penglihatan.

c. Tipe 3

Golongan obat tipe 3 ini bekeja dengan memperlebar atau

memperkecil pembuluh darah. Obat-obatan yang tergolong tipe 3 ini

yaitu

1) Penghalang ACE (ACE inhibitor). Pada golongan ini cara

bekerjanya dengan menghalangi pembentukan hormone angitensin

II yang menyebabkan pembuluh darah menyempit. Obat ini

bekerja memperbaiki aliran darah sehingga dapat mengurangi


24

beban kerja jantung serta lebih banyak garam dan air yang

dikeluarkan tubuh. Nama generic golongan obat ini yaitu:

gaptopril, enalapril, lisinopril, ramipril.

2) Penghalang saluran kalsium (antagonis kalsium). Pada obat

golongan ini cara kerjanya dengan mengurangi jumlah kalsium di

otot yang membentuk dinding arteri, merilekskan, dan membuat

arteri lebih lebar, sehingga dapat menurunkan tekanan darah serta

dapat menurunkan beban kerja jantung dan mengurangi beban

kerja jantung. Nama generik obat golongan ini yaitu: amplodipine,

diltiazem, nifedipine, verapamil. Sama halnya seperti pada

golongan tipe 2, pada golongan tipe 3 ini juga memiliki

kemungkinan efek samping yaitu kemerahan, sakit kepala, tumit

bengkak, pusing, kelelahan, mual, palpitasi (jantung berdebar-

debar), sempoyongan, insomnia, sakit perut, ruam, telinga

berdengung.

Selain mengonsum sesuai anjuran dokter juga penderita hipertensi juga

harus menjaga gaya hidupnya untuk menurunkan tekanan darah seperti

pengontrolan berat badan, mengurangi konsumsi minuman yang

mengandung alkohol, mengurangi konsumsi garam yang berlebih, olah

raga teratur, berhenti merokok, mengelola steres.

2. Pengobatan non farmokologi

Selain pengobatan farmakologi adapun pengobatan non farmokologi

yang bisa dilakukan untuk mengstabilkan tekanan darah yaitu dengan


25

menjaga pola hidup sehat seperti banyak mengkonsumsi buah dan sayuran.

Buah dan sayuran yang dapat dikonsumsi untuk membantu penurunan

tekanan darah itu sendiri yaitu dengan mengonsumsi tomat.

a. Tomat sebagai terapi

1) Pengertian

Buah tomat (Salanum Lycopersicum) berasal dari Amerika

tropis, ditanam sebagai tanaman buah di ladang, pekarangan, atau

ditemukan liar rata ketinggian 1-1.600 mdpl. Tanaman ini tidak

tahan hujan, sinar matahari terik, serta menghendaki tanah yang

gembur dan subur (Dhalimartha, 2007). Tanaman tomat tergolong

tanaman semusim (annual). Artinya, tanaman berumur pendek

yang hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Tanaman

tomat merupakan tanaman perdu atau semak yang menjalar pada

permukaan dengan panjang mencapai ± dua meter (Firmanto,

2011).

Tomat adalah buah atau sayur yang paling udah dijumpai

dimana saja dengan warna yang cerah yang sungguh menarik. Sari

buah alami diproduksi dari buah tomat dapat meurunkan tekanan

darah pada pasien hipertensi, sekitar 50 juta masyarakat Amerika

yang mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi

menyembuhkan dengan cara alternative yaitu dengan

mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, buah yang digunakan

sebagai terapi adalah buah tomat (Paran , 2002).


26

2) Macam-macam jenis tomat

Buah tomat memiliki keanekaragaman jenis. Namun, akhir-

akhir ini sedang dikembangkan jenis baru dibeberapa Negara

berkembang untuk mendapatkan buah tomat dengan kualitas dan

flovour yang baik. Ada 5 jenis buh berdasarkan bentuk buahnya

(Musaddad, 2003 dalam Wiryanti, 2002), yaitu:

- Tomat biasa (L. Commune) yang banyak ditemui dipasar-

pasar local

- Tomat apel atau pir (L. Pyriprme) yang buahnya berbentuk

bulat dan sedikit keras menyerupi buah apel atau pir. Tomat

jenis ini juga banyak ditemui dipasar local.

- Tomat kentan (L. Grandifolium) yang ukuran buahnya lebih

besar dibandingkan dengan tomat apel.

- Tomat gondola (L. Validum) yang bentunya sedikit lonjong

teksturnya keras dan berkulit tebal.

- Tomat ceri (L. Esculetum var cerasiforme) yang bentuknya

bulat, kecil-kecil dan rasanya cukup manis.


27

3) Kandungan dan manfaat

Kandungan yang terdapat dalam buah tomat meliputi alkaloid

solanin (0,007%), saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat,

biflavonoid, protein, lemak, gula (fruktosa, glukosa), adenine,

trigonelin, kolin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur,

klorin), vitamin (B1, B2, B6, C, E, niasin), histamine, dan likopen

(Dhalimartha, 2007).

Tomat mengandung sejumlah besar asam sitrat, yang akan

bereaksi basa ketika masuk kedalam aliran darah dan membantu

metabolisme tubuh. Tomat mempunyai karoten jenis likopen yang

berfungsi sebagai anti-kanker (Bangun, 2002).


28

Buah tomat alami antiosidan untuk terapi menurunkan tekanan

darah sistolik dan diastolik pada pasien hipertensi, sari buah berisi

karotin seperti lycopene, beta karoten dan vitamin E yang dikenal

sebagai antioksidan. Terdapat 9,27 mg likopen dalam 100 g tomat

mentah (Aiska & Candra, 2014), likopen ini berfungsi sebagai

antioksidan yang melumpuhkan radikal bebas, menyimbangkan

kadar kolesterol darah dan tekanan darah, serta melenturkan sel-sel

saraf jantung yang kaku akibat endapan kolesterol dan gula darah

selain itu buah tomat juga mengandung zak kimia gamma amino

butyric acid (GABA) yang juga berguna untuk menurunkan

tekanan darah (Jacob, 2005). Selain likopen dan gamma amino

butyric acid (GABA) buah tomat juga kaya akan kalium (235

mg/100 gr tomat), sedikit natrium dan lemak. Kerja kalium dalam

menurunkan tekanan darah yaitu dengan vasodilatasi, sehingga

terjadi penurunan retensi perifer dan meningkatkan curah jantung,

kalium juga berfungsi sebagai diuretik, sehingga dapat membatu

pengeluaran natrium dalam tubuh, kalium juga dapat menghambat

pelepasan renin sehingga mengubah aktivitas system renin

angiotensin, kalium dapat mengatur saraf perifer dan sentral yang

mengatur tekanan darah. Kandungan suplemen kalium dalam tomat

dan lycopene, dapat berguna sebagai terapi hipertensi. Tomat

mengandung antioksidan kuat yang menghambat penyerapan

oksigen relative terhadap endotel yang menganggu dilatasi


29

pembuluh darah, sehingga menyebabkan hipertensi, ini yang

menjadi salah satu patofisiologi mengapa tomat dapat menurunkan

tekanan darah. Mengonsumsi buah tomat terbukti dapat

menurunkan tekanan darah 5 mmHg sampai dengan 10 mmHg

(Tabassum & Ahmad, 2011).

Menurut Aiska & Chandra (2014) bahwa dengan mengonsumsi jus

tomat dengan kulit atau tanpa kulit pada pagi dan sore selama 7

hari sebanyak 200 mg setiap minumnya dapat menurunkan tekanan

darah pada lansia penderita hipertensi di pantai wreda Kota

Semarang.

Table 3. Kandungan nutrisi dalam setiap 100 gr tomat

No Kandungan gizi Jumlah

1. Energy 74 J

2. Karbohidrat 3.9 g

3. Gula 2.6 g

4. Serat pangan 1.2 g

5. Lemak 0.2 g
30

6. Protein 0.9 g

7. Air 94.5 g

8. Vitamin A 42 µg

9. Beta-karoten 449 µg

10. Luetin dan zeaxanthin 123 µg

11. Thiamin ( Vitamin B1) 0.037 mg

12. Nicin(Vitamin B3) 0.594 mg

13. Vitamin B6 0.08 mg

14. Vitamin C 14 mg

15. Vitamin E 0.54 mg

16. Vitamin K 7.9 µg

17. Magnesium 11 mg

18. Mangan 0.114 mg

19. Fosfor 24 mg

20. Kalium 237 mg

21. Likopen 2573 µg

Sumber : USDA ( Agricultural Research Service, United States

Departement of Agricuture, 2015):

C. Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian merupakan kumpulan teori yang mendasari topik


Faktor resiko :
penelitian, yang disusun berdasar pada teori yang ada dalam tinjauan teori dan
1. Keturunan
mengikuti keadaan input, proses dan output.
2. Stress
3. Berat badan Hipertensi
4. Penggunaan
kontrosepsi oral
pada perempuan Pengobatan

5. Kebiasaan hipertensi
merokok

6. Asupan garam
berlebihan
31

farmakologi Non farmakologi

Pemberian jus Tomat

Jus tomat segar Jus tomat rebus

Gambar 1. Kerangka teori


(Suharyono, 2011, Kurniadi & Nurrahmani, 2009)
D. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Pemberian jus tomat


segar Penurunan tekanan
darah
Pemberian jus tomat
rebus
Gambar 2. Kerangka konsep

E. Hipotesis

Ha : Adakah perbedaan efektifitas jus tomat segar dan rebus terhadap penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Rembang Purbalingga.

Ho : Tidak ada perbedaan efektifitas jus tomat segar dan rebus terhadap

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Rembang

Purbalingga.
32
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan rancangan

penelitian quasi experimen. Sedangkan desain rancangan penelitian ini

menggunakan pre-post group. Cara pengukurannya dengan melakukan satu

kali pengukuran didepan (pretest) sebelum adanya intervensi (eksperimen

treatment) dan dilakukan pengukuran lagi setelah diberikan intervensi pada

hari ke 3, 5, dan 7 (posttest) (Hidayat, 2007).

B. Populasi, Sample dan Sampling

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi pada penelitian ini semua klien yang

mengalami hipertensi primer pada 1 tahun terakhir di Wilayah Puskesmas

Rembang Kabupaten Purbalingga sebanyak 350 klien hipertensi.

34
35

2. Sampel

Sample adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2012).

Dahlan (2013) rumus yang ditentukan menetukan besar sample dengan

criteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

N
(Za) PQ
2
d
Za = deviat baku alfa

P= proporsi kategori 9,9% (0,099). (Haryati, E, 2010)

Q = 1- P

d = Presisi (10%)

N
(Za) PQ
2
d
2


(1,96)  0,099  0,901
2
0,1
3,8416  0,099  0,901

0,01

=34,26

= 34 sample

sesuai dengan dengan kriteria inklusi dan ekslusi berikut :

a. Kriteria Inklusi
36

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sample

(Notoatmodjo, 2012).

N = Za

Yang menjadi kriteria inklusi penelitian ini adalah :

1) Klien hipertensi di wilayah Puskesmas Rembang yang tercatat di

Puskesmas Rembang.

2) Klien yang bersedia menjadi responden dan menandatangani

informed consent

3) Memiliki tekanan darah sistolik <130-139

4) Berumus ≥ 18 tahun

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sample ( Notoatmodjo, 2012). kriteria eksklusi dari

penelitian ini adalah :

1) Mengonsumsi obat hipertensi

2) Responden tidsk kooperatif

3. Teknik Pengambilan Sample

Teknik pengambilan sample merupakan suatu proses dalam

menyelesaikan sample yang digunakan dalam penelitian dari populasi

yang ada (Siswanto, 2013). Peneliti menggunakan teknik pengambilan

sample dengan .
37

Proposive sampling adalah pengambilan didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri

atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo,

2010).

C. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2018 di wilayah

Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat dan

ukuran yang dimiliki atau didapat oleh sesuatu penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas

(independent) dan variabel terikat (dependent).

a. Variabel bebas (independent)

Variabel bebas menurut Hidayat (2008), adalah variabel yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat). Pada

penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah pemberian sanapis.

b. Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena variabel bebas (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini yang

merupakan variabel terikat adalah perubahan tekanan darah.


38

E. Definisi Oprasional

Definisi oprasional variabel penelitian:

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


Oprasional
ukur
Perubahan Berubahnya Melakukan spygnoman Tekanan Rasio
tekanan tekana darah pengukuran
darah sistolik dan tekanan darah ometer dan darah
diastolic sebelum dan
sesudah stetoskop (mmHg)
intervensi
Pemberian Pasien pasien diberikan Masing- Kelompol Nominal
jus tomat diberikan jus tomat 1 masing
jus tomat gelas plastic responden 1. Jus
yang telah ukuran sedang di berikan tomat
dihaluskan terapi 2 segar
dengan kali sehari 2. Jus
menggunaka pada pagi tomat
n blender dan sore rebus
selama 7
hari

Tabel 4. Variabel penelitian

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik sehingga lebih mudah

diolah (Notoatmodjo, 2010). Instrument penelitian yang digunakan pada

penelitian ini berupa lembar observasi untuk mencatat tekanan darah

responden sebelum dilakukan intervens dan pengukuran hari ke 3, 5, 7


39

sesudah intevensi atau diberi perlakuan, alat pemeriksaan spygnomanometer

dan stetoskop. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini yaitu dengan

menggunakan bahan dasar tomat yang segar dan rebus.

G. Teknik pengumpulan data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti, data

yang dikumpulkan merupakan data yang langsung diperoleh dari

responden (Sarwono, 2006). Data primer dalam penelitian ini yang

diambil berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan

intervensi dan hasil pengukuran hari ke 3, 5 dan 7 pada responden yang

dibagi menjadi 2 kelompok yang berisi 15 responden kelompok yang

diberi perlakuan pemberian jus tomat segar dan 15 responden kelompok

yang diberi perlakuan pemberian jus tomat rebus.

2. Data Sekunder

Data senkunder adalah data yang diperoleh peneliti dari berbagai

catatan atau informasi yang telah ada (Sarwono, 2006). Data sekunder

dalam penelitian ini yaitu data yang diambil dari berbagai literature-

literatur yanng mendukung penelitian ini dan data tentang klien hipertensi

di Puskesmas Rembang, Kabupaten Purbalingga

H. Tahap pengolahan data

Data yang diterima diolah mengguanakn langkah-langkah Nursalam (2003)

yaitu :

1. Editing
40

Setelah lembar observasi terkumpul, maka peneliti melakukan seleksi

data pada lembar kuisioner dan lembar observasi. Seleksi data dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui jika ada lembar observasi yang belum

terisi dengan lengkap.

2. Coding

Coding adalah kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi angka

dan bilangan.

1. Umur
≥18-32 tahun : 1
33-42 tahun : 2
43-53 tahun : 3
≥ 54 tahun : 4
2. Jenis Kelamin
Laki-laki : 1
Perempuan :2

3. Entry Data

Setelah dilakukan pengkodenan, kemudian dilakukan pemasukan data

kedalam software komputer.

4. Tabulasi Data

Tabulasi data merupakan kelanjutan dari entry data dan disajikan dalam

bentuk grafik dan tabel untuk memudahkan dalam menganalisia. Metode

analisa data menggunakan analisi korelasi bivariat yaitu uji statistic yang

digunakan menerangkan perbedaan antara dua variable. Perhitungan

analisis menggunakan computer dengan program komputer.


41

I. Analisis Data

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisi dengan menggunakan

program komputer dan manual, Analisa data meliputi :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menjelaksan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variable penelitian (Notoatmojdo, 2010). Digunakan

untuk mendiskripsikan tekanan darah sebelum dilakukan pemberian jus

tomat segar dan rebus meliputi rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum

dan minimum masing-masing tekanan darah sistolik dan diastolik.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariad dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berbeda

dan akan dibandingkan. Terdapat uji parametric dan non parametric pada

analisa bivariad (Notoadmojo, 2010). Menurut Suryabrata (2004)

menyebutkan bahwa desain yang sering digunakan dalam pengujian

rancangan experiment adalah desain independen t test. Desain independen

t test digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai dua sample

yang diberi perlakuan yang berbeda, yaitu dengan membandingkan

selisish sebelum dan sesudah dari dua kelompok yang diberikan jus tomat

segar dan kelompok yang diberikan tomat rebus.

Penggunakan uji independent t-test didasarkan pada jumlah sample

yang lebih besar atau sama dengan 15. Menurut Budiarto (2004) sample

dengan jumlah 15 telah dianggap berdistributor normal, sementara uji

independent t-test dihunakan pada data distributor normal. Perhitungan


42

independent t-test dalam penelitian ini menggunakan software computer.

Ketentuan signifikan (terdapat perbedaan yang bermakna) jika t hitung ≥ t

tabel pada taraf signifikan 5% dan dinilai p<0,05 (Syarifudin, 2010),

artinya jika ada perbedaan yang bermakna maka ada yang dianggap efektif

yaitu yang efektif adalah yang lebuh besar penurunan tekanan darahnya,

baik sistolik maupun diastolik.

J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan ijin

kepada kepala Puskesmas Rembang untuk mendapatkan persetujuan,

kemudian lembar observasi diberikan kepada responden menekankan

masalah etika yang meliputi :

1. Lembar persetujuan ( informed consent)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang diteliti

dan memenuhi kriteria inklusi. Tujuannya agar responden mengerti

maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.

2. Tanpa nama ( anonymity )

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencamtumkan nama

responden, tetapi pada lembaran tersebut diberikan kode pengganti

nama responden.

3. Kerahasiaan ( confidentiality )

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, dan hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian

4. Bebas dari bahaya ( free from harm )


43

Buah-buahan dan sayuran yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan makanan yang baik untuk dikonsumsi sehari-hari, tidak

menimbulkan efek samping, buah dan sayuran yang dibikin jus yang

kemudian diminum oleh responden.


44

DAFTAR PUSTAKA

Agoes , A. H., & Achdiat, A. A. (2010). Penyakit di Usia Tua. Jakarta Penerbit
Buku Kedokteran : EGC

Aiska. G. S & Chandra, A. (2014) Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Sistolik


Lanjut Usia yang diberi jus tomat (Lycopersicum Commune) Dengan
Kulit dan Tanpa Kulit. Journal of Nutrition College 2014; 3(1);158-162

Bangun, AP.(2002). Terapi jus dan ramuan tradisional untuk hipertensi. Jakarta :
Argo Media Pustaka

Bangun, AP.(2013). Terapi jus dan ramuan tradisional untuk hipertensi. Jakarta.
Argo Media Pustaka

Buckamn, R & Westcott, P( 2010). Seharusnya anda ketahui tentang tekanan


darah tinggi. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama

Budiarto, E.(2004) Biostatistik untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat.


Jakarta: EGC

Cohen, J. (1982). Statistical power and analysis for the behavior sciences hills.
New jersey: Lawrence earlbaum arsosiated

Dahlan, M.S (2013). Besar sample dan cara pengambilan sample dalam
penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Dalimartha, S., Purnama, B. S., Sutarina. N., Mahendra., & Darmawan, R.(2008) .
Care Your Self Hypertension. Jakarta; Penebar Plus+

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah 2016. Semarang

Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga. (2012). Profil Kesehatan Kabupaten


Purbalingga Tahun 2012. Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga,
Purbalingga. (TidakDipublikasikan).

Dias, NP.(2017). Efektifitas jus tomat dan jus wortel terhadap perubahan tekanan
darah tinggi pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas 1
Baturaden.

Gunawan, L.(2001). Hipertensi : tekanan darah tinggi. Yogyakarta : Kanisius


45

Hidayat, A , A(2007). Metodelogi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis.


Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, A. A (2008). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah.


Jakarta: Salemba Medika

Julianti, E. D., Nurjanah, N., Uken, S & Soestrisno. (2008). Bebas hipertensi
dengan menggunakan terapi jus. Jakarta : Puspa Swara

Kurniadi, H & Nurrahmani, U(2009). Stop Diabetes, Hipertensi, Kolesterol


tinggi, janrung koroner. Bandung : Istana Media

Raharjo, P.(2007). Pengaruh pemberian jus tomat terhadap perubahan tekanan


darah sistolik dan diastolic pada penderita hipertensi di Desa Wonorejo
Kecamatan Lawang Malang . Journal keperawatan, ISSN: 2086-3071

Lintansari, (2012) Pengaruh pemberian jus tomat( Lycopersicon Iycopersicum)


terhadap perubahan tekanan darah pada pasien hipertensi di UPTD
Puskesmas Bojongsari Kabupaten Purbalingga.

Lewis, S. M., Heitkemper, M. M., & Dirksen, S. R. (2004). Medical surgical


nursing: Assesment and management of clinical problem. St. Louis.,
Missouri : Mosby inc

Myrank, (2009). Awas Bom Hipertensi. Diakses


dihttp:///www.myrank.web.id/tag/hipertensi pada 10 Desember 2017

Notoatmodjo, Soekidjo (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


Bineka Cipta

Nurarif, AH & Kuasuma, H.(2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis dan nanda nic-noc. Yogyakarta : Mediaction.

Nursalam (2001). Konsep dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Erlangga

Nursalam. (2003). Konsep & penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawata:


pedoman skripsi, tesis, dan instrument keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika

Saputri, KA.(2016). Perbedaan efektifitas jus mentimun dan jus tomat terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di desa sokawera
kecamatan patikraja banyumas.
46

Saryono (2011). Metedologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia

Sarwono, J.(2006). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta :


Graha Ilmu

Setiati, S(2014). Buku ajaran ilmu penyakit dalam. Jakarta : Internal publishing

Smeltzert, S. C., & Bare, B. G. (Eds). (2002). Brunner & Suddarth’s textbook of
medical surgical nursing ( 9th ed). Philadelphia : Lippincot Williams &
Wilkins

Subhash, K., Bose, C., Agrawal, G. (2007). Effect of lycopene from tomatoes on
plasma antioxidant enzymes, lipid peroxidation rate and lipid profil in
grade-1 Hypertension. Journal Nutrision & Metabolism. Vol : 51 (477-81)

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :


Alfabeta

Suryabrata, S. (2004). Metodologi penelitian-edisi 2. Jakarta: PT Raja Grafinda


Persada

Syarifudin, (2010). Paduan TA keperawatan dan kebidanan dengan SPSS.


Yogyakarta: Grafindo Litera Medika

Tabassum., Nahida., Ahmad., Feroz (2011) Role Of Natural Herbs in The


Treatment Of Hypertension. Journal Pharacognosy, 30-40. Doi :
10.4103/09737847.79097

Paran, S (2002). New study provides hope for hypertensive patiens, journal
nutrision, vol : 24 (12-13)

Paran, E(2008). Efek Antioksidan Pada Buah Tomat Pada Pasien Hipertensi.

Puskesmas Rembang. (2016). Profil Kesehatan Puskesmas Rembang Tahun 2016.


Puskesmas Rembang, Purbalingga. (Tidak Dipublikasikan).

Yuliarti, N.(2011). 1001 Khasiat buah-buahan. Yogyakarta : CV.Andi Offset

Yudha, E. K., Wahyuningsih, E., Yulianti, D., & Karyuni, P. E. (Eds). (2009).
Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai