Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

Dosen Pembimbing : Suryanti, S.Kep., Ns., M.Sc

Disusun Oleh :

Brilliant Afina Mega Pratama Putri P27220019057


Calista Tiara Nabila P27220019058
Dyah Ayu Wulandari P27220019067
Sela Andrian P27220019091

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Meningitis” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
II.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu pembuatan
makalah ini, khususnya kepada dosen Keperawatan Medikal Bedah II Suryanti, S.Kep., Ns.,
M.Sc yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya

Surakarta, 4 Februari 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Meningitis termasuk ke dalam sepuluh macam penyakit paling berbahaya di dunia
yang sering menyerang anak - anak. Meningitis adalah infeksi pada meninges (selaput
pelindung) yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang. Ketika meradang, meninges
membengkak karena infeksi yang terjadi. Setiap tahun, lebih dari 400 juta orang yang
tinggal di 26 negara terserang meningitis. Kasus meningitis paling banyak terjadi di
negara-negara Afrika dengan lebih dari 900.000 kasus dalam rentang tahun 1995-
2014. Dari kasus ini, 10% mengakibatkan kematian, dengan 10-20% mengembangkan
gejala sisa neurologis lain.
Perkembangan teknologi dan pengetahuan dunia kedokteran modern telah
menemukan berbagai cara mencegah terjadinya penyakit, khususnya penemuan
teknologi modern vaksinasi. Meskipun vaksin memiliki efektivitas yang tinggi, tetapi itu
tidak 100% menjamin bahwa seseorang tidak akan terserang suatu penyakit

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari meningitis?
b. Apa penyebab dari meningitis?
c. Bagaimana patofisiologi dari meningitis?
d. Apa manifestasi dari meningitis?
e. Bagaimana pathway dari meningitis?
f. Apa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus meningitis?
g. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus meningitis?

3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari meningitis
b. Mengetahui penyebab dari meningitis
c. Mengetahui patofisiologi dari meningitis
d. Mengetahui manifestasi klinik dari meningitis
e. Mengetahui pathway dari meningitis
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus meningitis
g. Mengetahui penatalaksanaan kegawatdaruratan pada kasus meningitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Meningitis adalah suatu reaksi peradangan yang mengenai seluruh selaput otak
(meningen) yang melapisi otak dan medula spinalis yang ditandai dengan adanya sel darah
putih dalam cairan serebrospinal (Irawan dan Saharso, 2002). Peradangan yang terjadi pada
meningen yang ditandai peningkatan jumlah sel polimorfnuklear dalam cairan serebrospinal
(CSS) merupakan tanda terjadinya meningitis bakteri (Saharso dan Hidayati, 2000). Selain
karena bakteri, meningitis juga dapat disebabkan oleh virus, jamur, parasit dan akibat adanya
trauma kepala yang menyebabkan rusaknya meningen (Ross et al, 2002).
Meningitis muncul ketika selaput yang menutupi otak dan sumsum tulang
belakang menjadi bengkak dan meradang. Penutup ini disebut meninges.
Bakteri merupakan salah satu jenis kuman penyebab meningitis. Bakteri gram
negatif adalah jenis bakteri yang berperilaku serupa di dalam tubuh. Warnanya berubah
menjadi merah muda saat diuji di laboratorium dengan pewarnaan khusus yang disebut
pewarnaan Gram.

B. Penyebab
a. Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :
1. Neonatus
Pada bayi baru lahir biasanya meningitis disebabkan oleh bakteri seperti
Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria monositogenes.
2. Anak di bawah 4 tahun
Pada usia ini biasanya meningitis disebabkan oleh Hemofilus influenza,
meningococcus, Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa
Pada anak usia diatas 4 tahun dan orang dewasa, meningitis dapat terjadi karena
bakteri seperti Meningococcus, Pneumococcus.
b. Penyebab meningitis menurut organismenya :
1. Meningitis bakteri
Bakteri haemofilus influenza, nersseria, diplokokus pneumonia,
streptokokus group A, stapilokokus aurens, eschericia colli, klebsiela dan
pseudomonas adalah bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis.Tubuh
berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dengan terjadinya peradangan
dengan adanya neutrophil, monosit, dan limfosit.Peradangan menimbulkan
munculnya cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan leukosit di ruangan
subarachnoid. Cairan akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga menyebabkan
lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Pengumpulan cairan tersebut juga
menimbulkan peningkatan pada tekanan intracranial yang menyebabkan jaringan
otak mengalami infark.
2. Meningitis virus
Meningitis virus atau aseptic meningitis disebabkan oleh virus gondok,
herpes simplek dan herpes zoster. Pada meningitis virus tidak ditemukan adanya
eksudat seperti yang terjadi pada meningitis bakteri dan juga tidak ditemukan
organisme pada kultur cairan otak. Respon jaringan otak terhadap virus bervariasi
tergantung jenis sel yang terlibat.Pada meningitis virus ini peradangan terjadi di
seluruh korteks cerebri dan lapisan otak.

C. Patofisiologi
Meningitis terjadi akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan
tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput
otak, misalnya penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, dan Bronchopneumonia.
Masuknya organisme melalui sel darah merah pada blood brain barrier.
Penyebaran organisme bisa terjadi akibat prosedur pembedahan, pecahnya abses
serebral atau kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur
dasar tengkorak yang dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadinya hubungan
antara CSF (Cerebro-spinal Fluid) dan dunia luar. Penumpukan pada CSF akan
bertambah dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medulla spinalis.
Mikroorganisme masuk ke susunan saraf pusat melalui ruang pada subarachnoid
sehingga menimbulkan respon peradangan seperti pada via, arachnoid, CSF, dan
ventrikel. Efek peradangan yang di sebabkan oleh mikroorganisme meningitis yang
mensekresi toksik dan terjadilah toksekmia, sehingga terjadi peningkatan suhu oleh
hipotalamus yang menyebabkan suhu tubuh meningkat atau terjadinya hipertermi
(Suriadi & Rita Yuliani 2001)

D. Manifestasi Klinik
Gejala klinis yang timbul pada meningitis bakterial berupa sakit kepala,
lemah, menggigil, demam, mual, muntah, nyeri punggung, kaku kuduk, kejang, peka
pada awal serangan, dan kesadaran menurun menjadi koma. Gejala meningitis akut
berupa bingung, stupor, semi-koma, peningkatan suhu tubuh sedang, frekuensi nadi
dan pernapasan meningkat, tekanan darah biasanya normal, klien biasanya
menunjukkan gejala iritasi meningeal seperti kaku pada leher, tanda Brudzinksi
(Brudzinki’s sign) positif, dan tanda Kernig (Kernig’s sign) positif (Batticaca,
Fransisca, 2008).

E. Pemeriksaan Penunjang
- Pungsi lumbal dan kulturCSS: jumlah leokosit CBC meningkat, kadar glukosa darah
menurun, protein menigkat, tekanan cairan meningkat, asam laktat meningkat,
glukosa serum meningkat, identifikasi organisme penyebab.
- Kultur darah, digunakan untuk menemukan dan menetapkan organisme penyebab.
- Kultur urin
- Kultur nasofaring
- Elektrolit serum, meningkat pada pasien yang mengalami dehidrasi. Na naik dan K
turun
- Osmolaritas urin meningkat dengan sekresi ADH
- MRI, CT-Scan atau angiografi

F. Penatalaksanaan
Farmakologis
A. Obat anti inflamasi
1. Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :
a. Sefalosporin generasi ke 3
b. ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.
c. Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
2. Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :
a. Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
b. Sefalosforin generasi ke 3.

B. Pengobatan simtomatik
1. Diazepam IV; 0,2-0,5 mg/kg/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kg/dosis
2. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian
a. Fenitoin 5 mg/kg/24jam, 3 kali sehari atau
b. Fenobarbital 5-7 mg/kg/24jam, 3 kali sehari

Turunkan panas:
a. Antipiretik: parasetamol/ salisilat 10 mg/kg/dosis.
b. Kompres air PAM / es.

C. Pengobatan suportif
1. Cairan intravena
2. Zat asam

G. Pathway
Tonsilitis, bronkolitis, typus abdomenalis dan penyakit lain

Mikroorganisme secara hematogen sampai ke meningen

Meningitis

Mikoorganisme menskresi toksik Kenaikan volume dan peningkatan viskositas LCS Toksemia

Penurunan penyerapan cairan LCS

Peningkatan suhu oleh pengaturan hipotalamus Peninkatan tekanan intrakranial

De presi pada pusat


kesadaran,
Hipertemia
memori, respon lingkungan luar Peninigkatan eksitasi neuron Peningkatan

output cairan Penurunan kesadaran Kejang

Penurunan sekresi trakeobronkial Spasme otot bronkus

Penumpukan secret ditrakea,bronkus Resiko cidera fisik

Gangguan bersihan jalan


nafas

Penyempitan lumen trakea,bronkus

Penurunan masukan oksigen Penurunan

oksigen darah

Gangguan perfusi
jaringan

Gambar pathway meningitis (Sumber : Riyadi dkk,2013

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata
Umur : agen infeksi meningitis purulenta mempunyai kecenderungan
pada golongan umur tertentu diantaranya:
a) Neonatus : E. Coli, S. Beta hemolitikus, dan Listeria monositogenes
b) < 5 th/balita : H. Influenza, Meningococcus dan Pneumococcus
c) 5-20 tahun : Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis,
Streptococcus, dan Pneumococcus
d) >20 th : Meningococcus, Pneumococcus, Stafilococcus,
Streptococcus, Listeria
Rentang usia dengan angka mortilitas tinggi adalah bayi sampai balita (6
bulan-4 tahun).
Gender : Laki-laki mempunyai jumlah yang lebih banyak dari pada
perempuan dalam kasus meningitis, yang diakrenakan adanya faktor
predisposisi dalam kasus meningitis (AM. Youssr, 2005).
Tempat Tinggal : Meningitis banyak terjadi di negara-negara berkembang
karena angka kematian dan kecatatan yang masih tinggi. Perumahan tidak
memenuhi syarat kesehatan minimal, hidup, tinggal atau tidur yang saling
berdesakan.Hygiene dan sanitasi yang buruk meningkatkan angka terjadinya
meningitis.
b. Keluhan Utama
Suhu badan tinggi, kejang, kaku kuduk dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada pengkajian klien dengan meningitis didapatkan keluhan yang
berhubungan dengan akibat infeksi dan peningkatan tekanan intracranial,
diantaranya sakit kepala dan demam. Sakit kepala dihubungkan dengan
meningitis yang selalu berat dan akibat dari iritasi meningen.Demam ada dan
tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Infeksi jalan napas bagian atas, ototos media, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, tindakan bedah syaraf, riwayat trauma kepala,
pengaruh imunologis.
e. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
1. Peningkatan suhu lebih dari normal, yaitu 38-41 ‘C, dimulai dari fase
sistemik, kemerhan, panas, kulit kering, berkeringat.Keadaan tersebu
dihubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi meningen yang sudah
mengganggu pusat pengatur suhu tubuh
2. Penurunan denyut nadi, berhubungan dengan tanda peningkatan tekanan
intracranial
3. Peningkatan frekuensi pernapasan, berhubungan dengan laju metabolism
umum dan adanya infeksi pada sistem pernapasan sebelum mengalami
meningitis
B1 (breathing)
a. Inspeksi adanya batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot
bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan yang disertai adanya
gangguan pada istem pernapasan.
b. Palapasi thorax apabila terdapat deformitas tulang dada
c. Auskultasi adanya bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan
meningitis tuberkolosa dengan penyebaran primer dari paru
B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler dilakukan pada klien meningitis
tahap lanjut apabila sudah mengalami renjatan (syok).Pada klien meningitis
meningokokus terjadi infeksi fulminating denga tanda-tanda septicemia:
demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar
wajh dan ekstrimitas), syok, dan tanda-tanda koagulasi intravascular
diseminata.
- B3 (Brain)
Pemeriksaan fokus dan lebih lengkap disbanding pengkajian pada
sistem lain.
- Tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis berkisar antara
letargi, stupor, dan semikomatosa.
- Fungsi serebri

Status mental: observasi penampilan dan tingkah laku, nilai gaya bicara dan
observasi ekspresi wajah dan aktivitas motoric. Pada klien meningitis
ahaplanjut biasanya ststus mental mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf kranial
a. Saraf I,pada klien meningitis tidak ada kelainan
b. Saraf II, pemeriksaan ketajaman penglihatan pada kondisi normal dan
pemeriksaan papilledema pada meningitis supuratif yang disertai abses
serebri dan efusi subdural yang menyebabkan peningkatan TIK.
c. Saraf III, IV, dan VI, pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil tanpa
kelainanpada klien meningitis tanpa penurunan kesadaran
d. Saraf V : tidak didapatkan paralisis otot wajah dan reflek kornea tidak ada
kelainan
e. Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris
f. Saraf VIII : tidak ditemukan tili konduktif dan tuli persepsi
g. Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik
h. Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius

Sistem motorik

Kekuatan otot menurun, pada meningitis tahap lanjut


kontrolkeseimbangan dan koordinasi mengalami perubahan.

Pemeriksaan reflek

Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan pada tendon, ligamntum, atau


periosteum derajat reflex pada respon normal. Refles patologis terjadi pada
klien dengan tingkat kesadaran koma.

Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kedutan syaraf, dan dystonia. Pada
keadaan tertentu biasanya mengalami kejang umum terutama pada anak
dengan meningitis yang disertai peningktan suhu tubuh yang tinggi
Sistem sensorik
Pemeriksaan terkait peningkatan tekanan intracranial, tanda tanda
peningkatan TIK sekunder akibat eksudat purulent dan edema serebri
diantaranya perubahan TTV (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardia),
pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.Adanya ruam merupakan ciri menyolok adanya meningitis
meningokokal (Neisseria meningitis)
B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan didapatkan berkurangnya volume
keluaran urine.Hal tersebut berhubungan dengan penurunan perfusi dan
penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 (Bowl)
Mual hingga muntah karena peningkatan produksi asam lambung.Pada
klien meningitiss pemenuhan nutrisi menurun karena anoreksia dan adanya
kejang.
B6 (Bone)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (lutut dan pergelangan
kaki).Petekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam.Pada kasus berat klien
dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah dan ekstrimitas.Klien sering
mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.

2. Diagnose
a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Hypertension oleh eksudasi pus
akibat reaksi inflamasi
b. Hyperthermia b.d dehidrasi dan agen faramasi
c. Nyeri Akut b.d Cedera agen biologis (infeksi, iskemia, neoplasma)

3. Intervensi
NO. Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Resiko Setelah dilakukan 1. Monitoring 1. Perubahan
ketidakefektifan tindakan tekanan tekanan CSS,
perfusi jaringan keperawatan intrakarnial. akibat herniasi
otak b.d selama x24 jam. ICP Monitoring batang otak
gangguan Resiko perubahan 2. Management yang
transport perfusi jaringan pengobatan membutuhkan
oksigen melalui menjadi adekuat. (monitoring tindakan segera.
membran Kriteria Hasil: pemberian 2. Bertujuan untuk
kapilermenuju 1. Tekanan terapi mencegah
otak oleh darah sistolik farmakologi peningkatan
eksudasi pus (n=100-140 untuk tekanan
akibat reaksi mmHg). mengurangi intrakranial.
inflamasi Sistolic TIK). 3. Bertujuan untuk
blood 3. Identifikasi meningkatkan
pressure terjadinya aliran darah
2. Tekanan resiko lainnya (vena) dari
darah berhubungan kepala.
diastolik dengan 4. Bertujuan untuk
(n=80-100 peningkatan meminimalkan
mmHg). TIK (infeksi). fluktuasi aliran
Diastolic 4. Ajarkan vaskuler.
blood patofisiologi 5. Menurunkan
pressure dan prognosis permeabilitas
3. Keseimbanga dari Meningitis. kapiler,
n cairan. Teanching: membatasi
Fluid Disease edema serebral,
balance Process mengurangi
4. Saturasi 5. Ajarkan pola resiko
oksigen 95- diet, sesuai peningkatan
100%. dengan kondisi TIK.
Oxygen pasien
saturation Meningitis.
5. Tidak ada Teaching:
mual, Prescribed Diet
muntah dan 6. Ajarkan
nyeri. prosedur dan
Nausea, terapi
vomitting, Meningitis pada
and pain klien.
Teaching:
Procedure/Trea
tment
7. Monitoring
tanda-tanda
vital. Vital Sign
Monitoring

2. Hyperthermia Setelah dilakukan 1. Pantau 1. Karena suhu


b.d tindakan suhusetiap 2 pasien dengan
a. Dehidrasi keperawatan jam hipertermi dapat
b. Agen x24jam, 2. Pantau warna beruabah-ubah
faramasi diharapkan jalan kulit dam suhu setiap waktu.
nafas pasien 3. Monitor TD, 2. Warna kulit
kembali efektif. nadi, RR pasien dengan
Kriteria Hasil: 4. Monitor intake hipertermi,
1. Tekanan dan output kemerahan dan
darah sistolik 5. Anjurkan akral teraba
normal. asupan cairan hangat-panas
Penigkatan oal sedikitnya 2 (sesuai suhu
2. Tekanan liter sehari tubuh) akibat
darah 6. Kolaborasi: dari proses
diatolik berikan obat infeksi (kolor,
normal. antipiretik bila dolor, rubor,
Peningkatan perlu fusiolesa)
3. Pasien tidak 3. TTV merupakan
mengalami acuan untuk
kelemahan/f mengetahui
atigue keadaan umum
pasien
4. Pasien dengan
hipertermi, akan
mengalami
dehidrasi
(turgor kulit
buruk)
5. Dengan bantuan
intake cairan
yang cukup,
cairan tubuh
yang hilang
dapat terganti.
Antibiotik
digunakan
untuk mengatasi
infeksei yang
menyebabkan
hipertemi pada
pasien.
3. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Menurunkan
Cedera agen tindakan lingkungan reaksi terhadap
biologis keperawatan yang tenang dan stimulasi
(infeksi, selama x24jam nyaman. eksternal,
iskemia, rasa nyeri kepala 2. Bantu pasien sensitivitas
neoplasma) pada pasien untuk terhadap
berkurang dan menemukan cahaya,
hilang. Kriteria posisi yang meningkatkan
Hasil: nyaman, posisi istirahat atau
Pain control kepala yang relaksasi
1. Mengetahui lebih tinggi 2. Menurunkan
penyebab 3. Tingkatkan iritasi
timbulnya tirah baring, dan meningeal
nyeri bantu pasien 3. Menurukan
2. Menjelaskan dalam aktivitas atau
faktor pemenuhan gerakan yang
penyebab KDM utama dapat
3. Dapat 4. Pantau TTV menyebabkan
memantau pada pasien nyeri
nyeri yang 5. Kaji tingkat 4. Perubahan pada
dirasakan nyeri pada (TD, Nadi, dan
4. Dapat pasien PQRST RR)
melakukan menggambar
pencegahan kondisi pasien
untuk 5. Untuk
terjadinya mengetahui
nyeri tingkatan nyeri
5. Menyatakan dan mengetahui
gejala nyeri permasalahn,
yang serta cara
dirasakan mengatasinya.
dapat
terkontrol
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca Fransisca, C. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

Berbasis Mobile Untuk Diagnosis Dini Meningitis.” Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer. 5,
(2017) : Departemen Teknik Sistem Komputer (diakses pada 4 februari 2021)

Eka Gunadi “Terapi Pada Meningitis Bakterial” Jurnal Penelitian Perawat Profesional. 2, 3
(2020) : Global Health Science Group (diakses pada 4 februari 2021)

Irawan, R dan Suharso,D. 2002. dalam Dharma, MES., et al. “Korelasi Drug Related Problem
dengan Sekuele Meningitis Bakteri pada Pasien Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
Volume 9 No. 2”. 2019. Padang : SCIENTIA Jurnal Farmasi dan Kesehatan

Nath A. Meningitis: bacterial, viral, and other. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Goldman-Cecil
Medicine. 25th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2016: chap 412.

Riyadi, S. &. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Anak - Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ross, EL et al. on behalf of the 2007 ISS Consensus Workshop participants. Consensus
Statement on the Diagnosis and Treatment of Children with Idiopathic Short Stature: A
Summary of the Growth Hormone Research Society, the Lawson Wilkins Pediatric
Endocrine Society, and the European Society for Paediatric Endocrinology Workshop. J
Clin Endocrinol Metab 2008;93: 4210–7.

Saharso, D., dan Hidayati, S. N. 2000. Infeksi Susunan Syaraf Pusat. Dalam Soetomenggolo, T.
S. Dan Ismael, S., Buku Ajar Neurologi Anak, Jakarta: Penerbit BP IDAI, hal. 339-351

Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam. Edisi 1. Jakarta: Agung
Setia.

Tunkel AR, Van de Beek D, Scheld WM. Acute meningitis. In: Bennett JE, Dolin R, Blaser MJ,
eds. Mandell, Douglas, and Bennett's Principles and Practice of Infectious Diseases,
Updated Edition. 8th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2015:chap 89.
University of Florida Health website. Gram-Negative Meningitis. https://ufhealth.org/gram-
negative-meningitis . Dipublikasikan pada 22 September 2018. Diakses pada 4 Februari,
2021.

Anda mungkin juga menyukai