Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KASUS KORUPSI DI PT. ASABRI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pedidikan dan
Budaya Anti Korupsi
Dosen Pembimbing : Bapak Mukhadiono, SST, MH

DISUSUN OLEH :
1. Mahfrida Salbiyana (P1337420218013)
2. Yunindya Triska W. (P1337420218014)
3. Wulan Gitanofa Z (P1337420218015)
4. Anelida Grasella M. (P1337420218016)
5. Yudisa bela N (P1337420218017)
6. Meli Aldiah Putri (P1337420218018)
7. Siska Dwiyanti (P1337420218019)
8. Devvyta Nanda PT (P1337420218020)
9. Gina Nur Meinia (P1336420218021)
10. Afida nur indah salasa (P1337420218022)
11. Khadrotul Istiwai S (P1337420218023)
12. Septian Rianto (P1337420218024)

TINGKAT 3A
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah Pedidikan dan Budaya Anti Korupsi dengan judul “Kasus Korupsi
PT Asabri” ini dengan baik tanpa halangan suatu apapun. Karya tulis sederhana
ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas semester enam tingkat 3A. Dalam
penyajian karya tulis ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Yth. Ibu Walin, SST., M.Kes selaku Kepala Prodi DIII Keperawatan
3. Yth. Bapak Mukhadiono, SST, MH selaku pengampu
4. Orang tua, yang selalu memberi motivasi dan dukungan.
5. Teman-teman yang telah membantu dan memberi semangat.
6. Dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga karya tulis ini memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan
bagi pembaca khususnya serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa kita
Indonesia guna mencapai tujuannya masing-masing sehingga dapat dijadikan
panutan yang berguna bagi masa depan nusa bangsa dan agama sekaligus menjadi
contoh kepada generasi-generasi penerus bangsa kita Indonesia.

Purwokerto, 15 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi telah menjadi masalah serius di Indonesia. Beberapa fakta


dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunjukkan hal tersebut.
Pertama, data (dalam User, 2018) menunjukkan bahwa dalam kurun waktu
2012-2017 banyaknya kasus tindak pidana korupsi yang diselidiki oleh KPK
meningkat rata-rata 10% per tahun dan banyaknya kasus yang dieksekusi
meningkat rata-rata 28% per tahun. Kedua, ditinjau dari lokasi (dalam User,
2018), tindak pidana korupsi terjadi di Pemerintah Pusat dan lebih dari 70%
jumlah propinsi di Indonesia. Ketiga, ditinjau dari profesi jabatan (dalam
User, 2018), tindak pidana korupsi terjadi di kalangan yang beragam mulai
anggota legislatif, kepala lembaga atau kementerian, duta besar, kepala
pemerintahan, hakim, jaksa, polisi, pengacara dan swasta serta korupsi di
PT. Ashari yang akan dibahas pada makalah ini.
Tindak korupsi dapat dilakukan di mana saja, oleh siapa saja, dan
dengan jumlah yang cenderung meningkat. Dengan alasan inilah
berdasarkan Undang-undang nomor 30 Tahun 2002, pemerintah membentuk
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebuah lembaga negara yang bersifat
independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari
kekuasaan manapun dan menyerahkan amanat kepada lembaga ini untuk
melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif dan
berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.
Korupsi sudah sekian lama terjadi sejak manusia pertama mengenal
tata kelola administrasi. Perbuatan korupsi tidak terlepas dari kekuasaan,
birokrasi, pemerintahan dan politik. Selain mengaitkan korupsi dengan
politik, korupsi juga terkait dengan kebijakan perekonomian, politik,
kesejahteraan sosial dan pembangunan bangsa. Korupsi dapat
menghancurkan berbagai segi kehidupan, terutama kehidupan sosial

1
ekonomi sebagai faktor kunci untuk kesejahteraan setiap orang dalam suatu
masyarakat, bangsa dan negara. Korupsi di Indonesia ibarat warisan haram
tanpa syarat wasiat, sebab korupsi tetap saja lestari sekalipun diharamkan
oleh aturan hukum yang dibuat dan berlaku dari satu periode ke periode
pemerintahan berikutnya. Secara umum, penyebab korupsi meliputi dua
faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
berkaitan dengan diri seseorang, ini berhubungan erat dengan kualitas
kehidupan moral, keimanan, dan kejujuran. Faktor eksternal mencakup
aspek kehidupan keluarga, lingkungan politik, lingkungan organisasi, dan
lingkungan kerja.
Dampak korupsi terhadap ekonomi serta variabel-variabelnya telah
banyak dilakukan hingga saat ini. Korupsi memperlemah investasi dan
pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya dalam penelitian yang lebih elaboratif
dilaporkan bahwa korupsi mengakibatkan penurunan tingkat produktivitas
yang dapat diukur melalui berbagai indikator fisik, seperti kualitas jalan
raya. Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja.
Korupsi menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa
dan negara. Meluasnya praktik korupsi di suatu negara akan memperburuk
kondisi ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan
kualitas yang buruk, akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan
menjadi sulit, keamanan suatu negara terancam, kerusakan lingkungan
hidup, dan citra pemerintahan yang buruk di mata internasional sehingga
menggoyahkan sendisendi kepercayaan pemilik modal asing, krisis ekonomi
yang berkepanjangan, dan negara pun menjadi semakin terperosok dalam
kemiskinan.
Berdasarkan Laporan Bank Dunia, Indonesia (dalam Rinaldo, 2020)
dikategorikan sebagai negara yang utangnya parah, berpenghasilan rendah
(severely indebted low income country) dan termasuk dalam kategori
negara-negara termiskin di dunia seperti Mali dan Ethiopia. Berbagai
dampak masif korupsi yang merongrong dan aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara. Sehingga dengan dasar ini, kami menelaah lebih dalam
tentang “Dampak Masif Korupsi dan kasus korupsi PT. Asabri”

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, kami dapat merumuskan

makalah ini adalah “Bagaimana Dampak Masif Korupsi di PT. Asabri?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memaparkan tentang dampak masif korupsi di PT. Asabri.

2. Tujuan Khusus

a. Menuliskan dampak korupsi di bidang kesehatan

b. Menuliskan dampak korupsi terhdap ekonomi

c. Menuliskan dampak korupsi sosial dan kemiskinan

d. Menuliskan dampak korupsi terhadap birokrasi pemerintah

e. Menuliskan dampak korupsi terhadap politik dan demokrasi

f. Menuliskan dampak korupsi terhadap penegakan hukum

g. Menuliskan dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan

D. Manfaat Penulisan

Makalah ini dapat digunakan bagi pembaca untuk meningkatkan pengetahuan

dan memperluas pemahaman tentang dampak masif korupsi dan pemahaman

kasus korupsi PT. Asabri.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dampak Korupsi di Bidang Kesehatan

Fraud: tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga

menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau pihak lain. Fraud  dalam

bidang kesehatan terbukti berpotensi menimbulkan kerugian finansial

negara dalam jumlah yang tidak sedikit. Sebagai contoh, pontesi kerugian

akibat Fraud di dunia adalah sebesar 7,29 % dari dana kesehatan yang

dikelola tiap tahunnya. Data dari FBI di AS menunjukkan bahwa potensi

kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat Fraud layanan kesehatan

adalah sebesar 3 – 10% dari dana yang dikelola. Data lain yang bersumber

dari penelitian University of Portsmouth menunjukkan bahwa

potensi Fraud di Inggris adalah sebesar 3 – 8 % dari dana yang dikelola.

Fraud juga menimbulkan kerugian sebesar 0,5 – 1 juta dollar Amerika di

Afrika Selatan berdasar data dari Simanga Msane dan Qhubeka

Forensic dan Qhubeka Forensic Services (lembaga investigasi Fraud)

(Bulletin WHO, 2011).

Fraud akibat penyalahgunaan wewenang dapat mengurangi sumber

daya, menurunkan kualitas, rendahnya keadilan dan efisiensi,

meningkatkan biaya, serta mengurangi efektivitas dan jumlah. Di

Indonesia, Fraud berpotensi memperparah ketimpangan geografis. Ada

kemungkinan besar provinsi yang tidak memiliki tenaga dan fasilitas

4
kesehatan yang memadai tidak akan optimal menyerap dana BPJS.

Penduduk di daerah sulit di Indonesia memang tercatat sebagai peserta

BPJS namun tidak memiliki akses yang sama terhadap pelayanan. Bila

mereka harus membayar sendiri, maka biaya kesehatan yang harus

ditanggung akan sangat besar. Fraud dalam layanan kesehatan di daerah

maju dapat memperparah kondisi ini. Dengan adanya Fraud, dana BPJS

akan tersedot ke daerah-daerah maju dan masyarakat di daerah terpencil

akan semakin sulit mendapat pelayanan kesehatan yang optimal

(Trisnantoro, 2014).

B. Dampak Korupsi Terhadap Ekonomi

Korupsi merupakan salah satu masalah yang mempunyai dampak

negatif terhadap perekonomian suatu negara, dan dapat berdampak

merusak sendi-sendi perekonomian suatu negara. Berbagai dampak

korupsi terhadap aspek ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Korupsi membuat sejumlah investor kurang percaya untuk

menanamkan modalnya dan lebih memilih menginvestasikanya ke

negara-negara yang lebih aman. Korupsi menyebabkan investasi daru

negara lain berkurang karena para investor lebih memilih pada negara

yang bebas korupsi. Ketidak keinginan berinvestasi pada negara korup

memang sangat beralasan karena uang yang diinvestasikan pada negara

tersebut tidak akan memberikan keuntungan seperti yang diharapkan

para investor, bahkan modal mereka pun kemungkinan hilang dikorupsi

oleh para koruptor. Bantuan dari negara donor pun tidak akan diberikan

5
kepada negara yang tingkat korupsinya masih tinggi. Hal ini

menyebabkan kerugian yang besar bagi negar tersebut, karena dengan

tidak ada bantuan dari negara donor akan menghambat pertumbuhan

perekonomian negara.

2. Melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam program

pembangunan yang meningkatkan perekonomian.

Pada institusi pemerintahan yang memiliki angka korupsi rendah,

layanan publik cenderung lebih baik dan murah. Tingginya angka

korupsi bisa memperburuk layanan kesehatan dan pendidikan. Korupsi

juga turut mengurangi anggaran pembiayaan untuk perawatan fasilitas

umum. Kuantitas dan kualitas barang juga menurun karena besarnya

biaya untuk proses yang terjadi karena korupsi.

Korupsi dapat menyebabkan hubungan internasional antar negara

menjadi kurang baik. Hal itu dikarenakan negara yang korupsi akan

merugikan negara lain yang memberi modal atau berkerja sama dalam

bidang tertentu.

3. Meningkatkan utang negara

Kondisi perekonomian global yang mengalami resesi melanda

semua negara, termasuk Indonesia. Kondisi ini memaksa pemerintah

untuk melakukan utang untuk menutupi defisit anggatan. Korupsi

makin memperparah kondisi keuangan. Utang luar negeri terus

meningkat, hingga September 2013, utang pemerintah Indonesia

6
mencapai Rp2.273,76 triliun. (Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu

yang dikutip finance.detik.com, 2013).

4. Menurunkan pendapatan negara.

Pendapatan negara terus berkurang terutama karena menurunya

pendapatan negara dari sektor pajak. Pajak menjadi sumber utama

untuk mebiayai pengeluaran pemerintah dalam menyediakan barang

dan jasa publik. Kondisi penurunan pendapatan dari sektor pajak,

diperparah dengan korupsi pegawai pajak untuk memperkaya diri

sendiri maupun kelompok.

5. Menurunkan produktivitas.

Lemahnya investasi dan pertumbuhan ekonomi serta menutunya

pendapatan negara akan menurunkan produktivitas. Hal ini akan

berdampak pada meningkatnya pengangguran. Ujung dari penurunan

produktivitas ini adalah kemiskinan masyarakat yang akan semakin

meningkat.

C. Dampak Korupsi Terhadap Sosial dan Kemisikinan

Dampak korupsi masif terhadap sosial dan kemiskinan menurut

Kurniadi Y, 2011 antara lain :

1. Mahalnya harga kebutuhan pokok, jasa, dan pelayanan publik

Praktek korupsi pada dasarnya menciptakan suatu kondisi

kehidupan ekonomi dengan biaya tinggi karena adanya beban (high

cost economy) yang harus ditanggung para pelaku ekonomi akibat

korupsi, ini berimbas pada mahalnya harga kebutuhan pokok, jasa,

7
dan pelayanan publik karena harga yang ditetapkan harus dapat

menutupi kerugian pelaku ekonomi akibat besarnya modal yang

dilakukan karena penyelewengan yang mengarah ke tindak korupsi.

2. Pengentasan kemiskinan berjalan lambat

Lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan dan lembaga.

Karena korupsi, permasalahan kemiskinan itu sendiri akhirnya akan

membuat masyarakat sulit mendapatkan akses ke lapangan kerja yang

disebabkan latar belakang pendidikan, sedangkan untuk membuat

pekerjaan sendiri banyak terkendala oleh kemampuan, masalah teknis

dan pendanaan.

3. Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin

Rakyat miskin lebih mendahulukan mendapatkan bahan pokok

untuk hidup daripada untuksekolah yang semakin menyudutkan

karena mengalami kebodohan. Jasa pendidikan, kesehatan, rumah

layak huni, informasi, hukum, dan sebagainya sulit diakses oleh rakyat

miskin. Akses untuk mendaptakan pekerjaan yang layak menjadi

sangat terbatas, yang pada akhirnya rakyat miskin tidak mempunyai

pekerjaan dan selalu dalam kondisi yang miskin seumur hidup serta

dapat menciptakan lingkaran setan kemiskinan.

4. Meningkatnya angka kriminalitas

Korupsi, kualitas, dan kuantitas kejahatan sangat berkaitan.

Rasionya, ketika korupsi meningkat, angka kejahatan yang terjadi juga

meningkat. Sebaliknya, ketika korupsi berhasil dikurangi, maka

8
kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum (law

enforcement) juga meningkat.

5. Solidaritas sosial semakin langka

Masyarakat merasa tidak mempunyai pegangan yang jelas untuk

menjalankan kehidupan sehari-hari. Ketidakjelasan masa depan serta

himpitan hidup yang semakin kuat membuat sifat kebersamaan dan

kegotong-royongan yang selama ini dilakukan menjadi langka.

6. Demoralisasi

Masyarakat menjadi semakin individualis karena sudah tidak ada

lagi kepercayaan terhadap pemerintah, sistem hukum bahkan antar

masyakarkat sendiri.

D. Dampak Korupsi Terhadap Birokrasi Pemerintahan

Menurut Mukodi (2017) dampak korupsi terhadap birokrasi pemerintahan.

Dampak korupsi disektor birokrasi pemerintahan, diantaranya:

1. Matinya etika sosial politik

2. Tidakefektifnya peraturan dan perundang-undangan

3. Birokrasi menjadi tidak efisien

4. Penurunan efisiensi dan efektifitas birokrasi pelayan masyarakat

5. Meningkatnya angka golput dalam pemilihan umum

6. Penurunan kepercayaan masyarakat kepada sistem demokrasi

7. Menurunnya kedaulatan rakyat

E. Dampak Korupsi Terhadap Politik dan Demokrasi

1. Munculnya Kepemimpinan Korup

9
Kondisi politik yang carut marut dan cenderung sangat koruptif

menghasilkan masyarakat yang tidak demokratis. Perilaku koruptif

dan tindak korupsi dilakukan dari tingkat yang paling bawah.

Konstituen di dapatkan dan berjalan karena adanya suap yang

diberikan oleh calon-calon pemimpin partai, bukan karena simpati

atau percaya terhadap kemampuan dan kepemimpinannya. Hubungan

transaksional sudah berjalan dari hulu yang pada akhirnya pun

memunculkan pemimpin yang korup juga karena proses yang

dilakukan juga transaksional. Masyarakat juga seolah-olah digiring

untuk memilih pemimpin yang korup dan diberikan mimpimimpi dan

janji akan kesejahteraan yang menjadi dambaan rakyat sekaligus

menerima suap dari calon pemimpin tersebut.

2. Hilangnya Kepercayaan Publik pada Demokrasi

Demokrasi yang diterapkan di Indonesia sedang menghadapi

cobaan berat yakni berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap

demokrasi. Hal ini dikarenakan terjadinya tindak korupsi besar-

besaran yang dilakukan oleh petinggi pemerintah, legislatif atau

petinggi partai politik. Kondisi ini mengakibatkan berkurangnya

bahkan hilangnya kepercayaan publik terhadap pemerintahan yang

sedang berjalan.

Masyarakat akan semakin apatis dengan apa yang dilakukan dan

diputuskan oleh pemerintah. Apatisme yang terjadi ini seakan

memisahkan antara masyarakat dan pemerintah yang akan terkesan

berjalan sendiri-sendiri. Hal ini benar-benar harus diatasi dengan

10
kepemimpinan yang baik, jujur, bersih dan adil. Sistem demokrasi

yang dijalankan Indonesia masih sangat muda, walaupun kelihatannya

stabil namun menyimpan berbagai kerentanan. Tersebarnya kekuasaan

ditangan banyak orang ternyata telah dijadikan peluang bagi

merajalelanya penyuapan. Reformasi yang dilakukan tanpa landasan

hukum yang kuat justru melibatkan pembukaan sejumlah lokus

ekonomi bagi penyuapan, yang dalam praktiknya melibatkan para

broker bahkan menumbuhkan mafia.

3. Menguatnya Plutokrasi

Korupsi yang sudah menyandera pemerintahan pada akhirnya akan

menghasilkan konsekuensi menguatnya plutokrasi (sitem politik yang

dikuasai oleh pemilik modal/kapitalis) karena sebagian orang atau

perusahaan besar melakukan ‘transaksi’ dengan pemerintah, sehingga

pada suatu saat merekalah yang mengendalikan dan menjadi penguasa

di negeri ini.

Perusahaan-perusahaan besar ternyata juga ada hubungannya

dengan partai-partai yang ada di kancah perpolitikan negeri ini,

bahkan beberapa pengusaha besar menjadi ketua sebuah partai politik.

Tak urung antara kepentingan partai dengan kepentingan perusahaan

menjadi sangat ambigu. Perusahaan-perusahaan tersebut mengu-asai

berbagai hajat hidup orang banyak, seperti; bahan bakar dan energi,

bahan makanan dasar dan olahan, transportasi, perumahan, keuangan

dan perbankan, bahkan media masa dimana pada saat ini setiap stasiun

televisi dikuasai oleh oligarki tersebut. Kondisi ini membuat informasi

11
yang disebar luaskan selalu mempunyai tendensi politik tertentu dan

ini bisa memecah belah rakyat karena begitu biasnya informasi.

4. Hancurnya Kedaulatan Rakyat

Dengan semakin jelasnya plutokrasi yang terjadi, kekayaan negara

ini hanya dinikmati oleh sekelompok tertentu bukan oleh rakyat yang

seharusnya. Perusahaan besar mengendalikan politik dan sebaliknya

juga politik digunakan untuk keuntungan perusahaan besar. Bila kita

melihat sisi lain politik, seharusnya kedaulatan ada di tangan rakyat.

Namun yang terjadi sekarang ini adalah kedaulatan ada di tangan

partai politik, karena anggapan bahwa partailah bentuk representasi

rakyat. Partai adalah dari rakyat dan mewakili rakyat, sehingga

banyak orang yang menganggap bahwa wajar apabila sesuatu yang

didapat dari negara dinikmati oleh partai (rakyat).

Kita melihat pertarungan keras partaipartai politik untuk

memenangkan pemilu, karena yang menanglah yang akan menguasai

semuanya (the winner takes all). Tapi bukannya sudah jelas bahwa

partai politik dengan kendaraan perusahaan besar sajalah yang diatas

kertas akan memenangkan pertarungan tersebut. Artinya sekali lagi,

hanya akan ada sekelompok orang saja yang menang dan menikmati

kekayaan yang ada. Hal ini terus berulang dari masa ke masa. Rakyat

terus terombangambing dalam kemiskinan dan ketidak jelasan masa

depan. Di mana kedaulatan rakyat yang sebenarnya.

F. Dampak Korupsi Terhadap Penegakan Hukum

12
Dampak korupsi masif terhadap penegakan hukum menurut James E.

David Lassen (2012). Fungsi pemerintahan dampak korupsi yang

menghambat berjalannya fungsi pemerintahan, sebagai pengampu

kebijakan negara :

1. Korupsi menghambat peran negara dalam peraturan alokasi

2. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan asset

3. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga

stabilitas ekonomi dan politik

Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara

Korupsi yang terjadi pada lembaga- lembaga negara seperti yang terjadi di

Indonesia dan marak diberitakan di berbagai media massa mengakibatkan

kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut hilang

Lembaga negara yang paling korupsi menurut Barometer Korupsi Global

(BKG) pada tahun 2009 :

1) Legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat)

2) Partai politik

3) Kepolisian RI

4) Lembaga peradilan (Makhamah Agung dan Kejaksaan Agung)

G. Dampak Korupsi Terhadap Pertahanan dan Keamanan

Dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan diantaranya

melemahkan alutsista dan SDM karena anggaran hankam menguap sia-sia.

Seringkali kita mendapatkan berita dari berbagai media tentang bagaimana

negara lain begitu mudahnya menerobos batas wilayah negara Indonesia.

13
H. KASUS

Direktur Tindak Pidana Korupsi (Dir Tipikor) Barekrim Polri,


Brigjen Djoko Poerwanto telah melakukan rapat koordinasi dengan
Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Kejaksaan Agung,
Febrie Adriansyah terkait dengan dugaan tindak pidana korupsi PT Asabri.
Djoko Poerwanto menyatakan bahwa beliau dan rekan-rekan penyidik
Polda Metro Jaya telah melakukan kegiatan ekspos berkaitan dengan
penanganan dugaan tindak pidana korupsi PT Asarbi dalam kurun waktu
2012-2019. Dalam rapat koordinasi tersebut, terjadi diskusi yang menarik
yang menghasilkan beberapa kesimpulan. Salah satunya, dalam waktu
dekat Polri akan membentuk tim kecil bersama Kejaksaan Agung yang
bertujuan untuk melakukan koordinasi berbagai macam hal dalam
penanganan tindak pidana korupsi di PT Asabri. Dugaan korupsi di PT
Asabri dilontarkan oleh Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD. Beliau mengaku mendengar
ada isu korupsi di Asabri yang mungkin itu tidak kalah fantastisnya
dengan kasus Jiwasraya.

Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2020/12/30/15053021/usut-
kasus-asabri-polri-dan-kejagung-bentuk-tim-kecil.

Asabri sendiri merupakan PT asuransi sosial Angkatan Bersenjata


Republik Indonesia, berdiri sejak 1 Agustus 1971 dan saat ini kantornya
beralamat di Jalan Majen Soetoyo di Jakarta. Dilansir dari situsnya sendiri,
Asabri sendiri adalah badan usaha milik negara yang berbentuk perseroan
terbatas. Berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992, Asabri ini
adalah asuransi jiwa tapi yang menanggung kepentingan bagi prajurit TNI,
anggota Polri, serta PNS Kemhan maka disebut sebagai BPJSnya TNI.
Dulu sebelum berdiri awalnya, prajurit TNI, anggota Polri dan lainnya ini
menjadi peserta Taspen atau tabungan dan asuransi pegawai negeri sampai
akhirnya dibentuklah lembaga asuransi yang bentuknya lebih sesuai seperti
perum Asabri. Di tahun 1991 diubah menjadi perseroan. Itulah seputar
Asabri. Apa sebenarnya yang terjadi dengan Asabri?, karena banyak isu

14
yang beredar saat ini. Sebenarnya dari laman Asabri sendiri ini terdapat
sejumlah laporan keuangannya.

Menurut pendapat kami, korupsi uang Asabri sama dengan


membunuh ASN. Hal ini harus ditindak lanjuti sampai ke akar-akarnya.
Para pelaku korupsi harus dihukum sesuai undang-undang yang berlaku di
negara Indonesia. Seharusnya, hukuman bagi para koruptor bukan hanya
berlaku untuk pelakunya saja, baiknya keluarganya ikut juga dihukum
sesuai ketentuan. Karena mereka juga menikmati hasil korupsi dari pelaku.
Seorang pelaku korupsi bisa jadi koruptor karena dampak dari tuntutan
dari keluarganya yang tidak pernah merasa cukup dan selalu ingin hidup
mewah.

Dugaan tindak pidana korupsi PT Asabri, diduga melanggar pasal


2 ayat (1) dan pasal 3 Undang-undang nomor 21 tahun 1999 tentang
pemberantasan tindakan pidana korupsi sebagaimana diubah dalam UU
nomor 20 Tahun 2001 dan Pasal 3 dan atau Pasal 4 atau Pasal 5 Undang-
undang nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan, pasal 12 huruf a atau 12
huruf b atau pasal 11 Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang
pemberantasan tindakan pidana korupsi dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang jo Pasal 55 ayat (1) KUHP.

Menurut pasal 3 Undang-undang nomor 8 Tahun 2010, hukuman


yang menanti pelaku tindak pidana pencucian uang adalah pidana penjara
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Pasal 12 menyebutkan
pelaku korupsi dapat dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling lama 20 tahun dan paling sedikit 4 tahun, dikenakan pidana denda
paling sedikit Rp 200 juta rupiah dan paling banyak Rp 1 miliar.
Sedangkan menurut pasal 11, pelaku korupsi dapat dipidana penjara
singkat satu tahun dan paling lama tahun. Pelaku juga dikenakan denda
paling sedikit 250 juta rupiah, sedangkan denda paling banyak 500 juta
rupiah.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan atas pembahasan di atas dan dari rumusan masalah,

maka dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan tingkah laku individu

yang menggunakan wewenang dan kekuasaannya guna mengeruk

keunntungan pribadi atau kelompok dan sangat merugikan kepentingan

umum serta sangat bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.

Dampak-dampak korupsi yang terjadi dapat merugikan banyak pihak dan

rakyat seperti skandal kasus korupsi PT Asabri. Beberapa dampaknya

yaitu :

1. Dampak korupsi di bidang kesehatan yaitu Fraud tindakan curang yang

dilakukan sedemikian rupa, sehingga menguntungkan diri sendiri,

kelompok, atau pihak lain Fraud tindakan curang yang dilakukan

sedemikian rupa, sehingga menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau

pihak lain.

16
2. Dampak korupsi terhadap perekonomian diantaranya yaitu menghambat

investasi dan pertumbuhan ekonomi, melemahkan kapasitas dan

kemampuan pemerintah dalam program pembangunan yang

meningkatkan perekonomian, meningkatkan utang negara, menurunkan

pendapatan negara, dan menurunkan produktivitas.

3. Dampak korupsi terhadap sosial dan kemiskinan diantaranya yaitu :

Mahalnya harga kebutuhan pokok, jasa, dan pelayanan publik,

Pengentasan kemiskinan berjalan lambat, Terbatasnya akses bagi

masyarakat miskin, Meningkatnya angka kriminalitas, solidaritas sosial

semakin langka, dan demoralisasi.

4. Dampak korupsi terhadap birokrasi pemerintah diantaranya yaitu :

Matinya etika sosial politik Tidakefektifnya peraturan dan perundang-

undangan, Birokrasi menjadi tidak efisien, Penurunan efisiensi dan

efektifitas birokrasi pelayan masyarakat, Meningkatnya angka golput

dalam pemilihan umum, Penurunan kepercayaan masyarakat kepada

sistem demokrasi, dan Menurunnya kedaulatan rakyat.

5. Dampak korupsi terhadap politik dan demikrasi diantaranya yaitu :

Munculnya kepemimpinan korup, hilangnya kepercayaan publik pada

demokrasi, menguatnya plutokrasi, dan hancurnya kedaulatan rakyat.

6. Dampak korupsi terhadap penegakan hukum diantaranya yaitu :

hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara dan fungsi

pemerintahan.

7. Dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan diantaranya yaitu :

melemahkan alutsista dan SDM karena anggaran hankam menguap sia-

17
sia. Seringkali kita mendapatkan berita dari berbagai media tentang

bagaimana negara lain begitu mudahnya menerobos batas wilayah

negara Indonesia.

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan didalam makalah ini adalah

hendaknya pemerintah lebih meningkatkan kontrol terhadap lembaga-

lembaga yang ada dan lebih menekankan sifat yang independen, kemudian

ikutsertakan masyarakat untuk mengontrol jalannya pemerintahan, bisa

diwakilkan dengan pembuatan kelompok atau organisasi yang sifatnya

independen yang anggotanya berasal dari masyarakat, para aktivis dan

mahasiswa.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Adwirman, et.all. 2014. Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK).
Jakarta : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
Bulletin of the WHO. (2011). Prevention not cure in tackling health-care Fraud,
Vol. 89, Number 12, 853-928.
James E. David Lassen. (2012). Dampak masif korupsi terhadap penegakan
hukum. Jakarta: Sinar Grafika
Mukodi (2017) Korupsi Dan Kebangkrutan Sebuah Bangsa. Dalam: Prosiding
Seminar Nasional Hasil Penelitian Dan Abdimas. LPPM STKIP PGRI
Pacitan, Pacitan. ISBN 978-602-50110-3-0
Rinaldo. (2020). Buku Ajar Anti Korupsi.. Retrieved from pusdiklat.bps.go.id
Trisnantoro, L. (2014). Paparan dalam diskusi Skenario Pelaksanaan: JKN 2014 –
2019.
User Super. (2018). TPK Berdasarkan Profesi/jabatan. Available from Anti-
Coruption Clearing House. Diakses 31 desember 2018. Retrieved from
https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak-pidana-korupsi/tpk-
berdasarkan-profesi-jabatan
User Super. (2018). TPK Berdasarkan Penindakan. Available from Anti-
Coruption Clearing House. Diakses 31 desember 2018. Retrieved from
https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak-pidana-korupsi
User Super. (2018). TPK Berdasarkan Wilayah. Available from Anti-Coruption
Clearing House. Diakses 31 desember 2018. Retrieved from
https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak-pidana-korupsi/tpk-
berdasarkan-wilayah
Yusuf Kurniadi. (2011). Dampak Masif Korupsi. Dalam buku: Pendidikan Anti-
Korupsi. Jakarta:Mendikbud.

20

Anda mungkin juga menyukai