Anda di halaman 1dari 16

I.

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA


A. Pengertian
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang
disebabkan oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda
asing.
Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan
dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/
infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan saluran
trakheabronkialis. (Ngastiyah, 1997)

B. Tanda dan Gejala


 Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat
naik secara mendadak (38– 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam
tinggi).
 Batuk, mula-mula kering  (non produktif) sampai produktif.
 Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal.
 Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung
kadang-kadang terdapat nasal discharge (ingus).
 Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing.
 Frekuensi napas :
 Umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt atau lebih.
 Umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt atau lebih.
 Umur < 2 bulan 60 x/mnt.
 Nadi cepat dan bersambung.
 Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan
batuk.
 Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.
 Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.
 Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis.
 Malaise, gelisah, cepat lelah.

1
A. Etiologi
Pneumonia bisa diakibatkan adanya perubahan keadaan pasien seperti
gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan
antibiotik yang tidak tepat hingga menimbulkan perubahan karakteristik pada
kuman. Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan
hal ini berdampak kepada obat yang akan di berikan. Mikroorganisme penyebab
yang tersering adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar Negara, antara suatu
daerah dengan daerah yang lain pada suatu Negara, maupun bakteri yang berasal
dari lingkungan rumah sakit ataupun dari lingkungan luar. Karena itu perlu
diketahui dengan baik pola kuman di suatu tempat. Pneumonia yang disebabkan
oleh infeksi antara lain :
 Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau
gram-negatif seperti : Steptococcus pneumonia (pneumokokus),
Streptococcus piogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumoniae,
Legionella, hemophilus influenzae.
 Virus
Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial adenovirus,
chicken-pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herves
simpleks, Virus sinial pernapasan, hantavirus.
 Fungi
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma
kapsulatum.
Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan oleh
bahan-bahan lain/non infeksi :
 Pneumonia Lipid : Disebabkan karena aspirasi minyak mineral.
 Pneumonia Kimiawi : Inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau
uap kimia seperti berillium.
 Extrinsik allergic alveolitis : Inhalasi bahan debu yang mengandung
alergen seperti spora aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas
debu di pabrik gula.

2
 Pneumonia karena obat : Nitofurantoin, busulfan, metotreksat
 Pneumonia karena radiasi.
 Pneumonia dengan penyebab tak jelas.
 Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
- virus sinsisial pernafasan
- Adenovirus
- virus parainfluenza
- virus influenza
 Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui : 
- Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar.
- Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain.
- Migrasi organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.
B. Patofisiologi
 Aspirasi mikroorganisme yang mengkolonisasi sekresi orofarinks
merupakan rute infeksi yang peling sering. Rute inokulasi lain meliputi
inhalasi, penyebaran infeksi melalui darah (hematogen) dari area infeksi
yang jauh, penyebaran langsung dari tempat penularan infeksi.
 Jalan napas atas merupakan garis pertahanan pertama terhadap infeksi,
tetapi, pembersihan mikroorganisme oleh air liur, ekspulsi mukosiliar, dan
sekresi IgA dapat terhambat oleh berbagai penyakit, penurunan imun,
merokok, dan intubasi endotrakeal.
 Pertahanan jalan napas bawah meliputi batuk, refleks muntah, ekspulsi
mukosiliar, surfaktan, fagositosis makrofag dan polimorfonukleosit
(PMN), dan imunitas selular dan humoral. Pertahan ini dapat dihambat
oleh penurunan kesadaran, merokok, produksi mukus yang abnormal (mis,
kistik fibrosis atau bronkitis kronis), penurunan imun, intubasi dan tirah
baring berkepanjangan.
 Makrofag alveolar merupakan pertahanan primer terhadap invasi saluran
pernapasan bawah dan setiap harimembersihkan jalan napas dari
mikroorganisme yang teraspirasi tanpa menyebabkan inflamasi yang
bermakna.

3
 Bila jumlah atau virulensi mikroorganisme terlalu besar, maka makrofag
akan merekrut PMN dan memulai rangkaian inflamasi dengan pelepasan
berbagai sitokin termasuk leukotrien, faktor nekrosis tumor (TNF),
interleukin, radikal oksigen, dan protese.
 Inflamasi tersebut menyebabkan pengisian alveolus mengalami
ketidakcocokan ventilasi/perfusi dan hipoksemia. Terjadi apoptosis sel-sel
paru yang meluas, ini membantu membasmi mikroorganisme intrasel
seperti tuberkulosis atau klamidia, tetapi juga turut andil dalam proses
patologis kerusakan paru.
 Infeksi dan inflamasi dapat tetap terlokalisir di paru atau dapat
menyebabkan bakteremia yang mengakibatkan meningitis atau
endokarditis, sindrom respons inflamasi sistemik (Systemic inflamatory
response syndrome, SIRS), dan/atau sepsis.
 Faktor virulensi dari berbagai mikroorganisme dapat memengaruhi
patofisiologi dan perjalanan klinis penyakit. Streptococcus pneumoniae
(pneumococcus) merupakan contoh yang sangat tepat.
C. Pemeriksaan Penunjang
 Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,
bronchial); dapat juga menyatakan abses).
 Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
 Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
 Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
 Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
 Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
 Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing.
D. Penatalaksanaan

4
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi
karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi
secepatnya :
 Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
 Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus.
 Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
 Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan
tanda-tanda.
 Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
 Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang
cukup.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status
perkawinan.
2. FOKUS PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji :
a. Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah, riwayat
penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan di rumah dan penyakit
yang menyertai.
b. Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan tambahan,
faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
c. Faktor perkembangan : umum, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-
hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang
dilakukan.
d. Pengetahuan pasien/ keluarga: pengalaman terkena penyakit
pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang

5
dilakukan
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status penampilan kesehatan :
lemah
b. Tingkat kesadaran kesehatan :
kesadaran normal, letargi, strupor, koma, apatis tergantung tingkat
penyebaran penyakit
c. Tanda-tanda vital
1) Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi
2) Frekuensi pernapasan : takipnea, dispnea progresif, pernapasan
dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan, pelebaran nasal.
3) Suhu tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon
oleh hipotalamus.
d. Berat badan dan tinggi badan
Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan.
e. Integumen
1) Warna : pucat sampai sianosis
2) Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah
hipertermi teratasi kulit anak akan teraba dingin.
3) Turgor : menurun ketika dehidrasi
f. Kepala dan mata
Kepala
1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
2) Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang
nyata
3) Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut,
perubahan warna.
g. Sistem Pulmonal
1) Inspeksi : Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea, sianosis
sirkumoral, distensi abdomen. Batuk : Non produktif Sampai

6
produktif dan nyeri dada.
2) Palpasi : Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati kemungkin
membesar.
3) Perkusi :  Suara redup pada paru yang sakit.
4) Auskultasi : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.
h. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala.
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun.
i. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang.
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi.
j. Sistem Genitourinaria
Subyektif : mual, kadang muntah.
Obyektif : konsistensi feses normal/diare.
k. Sistem Digestif
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal.
h. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah.
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan


produksi sputum.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan
kapiler alveolus.
3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.

7
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi.
6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.

C. RENCANA KEPERAWATAN
 Prioritas Diagnosa
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan
tekanan kapiler alveolus.
3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam
dan proses infeksi.
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
 Rencana Keperawatan
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan,
penumpukan secret.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama ..x 24 jam diharapkan
bersihan jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada
penumpukan secret.

Kriteria evaluasi :

Intervensi :

1) Monitor frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.


Rasional : takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak
simetris terjadi karena peningkatan tekanan dalam paru dan

8
penyempitan bronkus. Semakin sempit dan tinggi tekanan
semakin meningkat frekuensi pernapasan.

2) Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran
udara
Rasional : suara mengi mengindikasikan terdapatnya penyempitan
bronkus oleh sputum. Penurunan aliran udara terjadi pada area
konsolidasi dengan cairan. Krekels terjadi pada area paru yang
banyak cairan eksudatnya.

3) Bantu pasien latihan nafas dan batuk secara efektif.


Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-
paru atau jalan napas lebih kecil. Batuk secara efektif
mempermudah pengeluaran dahak dan mengurangi tingkat
kelelahan akibat batuk.

4) Suction sesuai indikasi.


Rasional : mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah
obstruksi jalan napas.

5) Lakukan fisioterapi dada.


Rasional : merangsang gerakan mekanik lewat vibrasi dinding
dada supaya sputum mudah bergerak keluar.

6) Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari (kecuali kontraindikasi).


Tawarkan air hangat daripada dingin.
Rasional : meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat mengurangi
tingkat kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan.

7) Kolaborasi pemberian obat bronkodilator dan mukolitik melalui


inhalasi (nebulizer).
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret
dengan cepat.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan

9
kapiler alveolus.
Tujuan : setelah diberikan askep selama 24x jam diharapkan

Kriteria evaluasi :

Intervensi :

1) Observasi frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas.


Rasional : Distres pernapasan yang dibuktikan dengan dispnea
dan takipnea sebagai indikasi penurunan kemampuan
menyediakan oksigen bagi jaringan.

2) Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku,


dan jaringan sentral.
Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi.
Sedangkan sianosis daun telinga, membran mukosa dan kulit
sekitar mulut (membran hangat) menunjukkan hipoksemia
sistemik.

3) Kaji status mental dan penurunan kesadaran.


Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung, dan somnolen
sebagai petunjuk hipoksemia atau penurunan oksigenasi serebral.

4) Awasi frekuensi jantung atau irama


Rasional : Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam atau
dehidrasi tetapi dapat sebagai respons terhadap hipoksemia

5) Awasi suhu tubuh.


Rasional : Demam tinggi saat meningkatkan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigensi
seluler.

6) Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar, misalnya


dengan masker, masker venturi, nasal prong.

10
Rasional : tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di
atas 60 mmHg (normal PO2 80-100 mmHg). Oksigen diberikan
dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam
toleransi pasien.

3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.


Tujuan : setelah diberikan askep...x24 jam diharapkan nyeri dapat
berkurang.

Kriteria evaluasi :

Intervensi :

1) Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk,


selidiki perubahan karakter atau lokasi atau intensitas nyeri.
Rasional : nyeri pneumonia mempunyai karakter nyeri dalam dan
meningkat saat inspirasi dan biasanya menetap. Nyeri dapat
dirasakan pada bagian apeks atau tengah dada, kalau pada dada
bagian bawah nyeri kemungkinan timbul komplikasi perikarditis.

2) Pantau tanda vital.


Rasional : nyeri akan meningkatkan mediator kimia serabut
persarafan yang dapat merangsang vasokonstriksi pembuluh
darah sistemik, meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
kebutuhan oksigen jaringan (meningkatkan RR).

3) Berikan tindakan distraksi, misalnya mendengarkan musik anak,


menonton film tentang anak-anak.
Rasional : mengurangi fokus terhadap nyeri dada sehingga dapat
mengurangi ketegangan karena nyeri.

4) Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan punggung,


perubahan posisi, musik tenang, relaksasi, atau latihan napas.

11
Rasional : tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan
lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan
mempertahankan efek terapi analgesik.

4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi.
Tujuan : Setelah diberikan askep ....x24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi

Kriteria evaluasi :

Intervensi :

1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah,


misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat,
nyeri.
Rasional : sputum akan merangsang nervus vagus sehingga
berakibat mual, dispnea dapat merangsang pusat pengaturan
makan di medula oblongata.

2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering


mungkin. Berikan atau bantu kebersihan mulut setelah muntah.
Setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum
makan.
Rasional : menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari
lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.

3) Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum


makan.
Rasional : menurunkan efek mual yang berhubungan dengan
pengobatan ini.

4) Auskultasi bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi abdomen.

12
Rasional : bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses
infeksi berat atau memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai
akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri
pada saluran GI.

5) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering


(roti panggang, krekers) dan atau makanan yang menarik untuk
pasien.
Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun
nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.

6) Evaluasi status nutrisi umum. Ukur berat badan dasar.


Rasional : adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau
alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau
lambatnya respons terhadap terapi.

5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.


Tujuan :

Kriteria evaluasi :

Intervensi :

1) Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam.


Rasional : untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien.

2) Pantau warna kulit dan suhu.


Rasional : sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respons
tubuh terhadap demam.

3) Berikan dorongan untuk minum sesuai pesanan.


Rasional : peningkatan suhu tubuh meningkatkan peningkatan
IWL, sehingga banyak cairan tubuh yang keluar dan harus
diimbangi pemasukan cairan.

13
4) Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan, misalnya
kompres hangat.
Rasional : demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen dan menggangu oksigenasi
seluler.

5) Kolaborasi pemberian antipiretik yang diresepkan sesuai


kebutuhan.
Rasional : mempercepat penurunan suhu tubuh.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : setelah diberikan askep...x24 jam diharapkan

Kriteria evaluasi :

Intervensi :

1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan


dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan
Rasional : menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi.

2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase


akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan
pengalih yang tepat.
Rasional : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat.

3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan


perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan. Pembatasan aktivitas dilanjutkan dengan respons

14
individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan
pernapasan.

4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau


tidur.
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di
kursi atau menunduk ke depan meja atau bantal.

5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan


kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu
keseimbangan suplai dan kenutuhan oksigen.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
oleh perawat terhadap pasien.

E. EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.

15
DAFTAR PUSTAKA

Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2,


Edisi 4, EGC, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai