Anda di halaman 1dari 6

Nama : Lukmanul Hakim

NIM : 15421090

Mata Kuliah : Hukum Perikatan Syari’ah

1. Jelaskan secara umum tentang teori harta (al-mal) dalam Islam?

2. Uraikan beberapa prespektif pembagian harta (yang menurut saudara itu sangat penting)?

3. Jelaskan pengertian al-haq menurut bahasa dan istilah?

4. Jelaskan secara umum tentang teori al-haq?

5. Jelaskan secara rinci dan uraikan seperlunya macam-macam Al-Haq?

6. Uraikan pengertian istilah-istilah berikut ini?

a. ‫المال المتقوم‬

b. ‫المال غير المتقوم‬

c. ‫المال المثلي‬

d. ‫المال غير المثلي‬

e. ‫المنفعة‬

f. ‫القيمة‬

Jawaban :

1. Teori harta (al-mal) dalam Islam Harta (al-maal) merupakan komponen pokok dalam
kehidupan manusia, unsur dlaruri yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Dengan
harta, manusia bisa memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat materi ataupun
immateri. Dalam kerangka memenuhi kebutuhan tersebut, terjadilah hubungan
horizontal antar manusia (mu'amalah), karena pada dasarnya tidak ada manusia yang
sempurna dan dapat memenuhi kebutuhanna sendiri, akan tetapi saling membutuhkan
terkait dengan manusia lainnya.
2. Pembagian harta
Al-maal al mutaqawwim dan ghairu mutaqawwim
al-maal al mutaqawwim adalah harta yang dicapai atau diperoleh manusia
dengan sebuah upaya, dan diperbolehkan oleh syara' untuk memanfaatkannya, seperti
makanan, pakaian, kebun apel, dan lainnya. al-maal gairu al mutaqawwim adalah harta
yang belum diraih atau dicapai dengan suatu usaha, maksudnya harta tersebut belum
sepenuhnya berada dalam genggaman kepemilikan manusia, seperti mutiara di dasar
laut, minyak di perut bumi, dan lainnya.
‘Iqar dan Manqul
'iqar adalah sebaliknya, harta yang tidak bisa  dipindah dari satu tempat ke
tempat lainnya, seperti tanah dan bangunan. Namun demikian, tanaman, bangunan
atau apapun yang terdapat di atas tanah, tidak bisa dikatakan sebagai iqar kecuali ia
tetap mengikuti atau bersatu dengan tanahnya.sedangkan manqul adalah harta yang
memungkinkan untuk dipindah, ditransfer dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik
bentu fisiknya (dzat atau 'ain) berubah atau tidak, dengan adanya perpindahan 
tersebut. Diantaranya adalah uang, harta perdagangan, hewan, atau apa pun komoditas
lain yang dapat ditimbang atau diukur.
Mitsli dan Qilmi
Al maal al mitsli adalah harta yang terdapat padanannya dipasaran, tanpa adaya
perbedaan atas bentuk fisik atau bagian-bagiannya, atau kesatuannya.
Harta mitsli dapat dikatagorikan menjadi empat bagian:

1. Al makilaat (sesuatu yang dapat ditakar) seperti; gandu, terigu, beras;


2. Al mauzunaat (sesuatu yang dapat ditimbang) seperti; kapas, besi, tembaga;
3. Al 'adadiyat (sesuatu yang dapat dihitung) seperti; pisang, telor, apel, begitu juga
dengan hasil-hasil industri, seperti; mobil yang satu tipe, buku-buku baru, perabotan rumah,
dan lainnya;
4. Al dzira'iyat (sesuatuyang dapat diukur dan memiliki persamaan atas bagian-bagiannya)
seperti; kain, kertas, tapi jika terdapat perbedaan atas juz-nya (bagian), maka dikatagorikan
sebagai harta qimi, seperti tanah.

Al maal al qimi adalah harta yang tidak terdapat padanannya di pasaran, atau terdapat
padanannya, akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda, seperti domba, tanah, kayu, dan
lainnya. Walaupun sama jika dilihat dari fisiknya, akan tetapi stiap satu domba memiliki
nilai yang berbeda antara satu dan lainnya. Juga termasuk dalam harta qimiadalah
durian, semangka yang memilki kualitas dan bntuk fisik yang berbeda.
Istikhlaki dan Isti’mali
Al maal al istikhlaki adalah harta yang tidak mungkin bisa dimanfaatkan kecuali dengan
merusak bentuk fisik harta tersebut, seperti aneka warna makanan dan minuman, kayu
bakar, BBM, uang, dan lainnya. Jika kita ingin memanfaatkan makanan dan minuman,
maka kita harus memakan dan meminumnya sampai bentuk fisiknya tidak kita jumpai,
artinya barang tersebut tidak akan mendatangkan manfaat, kecuali dengan merusaknya.
Al maal al isti'mali adalah harta yang mungkin untuk bisa dimanfaatkan tanpa harus
merusak bentuk fisiknya, seperti perkebunan, rumah kontrakan, kendaraan, pakaian,
dan lainnya. Berbeda dengan istikhlaki, harta isti'mali bisa dipakai dan dikonsumsi untuk
beberapa kali.

3. Kata hak berasal dari bahasa Arab „haqq‟ yang memiliki beberapa makna. Di antaranya,
hak bermakna „ketetapan‟ atau „kewajiban‟ hal ini bisa dipahami dari firman Allah
dalam surat Yasin ayat 7. Begitu juga dalam firman Allah QS. Al-Anfal ayat 8. atau juga
dalam QS. Yunus ayat 35.

Secara istilah, hak memiliki beberapa pengertian dari para ahli fiqh. Menurut ulama
kontemporer Ali Khofif, hak adalah sebuah kemaslahatan yang boleh untuk dimiliki
secara syar‟i. Menurut Mustafa Ahmad Zarqa, hak adalah sebuah keistimewaan yang
dengannya syara‟ menetapkan sebuah kewenangan (otoritas) atau sebuah beban
(taklif). (Zuhaili, 1989, IV,hal. 9).
Dalam definisi ini, hak masuk dalam ranah religi, yakni hak Allah atas hamba-Nya untuk
beribadah, seperti shalat, puasa, zakat dan lainnya. Atau juga masuk dalam hak
kehidupan madani, seperti hak kepemilikan, atau hak yang bersifat etik, seperti hak
untuk ditaati bagi orang tua, hak untuk dipatuhi seorang isteri bagi seorang suami. Atau
juga masuk dalam ranah publik, seperti hak pemerintah untuk dipatuhi rakyatnya, atau
hak-hak finansial, seperti hak menerima nafkah, dan lainnya.

4. Hak dan kewajiban adalah sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.
Ketika mereka berhubungan dengan orang lain, maka akan timbul hak dan kewajiban
yang akan mengikat keduanya. Dalam jual beli misalnya, ketika kesepakatan telah
tercapai, maka akan muncul hak dan kewajiban. Yakni, hak pembeli untuk menerima
barang, dan kewajiban penjual untuk menyerahkan barang. Atau, kewajiban pembeli
untuk menyerahkan harga barang (uang), dan hak penjual untuk menerima uang. Dalam
konteks ini, akan dibahas segala sesuatu yang terkait dengan hak.

5. Macam-Macam hak.

Hak Allah
Adalah hak-hak yang dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, menyembah dan
mengabdi kepada-Nya, menegakkan syariat agama-Nya. Seperti segala bentuk ritual ibadah
yang beragam, dari shalat, puasa, haji, zakat, amar ma‟ruf nahi munkar, dan ibadah lain yang
sejenis. Atau bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan dan kemanfaatan bagi masyarakat
publik yang tidak dikhususkan pada individu tertentu, seperti penegakan hukum potong tangan
bagi para pencuri, penegakan hukuman atau had bagi para pezina, pemabuk, atau pelaku
tindak kriminal lainnya.
Hak Allah ini tidak bisa dilanggar atau pun digugurkan, tidak bisa ditolerir atau pun dirubah. Had
potong tangan bagi pencuri, tidak bisa digugurkan hanya karena orang yang kecurian
memaafkan kesalahan pencuri. Selain itu, hak Allah ini tidak bisa diwariskan. Ahli waris tidak
diwajibkan untuk menanggung ibadah yang ditinggalkan pewaris, kecuali terdapat wasiat, ahli
waris juga tidak akan ditanya tentang kejahatan dan dosa pewaris.

Hak Anak Adam.


Adalah hak-hak yang dimaksudkan untuk menjaga kemaslahatan seseorang. Bisa bersifat
umum, seperti menjaga kesehatan, merawat anak, harta benda, mewujudkan rasa aman,
mencegah tindak kriminal, menghilangkan permusuhan dan lainnya. Atau bersifat khusus,
seperti menjaga kepemilikan, hak penjual atas harga dan hak pembeli atas obyek transaksi, hak
ganti rugi seseorang atas hartanya yang dirusak, hak seorang isteri atas nafkah suami, dan
lainnya. Hak anak Adam bisa dilepaskan atau digugurkan dengan alasan tertentu, bisa juga
diwariskan.

Hak Musytarak
Persekutuan hak antara hak Allah dan hak anak Adam. Namun, ada kalanya hak Allah yang
dimenangkan, dan sebaliknya. Misalnya, masa iddah seorang isteri yang dicerai, dalam hal ini
terdapat dua hak. Hak Allah berupa menjaga percampuran nasab, dan hak manusia berupa
menjaga nasab anaknya. Dalam konteks ini, hak Allah yang dimenangkan, karena menjaga
percampuran nasab lebih umum kemanfaatannya bagi masyarakat publik.
Contoh kedua, hak qishas bagi wali orang yang terbunuh. Dalam hak ini terdapat hak Allah,
yakni membebaskan masyarakat dari tindak kriminal pembunuhan. Selain itu, terdapat hak wali
orang yang terbunuh, yakni menghilangkan amarah dan kejengkelan, serta menenangkan
hatinya dengan matinya orang yang membunuh keluarganya. Dalam konteks ini, hak anak
Adam yang dimenangkan, karena tendensi diadakannya qishas adalah adanya persamaan.
Dalam contoh kedua, hak anak Adam yang dimenangkan. Implikasinya adalah hak tersebut bisa
dinegosiasikan, wali orang yang terbunuh, dibolehkan untuk memaafkan dosa pembunuh, bisa
diupayakan jalan damai dengan kompensasi yang disepakati, atau jalan lain yang disetujui
bersama.

Hak Finansial
Adalah hak yang terkait dengan harta dan kemanfaatannya, hak yang obyeknya berupa harta
atau manfaat. Seperti hak seorang penjual atas harga barang (uang), hak pembeli atas obyek
transaksi (rumah, mobil), hak syuf‟ah, hak khiyar, hak penyewa untuk menempati rumah, dan
lainnya.
Ada pun hak non-finansial adalah hak yang terkait dengan sesuatu selain harta, seperti hak
qishas, hak untuk hidup bebas, hak wanita untuk talak karena tidak diberi nafkah, hak sosial
atau politik, dan lainnya.
Hak Syakhsi dan Hak Aini
Hak syakhsi adalah hak yang ditetapkan oleh syara‟ untuk kepentingan seseorang atas orang
lain, seperti hak seorang penjual atas diserahkannya harga barang (uang) atau hak seorang
pembeli atas diserahkannya obyek transaksi (rumah), hak seseorang atas hutang, kompensasi
finansial atas barang yang di-ghosob atau dirusak, hak seorang isteri dan kerabat atas nafkah,
atau hak seorang penitip atas barang yang dititipkan, untuk tidak digunakan oleh orang yang
dititipi.
Hak ‚aini adalah kewenangan yang ditetapkan oleh syara‟ untuk seseorang atas suatu benda,
seperti hak milik. Seorang pemilik benda memiliki kewenangan secara langsung atas harta
benda yang dimilikinya. Ia memiliki kewenangan untuk memanfaatkan barangnya sesuai
dengan kehendaknya, dan memiliki keistimewaan untuk menghalangi orang lain
memanfaatkannya tanpa seizin pemiliknya.

Dengan adanya pembagian hak syakhsi dan hak ‚aini, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan;
Hak ‚aini bersifat permanen dan selalu mengikuti pemiliknya, sekali pun benda tersebut berada
di tangan orang lain. Misalnya, harta milik seseorang dicuri lalu dijual kepada orang lain, maka
pemilik sah harta tersebut bisa menuntut agar barang dikembalikan kepadanya.
Materi hak ‚aini dapat berpindah tangan, sedang hak syakhsi tidak dapat berpindah tangan,
melainkan melekat pada pribadi sebagai sebuah tanggungjawab atau kewajiban.
Hak ‚aini gugur apabila materi (obyek) hak hancur atau musnah, sedang hak syakhsi tidak akan
gugur dengan hancur atau musnahnya materi. Karena, hak syakhsi melekat pada diri seseorang
kecuali pemilik hak meninggal. Misalnya, hak syakhsi dalam hutang-piutang barang, sekali pun
barang yang dihutang hancur, pemiliknya tetap berhak menagih pelunasan hutang tersebut.

Hak Diyani dan Hak Qadlai


Dari segi kewenangan hakim, hak dibagi menjadi hak diyani (hak keagamaan) dan hak qadlai
(hak kehakiman). Hak diyani adalah hak-hak yang pelaksanaannya tidak dapat dicampuri atau
diintervensi oleh kekuasaan negara atau kehakiman. Misalnya, dalam hal hutang atau transaksi
lainnya yang tidak dapat dibuktikan di depan pengadilan. Sekali pun demikian, di hadapan Allah
tanggungjawab orang berhutang tetap ada, dan dituntut untuk melunasinya, sekalipun
pengadilan memutuskan ia bebas dari tuntutan hutang.
Sedangkan hak qadlai adalah seluruh hak yang tunduk di bawah aturan kekuasaan kehakiman
sepanjang pemilik hak tersebut mampu menuntut dan dan membuktikan haknya di depan
pengadilan.
Selain unsur lahiriyah yakni perbuatan, unsur batiniyah seperti niat dan esensi (hakikat)
merupakan unsur penting dalam hak diyani. Sedangkan dalam hak qadlai semata dibangun
berdasarkan kenyataan lahiriyah dengan mengabaikan unsur niat dan hakikat suatu perbuatan.
Seorang suami yang menjatuhkan talak terhadap isterinya secara ceroboh (khoto‟) dan tidak
dimaksudkan secara sungguh-sungguh untuk menceraikannya, seorang hakim wajib menvonis
hukum talak berdasarkan ungkapan lahiriyah. Yang demikian hukum qadlai. Sedang hukum
diyani bisa jadi tidak jatuh talaknya, karena tidak adanya niat mentalak. Oleh karena itu,
seseorang tidak diperkenankan bermain-main dengan kedua hak ini.
6. ‫المال المتقوم‬
al-maal al mutaqawwim adalah harta yang dicapai atau diperoleh manusia dengan
sebuah upaya, dan diperbolehkan oleh syara' untuk memanfaatkannya, seperti
makanan, pakaian, kebun apel, dan lainnya. 

‫المال غير المتقوم‬


al-maal gairu al mutaqawwim adalah harta yang belum diraih atau dicapai
dengan suatu usaha, maksudnya harta tersebut belum sepenuhnya berada dalam
genggaman kepemilikan manusia, seperti mutiara di dasar laut, minyak di perut bumi,
dan lainnya.

‫المال المثلي‬
Al maal al mitsli adalah harta yang terdapat padanannya dipasaran, tanpa adaya
perbedaan atas bentuk fisik atau bagian-bagiannya, atau kesatuannya.

‫المال غير المثلي‬


adalah harta yang tidak terdapat padanannya di pasaran, atau terdapat padanannya,
akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda, seperti domba, tanah, kayu, dan lainnya.
Walaupun sama jika dilihat dari fisiknya, akan tetapi stiap satu domba memiliki nilai
yang berbeda antara satu dan lainnya. Juga termasuk dalam harta qimiadalah durian,
semangka yang memilki kualitas dan bntuk fisik yang berbeda.

‫المنفعة‬
Manfa’at

‫القيمة‬
Nilai benda yang menjadi obyek jual beli atau nilai intrinsik.

Anda mungkin juga menyukai