Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH TUTORIAL SKENARIO 1

KELOMPOK E

Disusun oleh :
Audina Faradiba
Geraldo Ramadhana S
Indah Rizkah Apriani
Muhammad Reyhan Daffa
Anggi Apriani
Shabrina Salsabila PW
Afrah Afifah Salsabila
Saffa Adhita Natascha Utari
Rida Agustina
Yasmin Athiroh
Novriyani Putri
Ayu Widayanti

Dosen Pengampu:
drg. Siti Rusdiana Puspa Dewi, M.Kes

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
SKENARIO 1 BLOK 10 T.A. 2020/2021 EKSODONSIA DAN BEDAH
OROMAKSILOFASIAL
Seorang perempuan berusia 27 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut mengeluh ada
akar gigi geraham bawah pertama kanan patah tertinggal saat pencabutan 1 minggu yang lalu
di puskesmas dan tidak ada rasa sakit. Pasien mengaku tidak ada riwayat sistemik dan tidak
ada alergi obat. Pasien ingin sisa akar yang tertinggal dicabut kembali karena takut menjadi
sakit di kemudian hari. Pemeriksaan intra oral terlihat soket gigi 46 terbuka paska
pencabutan, tidak ada darah, dan hanya sedikit kemerahan, pemeriksaan radiografi terlihat
radix mesial 1/3 apikal. Dokter gigi merencanakan anastesi lokal, pencabutan metode
terbuka, pembukaan flap, dan disertai dengan penjahitan intra oral.
Klarifikasi Istilah
1. Soket gigi: lubang tempat terpasangnya suatu bagian. dan jika dihubungkan pada
skenario hari ini maka soket merupakan tempat dimana gigi tersebut tumbuh. (Putri)
2. Pencabutan metode terbuka: metode mengeluarkan gigi dari soket dengan membentuk
flap dan mengeluarkan tulang yang mendukung gigi tersebut. (Anggi)
3. Radix: Bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan ditopang oleh tulang alveolar
dari maksila dan mandibula (Akar Gigi) (Reyhan)
4. Flap: Flap merupakan pembukaan gingiva, dan atau mukosa alveolar, dan atau
periosteum yang dipisahkan dari jaringan di bawahnya untuk meluaskan lapang
pandang, akses menuju tulang serta permukaan akar pada daerah yang masih memiliki
suplai darah. (Afrah, Shabrina, Geraldo )
5. Anastesi lokal: Anestesi lokal (bius lokal) merupakan prosedur pemberian obat-
obatan yang dapat memblokir sementara rasa nyeri dan sensasi pada area tubuh
tertentu selama operasi.Pasien akan tetap sadar dan mungkin merasakan sedikit
tekanan selama operasi dilakukan, namun tidak akan merasa nyeri sama sekali.Obat-
obatan anestesi menghentikan sinyal saraf dari pusat rasa sakit sehingga pasien tidak
akan merasa sakit selama operasi. (Indah)
6. Alergi: Suatu kondisi dari reaksi hipersensitivitas dimana respon imun yang
berlebihan terhadap suatu antigen atau alergen (material,makanan dan obat) sehingga
dapat muncul gejala berupa rasa gatal dan atau kemerahan (Ayu, Rida, Afrah)
7. Penjahitan intra oral: Penjahitan yang dilakukan didalam mulut. (Saffa)

Identifikasi Masalah
1. Seorang perempuan berusia 27 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
mengeluh ada akar gigi geraham bawah pertama kanan patah tertinggal saat
pencabutan 1 minggu yang lalu di puskesmas dan tidak ada rasa sakit (Audina)
2. Pasien ingin sisa akar yang yang tertinggal dicabut kembali karena takut menjadi sakit
dikemudian hari (Yasmin)
3. pasien mengaku tidak ada riwayat sistemik dan tidak ada alergi obat. (Shabrina)
4. Pemeriksaan intra oral terlihat soket gigi 46 terbuka paska pencabutan, tidak ada
darah, dan hanya sedikit kemerahan, pemeriksaan radiografi terlihat radix mesial 1/3
apikal (Saffa)
5. Dokter gigi merencanakan anastesi lokal, pencabutan metode terbuka, pembukaan
flap, dan disertai dengan penjahitan intra oral. (Anggi )

Analisis Masalah
1. A. apa yang menyebabkan akar gigi patah tertinggal saat pencabutan gigi? (Rida)
B. apakah berbahaya jika akar gigi tertinggal saat pencabutan? (Shabrina)
C. hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan agar akar gigi tidak patah saat melakukan
pencabutan? (Ayu)
D. apakah efek yang dapat ditimbulkan jika ada patahan gigi yang tertinggal saat
pencabutan? (Audina)
E. Mengapa saat akar gigi geraham bawah pertama kanan tertinggal, pasien tidak
merasakan rasa sakit ? (Afrah)

2. A. bagaimana prosedur pencabutan sisi akar gigi yg tertinggal? (Indah)


B. apa langkah yang harus dilakukan oleh dokter gigi sebelum melakukan tindakan
pencabutan? (Yasmin)

3. A. Apakah hubungan riwayat sistemik dan alergi obat terhadap prosedur pencabutan
gigi? (Reyhan)
B. Apakah akar gigi yang tersisa dapat berpengaruh jika pasien memiliki riwayat
sistemik dan alergi? (Rida)

4. A. Bagaimana gambaran radiografi dari akar gigi yang tertinggal? (Saffa)


B. Apakah penyebab soket gigi 46 masih terbuka pasca pencabutan? (Geraldo)
C. Teknik radiografi apa yang dapat digunakan untuk pemeriksaan pada kasus ini?
(Putri)
D. Apakah pemeriksaan radiografi untuk melihat radix dalam kasus ini termasuk
dalam pemeriksaan wajib atau masuk ke pemeriksaan penunjang? (Audina)
E. Bagaimana patofisiologi dari adanya sedikit kemerahan ? (Afrah)
F. apakah soket gigi yang terbuka memiliki hubungan dengan adanya sisa akar yang
tertinggal? (Rida)

5. A. apa faktor keberhasilan pencabutan metode terbuka? (Indah)


B. bagaimana prosedur melakukan pencabutan metode terbuka? (Yasmin)
C. Apa indikasi dilakukannya pencabutan metode terbuka? (Audina)
D. Anastesi lokal apa yang diberikan dokter gigi sebelum melakukan tindakan?
(Shabrina)
E. Apa indikasi tindakan pembukaan flap? (Reyhan)
F. apakah teknik yang tepat untuk penjahitan intraoral dalam kasus ini? (Geraldo)
G. Teknik anastesi apa yang digunakan untuk pasien dalam kasus ini? (Afrah)
H. apakah indikasi dari penjahitan intra oral sehingga dokter gigi memilih hal
tersebut? (Yasmin)

Hipotesis
Pasien perempuan usia 27 tahun tanpa riwayat sistemik dan tanpa alergi obat memiliki radix
mesial pada 1/3 apikal gigi 46 . Dokter gigi akan melakukan pencabutan dan merencanakan
anestesi lokal, pencabutan metode terbuka, pembukaan flap disertai dengan penjahitan intra
oral (Anggi)

Li
Teknik Pencabutan terbuka (Ayu)
 Alat-Alat
 Prosedur
 Indikasi dan kontraindikasi
Anastesi Lokal
 obat obatan anastesi local (Rida)
 Teknik Anastesi (Shabrina)
Penjahitan intraoral
 Teknik (Indah)
 Alat dan bahan (Audina)
 Prosedur (Saffa)
Flap
 Prosedur flap (Afrah)
 Indikasi dan Kontraindikasi flap (Afrah)
 Teknik bedah Flap (Reyhan)

Belajar Mandiri

1. Teknik Pencabutan terbuka

1.1. Alat-Alat Pencabutan Terbuka :


a. Scalpel/Blade
 Blade terdiri dari tiga jenis (no. 11, 12, dan 15).
 Jenis pisau yang paling umum adalah no.  #15, yang digunakan untuk flap dan
insisi pada ridge alveolar edentulous. Pisau no. #12 diindikasikan untuk
sayatan di sulkus gingiva dan sayatan di posterior gigi, terutama di daerah
tuberositas rahang atas. Pisau no. #11 digunakan untuk sayatan kecil, seperti
yang digunakan untuk mengiris abses.
 Fungsi : untuk memotong jaringan lunak — pisau bedah

Gambar 4.4. Pisau bedah dan berbagai jenis


pisau bedah (no. #11, #12, #15) yang biasa
digunakan dalam bedah mulut

b. Elevator Periosteal
 Yang paling umum digunakan dalam operasi intraoral adalah no.9 Molt, yang
memiliki dua ujung yang berbeda: ujung runcing, digunakan untuk
mengangkat papila interdental gingiva, dan ujung lebar, yang memfasilitasi
pengangkatan mukoperiosteum dari tulang.
 Freer elevator digunakan untuk merefleksikan gingiva yang mengelilingi gigi
sebelum pencabutan.
 Fungsi : untuk melepaskan periosteum dari tulang setelah sayatan atau untuk
melepaskan jaringan gingiva dari sekitar gigi sebelum penempatan forsep
pencabutan

Gambar 4.8 a – c. Berbagai jenis elevator periosteal. a Seldin. b Freer. C. No. 9Molt

c. Hemostat
 Hemostat yang paling umum digunakan adalah jenis curved mosquito atau
hemostat mikro-Halsted, yang memiliki paruh relatif kecil dan sempit
sehingga dapat menggenggam pembuluh darah dan menghentikan pendarahan.
 Hemostat juga dapat digunakan untuk menahan jaringan lunak dengan kuat,
memfasilitasi manipulasi untuk menghilangkannya.

Gambar 4.9 a, b. Hemostat Micro-Halsted. a Lurus. b Curved


d. Rongeur Forceps
 Instrumen ini digunakan selama operasi intraoral maupun setelahnya, untuk
mengangkat tulang dan memotong tulang. Ujung dan sisi bilah tajam menjadi
sempit, sehingga saat pegangan ditekan, tulang yang ditemukan di antaranya
dipotong tanpa memberikan tekanan tertentu.
 Ada pegas di antara pegangan, yang mengembalikan pegangan ke posisi
semula setiap kali ditekan. diterapkan untuk memotong tulang. Rongeur paling
praktis dalam bedah mulut adalah Luer-Friedmann.

Gambar 4.12. Tang rongeur Luer – Friedmann dengan tepi potong / ujung potong

e. Bone File
 Instrumen ini memiliki dua ujung: satu ujung kecil dan ujung lainnya dengan
permukaan besar.
 Permukaan pemotongan terdiri dari banyak bilah paralel kecil, yang dipasang
sedemikian rupa sehingga hanya menarik yang efektif.
 Bone file digunakan dalam operasi mulut untuk menghaluskan tulang dan
bukan untuk menghilangkan potongan besar tulang.

Gambar 4.13. Kikir tulang berujung ganda dengan ujung kecil dan besar

f. Extraction Forceps
 Paruh adalah komponen fungsional dari forceps dan mencengkram gigi di
serviks
dan keluarkan dari soket alveolar. Karena anatomi gigi bervariasi, forceps
ekstraksi dengan paruh yang dirancang khusus telah diproduksi, sehingga
dapat digunakan untuk gigi tertentu
 Komponen dasar dari forceps ekstraksi adalah pegangan, yang berada di atas
engsel, dan paruh, yang berada di bawah engsel.
 Fungsi : untuk mencabut gigi dari soket tulang

Gambar. Maxillary Extraction forceps digunakan untuk enam gigi anterior


maxilla (tampilan superior dan samping)

g. Straight Elevator
 Fungsi : untuk mengendurkan gigi atau akar dari soket tulang sebelum
penempatan forsep pencabutan.
 Desain dengan handle yang lurus dan ujung kerja. Ujung kerja bulat tunggal
dalam beberapa ukuran , ukuran umum: 1, 34, 301
 Digunakan untuk pencabutan gigi dan akar

Gambar. 4.47. Straight Bein elevator


h. Needle Holder
 Fungsi : untuk memegang jarum jahit
 Digunakan setiap prosedur pembedahan yang melibatkan sayatan yang akan
membutuhkan jahitan
 Dalam penggunaan klinisnya untuk menghindari kerusakan jarum, tempatkan
jarum penahan di atas jarum tepat di luar titik perlekatan jahitan dan pada
sudut kanan ke lekukan jarum

Gambar.4.15. Needle Holder a Mayo–Hegar needle holder.b Mathieu needle holder

i. Suture
 Fungsi : untuk menutup sayatan
 Diukur menurut diameter bahan jahitan: 3–0 (000), 4–0 (0000), 5–0 (00000)
paling banyak ukuran umum yang digunakan dalam kedokteran gigi (nomor
lebih kecil diameter lebih besar)
 Dalam penggunaanya bahan jahitan yang tidak dapat diserap biasanya dilepas
pada 7-10 hari kunjungan pascaoperasi
Alat-Alat Pencabutan Terbuka

Set for surgical tooth extraction (Fig. 4.58):


1. Local anesthesia syringe, needle, and ampule.
2. Scalpel and blade.
3. Periosteal elevators.
4. Elevators.
5. Bone chisel.
6. Mallet.
7. Rongeur forceps.
8. Bone file.
9. Periapical curette.
10. Bone burs.
11. Hemostat.
12. Retractors.
13. Needle holder.
14. Surgical forceps and anatomic forceps.
15. Scissors.
16. Towel clamps.
17. Disposable plastic syringe.
18. Suction tip.
19. Straight handpiece.
20. Bowl for saline solution.
21. Sutures.
22. Sterile gauze.

1.2. Prosedur Pencabutan Terbuka

Pencabutan trans-alveolar atau terbuka biasanya dilakukan karena kegagalan


pencabutan intra-alveolar pada kasus-kasus pencabutan gigi yang disertai penyulit umumnya
diatasi dengan melakukan. Metode pencabutan ini memiliki nama lain yaitu metode terbuka
atau bedah. Prosedur pencabutan gigi dengan metode terbuka melibatkan pembedahan
dengan melakukan pemotongan gigi atau tulang. Perencanaan tahapan metode pencabutan
trans-alveolar harus dibuat secermat mungkin untuk menghindari komplikasi pencabutan
gigi. Teknik ekstraksi bedah pencabutan terbuka untuk gigi berakar tunggal dan multi-akar
serupa. Pencabutan sisa akar akar tersebut dapat dibuat dengan membuat flap mukoperiostal
bagian bukal dari fraktur akar tersebut dan membuka tulang pada bagian yang menutupi sisa
akar.
Teknik pencabutan terbuka untuk gigi berakar tunggal dan multi-akar pada dasarnya sama,
dan meliputi langkah-langkah berikut:

1. Pembuatan Flap

2. Pembuangan sebagian tulang

3. Ekstraksi gigi atau akar

4. Perawatan pascaoperasi

Ada berbagai macam teknik bedah untuk pencabutan sisa akar, yaitu:

1.Pembuangan tulang alveolar bagian bukal untuk membuat akar tersebut luksasi ke arah
bukal. Gigi berakar tunggal

Jika Gigi berakar tunggal dan ketinggian akar berada di bawah margin tulang alveolar

 buat sayatan berbentuk L


 kemudian flap direfleksikan dan sebagian besar tulang bukal diangkat menggunakan
bur bulat sampai akarnya terbuka.
 Kemudian sisa akar tersebut di luksasi menggunakan straight elevator, yang
memindahkan bagian palatal ke sulkus gingiva (bila melibatkan rahang atas).
 Akar dapat dimobilisasi dengan mudah, menggunakan gerakan rotasi dengan elevator
dan memberikan sedikit tekanan ke arah luar
 .Setelah tepi tulang dihaluskan, sayatan diirigasi dengan larutan salines dan, setelah
reposisi flap, luka dijahit.
Akar gigi multiple
Prosedur jika akar gigi multiple berada di bawah tingkat margin

 ekstraksi dilakukan membuat flap envelope, paling banyak satu atau dua gigi, di luar
akar yang akan diekstraksi.
 Kemudian bagian bukal tulang dihilangkan dengan bur bulat, sampai akar terbuka.
 Akar dipotong dengan bur dan diangkat dengan elevator lurus.
 Soket kemudian dilakukan perawatan dengan benar dan sayatan di jahit.

2. Ekstraksi Akar Teknik Open Window pada Tulang Bukal


Teknik ini diindikasikan untuk pencabutan akar segera setelah fraktur, sehingga tulang pada
bagian bukal tetap utuh.

Prosedur dalam kasus ini adalah sebagai berikut:

 Setelah pembuatan sayatan berbentuk L,


 flap direfleksikan dan dilakukan open window pada tulang bagian bukal
menggunakan bur bulat.
 Kemudian dengan irigasi konstan menggunakan larutan garam.
 Jendela pada tulang bukal tersebut kemudian diperbesar, dan dapat memperlihatkan
cukup banyak akar yang terbuka untuk memungkinkan perpindahannya dari soket.
Setelah akar dicabut, soket dirawat dan sayatannnya dijahit,
1.3. Indikasi dan Kontrakindikasi pencabutan terbuka
Indikasi
 Gigi yang sulit atau mengalami komplikasi
 Gigi yang impaksi
 Gigi yang mengalami germinasi atau dilaserasi
 Gigi yang mengalami hipersementosis atau ankilosis
 Sisa akar yang tidak dapat dipegang dengan tang atau dengan bein maka akan
dikeluarkan dengan membuat flap mukoperiostal bagian bukal
 Gigi yang tidak dapat dicabut menggunakan metode intra alveolar

Kontraindikasi
 Fraktur ujung akar asimtomatik, dengan pulpa vital, terletak jauh di dalam soket.
Pencabutan ujung akar tersebut tidak boleh dipertimbangkan, terutama pada pasien
yang lebih tua, ketika:
a) Ada risiko komplikasi lokal yang serius, seperti copotnya ujung akar ke sinus
maksilaris atau cedera saraf alveolus inferior, saraf mental, atau saraf lingual.
b) Sebagian besar proses alveolar perlu dihilangkan.
c) Ada masalah kesehatan yang serius. Jika pasien dengan masalah kesehatan perlu
menjalani operasi pencabutan, maka harus dilakukan dengan kerjasama dari dokter
yang merawat dan hanya jika status umum pasien telah membaik maka tindakan
pencegahan yang diperlukan juga harus dilakukan.
2. Anastesi Lokal
2.1. Obat-obatan anastesi local
Anastesi
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemakaian anestetikum :
1. Anamnesis terutama riwayat alergi anestetikum
2. Apabila ada keraguan dalam memilih anestetikum, lakukan skin test pada tangan yaitu
injeksi intradermal 0,5 cc. Apakah ada bercak bundar atau tidak.
3. Pada pasien yang takut atau gelisah, lakukan premedikasi dengan der. As. Barbiturat
(sod. Pentobarbital) yang dilarutkan dalam air 1:3, tahan dalam mulut dan telan. Ini
untuk mengurangi trauma psikis dan antidot toksin procaine.
4. Germisida topikal (akohol 70%) sebagai antiseptik dan anestesi topikal
5. Jarum suntik harus baru, runcing/tajam, steril
6. Mukosa tegang → setelah injeksi, jarum jangan diputar-putar karena akan merusak
jaringan sekitarnya
7. Penyuntikan harus dilakukan perlahan-lahan
8. Harus selalu dilakukan aspirasi sebelum anestetikum disuntikkan.

GOLONGAN ESTER
- Cepat termetabolisme di dalam plasma untuk psedo cholinesterase
- Cenderung menyebabkan alergi produksi PABA
- Jarang digunakan di KG

Agen anestesi lokal golongan ester yg digunakan di Kedokteran Gigi :


1. Procaine
2. Benzocaine
3. Amethocaine
4. Cocaine

> Procaine satu-satunya untuk injeksi, yg lain dibatasi hanya untuk topical aplikasi
> Indikasi untuk pasien dg riwayat alergi terhadap anestetikum gol amida

GOLONGAN AMIDA
- Metabolisme lebih lambat karna penguraiannya lebih kompleks dan memerlukan
pengangkutan kehati untuk penguraiannya.
- Daya penghilang sakit yang kuat untuk aplikasi infiltrasi lebih stabil

Agen anestesi lokal golongan amida yg


digunakan di KG :
1. Lidocaine
2. Prilocaine
3. Mepivacaine
4. Articaine
5. Bupivacaine & Levobupivacaine
6. Ropivacaine

1. Lidocaine
Paling sering digunakan Onset sangat cepat & menyebar luas mll jaringan, waktu paruh 90
menit Menghantarkan penghilangan rasa sakit yg dalam & durasi panjang.
Larutan 2% dg 1:80.000
vasokonstriktor→ efek analgesik 1-1,5 jam pada pulpa dan 3-4 jam pd jaringan lunak pada
aplikasi inraligamen hanya beberapa menit Agen anestesi topikal yang sempurna.

2. Prilocaine
Tersedia dIm 2 bentuk :
- Lar 3% (30 mg/ml) vasoconstriktor
- Lar 4% (40 mg/ml) (felypressin/octapressin)
Efek analgesik mirip lignocaine+adrenalin untuk infiltrasi & blok n. alv. inf, sdgkan injeksi
intraligamen kurang efisien Kurang efektif dim mengontrol perdarahan & vasodilatasi Iebih
sedikit Anestesi topikal

3. Mepivacaine
Tersedia dalam 2 formulasi
- Lar 2% dg 1:100.000 adrenalin
- Lar 3% Kombinasi mepivacaine + vasokonstriktor efeknya = lignocaine + vasokonstriktor
Vasodilatasi Iebih sedikit daripada lignocaine

4. Articaine
Tersedia sbg lar 4% yg dikombinasi dengan adrenalin 1:100.000 atau 1: 200.000 kombinasi
articaine + vasokonstriktor efeknya = lignocaine + vasokonstriktor metabolisme tjd dIm
plasma & durasi lebih
pendek dg waktu paruh 20 menit.

5. Bupivacaine & Levobupivacaine waktu reaksi yg panjang Levobupivacaine : L-isomer


murni dari bupivacaine, Ibh sedikit cardiotoxic indikasi untuk blok regional
6. Ropivacaine
Waktu reaksi mirip bupivacaine formulasi dIm KG termsk konsentrasi 0,5% ( biasa atau dg
adrenalin), 0,75% & 1%

Pada saat ini obat anestesi lokal golongan ester sudah sangat jarang dipakai semenjak
ditemukannya obat-obatan sejenis dari golongan amida, yang dipandang memiliki beberapa
kelebihan dibanding golongan ester, antara lain : lebih poten, tidak menimbulkan masalah
toksisitas yang besar, dan tidak menyebabkan reaksi alergi. Pada saat ini obat anestesi
golongan ester yang masih diproduksi adalah kombinasi procaine dan propoxycaine.

2.2. Teknik Anastesi

Teknik anestesi lokal di kedokteran gigi Anestesia yang dalam tidak selalu bisa
dicapai hanya dengan menggunakan teknik konvensional saja, karena kendala emosi yang
menyebabkan ambang rangsang pasien menurun dan juga teknik anestesi yang kurang baik.
Untuk itu perlu penanganan pasien dengan tepat dan teknik anestesi yang halus, meliputi
pendekatan psikologis dengan pasien sehingga diperoleh kepercayaan pasien akan
meningkatkan ambang rangsang, penggunaan anestesi topikal sebelum insersi jarum suntik
menurunkan sensitivitas mukosa, penghangatan anestetik sesuai suhu tubuh atau lebih, akan
ditoleransi dengan baik dan akan mengurangi rasa nyeri saat diinjeksi, insersi jarum dengan
perlahan-lahan ke dalam mukosa, penggunaan jarum berukuran kecil, biasanya berukuran 27,
Injeksi secara perlahan-lahan, efektif untuk menurunkan tekanan dan ketidaknyamanan dalam
injeksi, penginjeksian dua tahap, tahap pertama dengan perlahan dan tahap berikutnya
dinjeksikan secara dalam. Digunakan untuk pasien anak-anak atau pasien dengan rasa
cemas/takut dilakukan injeksi. Terdapat beberapa macam teknik anestesi lokal untuk
menangani rasa nyeri di bidang kedokteran gigi. Untuk memperoleh efek anestesia yang
adekuat harus ditunjang dengan teknik anestesi yang tepat dan sesuai.

A. Teknik Anastesi Lokal Gigi Rahang Atas

Teknik anestesi lokal untuk gigi rahang atas Untuk menganestesi gigi rahang atas
digunakan teknik Anestesi teknik supraperiosteal, blok n. alveolaris superior anterior dan
tengah, blok n. alveolaris superior posterior, blok n. palatinus greater, blok n.
nasopalatinus, blok n. maksilaris, injeksi ligamen periodontal. Teknik supraperiosteal
merupakan Teknik infiltrasi lokal yang paling banyak dan mudah dilakukan gigi rahang atas.
Pada daerah yang lebih luas perlu injeksi multipel. Jarum suntik diinsersikan melalui mukosa
di daerah apeks gigi yang hendak dirawat. Blok n. alveolaris superior anterior menganestesi
gigi insisif, kaninus, premolar dan akar mesio bukal molar pertama. Saraf yang teranestesi
adalah n. alveolaris, superior tengah, n. infra orbitale, n. palpebra inferior, n. nasalis lateral
dan n. labialis superior. Jarum diinsersikan di mucobuccal fold premolar pertama rahang atas
menuju foramen infra orbitalis. Anestetik diinjeksikan perlahan 0,9-1,2 ml. Blok n. alveolaris
superior tengah menganestesi molar pertama, premolar kedua, dan akar mesio bukal molar
pertama. Jarum suntik diinsersikan di mucobuccal fold premolar kedua, dan diinjeksikan
anestetik 0,9-1,2 ml.

Blok n. alveolaris superior posterior menganestesi n. alveolaris superior posterior


untuk gigi molar ketiga, molar kedua, dan molar pertama (akar mesiobukal kadang-kadang
tidak teranestesi). Jarum diinsersikan pada processus zigomaticus di mucobuccal fold gigi
molar. Blok n. palatinus greater digunakan untuk anestesi n. palatinus greater yang akan
menganestesi bagian posterior langit-langit keras dan lunak sampai premolar pertama. Jarum
diinsersikan ke arah foramen palatinus, 1 cm dari margin gusi ke arah garis tengah. Blok n.
nasopalatinus menganestesi bagian anterior langit-langit keras dari satu sisi ke sisi lain
premolar pertama. Jarum diinsersikan ke dalam intra septal di antara insisivus pertama rahang
atas. Blok n. Maksilaris ditujukan untuk menganestesi n. maksilaris. Injeksi ligamen
periodontal menganestesi ujung n. terminal, dengan memasukkan 0,1-0,2 ml anestetik ke
dalam ligamen periodontal. Jarum diinsersikan sepanjang sumbu panjang gigi di mesial dan
distal akar gigi. Teknik ini mempunyai onset of action yang cepat, dapat digunakan sebagai
anestesi tambahan dalam anestesi lokal, memberikan efek analgesia khusus, tetapi
menimbulkan efek ketidaknyamanan akibat tekanan injeksi.

B. Teknik Anastesi Rahang Bawah

Teknik anestesi lokal untuk gigi rahang bawah dapat digunakan teknik blok n.
alveolaris inferior, blok n. bukal, blok n. Mandibular. Teknik Vazirani-Akinosi closed mouth,
blok n. mental, injeksi intra pulpa. Blok n. alveolaris inferior menganestesi n. alveolaris
inferior, n. lingualis dan cabang-cabang nervus terminal seperti mentale dan insisif. Daerah
yang dianestesi adalah gigi rahang bawah, bodi mandibula dan bagian inferior ramus
mandibula, mukosa bukal sampai molar pertama, 2/3 anterior lidah, jaringan lunak bagian
lingual dan dasar rongga mulut. Jarum diinsersikan paralel bidang oklusi dari sisi yang
berlawanan menuju pterygomandibular space untuk memberikan 1,5–1,8 ml anestetik. Blok
n. bukal menganestesi mukosa bukal gigi molar rahang bawah. Jarum diinsersikan ke mukosa
bukal dan distal gigi molar terakhir. Blok n. mandibular untuk anestesia yang lengkap
digunakan teknik Gow-gates technique dan extra oral approach. Teknik Vazirani-Akinosi
closed mouth biasanya digunakan untuk pasien yang terbatas dalam membuka mulut, untuk
menganestesi n. alveolaris inferior. Jarum diinsersikan sejajar dengan mucogingival junction
gigi molar rahang atas dalam keadaan beroklusi, menuju pterygomandibular space, dan
diberikan 2 ml anestetik. Blok n. mental menganestesi bagian anterior mukosa bukal foramen
mental dan hingga ke garis tengah rahang. Jarum diinsersikan di mucobuccal fold hanya di
bagian anterior foramen mental. Injeksi intra pulpa untuk gigi rahang bawah yang biasanya
mengalami kendala dalam mendapatkan anestesi yang dalam. Untuk itu digunakan injeksi
intra pulpa untuk menangani rasa nyeri. Jarum diinsersikan langsung ke dalam kamar pulpa,
0,2–0,3 ml anestetik dikeluarkan dengan perlahan tanpa tekanan (5–10 detik). Teknik ini
membutuhkan sedikit anestetik, onset-nya cepat dan mudah dilakukan. Kekurangan teknik
ini, hasil akhirnya tidak dapat diprediksi (bervariasi), rasa anestetiknya kurang disukai pasien,
dan adanya rasa nyeri yang tajam selama dan sesudah pemberian anestetik pada beberapa
pasien.

3. Penjahitan intraoral
3.1. Teknik
Suture utama yang digunakan dalam bedah mulut adalah interrupted , continuous, dan mattress
sutures.

1. Interrupted suture
merupakan teknik yang paling sederhana dan paling sering digunakan, dan dapat digunakan di
semua prosedur bedah mulut. Jarum dimasukkan 2–3 mm dari tepi flap (mobile tissue) dan
keluar pada jarak yang sama di sisi yang berlawanan. Kedua ujung jahitan kemudian diikat
menjadi simpul dan dipotong 0,8 cm di atas simpul. Untuk menghindari robeknya flap, jarum
harus melewati tepi luka satu per satu, dan setidaknya berjarak 0,5 cm dari tepi. Jahitan yang
terlalu ketat juga harus dihindari (risiko nekrosis jaringan), serta tumpang tindih tepi luka saat
memposisikan simpul. Keuntungan dari interrupted suture adalah ketika jahitan ditempatkan
dalam satu baris, pelonggaran salah satu atau bahkan kehilangan satu jahitan tidak akan
mempengaruhi jahitan lainnya.

Diagram ilustrasi. a. clinical photograph b. dari simple interrupted sutures.jarak antara jahitan yaitu 0.5
cm. margin luka harus tertutup tanpa adanya overlap.

2. Continuous Suture
biasanya digunakan untuk merawat luka yang dangkal tapi panjang, misalnya untuk rekontur
tulang alveolar di rahang atas dan rahang bawah.

Teknik yang diterapkan adalah sebagai berikut: setelah memasukkan jarum melalui
kedua tepi flap, simpul awal dibuat seperti pada interrupted suture tetapi hanya ujung bebas
dari jahitan yang dipotong. The needle bearing suture kemudian digunakan untuk membuat
continuous suture yang berurutan di tepi luka. Jahitan terakhir tidak dikencangkan, tetapi
simpul yang dibuat sebenarnya berfungsi sebagai ujung bebas dari jahitan. Setelah itu, needle
bearing suture dililitkan pada needle holder sebanyak dua kali, yang menangkap curved
suture (loop pertama), menariknya ke loop kedua. Kedua ujung dikencangkan, sehingga
membuat simpul bedah.

The continuous locking suture merupakan variasi dari continuous simple suture. Jenis jahitan
ini dibuat persis seperti yang dijelaskan di atas, kecuali jarum melewati setiap loop sebelum
melewati jaringan, yang mengamankan jahitan setelah pengencangan. Suturing berlanjut
dengan pembuatan loop,yang membentuk bagian rantai di sepanjang insisi. loops ini
ditempatkan di sisi bukal luka, setelah dikencangkan.
Keuntungan continuous suture adalah lebih cepat dan membutuhkan simpul yang lebih
sedikit, sehingga tepi luka tidak terlalu kencang, sehingga terhindar dari risiko iskemia pada
area tersebut. Satu-satunya kelemahan adalah jika jahitan secara tidak sengaja dipotong atau
dilonggarkan, seluruh jahitan menjadi longgar.

Continuous simple suture a. diagram ilustrasi. b. clinical photograph

Continuous locking suture. aproksimasi margin luka di capai dengan successive loop

3. Mattress Suture

merupakan jenis jahitan khusus dan digambarkan sebagai jahitan horizontal (terputus-putus
dan kontinu) dan vertikal. Hal ini diindikasikan dalam kasus dimana diperlukan
reapproximation yang kuat dan aman dari margin luka. Jahitan vertikal dapat digunakan
untuk insisi dalam, sedangkan jahitan horizontal digunakan dalam kasus yang memerlukan
pembatasan atau penutupan jaringan lunak di atas rongga tulang, misalnya, soket gigi pasca
ekstraksi. Penguatan mattress suture dicapai dengan memasukkan potongan rubber drain.

Teknik yang digunakan untuk mattress suture adalah sebagai berikut: pada interrupted suture

(horizontal dan vertikal), jarum melewati tepi luka dengan sudut siku-siku, dan jarum selalu

masuk dan keluar jaringan di sisi yang sama . Pada horizontal continuous suture, setelah

membuat simpul awal, jarum masuk dan keluar jaringan dalam winding maze pattern.

Simpul terakhir diikat dengan cara yang sama seperti pada continuous simple suture.

Horizontal interrupted mattress suture. a. diagram ilustrasi. b. clinical photograph


Horizontal continuous mattress suture. a. diagram ilustrasi. b. clinical photograph. Tipe dari jahitan ini
digunakan saat margin luka harus tertutup rapat (jaringan dengan tension meningkat)

Vertical mattress suture, digunakan untuk insisi dalam

3.2. Alat dan bahan


1. Alat
a. Needle Holder

Needle holder merupakan instrumen dengan pegangan pengunci dan memiliki


paruh(beak) yang pendek dan tumpul. Untuk penempatan jahitan intraoral,
biasanya direkomendasikan needle holder ukuran 15-cm. Needle holder biasanya
lebih pendek dan lebih kuat dari pada hemostat yang tidak dirancang untuk
menahan jarum jahit. Bagian muka paruh dari needle holder dibuat silang untuk
memungkinkan pegangan positif dari jarum jahit.
Untuk mengontrol pegangan pengunci needle holder dengan benar dan untuk
mengarahkan paruh dari needle holder, ahli bedah harus memegang instrumen
dengan benar. Jari jempol dan jari manis dimasukkan melalui cincin. Jari telunjuk
memegang sepanjang needle holder untuk menahan dan mengarahkannya. Jari
kedua membantu mengendalikan mekanisme penguncian. Jari telunjuk tidak boleh
dimasukkan bersama jari cincin karena dapat mengakibatkan penurunan kontrol
yang dramatis.

b. Scissor

Gunting jahit biasanya memiliki ujung tajam yang pendek karena tujuan
utamanya adalah untuk memotong jahitan. Gunting jahit biasanya memiliki
pegangan yang panjang pada jari jempol dan jari tengah sebagai pegangan.
Gunting dipegang dengan cara yang sama seperti needle holder.
c. Tissue Forceps

Tissue forceps digunakan untuk memegang jaringan lunak saat menjahit.


Tissue forceps merupakan tang halus yang dapat digunakan untuk menahan
jaringan dengan lembut dan dapat menstabilkannya. Ketika instrumen ini
digunakan, hendaknya untuk tidak menggenggam jaringan terlalu erat sehingga
dapat merusak jaringan.
d. Suture Needle

Jarum jahit digunakan untuk menutup insisi mukosa mulut yang biasanya
berupa jarum jahit setengah lingkaran atau tiga perdelapan lingkaran. Jarum ini
melengkung untuk memungkinkannya melewati ruang terbatas yang tidak dapat
dijangkau oleh jarum lurusm dan jalur dapat dilakukan dengan rotasi dari
pergelangan tangan.
Jarum yang meruncing biasanya digunakan untuk jaringan yang lebih halus
seperti pada bedah okular atau vaskular.

2. Bahan

a. Suture

Jarum diklasifikasikan dari diameter, daya serap, dan tipe filamen


(monofilamen atau polifilamen).
Ukuran dari benang berhubungan dengan diameter dan ditentukan oleh
serangkaian angka 0. Benang yang biasanya digunakan untuk penjahitan dari
mukosa oral adalah 3-0(000). Benang ukuran besar adalah 2-0, atau 0. Benang
dengan ukuran lebih kecil ditentukan dengan banyak nol, seperti 4-0, 5-0, dan 6-0.
Benang dengan ukuran 3-0 cukup besar untuk menahan tegangan yang diberikan
di intraoral dan cukup kuat untuk mempermudah mengikat simpul dengan needle
holder dibandingkan dengan benang yang diameternya lebih kecil.
Benang bisa diserap (resorbable) atau tidak dapat diserap (nonresorbable).
Benang nonresorbable yaitu jenis seperti sutra, nilon, vinil, dan stainless steel.
Benang nonresorbable yang umum digunakan pada rongga mulut adalah sutra.
Nilon, vinil, dan stainless steel jarang digunakan di mulut. Benang resorbable
biasanya dibuat dari gut. Meskipun istilah “catgut” sering digunakan untuk jenis
benang ini, gut sebenarnya berasal dari permukaan serosal usus domba. Beberapa
benang resorbable sintetik juga tersedia, yaitu polygolycolic acid dan polylactic
acid.
Benang diklasifikasikan dari dasar monofilamen dan polifilamen. Benang
monofilamen adalah benang seperti plain gut dan chromic gut, nilon, dan stainless
steel. Benang polifilamen adalah benang yang dikepang seperti sutra, asam
poliglikolat, dan asam polilaktat. Benang polifilamen lebih mudah untuk ditangani
dan diikat, tidak menimbulkan iritasi pada lidah pasien, dan jarang lepas. Ujung
potongan biasanya lembut dan tidak menimbulkan iritasi pada lidah dan jaringan
lunak di sekitarnya. Namun mereka cenderung menjadi ‘wick’ terhadap jaringan
dibawahnya karena bisa membawa bakteri bersama air liur. Benang monofilamen
tidak menyebabkan wicking tetapi lebih sulit untuk diikat dan cenderung lepas.
Juga, potongan lebih kaku dan dapat mengiritasi lidah dan jaringan lunak
disekitarnya.

3.3. Prosedur Penjahitan Intraoral


Handling instrument
Jarum dipegang tidak dengan jari tetapi dengan memakai needle holder. Jarum dipegang pada
sepertiga pangkal kurang lebih 1-2 mm dari ujung needle holder. Posisi needle holder dapat
berada dalam:
 Pronasi, pada waktu menusuk dan mengambil jarum
 Mid Position, pada waktu pengambilan jarum siap pakai
 Supinasi, tidak dianjurkan dipakai untuk pengambilan jarum

Cara memutar jarum yaitu dengan cara memutar dari posisi forehand ke posisi backhand,
dengan memakai pinset di tangan kiri , dan needle holder tangan kanan. Dengan cara
memutar tangan kiri ke arah supinasi dan tangan kanan kearah pronasi dan cara sebaliknya
jika ingin memutar jarum dari posisi backhand ke forehand.Pergerakan ini merupakan
gerakan pergelangan tangan tanpa mengikutsertaka nsiku. Jangan lupa untuk memperhatikan
alur mekanik needle holder, agar saat mengikat dengan benang tidak tersangkut.
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama tindakan penjahitan intraoral
umumnya bahan yang disiapkan adalah needle holder, gunting benang, pinset
chirurgis, jarum jahit, benang jahit.
2. Jarum jahit sebaiknya dipegang dengan needle holder pada 1/3 bagian dari tempat
masuknya benang dan 2/3 bagian dari ujung jarum jahit.
3. Memilih teknik penjahitan intraoral yang tepat, efektif dana aman.
4. Penetrasi jarum jahit ke dalam jaringan harus perpendikular terhadap permukaan
jaringan.
5. Penjahitan luka sebaiknya dilakukan dengan jarak dan kedalaman yang sama pada
kedua sisi daerah insisi, biasanya tidak lebih dari 2-3mm dari tepi luka. Sedangkan
jarak antara jahitan yang satu dengan yang lainnya berkisar 3-4mm.
6. Jahitan jangan terlalu longgar maupun terlalu ketat.
7. Ketika jahitan telah diinsersi, harus dilakukan penyimpulan agar jahitan dapat terjaga.
8. Penyimpulan benang jangan diletakkan tepat diatas garis insisi.
9. Jahitan pada daerah kulit biasanya dibuka setelah 7 sampai 10 hari, sedangkan daerah
mukosa dibuka setelah 5 sampai 7 hari. Caranya adalah dengan memegang ujung
simpul dengan pinset, lalu memotong ujung jahitan yang dekat dengan arah masuknya
benang dengan gunting. Jika tidak, maka benang yang terkontaminasi akan ikut
tertarik masuk ke dalam daerah luka yang sedang mengalami penyembuhan,
akibatnya terjadilah infeksi.

Kesalahan umum pada penjahitan adalah menempatkan terlalu banyak jahitan dan pengikatan
yang terlalu kencang. Jahitan merupakan benda asing, oleh karena itu semakin sedikit jahitan
maka semakin kecil trauma dan makin sedikit reaksi jaringan. Jahitan yang diikat terlalu
kencang akan menghalangi suplai darah dan mengurangi drainase. Penempatan jahitan
intraoral, akan lebih baik hasilnya apabila berpegang pada aturan berikut: secara umum,
jahitan dimulai dari posterior ke anterior ( dari jauh ke dekat), dari jaringan yang tidak
melekat ke jaringan yang cekat, apabila memungkinkan tepat menempel tulang.
4. Flap
4.1. Prosedur flap
Pembedahan flap biasanya dilakukan dengan anestesi lokal, terkadang disertai dengan obat
anti cemas oral; sebagai alternatif, dapat dilakukan dengan sedasi sadar melalui intravena.
Setelah obat anestesi bekerja, selanjutnya dibuat sayatan kecil untuk memisahkan gusi dari
gigi. Gusi bagian luar dilipat ke belakang secara perlahan untuk memberikan akses ke akar
dan jaringan ligamen serta tulang. Selanjutnya, jaringan gusi yang meradang bisa diangkat,
dan akar gigi bisa dibersihkan; jika perlu, area tersebut juga dapat diobati dengan antibiotik
atau obat lain. Cacat tulang dapat diperbaiki dengan bahan grafting dan regenerasi ligamen
periodontal yang tepat dapat didukung dengan metode fisik (membran barrier) dan metode
kimiawi (faktor pertumbuhan). Akhirnya, sayatan ditutup dan prosedur selesai. Waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan prosedur ini tergantung pada seberapa parah kerusakan dan
banyaknya area gusi yang terlibat. Anestesi akan mencegah rasa sakit selama operasi. Nyeri
dan ketidaknyamanan setelah prosedur dapat ditangani dengan obat-obatan.

Aturan dasar berikut ini berlaku untuk setiap prosedur pembedahan, terkait sayatan dan flap:

 Sayatan harus dilakukan dengan tekanan yang cukup kuat dan terus menerus tanpa
terputus. Selama sayatan dilakukan, pisau bedah harus terus menerus menyentuh
tulang. Tarikan dari sayatan yang berulang di tempat yang sama dan berkali-kali dapat
menyebabkan terganggunya proses penyembuhan luka.
 Desain flap dan insisi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kemungkinan cedera
struktur anatomi dapat dihindari, seperti: ikatan neurovaskular mental, pembuluh
darah palatal yang muncul dari foramen palatina mayor dan foramen incisive, saraf
infraorbital, saraf lingual, duktus kelenjar submandibular, duktus kelenjar parotis,
pleksus vena hipoglosus, arteri bukal (yang menjadi perhatian jika akan dilakukan
insisi abses pada ruang pterigomandibular), saraf wajah, arteri dan vena wajah, yang
pada dasarnya menjadi perhatian untuk drainase abses yang dilakukan dengan insisi
ekstraoral.
 Sayatan vertikal harus dimulai kira-kira dari vestibulum bukal dan berakhir pada
papila interdental gingiva.
 Sayatan amplop dan sayatan semilunar yang digunakan untuk apikoektomi dan
pengangkatan ujung akar, harus minimal sedalam 0,5 cm dari sulkus gingiva.
 Sayatan elliptic, yang digunakan untuk eksisi berbagai lesi jaringan lunak, terdiri dari
dua sayatan cembung yang disambung, dengan terdapat sudut tajam di setiap
ujungnya, sedangkan kedalaman sayatan harus dibuat sedemikian rupa agar tidak ada
tegangan saat tepi luka ditutup dan dijahit.
 Lebar flap harus memadai, sehingga bidang operasi mudah dijangkau, tanpa
menimbulkan tegangan dan trauma selama manipulasi.
 Dasar flap harus lebih luas daripada margin gingiva bebas, hal ini ditujukan untuk
memastikan suplai darah yang cukup dan untuk mempercepat penyembuhan.
 Flap itu sendiri harus lebih besar dari tulang yang diambil sehingga margin flap saat
dijahit, bertumpu pada tulang yang utuh dan sehat, sehingga mencegah flap
dehiscence dan robek.
 Mukosa dan periosteum harus direfleksikan bersama. Hal ini dapat dicapai saat
melakukan sayatan yang cukup ditekan dan tidak terputus tadi.
 Pada orang dengan senyum yang lebar, luka bekas sayatan di sepanjang sulkus
gingiva harus dipertimbangkan untuk alasan estetika terutama pada permukaan labial
gigi depan.
 Selama prosedur pembedahan, penarikan dan melipat flap yang berlebihan harus
dihindari, karena suplai darah dapat terganggu dan penyembuhan luka dapat tertunda.

4.2. Indikasi dan Kontraindikasi flap


Indikasi
1. Gigi yang resisten terhadap ekstraksi intraalveolar.
2. Gigi atau akar yang tertinggal dengan dekstruksi karies yang parah yang tidak bisa
dijepit dengan forcep atau diungkit dengan elevator.
3. Gigi impaksi.
4. Tulang yang padat, solid, sklerosis yang resisten terhadap ekspansi.
5. Gigi dengan hipersementosis atau ankylosis.
6. Gigi dengan anomali anatomi seperti dilaserasi.
7. Gigi dengan banyak akar.
8. Gigi ataupun akar yang dekat dengan struktur anatomi penting seperti sinus maksila,
dan kanal mandibula.
Kontraindikasi
1. Ujung akar fraktur tanpa gejala, dengan pulpa vital, terletak jauh di dalam soket.
Ekstraksi ujung akar pada kasus ini tidak boleh dilakukan, terutama pada pasien yang
lebih tua, ketika:
 Terdapat risiko komplikasi lokal yang serius, misalnya ujung akar masuk ke sinus
maksila atau cedera saraf alveolar inferior, saraf mental atau saraf lingual.
 Sebagian besar prosesus alveolar perlu dihilangkan.
 Terdapat masalah kesehatan yang serius. Jika pasien dengan gangguan kesehatan
perlu menjalani ekstraksi bedah, maka tindakan harus dilakukan dengan kerjasama
dokter yang merawat dan hanya jika keadaan umum pasien membaik; tindakan
pencegahan yang diperlukan juga harus dilakukan.

4.3. Teknik bedah Flap


Flap periodontal dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi jaringannya dan penempatan flap
setelah operasi. Berdasarkan komposisi jaringannya, maka flap dapat diklasifikasikan menjadi flap
ketebalan penuh atau flap mukoperiosteal dan flap ketebalan sebagian atau flap mukosa.

Flap ketebalan penuh atau flap mukoperiosteal merupakan flap yang terbentuk atas jaringan
gingiva, jaringan mukosa, jaringan submukosa, dan jaringan periosteum. Flap ketebalan sebagian atau
flap mukosa merupakan flap yang terbentuk atas jaringan gingiva, jaringan mukosa, dan jaringan
submukosa, tetapi tidak melibatkan jaringan periosteum. Flap ini dibuat dengan insisi sampai ke dekat
tulang alveolar, tetapi jaringan periosteum dan jaringan ikat tetap dibiarkan melekat ke tulang dan
menutupi tulang.
Berdasarkan peletakkan flap pasca bedah, flap dibagi menjadi non displaced flap dan
displaced flap. Non displaced flap merupakan suatu flap dengan meletakkan dan menjahit flap pada
posisi semula. Sedangkan displaced flap merupakan suatu flap dengan penjahitan lebih ke arah apikal,
koronal, atau lateral dari posisi semula.

Flap periodontal dapat dibuat di dalam mulut atau flap intraoral maupun di luat mulut atau
flap ekstraoral. Beberapa jenis flap yang dibuat di pada intraoral meliputi flap trapezoid, flap
triangular, flap envelope, flap semilunar, dan flap pedikel.

1. Flap Trapezoid

Flap trapezoid merupakan suatu flap yang terdiri dari satu insisi horizontal di sepanjang tepi
gingiva, dan dua insisi vertikal yang menyerong pada bagian bukal. Insisi vertikal akan
berujung pada bagian interdental tepi gingiva, sehingga tidak merusak servikal gigi tetangga
pada saat proses penyembuhan. Pembuatan insisi vertikal harus diperluas sekitar satu sampai
dua gigi dari gigi yang akan di keluarkan, dan pembuatan dasar flap harus lebih lebar dari
pada ujung flap agar suplai darah ke ujung gingiva tidak kurang.
Keuntungan dari pembuatan flap trapezoid diantaranya, terciptanya akses perluasan
flap yang sempurna, sehingga memungkinkan untuk melakukan pengeluaran satu atau dua
gigi tanpa menghasilkan tegangan pada jaringan flap. Dengan begitu maka penutupan flap
kembali ke posisi awal akan lebih mudah, dan proses penyembuhan jaringan lunak menjadi
lebih cepat. Kerugian dari pembuatan flap trapezoid adalah dapat menyebabkan terjadinya
resesi gingiva.
2. Flap Triangular

Flap triangular lebih dikenal sebagai flap bentuk L. Flap ini mirip dengan bentuk flap
trapesium, tetapi perbedaannya terletak pada insisi vertikal di bagian bukalnya. Flap
triangular merupakan suatu bentuk flap yang terdiri dari satu inisisi horizontal di sepanjang
tepi gingiya dan satu inisisi vertikal, dimana pembuatan insisi vertikal dapat berbentuk bidang
tegak lurus maupun berbentuk serong. Pembuatan flap triangular dapat digunakan untuk
pembuatan flap pada bagian bukal maupun labial pada kedua rahang.
Pembuatan flap triangular dapat memberikan keuntungan berupa persediaan darah
yang cukup selama prosedur bedah dan visualisasi yang baik. Selain itu flap triangular juga
mudah dimodifikasi dengan pembuatan insisi vertikal tambahan atau perluasan insisi
horizontal. Pada pembuatan flap triangular proses penyembuhan jaringan lunak terjadi lebih
cepat. Kerugian yang ditimbulkan dari pembuatan flap triangular adalah akses yang terbatas
untuk melihat akar yang panjang sehingga dibutuhkan modifikasi serta dapat menimbulkan
ketegangan yang berlebih pada saat retraksi flap. Kerugian lain yang dapat ditimbulkan pada
pembuatan flap triangular adalah dapat menyebabkan kecacatan atau defek pada gingiva
cekat.

3. Flap Envelope
Flap envelope merupakan suatu flap yang hanya terdiri dari satu insisi horizontal disepanjang
tepi gingiva. Pada pembuatan flap envelope, insisi horizontal dibuat pada bagian sulkus
gingiva dan diperluas sepanjang 4-5 gigi.
Ketika menggunakan flap envelope maka keuntungan yang diperoleh dapat berupa
kemudahan dalam proses pengembalian flap ke posisi awal, sehingga proses penyembuhan
jaringan lunak dapat berlangsung dengan lebih cepat. Tetapi pembuatan flap envelope akan
menimbulkan kerugian, yaitu kesulitan pada saat merefleksikan flap, khususnya pada bagian
palatum. Kemudian juga terdapat resiko robeknya flap selama prosedur bedah, kerusakan
pada gingiva cekat, dan visualisasi yang terbatas pada tindakan apikoektomi. Pada tindakan
pembuangan lesi dengan pembuatan flap envelope dapat menimbulkan kerugian berupa
terbatasnya akses untuk mecapai lesi. Selain itu apabila pembuatan flap envelope dilakukan
pada bagian palatal, maka akan mudah menimbulkan resiko kerusakan pembuluh darah dan
saraf pada bagian palatum.

4. Flap Semilunar

Flap semilunar merupakan suatu flap yang terdiri dari pembuatan insisi yang membengkok.
Pembuatan insisi ini dimulai dari lipatan vestibular dan membentuk seperti busur dengan
bagian yang cembung mengarah ke gingiva tidak bergerak. Penjahitan akan lebih baik apabila
dasar flap berada pada 2-3 mm di atas pertemuan gingiva bergerak dan tidak bergerak. Ujung
dari masing- masing insisi harus diperluas minimal satu gigi dari area gigi yang akan
dikeluarkan.
Flap semilunar memiliki beberapa keuntungan yaitu cukup dengan pembuatan insisi
yang kecil, sehingga memudahkan tindakan refleksi flap. Selain itu keuntungan flap
semilunar adalah tidak menyebabkan resesi gingiva, dan tidak mengintervensi jaringan
periodontal. Karena pembuatan flap semilunar diawali pada bagian yang menjauhi tepi
gingiva, maka kerugian yang dapat ditimbulkan adalah resiko salah perhitungan lokasi flap.
Kerugian lainnya adalah akses dan visualisasi yang terbatas.
5. Flap Pedikel

Flap pedikel merupakan flap yang digunakan untuk meningkatkan lebar gingiva cekat atau
untuk menutupi permukaan akar. Pembuatan flap pedikel bertujuan untuk memindahkan
gingiva cekat dari satu posisi ke posisi lain yang berdekatan. Flap pedikel terdiri dari dua
insisi vertikal. Flap pedikel dapat dibuat baik dibagian bukal, lingual, atau palatal.
Keuntungan dari penggunaan flap pedikel adalah pembuatan flap yang relatif mudah,
suplai darah yang baik pada flap palatal, proses penyembuhan jaringan lunak berlangsung
dengan cepat, dan dapat digunakan untuk penutupan lesi atau fistula yang besar. Disamping
itu kerugian dari pembuatan flap pedikel adalah sebagian tulang bekas insisi akan terekspose
dan dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menunggu reepitelialisasi pada bagian tulang
yang terekspose. Selain itu pada palatal flap terdapat sensasi rasa terbakar pada bagian palatal
selama proses reepitelialisasi belum sempurna.
REFERENSI
Fragiskos. 2007. Oral Surgery. Springer Verlag Berlin.
Dattani, Amit. 2012. Oral Surgery Basic Instrument. Medical and Health Science Center
University of Debracen
Pedersen GW.Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, Jakarta: EGC. 1996.h.48-50
Repository Universitas Sumatera Utara
Atlas of Local Anaesthesia in Dentistry, The Amalgam Dental Company Limited, London,
Copyright by Cooke Waite Laboratories Inc, 1977, New York, U.S.A
Hupp, JR. Guide to suturing. Journal of Oral Maxillofacial Surgery. 2015. 73(1): 6-15
Sanghai, Sumit. 2009. A Concise Textbook of Oral & Maxillofacial Surgery. Jaypee.
Poernomo, H. 2017. TATALAKSANA FLAP PADA RONGGA MULUT. Interdental:
Jurnal Kedokteran Gigi, 13(2), 24-27.

Modi M. 2009, Critical evaluation of suture materials and suturing techniques in implant
dentistry. Int J Clin Implant Dent.
Jenkins WS, Brandt MT, Dembo JB. 2002, Suturing principles in dentoalveolar surgery. Oral
Maxillofacial Surg Clin N Am.
Ghosh PK. 2006, Synopsis of oral and maxillofacial surgery: An update overview. New
Delhi: Jaypee.
Silverstein LH, Kurtzman GM. 2005, A review of dental suturing for optimal softtissue
management. Compendium.
Balaji SM. 2007, Textbook of oral maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier.
Malik NA. 2012, Textbook of oral and maxillofacial surgery. 3rd ed., New Delhi: Jaypee.
Pedersen, G.W.,2012,Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (OralSurgery), Alih bahasa: Purwanto,
Basoeseno. Jakarta: EGC.
PEMBAGIAN TUGAS

No Nama NIM Tugas


1. Audina Faradiba 04031181823019 Prosedur Bedah Flap
2. Geraldo Ramadhana 04031281823023 Prosedur Penjahitan Intraoral
Salahudin
3. Indah Rizkah Apriani 04031281823028 Prosedur Teknik Pencabutan
Terbuka
4. Muhammad Reyhan 04031281823029 Indikasi Bedah Flap
Daffa
5. Anggi Apriani 04031281823037 Kontraindikasi Bedah Flap
Dan Kontraindikasi Teknik
Pencabutan Terbuka
6. Shabrina Salsabila PW 04031281823038 Teknik Bedah Flap
7. Afrah Afifah Salsabila 04031281823047 Indikasi Teknik Pencabutan
Terbuka
8. Saffa Adhita Natascha 04031281823048 Teknik Anastesi
Utari
9. Rida Agustina 04031381823060 Alat Dan Bahan Penjahitan
Intraoral
10. Yasmin Athiroh 04031381823062 Obat-Obatan Anastesi Local
11. Novriyani Putri 04031281823041 Teknik Penjahitan Intraoral
12. Ayu Widayanti 04031381823064 Alat-Alat Pencabutan
Terbuka

Anda mungkin juga menyukai