Anda di halaman 1dari 3

JKGT VOL.

2, NOMOR 1, JULY (2020), 61-63

(Penelitian)
Prevalensi Maloklusi Dengan Etiologi Premature Loss Gigi Sulung
(Kajian pada Rekam Medik Ortodonti Pasien RSGM Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Tahun 2013-2015)
1
Muthia Hanindira, 2Yuniar Zen, 3Magdalena Juliani
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti
2,3
Staf Pengajar Bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti
Email : zenyuniar@yahoo.com

ABSTRAK
Latar belakang: Premature loss merupakan suatu keadaan gigi sulung yang tanggal sebelum waktu erupsi gigi pengganti.
Premature loss dapat mempengaruhi panjang lengkung rahang sehingga ruangan untuk erupsi gigi pengganti tidak akan
cukup. Akibat ruangan yang tidak cukup akan berdampak pada penyimpangan oklusi seperti rotasi, gigi berjejal, mesial
drifting yang dikenal sebagai maloklusi. Premature loss memiliki gambaran maloklusi yang berbeda beda tergantung pada
jenis gigi yang mengalami tanggal, sehingga sering menjadi keluhan pasien ortodonti di RSGM FKG Universitas Trisakti.
Tujuan: untuk mengetahui prevalensi premature loss pada pasien ortodonti di RSGM FKG Universitas Trisakti pada tahun
2013 – 2015. Metode: Penelitian observasional menggunakan data sekunder yaitu rekam medik dan model studi tahun 2013
– 2015 dengan menggunakan parameter usia, jenis gigi yang mengalami kehilangan, dan hubungan molar serta keadaan
seluruh gigi pasien. Hasil: Sebanyak 52 sampel mengalami premature loss dengan rentang usia 6 – 10 tahun. Pada usia 6
tahun sebanyak 2 orang ((3,8%), usia 7 tahun 13 anak (25%), usia 8 tahun 19 anak (36,5%), usia 9 tahun 11 anak (21,2%),
dan usia 10 tahun 7 anak (13,5%). Total jumlah gigi yang mengalami premature loss sebanyak 80 gigi dengan insisivus
pertama sebanyak 17 gigi (21,25%), insisivus kedua 24 gigi (30%), kaninus 9 gigi (11,25%), molar pertama 10 gigi (12,5%)
dan molar kedua 20 gigi (25%). Kesimpulan: Prevalensi premature loss pada pasien ortodonti di RSGM FKG Universitas
Trisakti sebesar 18,5%.

Kata kunci: maloklusi ,premature loss, prevalensi

PENDAHULUAN beberapa peneliti. Salah satu faktor yang diduga


Epidemiologi maloklusi dan penilaian berperan penting dalam perkembangan oklusi
mengenai kebutuhan perawatan ortodonti adalah ekstraksi dini gigi sulung yang
merupakan hal penting di berbagai negara. 1 Studi mengakibatkan premature loss.5 Selain itu,
epidemiologj dilakukan untuk meningkatkan premature loss secara umum disebutkan juga
kesehatan mulut masyarakat di setiap negara antara memiliki hubungan dengan maloklusi pada fase
lain dengan cara identifikasi prevalensi maloklusi gigi permanen.8
dan indikasi perawatan ortodonti.2 Masalah Almaodi tahun 2014 mengatakan bahwa
kesehatan gigi dan mulut cukup besar dan tingkat premature loss khususnya gigi molar sulung, dapat
kesadaran perawatan gigi dan mulut masih cukup mengakibatkan beberapa hal, yaitu 1) maloklusi, 2)
rendah di Indonesia.3 Laporan Riset Kesehatan kekurangan ruang, dan 3) diskrepansi midline gigi
Dasar Nasional pada tahun 2013 menyatakan permanen.6 Hal ini diperkuat dengan hasil
bahwa sebesar 25,9% mengalami masalah gigi dan penelitian yang dilakukan oleh Herawati et al tahun
mulut di empat belas provinsi di Indonesia. 2015 bahwa premature loss memang mempunyai
Presentase prevalensi maloklusi di Indonesia masih hubungan erat dengan terjadinya maloklusi. 7 Karies
cukup tinggi yaitu sebesar 80%.3,4 gigi, trauma, dan resorbsi dini pada akar
Menurut Laguhi et al tahun 2014 merupakan hal yang paling sering menyebabkan
maloklusi didefinisikan sebagai keadaan oklusi premature loss, sehingga Hal ini dapat
yang menyimpang dari keadaan standar dan dapat mempengaruhi panjang lengkung yang diperlukan
diterima sebagai keadaan normal. Oklusi dikatakan untuk erupsinya gigi permanen, yang nantinya
normal apabila susunan gigi dalam lengkung dapat menyebabkan maloklusi.8 Premature loss
rahang baik dengan hubungan yang harmonis didefiniskan sebagai keadaan gigi sulung yang
antara gigi atas dan bawah.3 Berdasarkan data tanggal sebelum gigi penggantinya erupsi. 7
World Health Organization (WHO) mengenai Kehilangan gigi molar sulung sebelum gigi
kesehatan gigi dan mulut, maloklusi berada pada permanen siap erupsi akan meningkatkan risiko
peringkat ketiga setelah penyakit periodontal dan kemungkinan terjadinya maloklusi.9
karies gigi. Maloklusi dapat disebabkan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Cavalcanti
beberapa faktor antara lain faktor genetik dan et al tahun 2008 di Brazil menyatakan bahwa
lingkungan.4 Hubungan antara prevalensi maloklusi sebanyak 24,9% anak di Brazil mengalami
dengan faktor lingkungan telah disampaikan oleh premature loss gigi molar sulung.8 Hasil penelitian

61
JKGT VOL.2, NOMOR 1, JULY (2020) 61-63

Harahap SS di Medan pada tahun 2015 juga ortodonti di RSGM FKG Universitas Trisakti pada
menyatakan bahwa 32,5% pasien ortodonti di tahun 2013 hingga 2015 yang memiliki etiologi
RSGMP FKG USU pada tahun 2010 – 2014 premature loss dengan hubungan molar kelas I
mengalami premature loss gigi molar sulung.10 sebesar 82,6%, kemudian kelas II sebesar 9,61%,
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed et al di kelas III sebesar 1,92%, dan Edge to Edge sebesar
India juga menunjukkan bahwa prevalensi 5,76.
premature loss terbanyak adalah gigi molar sulung
saat anak berusia 8 tahun.6 Hasil penelitian Samad PEMBAHASAN
R dan Gazali S tahun 2016 menyatakan bahwa Perbedaan premature loss antara laki-laki
premature loss dapat mengakibatkan maloklusi dan perempuan pada penelitian ini dapat
kelas 1 tipe 1 dan tipe 3.11, 12 disebabkan oleh tingkat kesadaran akan kesehatan
Penulis mengamati bahwa sampai saat ini gigi dan mulut serta estetika pada perempuan lebih
belum ada penelitian mengenai prevalensi tinggi dibandingkan laki laki. Selain itu, jumlah
premature loss di RSGM FKG Universitas Trisakti. sampel yang digunakan saat penelitian tidak sama
Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui jumlahnya antara laki laki dengan perempuan.
prevalensi premature loss di RSGM FKG Kemungkinan penyebab premature loss insisivus
Universitas Trisakti guna mendapatkan diagnosis adalah rampan karies ataupun dapat disebabkan
dan rencana perawatan yang tepat. karena trauma.13 Rampan karies biasa terjadi pada
usia balita yang kurang menjaga kebersihan
METODE PENELITIAN mulutnya, dan sering terjadi pula karena sering
Jenis penelitian ini merupakan penelitian menghisap susu botol pada malam hari. Hal
deskriptif observasional menggunakan rancangan tersebut dapat menimbulkan rasa sakit pada anak
penelitian studi potong lintang yang dilakukan di dan umumnya datang berobat sudah dalam keadaan
RSGM FKG Universitas Trisakti khususnya pada lanjut sehingga berujung pada ekstraksi dini yang
pasien ortodonti yang datang pada tahun 2013 menyebabkan premature loss.14 Apabila trauma
hingga tahun 2015 dengan jumlah sampel sebanyak pada gigi sulung, dapat terjadi pada rentang usia
52. Pemeriksaan yang dilakukan adalah 1,5–2 tahun dikarenakan saat sedang belajar
pemeriksaan premature loss dengan menggunakan berjalan ataupun bermain.15,16
data sekunder yaitu model studi dan rekam medik. Pada gigi molar apabila mengalami
Pengumpulan data dilakukan sebanyak 2 kali pada premature loss paling banyak disebabkan oleh
waktu yang berbeda. Penelitian diawali dengan karies.13 Gigi Molar merupakan gigi yang rawan
cara pemilihan rekam medik pasien ortodonti terkena karies karena gigi ini erupsi lebih awal
RSGM FKG Universitas Trisakti sesuai dengan artinya sudah berada di dalam rongga mulut sejak
kriteria inklusi. Kemudian melakukan pemilihan bayi usia sekitar 16 bulan. Faktor utama yang
model studi pasien ortodonti sesuai dengan rekam menyebabkan sering terjadinya premature loss
medik yang telah didapatkan. Setelah itu pada molar adalah terjadinya peningkatan jumlah
pemeriksaaan data rekam medik untuk mengetahui Streptococcus mutans pada rongga mulut seiring
jenis gigi yang mengalami premature loss. dengan meningkatnya usia ataupun saat gigi
Dilanjutkan dengan pemeriksaan model studi untuk lainnya mulai erupsi.6 Hilangnya gigi molar kedua
mencocokkan dengan data rekam medik serta untuk sulung lebih berbahaya dibandingkan gigi molar
melihat hubungan molar pertama permanen pasien. pertama sulung dalam pertumbuhan gigi
Kemudian melakukan pengisian formulir penilaian. permanennya dikarenakan gigi molar kedua sulung
merupakan panduan erupsinya molar permanen
HASIL pertama permanen yang merupakan kunci
Berdasarkan penelitian didapatkan oklusi.17,18 Hal tersebut dapat mengakibatkan
prevalensi maloklusi dengan etiologi premature ketidakharmonisan oklusi pada gigi permanen,
loss gigi sulung pada pasien ortodonti di RSGM yang disebabkan disebabkan oleh mesial drifting
FKG Universitas Trisakti sebesar 18,5% dengan pada gigi molar pertama permanen yang dapat
jumlah laki laki sebanyak 15 pasien dan perempuan menghambat erupsi gigi premolar.8,9
sebanyak 37 pasien. Berdasarkan jenis kehilangan Premature loss pada gigi kaninus jarang
gigi, tercatat sebanyak 80 gigi mengalami terjadi. Apabila terjadi, biasanya disebabkan oleh
premature loss, dengan rincian sebagai berikut : trauma ataupun erupsi ektopik dari gigi insisivus
insisivus kedua sulung yaitu sebanyak 24 gigi permanen yang mengakibatkan terjadinya resorbsi
(30%), molar kedua sulung sebanyak 20 gigi akar dari kaninus tersebut.13,16 Premature loss pada
(25%), insisivus pertama sulung sebanyak 17 gigi kaninus bisa terjadi secara unilateral maupun
(21,25%), molar pertama sulung sebanyak 10 gigi bilateral. Apabila terjadi secara unilateral maka
(12,50%), dan kaninus sulung yaitu sebanyak 9 gigi akan mengakibatkan pergerseran gigi insisivus ke
(11,25%). arah sisi yang terkena dan dapat mengakibatkan
Berdasarkan hubungan molar menurut klasifikasi terjadinya midline discrepancy. Premature loss
Angle, hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien pada kaninus yang terjadi secara bilateral dapat

62
JKGT VOL.2, NOMOR 1, JULY (2020) 61-63

mengakibatkan lingual tipping pada gigi insisivus. 5. Pedersen J, Stensgaard K, Meesen S. Prevalence of
malocclusion in relation to premature loss of primary teeth.
Premature loss pada kaninus biasanya jarang Community Dent. Oral Epidemioli. Institute of
mempengaruhi sisa ruang yang berada di bagian Orthodontics, Royal Dental College, Aarhus, Denmark:
posterior.13 1978, 6; 204-209.
Berdasarkan rentang usia pasien ortodonti 6. Ahamed, SSS, Reddy, VN, Krishnakumar R, Mohan, M,
Sugumaran DK, Rao AP. Prevalence of early loss of
yang mengalami premature loss Sebanyak 19 anak primary teeth in 5-10-year-old School Children in
mengalami premature loss di usia 8 tahun, usia 7 Chidambaram Town. Contemporary Clinical Dentistry,
tahun sebanyak 13 anak, usia 9 tahun sebanyak 11 January - March; 3(1): 2012, 27 – 30.
anak, usia 10 tahun sebanyak 7 anak, dan usia 6 7. Herawati H, Sukma N, Utami RD. Hubungan premature
loss gigi sulung dengan kejadian maloklusi di Sekolah
tahun sebanyak 2 anak. Usia merupakan salah satu Dasar Negeri Kota Cimahi. Journal of Medicine and
faktor yang dapat mempengaruhi insiden Health, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015.
maloklusi. Pada fase geligi bercampur persentase 8. Cavalcanti AL, Alencar CRB, Bezerra PKM, Garcia AFG.
maloklusi cukup tinggi dikarenakan pada periode Prevalence of early loss of primary molars in School
Children in Campina Grande, Brazil. Pakistan Oral &
tersebut ukuran gigi berbeda beda dan lengkung Dental Journal, Volume 28, Nomor 1, 2008.
rahang masih berkembang sehingga memungkin 9. Bhalajhi SI. Orthodontics The Art and Science. New
terjadi perubahan oklusi.7 Delhi: Arya (Medi) Publishing House. Oktober 2003; pp
87-95.
10. Harahap SS. Prevalensi premature loss gigi molar desidui
KESIMPULAN pada pasien ortodonsia di RSGMP FKG USU Tahun 2010-
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 2014. Available from:
departemen ortodontik RSGM FKG Universitas http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/55974,
Trisakti, ditemukan 18,5% kasus dengan premature 2015.
11. Samad S. dan Gazali S., Hubungan kebiasaan mendorong
loss. Usia delapan tahun merupakan usia paling lidah, menghisap ibu jari dan premature loss terhadap jenis
banyak ditemukannya premature loss yaitu sebesar maloklusi murid SD di Kota Makassar. Available from:
36,5% dengan hubungan molar yang paling sering http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/20202,
ditemukan adalah kelas I. 2016.
12. Koesoemahardja HD. Pola pertumbuhan jaringan lunak
kraniofasial serta kaitanya dengan pola pertumbuhan
DAFTAR PUSTAKA jaringan keras kraniofasial dan pertumbuhan umum.
1. Singh VP, Sharma A. Epidemiology of malocclusion and Jakarta: Usakti. 1991. 23-24,88.
assessment of orthodontic treatment need for Nepalese 13. Law CS. Management of premature primary tooth loss in
children. Hindawi Publishing Corporation International the child patient. Journal of the California Dental
Scholarly Research Notices Volume 2014, Article ID Association. Agustus. 2013.
768357, 4 pages. 14. Sutadi H. Penanggulangan karies rampan serta keluhannya
2. Lagana G, Masucci C, Fabi F, Bollero P, dan Cozza P. pada anak. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Prevalence of malocclusions, oral habits and orthodontic 2002; 9(1):5-8
treatment need in a 7- to 15-year-old schoolchildren 15. Fauziah E & Hendralin S. Perawatan fraktur kelas tiga
population in Tirana. Progress in Orthodontics 2013, Ellis pada gigi tetap insisif sentral atas (Laporan Kasus).
14:12. Indonesian Journal of Dentistry. Volume 15. Nomor 2,
3. Laguhi, VA, Anindita, PS, Gunawan PN. Gambaran 2008. 169 – 174.
maloklusi dengan menggunakan HMAR pada pasien di 16. Casamassimo PS, Fields HW, McTigue J, dan Nowak A.
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Sam Ratulangi Manado. Pediatric Dentistry Infacy Through Adolesence. 5e. St.
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 2, Nomor 2, Juli-Desember Louis, Missouri. Elsevier Saunders. 2013.
2014. 17. Cobourne M and DiBiase A. Handbook of Orthodontics.
4. Rorong GFJ, Pangemanan DHC, Juliatri. Gambaran 2nd edition.United Kingdom. Elsevier;2015; pp 329.
maloklusi pada siswa kelas 10 di SMA Negeri 9 Manado. 18. Cernei ER, Maxim DC dan Zetu IN. The Influence of
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni premature loss of temporary upper molars on permanent
2016. molars. Rev. Med. Chir. Soc. Med. Nat., Iaşi volumw 119.
nomor 1, 2015.

63

Anda mungkin juga menyukai