Kelompok 4
Ketua : Puspita Rahardjo P 115070400111015
Sekretaris : Pervita Venny Maharsi 115070401111009
Anggota : Ardian Ayu Fitriana 115070400111004
Mediatrix Antania Dara 115070400111005
Ayu Dianita Kurnia P 115070400111018
Yolan Bianika S 115070400111028
Jauhar Anista Hida P 115070400111038
Shinta Purnamasari 115070400111045
Endo Sadewo 115070402111001
Soerjaningrat Winantea 115070407111007
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Oleh sebab itu pada laporan ini kami akan membahas tentang beberapa macam
indeks maloklusi dengan batasan topik sebagai berikut :
Indeks Maloklusi
a. Definisi
b. Tujuan
c. Syarat
d. Macam-macam, yang meliputi tujuan alat dan bahan, prosedur dan komponen,
kelebihan dan kekurangan, dan evaluasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Indeks Maloklusi
Indeks adalah penilaian sebuah angka atau bilangan yang digunakan sebagai indikator
untuk menerangkan suatu keadaan tertentu atau sebuah rasio proporsional yang dapat
disimpulkan dari sederetan pengamatan yang terus menerus (Pambudi Rahardjo)
a. WHO
Reliable
Valid
Validity of endurance
b. Drakker 1960, Summer 1971, Buchanan 1993
Reliable, hasil pengukuran sama meskipun individu berbeda. Disebut juga
reproducible.
Valid, yaitu dapat mengukur apa yang akan diukur
Mudah dipelajari dan dilaksanakan
Dapat membedakan beberapa tingkatan dengan jelas
Dapat dipertanggungjawabkan secara statistik
Tidak menimbulkan banyak kontroversi
Dapat mendeteksi secara dini adanya perubahan pada suatu kelompok
tertentu
3
Tujuan : membandingkan maloklusi sebelum dan sesudah perawatan dalam
menentukan evaluasi standar kualitas perawatan/ mengetahui tingkat keparahan
dan mengukur keberhasilan perawatan tersebut.
Alat dan bahan : Penggaris PAR dan model gigi
4
Adanya premolar impaksi juga tidak dimasukkan dalam bobot indeks PAR.
Selain karena prevalensinya sangat sedikit, pencabutan premolar juga sering
dilakukan pada kasus yang membutuhkan ruang sehingga tidak memberikan
pengaruh dalam menilai keberhasilan perawatan.
Dari 11 komponen pada tabel di atas, terdapat 5 komponen utama dalam
pemeriksaannya, masing-masing komponen tersebut dinilai dan diberi bobot
bedasarkan besaran yang telah ditentukan.
Setiap skor komponen diakumulasikan dan dikalikan bobotnya masing-masing,
sehingga menghasilkan jumlah skor akhir dari 5 komponen utama yang
digunakan.
Lima komponen utama yang diperiksa beserta bobotnya adalah1
1. Penilaian skor segmen anterior, bobotnya 1(Tabel 2).
2. Penilaian skor oklusi bukal, bobotnya 1 ( Tabel 3).
3. Penilaian skor overjet, bobotnya 6 (Tabel 4).
4. Penilaian skor overbite, bobotnya 2 (Tabel 5).
5. Penilaian skor garis median, bobotnya 4 ( Tabel 6).
Pengukuran pergeseran titik kontak dimulai dari mesial gigi kaninus kiri ke titik
kontak mesial gigi kaninus kanan (Gambar 1). Penilaian skor pada kasus ini yaitu
mengukur gigi berjejal (crowded), berjarak (spacing), dan impaksi gigi (impacted
teeth). Gigi kaninus yang impaksi dicatat pada segmen anterior rahang atas dan
rahang bawah (Tabel 2).
Penilaian skor ini dicatat dalam keadaan oklusi gigi posterior di sisi kiri dan kanan
mulai dari gigi kaninus ke molar terakhir (Gambar 2), dengan cara melihat dalam
tiga arah yaitu, anteroposterior, vertikal dan transversal (Tabel 3).
5
3. Penilaian skor overjet.
Penilaian skor ini untuk semua gigi insisivus. Penilaian dilakukan dengan
menempatkan penggaris indeks PAR sejajar dataran oklusal dan radial dengan
lengkung gigi (Gambar 3). Jika terdapat dua insisivus yang crossbite dan memiliki
overjet 4 mm, skornya adalah 3 (untuk crossbite) ditambah 1 (untuk overjet 4 mm),
sehingga total skornya adalah 4.
6
5. Penilaian skor garis median.
Penilaian skor ini dinilai dari hubungan garis tengah lengkung gigi atas terhadap
lengkung gigi bawah (Gambar 5). Garis tengah lengkung gigi diwakili oleh garis
pertemuan kedua gigi insisivus pertama atas terhadap garis pertemuan kedua
gigi insisivus bawah (Tabel 6). Jika gigi insisivus bawah sudah dicabut penilaian
skor garis median tidak dicatat.
7
Keberhasilan perawatan diukur berdasarkan selisih jumlah skor akhir antara
sebelum perawatan dan sesudah perawatan yang ditentukan menurut kriteria
dibawah ini :
a. Pengurangan persentase skor <30% menunjukkan perawatan tidak
mengalami perbaikan/ lebih buruk.
b. Pengurangan skor <22 dan persentase skor 30% – 70% menunjukkan
perawatan mengalami perubahan.
c. Pengurangan skor >22 dan persentase skor >70% menunjukkan perawatan
mengalami perubahan sangat banyak.
Suatu kasus yang termasuk sangat parah dianggap bertambah baik apabila
terdapat perubahan sebanyak 22 angka dari sebelum dan sesudah perawatan
pada penilaian dengan indeks PAR dan sangat baik apabila skor
pengurangannya lebih dari 22 skor pengurangan dan lebih dari 70%. Sedikitnya
dibutuhkan 30% pengurangan skor pada suatu kasus untuk dapat dinyatakan
cukup baik. Untuk suatu standar perawatan yang tinggi dibutuhkan 70%
pengurangan skor rerata.
Kekurangan : tidak dapat mengukur maloklusi yang ringan.
8
e. Grade 5 (enam subgrade) amat membutuhkan perawatan (CLP,
missing teeth, maloklusi destruktif, gigi berpindah tempat)
Diukur dengan menggunakan penggaris IOTN (Plastik dan transparan)
Pada indeks ini hanya satu gambaran maloklusi terparah saja yang dicatat,
sehingga tidak ada efek kumulatif.
Dental Health Component menggunakan aturan yang simpel serta
menggunakan istilah MOCDO untuk membimbing peneliti dalam meneliti
maloklusi.
MOCDO mewakili Missing Teeth atau kehilangan gigi, Overjet ,Crossbite,
Displacement of Contact Points perpindahan titik kontak, dan Overbite.
Pada pasien dengan gigi insisivus yang impaksi dikategorikan menjadi grade 5.
Pada pasien dimana tidak memiliki anomali jumlah gigi atau posisi, maka aturan
dapat digunakan untuk mengukur overjet.
Pada kasus overjet 6 sampai 9 milimeter akan dikategorikan dalam grade 4.
Skor Derajat Keparahan DHC :
- Skor 1-2 = tidak perlu perawatan/ hanya perawatan ringan
- Skor 3 = perawatan boderline/ sedang
- Skor 4-5 = sangat membutuhkan perawatan
b. Aesthetic Component(AC)
(AC) dari IOTN terdiri dari 10 jenis foto berwarna yang disusun berdasarkan
tingkat foto dengan susunan gigi yang paling baik sampai susunan gigi yang
paling buruk.
Digunakan untuk memeriksa keadaan estetik dari suatu maloklusi yang mungkin
berdampak pada kondisi psikososial pasien
9
Grade 1 merupakan foto dengan susunan gigi yang paling baik dan grade 10
merupakan tingkat susunan gigi yang paling buruk.
Untuk pasien digunakan foto berwarna, sedangkan pada model digunkan foto
hitam putih
Caranya adalah : pasien dalam keadaan oklusi (termasuk juga modelnya) dan
dibandingkan dengan foto yang ada, dilihat dari aspek anterior, lalu kategori
ditentukan berdasarkan hambatan estetik yang kurang lebih sama dengan
pasien
Tapi dalam IOTN lebih sering memakai DHC saja, karena AC dianggap subyektif
terutama bila untuk memeriksa maloklusi kelas III atau gigitan terbuka anterior,
karena foto-foto yang ada mencerinkan maloklusi kelas I dan kelas II.
Skor AC dikategorikan sebagai berikut :
- Skor 1-2 = tidak membutuhkan perawatan
- Skor 3-4 = sedikit membutuhkan perawatan
- Skor 5-7 = cukup membutuhkan perawatan
- Skor 8-10 = jelas membutuhkan perawatan
Skor Akhir = skor DHC + skor AC
Keterangan gambar :
1.Grade 1 – 4 = tidak membutuhkan perawatan
2.Grade 5 – 7 = membutuhkan perawatan
3.Grade 8– 10 = sangat membutuhkan perawatan
10
Metode ini menggunakan suatu lembar isian dan digunakan untuk melengkapi
cara menentukan prioritas perawatan maloklusi menurut keparahan maloklusi
yang dapat dilihat pada besarnya skor yang tercatat pada lembar isian tersebut.
Indeks HMA secara kuantitatif memberikan penilaian terhadap ciri–ciri oklusi dan
cara menentukan prioritas perawatan ortodonti menurut keparahan maloklusi
yang dapat dilihat pada besarnya skor yang tercatat pada lembar isian.
Indeks ini digunakan untuk mengukur kelainan gigi pada satu rahang/ Intra art
deviation (missing, crowding, rotated, dan spacing), mengukur kelainan gigi pada
dua rahang/ Inter art Deviation (anterior : overjet, overbite, crossbite, dan
openbite; posterior: relasi kelas I, II, dan III), dan mengukur ciri maloklusi yang
merupakan kelainan dentofasial (CLP, gangguan fungsi bicara, gangguan fungsi
rahang, asimetri wajah, dll).
Keuntungan penggunaan indeks ini adalah :
a. Mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi dan peka terhadap semua
tingkatan maloklusi.
b. Penilaian renggang dan absen gigi posterior dicatat.
c. Jika metode dipelajari dengan baik, tidak diperlukan catatan lain dan skor
keparahan maloklusi dapat dikalkulasi dengan cepat.
d. Dapat memenuhi persyaratan indeks yang dituliskan sebelumnya,
diantaranya sederhana, objektif dalam pengukuran, dapat mengukur
tingkat keparahan maloklusi, dapat diperiksa langsung pada pasien dan
tidak menggunakan alat yang rumit.
Kekurangan metode ini memerlukan latihan cara pemeriksaan untuk
menyamakan persepsi pada pemeriksa.
D. OI (OCCLUSAL INDEX)
Dikembangkan oleh Summers (1971)
Karakteristik penilaian :
a. Umur gigi f. Gigitan Terbuka posterior
b. Relasi molar g. Pergeseran Gigi
c. Overbite h. Relasi Median
d. Overjet i. Missing permanent Insisiv Teeth
e. Gigitan Silang Posterior
Cara : Setiap ciri maloklusi yang diperiksa diberi nomor dan skor pada lembar
pengisian
Interpretasi
0 – 2,5 Good Occlusion, tidak ada penyimpangan oklusi
2,6-2,4 No treatment, penyimpangan sedikit dari normal
4,6-6,9 Minor treatment, maloklusi ringan
7,0-11 Definite treatment, maloklusi sedang
11,1-16,0 Worst occlusions, maloklusi parah
>16 maloklusi sangat parah
Kelebihan : punya tingkat kevalidan tinggi, demikian pula dengan kesesuaian
antar pemeriksa
Kekurangan : Beberapa kriteria kurang jelas definisinya, sulit digunakan pada
kasus yang telanh kehilangan molar 1, menggunakan pembobotan pada setiap fase
perkembangan
11
E. ICON (INDEX OF OUTCOME AND NEED)
Oleh Daniels dan Richmond (2000)
Gabungan dari IOTN dan PAR Index
Komponen-komponen tertentu diskor dengan pembobotan sebagai berikut :
a. AC IOTN bobot 7
b. Crowding RA bobot 5
c. Crossbite bobot 5
d. Overbite bobot 4
e. Relasi gigi posterior kiri dan kanan bobot 3
Skor total awal yang diperoleh merupakan gambaran kompleksitasdan kebutuhan
perawatan
Akor >43 menunjukkan adanya kebutuhan perawatan
Skor derajat kompleksitas perawatan dapat dibaca sebagai berikut :
a. Mudah <29
b. Ringan 29-50
c. Moderat 51-63
d. Sukar 64-77
e. Sangat sukar >77
Setelah selesai perawatan kasus tersebut diskor lag dan perbedaan skor sebelum
dan sesudah perawatan menunjukkan hasil perawatan yang dinyatakan dalam
rumus :
Derajat perbaikan = skor sebelum perawatan – (4x skor sesudah perawatan)
Keberhasilan perawatan digolongkan sebagai berikut :
>-1 terjadi perubahan besar
(-25) – (-1) Sangat berubah
(-53) – (-26) Cukup berubah
(-85) – (-54) Sedikit berubah
<-85 Tidak berubah/ menjadi buruk
Kekurangan dari ICOn adalah AC IOTN diberi bobot sangat besar, sehingga tidak
begitu banyak digunakan (cenderung subyektif).
a. Model Gigi
- Jarak gigit
- Tumpang gigit
12
- Geligi berdesakan
- Relasi oklusi
b. Foto sefalometri
- Sudut ANB
- Sudut SN-GoGn
c. Foto panoramik yang digunakan sebagai alat bantu pada kondisi tertentu
Kondisi lain-lain:
- Gigi mutilasi
- Gigi supernumerary
- Erupsi ektostema
- Transposisi
- Asimetri skeletal
13
Dikembangkan di Amerika Serikat dan diintegrasikan ke dalam Studi Kolaborasi
Internasional Oral Health oleh WHO.
Dalam DAI ada 10 komponen yang perlu diukur, yaitu:
1) Gigi Hilang (I,C,P) tetapi rongak pada gigi yeng hilang tersebut masih terlihat.
Perhitungan dimulai dari premolar kedua kanan sampai premolar kedua
kiri. Dalam satu rahang harus ada sepuluh gigi. Gigi hilang dihitung per gigi,
misalnya yang hilang satu gigi, diberi skor 1, yang hilang 2 gigi diberi skor 2,
dan seterusnya. Jika kurang dari sepuluh harus dicatat sebagai gigi
hilang, kecuali jika ruang antar gigi sudah men utup, masih ada gigi
sulung, ada gigi hilang yang sudah diganti dengan protesa.
2) B e r d e s a k a n p a d a g i g i a n t e r i o r t e r m a s u k g i g i y a n g r o t a s i d a n
g i g i y a n g t e r l e t a k tidak sesuai lengkung.
Bila tidak ada berdesakan maka diberi skor 0; bila pada salah satu rahang
ada berdesakan diberi skor 1; bila pada kedua rahang ada berdesakan diberi
skor 2.
3) Ruang antar gigi (rongak) pada gigi anterior.
Dilihat dari kaninus kanan sampai kaninus kiri. Jika tidak ada ruang
antar gigi atau setiap gigi kontak dengan baik diberi skor 0; jika dalam
satu rahang ada ruang antar gigi diberi skor 1; jika pada kedua rahang
ada ruang antar gigi diberi skor 2.
4) Diastema sentral.
Dicatat jika ada diastema sentr al pada rahang atas dan diukur dengan
ukuran millimeter kemudian dicatat sesuai jarak yang ada (mm). Jika tidak ada
diastema sentral diberi skor 0.
5) Ketidakteraturan terparah pada maksil a.
Diukur pada salah satu gigi yang pali ng tidak teratur (termasuk rotasi)
dengan menggunakan jangka sorong, dengan ukuran millimeter. Jika gigi terletak
rapi dan tidak ada berdesakan atau rotasi diberi skor 0.
6) Ketidakteraturan terparah pada mandibula.
Diukur pada salah satu gigi yang paling tidak teratur (termasuk rotasi)
dengan menggunakan jangka sorong, dengan ukuran millimet er. Jika
gigi terletak rapi dan tidak ada berdesakan diberi skor 0.
7) J a r a k g i g i t a n t e r i o r p a d a m a k s i l a .
P e n g u k u r a n i n i d i l a k u k a n p a d a posisi oklusi sentris. Yang dicatat hanya
pada bagian yang jarak gigitnya besar (lebih dari normal (> 2mm)). Jika
semua gigi insisif bawah hilang dan terdapat gigitan terbalik, tidak
perlu dicatat. Bila jarak gigit normal diberi skor 0 (Jarak gigit normal= ±
2mm).
8) Jarak gigit anterior pada mandibula (protrusi mandibula).
Dicatat jika ada protrusi mandibula yang paling parah, tapi jika ada
gigitan terbalik satu gigi karena gigi tersebut rotasi tidak perlu dicatat.
9) Gigitan terbuka anterior.
Yang dicatat hanya gigitan terbuka terbesar dalam ukuran millimeter. Jika
tidak ada gigitan terbuka diberi skor 0.
10) Relasi molar anteroposterior dan deviasi terbesar dari normal baik
kanan maupun kiri.
Penilaian berdasarkan relasi molar pertama permanen atas dan bawah. Nilai 0
untuk relasi molar yang normal, nilai 1 jika molar pertama bawah
kanan atau kiri setengah tonjol distal atau mesial dari molar pertama
14
atas dan nilai 2 jika molar pertama bawah kanan atau kiri satu tonjol penuh
atau lebih atau distal darimolar pertama atas.
15
SCAN index dan DAI tidak menunjukkan adanya perbedaan yang besar,
walaupun lebih lanjut mereka mengatakan bahwa DAI sedikit lebih baik, SCAn
index lebih mudah dipahami dan sederhana, membutuhkan waktu pencatatan
yang lebih sedikit.
Ciri dinilai:
16
-tumpang gigit
-gigitan terbuka
c. Insisivus permanen agenisi
-tidak bisa tanpa foto RKG
d. Hubungan antero-posterior gigi segmen bukal
-distoklusi
-mesioklusi
e. Gigitan silang post
-disebabkan gigi atas ukoversi
-Disebabkan gigi atas linguoversi
f. Penyimpangan letak gigi
17
Daftar Pustaka
18