Anda di halaman 1dari 7

Furkasi: Keterlibatan dan Perawatan

Perkembangan penyakit periodontal, jika tidak mereda, akhirnya akanmengakibatkan kehilangan


perlekatan yang cukup berpengaruh terhadap bifurkasiatau trifurkasi dari gigi berakar lebih dari satu.
Furkasi adalah daerah morfologianatomi kompleks yang mungkin sulit atau tidak mungkin
untuk dibersihkandengan perawatan instrumensi periodontal rutin. Metode perawatan rutin di
rumahtidak mungkin dapat melindungi daerah furkasi bebas dari plak.Adanya keterlibatan
furkasi adalah suatu temuan klinis yang dapatmengawali suatu diagnosa dari periodontitis
lanjut dan menunjukkan prognosisyang kurang baik dari kerusakkan gigi. Keterlibatan furkasi
diperlukan untuk masalah diagnosa dan terapi perawatan.

FAKTOR ETIOLOGI
Faktor etiologi primer dalam perkembangan lesi furkasi adalah plak bakteri dan inflamasi yang
terjadi sebagai akibat dari terpaparnya plak dental padagigi dalam waktu yang lama. Luas kehilangan
perlekatan berkaitan denganterjadinya lesi furkasi adalah bervariasi dan berhubungan dengan
faktor anatomi lokal (misalnya jarak furkasi akar, morfologi akar) dan anomali
perkembanganlokal (misalnya proyeksi servikal enamel). Faktor lokal mungkin
mempengaruhitingkat deposisi plak atau mempersulit prosedur pelaksanaan oral
hygiene,sehingga memicu perkembangan periodontitis dan kehilangan perlekatan.Penelitian
menunjukkan bahwa prevalensi dan keparahan keterlibatan furkasimeningkat sesuai dengan
pertambahan usia. Karies gigi dan kematian pulpa jugamempengaruhi gigi yang furkasinya
terpapar atau bahkan daerah furkasi itusendiri. Semua faktor ini harus dipertimbangkan salama
diagnosa, rencanaperawatan, dan perawatan pasien dengan lesi furkasi.

DIAGNOSA DAN KLASIFIKASI LESI FURKASI


Pemeriksaan klinis yang menyeluruh adalah kunci untuk mendiagnosa danmenetapkan rencana
perawatan. Probing secara hati-hati diperlukan untuk menentukan adanya keterlibatan furkasi
dan perluasannya; posisi perlekatansehubungan dengan furkasi dan perluasannya; dan susunan
lesi furkasi. Transgingival sounding mungkin menentukan anatomi lesi furkasi. Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan perluasanketerlibatan
furkasi, serta mengidentifikasi faktor yang mungkin mempengaruhiperkembangan lesi furkasi
atau mempengaruhi hasil perawatan akhir. Faktor-faktor ini termasuk (1) morfologi gigi yang
terlibat, (2) posisi gigi-gigi yangberdekatan, (3) anatomi lokal dari tulang alveolar, (4) konfigurasi
dari beberapalesi tulang, dan (5) adanya penyakit gigi lain dan perluasannya (seperti
karies,nekrosis pulpa).Dimensi pemaparan furkasi bervariasi tetapi biasanya lebih kecil dari
81%dari furkasi memiliki furkasi ±1 mm, dan 58% memiliki furkasi ±0,75 mm.

Pemeriksa harus mempertimbangkan dimensi ini, berserta anatomi lokal daridaerah furkasi,
ketika memilih instrumentasi probing. Probe cross seksional kecildiperlukan jika pemeriksa
ingin mendeteksi keterlibatan furkasi secara dini.
Indeks keterlibatan furkasi

Perluasan dan konfigurasi lesi furkasi adalah faktor yang mempengaruhidiagnosa dan rencana
perawatan. Hal ini menuntun perkembangan sejumlahindeks untuk mencatat keterlibatan
furkasi. Indeks ini didasarkan padapengukuran horizontal dari kehilangan perlekatan dari lesi
furkasi, kombinasipengukuran horizontal dan vertikal, atau kombinasi temuan ini dengan
konfigurasilokal dari deformitas tulang. Glickman mengklasifikasikan keterlibatan
furkasikedalam empat derajat (Gambar 68-1).

Derajat I.
Keterlibatan furkasi derajat I adalah tahap permulaan atau tahap dinidari keterlibatan furkasi
(Gambar 68-1, A). Sakunya adalah saku supraboni danawalnya mempengaruhi jaringan lunak.
Kehilangan tulang dini mungkinterdeteksi dengan adanya peningkatan kedalaman probing,
tetapi perubahanradiografi tidak selalu ditemukan.

Derajat II.
Keterlibatan furkasi derajat II dapat mempengaruhi satu atau lebihfurkasi pada gigi yang sama.
Lesi furkasi, pada dasarnya merupakan cul de sac (saluran buntu yang dibatasi oleh permukaan)
dengan komponen horizontal yangnyata. Jika lesi multiple terjadi, lesi tidak tergabung satu
dengan yang lain karenaada satu bagian tulang alveolar yang tersisa melekat pada gigi. Tingkat
probinghorizontal dari furkasi menentukan apakah lesinya merupakan lesi awal ataulanjutan.
Kehilangan tulang vertikal mungkin terjadi dan mengakibatkankomplikasi perawatan. Radiografi
mungkin bisa atau tidak menggambarkan keterlibatan furkasi, khususnya dengan molar
maksila karena gambaran radiografiyang tumpang tindih dari akar-akar gigi. Dalam beberapa
hal, bagaimanapunadanya furkasi mengindikasikan kemungkinan adanya keterlibatan furkasi.

Derajat III.
Keterlibatan furkasi derajat III, Tulang tidak melekat pada puncak furkasi. Pada awal
keterlibatan furkasi derajat III, pemaparan furkasi mungkinterisi jaringan lunak dan mungkin
tidak terlihat. Klinisi bahkan mungkin tidak dapat melewatkan probe periodontal secara
sempurna melewati furkasi karenaterhalang oleh puncak bifurkasi atau margin tulang
fasial/lingual.
Bagaimanapun, jika klinisi menambahkan dimensi probing bukal dan lingual dan memperolehpe
ngukuran probing kumulatif yang sama atau lebih besar daripada dimensibukal/lingual dari
orifisi furkasi gigi, klinisi harus menyimpulkan adanya furkasiderajat III (Gambar 68-1 C).
Tepatnya penjelasan dan sudut radiografi darigambaran radiografi dari furkasi derajat III dini
menggambarkan adanya daerahradiolusen pada percabangan akar gigi.

Derajat IV.
Keterlibatan furkasi derajat IV, Tulang interdental rusak,
dan jaringan lunak turun ke apikal maka pembukaan furkasi secara klinis dapat terlihat.
Gambaran seperti terowongan terjadi antara akar gigi yang terlibat. Olehkarena itu probe
periodontal dapat dengan mudah lewat dari satu sisi ke sisilainnya (Gambar 68- 1 D).
Indeks klasifikasi lainnya.
Hamp dkk. memodifikasi sistem klasifikasi derajat IIIdengan pengukuran perlekatan dalam
millimeter untuk membatasi perluasanketerlibatan horizontal. Easley, Drennan, Tarnow, dan
Fletcher menggambarkansistem klasifikasi yang mempertimbangkan keduanya, kehilangan
perlekatanhorizontal dan vertikal dalam klasifikasi keterlibatan furkasi. Pertimbangan  

konfigurasi lesi dan komponen lesi vertikal memberikan informasi tambahan yangmungkin
berguna dalam rencana perawatan.

Gambar 68-1. Klasifikasi Glickman dari keterlibatan furkasi.


A. Keterlibatan furkasi derajat I.walaupun terlihat adanya ruang pada pembukaan furkasi, tidak
ada komponen furkasi horizontalyang terlihat nyata pada probing.
B. Keterlibatan furkasi derajat II. Terdapat keduanya komponenhorizontal dan vertikal dari cul-
de-sac ini.
C. Keterlibatan furkasi derajat III pada molar maksila.Probing menegaskan bahwa furkasi bukal
terhubung dengan furkasi distal dari kedua molar ini,furkasi masih tertutupi jaringan lunak.
D. Keterlibatan furkasi derajat IV. Jaringan lunak turunhingga cukup untuk memberikan
pandangan langsung ke daerah furkasi molar maksila
 

Gambar 68-2. Perbedaan derajat keterlibatan furkasi dalam radiografi.


A. Furkasi derajat I padamolar pertama mandibula dan furkasi derajat III pada molar kedua
mandibula. Akar tersekat padamolar kedua mungkin cukup untuk menghalangi keakuratan
probing dari lesi ini.
B. Lesi furkasimultiple pada molar pertama maksila. Keterlibatan furkasi bukal derajat I dan
furkasi mesiopalataldan distopalatal derajat II terlihat. Perkembangan alur yang dalam pada
molar kedua maksilamenstimulasi ketelibatan furkasi pada molar dengan akar bersatu ini.
C. Furkasi derajat III dan IVpada molar mandibula

Jarak furkasi akar

Jarak furkasi akar merupakan faktor kunci dalam perkembangan danperawatan keterlibatan
furkasi. Jarak dari sementoenamel junction ke pintu masuk furkasi dapat sangat berubah. Gigi
mungkin memiliki akar yang sangat pendek,sedang, atau akar yang mungkin bersatu pada titik
dekat apeks gigi (Gambar 68-3). Kombinasi jarak furkasi akar gigi dengan konfigurasi akar
mempengaruhikemudahan dan keberhasilan perawatan. Semakin pendek akar gigi,
semakinsedikit perlekatan yang dibutuhkan untuk hilang sebelum furkasi terlibat.
Sebelumfurkasi tersingkap, gigi dengan percabangan akar yang pendek mungkin lebihmudah
dicapai untuk prosedur perawatan, dan percabangan akar yang pendek mungkin memudahkan prosedur
bedah. Adanya pilihan, gigi dengan panjangpercabangan akar yang tidak biasa atau akar yang
bersatu tidak mungkin menjadikandidat yang tepat untuk perawatan sebelum furkasi terlibat.

Gambar 68-3. Bentuk anatomi berbeda yang mungkin penting dalam prognosa dan
perawatanketerlibatan furkasi.
A. akar terpisah dengan luas.
B.akar terpisah tetapi dekat.
C. Akar menyatuhanya terpisah pada bagian apikal.
D. adanya proyeksi enamel mungkin mengakibatkanketerlibatan furkasi dini

Panjang akar
Panjang akar secara langsung berhubungan level perlekatan penyanggagigi. Gigi dengan percabangan akar yang
panjang dan akar yang pendek mungkinkehilangan dukungan lebih banyak ketika furkasi terinfeksi.
Gigi dengan akaryang panjang dan percabangan akar yang pendek hingga sedang memerlukanperawatan
yang tepat karena kurangnya perlekatan yang tersisa untu memperolehperan fungsional.

Bentuk akar
Akar mesial pada kebanyakan molar satu dan dua mandibula dan akarmesiobukal dari molar
pertama maksila biasanya membengkok ke arah distal padasepertiga apikal. Sebagai tambahan,
aspek distal akar ini biasanya sangat bergalur.Lekukan dan galur mungkin meningkatkan potensi
untuk terjadinya perforasi akarselama perawatan endodontik atau terjadinya komplikasi pasca
peletakanrestorasi. Bentuk anatomi ini mungkin juga menghasilkan peningkatan insidensfraktur
akar vertikal. Ukuran radikular pada pulpa mesial mungkin mengakibatkanpembuangan
jaringan gigi yang sangat banyak sewaktu preparasi.

Dimensi interadikuler
Tingkat pemisahan akar juga merupakan faktor penting dalam rencanaperawatan. Akar gigi
yang cukup rapat atau menyatu dapat menghalangi prosedurinstrumentasi yang adekuat
selama skelling, root planning, dan pembedahan. Gigidengan akar yang terpisah jauh memiliki
lebih banyak pilihan perawatan danperawatan dapat lebih tepat .

PERAWATAN
Perawatan objektif dari lesi furkasi adalah untuk: (1) memfasilitasiprosedur pemeliharaan, (2)
mencegah kehilangan tulang lebih jauh, dan (3)menghilangkan lesi furkasi yang menjadi
masalah pemeliharaan jaringanperiodontal. Pemilihan cara perawatan bervariasi sesuai dengan
derajatketerlibatan furkasi, perluasan dan konfigurasi kehilangan tulang, dan faktoranatomi
lainnya.Kelas-kelas terapi dari lesi furkasi.

Kelas I: Lesi awal.


Lesi furkasi awal atau dini (derajat I) diterima untuk perawatan periodontal konservatif. Karena
sakunya saku supraboni dan tidak memiliki jalan masuk ke furkasi, Oral higiene, skelling, dan
root planning cukup efektif. Adanya tambalan overhanging pada restorasi margin, groove bukal,
atauCEP harus dieliminasi dengan odontoplasti, recontouring, dan replacement. Resolusi
inflamasi dan hasil perbaikan ligament periodontal dan tulang biasanyacukup untuk
mengembalikan kesehatan periodontal.

Kelas II.
Ketika terdapat perkembangan komponen horizontal dari furkasi(derajat II), perawatan dapat
menjadi lebih rumit. Keterlibatan tulang horizontalyang dangkal tanpa kehilangan tulang
vertikal yang signifikan biasanyamemberikan respon yang baik untuk prosedur flep lokal dengan
odontoplasti danosteoplasti. Isolasi furkasi kelas II yang parah mungkin memberikan
responterhadap prosedur bedah flep dengan osteoplasti dan odontoplasti (Gambar 68-
6).Perlakuan ini menurunkan puncak furkasi dan mengubah kontur gingival untuk memfasilitasi
kontrol plak pasien.

Gambar 68-6. Perawatan furkasi derajat III dengan osteoplasti dan odontoplasti.
A. Molarmandibula pertama ini telah dirawat endodontik dan daerah karies pada furkasi
diperbaiki.Terdapat furkasi derajat II.
B. Hasil debridement flep, osteoplasti dan odontoplasti yang parahpasca 5 tahun perawatan.
Perhatikan adaptasi gingival ke daerah furkasi. (Disadur dari : Dr.Ronald Rott, Sacramento,Calif).

Kelas II sampai IV: Lesi lanjutan.


Perkembangan dari komponen horizontalyang signifikan pada satu atau lebih furkasi dari gigi
berakar banyak (derajat II,III atau IV lanjut) atau perkembangan komponen vertikal yang dalam
terhadapposisi furkasi menjadi masalah tambahan. Perawatan non-bedah biasanya tidak efektif
karena kemampuan instrument mencapai permukaan gigi menjadi masalah.Bedah periodontal,
terapi endodontik, dan restorasi gigi mungkin diperlukan untuk menahan gigi

Anda mungkin juga menyukai