Anda di halaman 1dari 7

34

Relasi Kualitas Batubara dengan Lingkungan Pengendapan pada Pit


South Pinang dan Sekitarnya, PT. Kaltim Prima Coal, Sangatta Utara,
Kutai Timur, Kalimantan Timur

Givandi Aditama*, Henarno Pudjihardjo, Ahmad Syauqi Hidayatillah

Departemen Teknik Geologi UNDIP, Jl. Prof Soedharto, SH., Semarang

Abstrak
Total sulfur adalah salah satu parameter untuk menentukan kualitas batubara, dan tinggi rendahnya
nilai total sulfur salah satunya dipengaruhi oleh lingkungan pengendapan batuan pengapit serta
batubara itu sendiri. Abu dalam batubara merupakan material pengotor yang tersisa setelah proses
pembakaran, sehingga keterdapatan abu dapat menurunkan kualitas batubara. Penelitian ini
dilaksanakan pada area Pit South Pinang dan sekitarnya yang tersusun dari Formasi Balikpapan.
Observasi lapangan serta Measuring Stratigraphy (MS) dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi
daerah penelitian. Properti batubara, yang diketahui berdasarkan hasil analisis proksimat dan ultimat
dari sampel sumur bor, menjadi parameter yang dianalisis untuk menginterpretasikan lingkungan
pengendapan batubara di daerah penelitian.
Dijumpai empat satuan litologi pada daerah penelitian dari yang tertua hingga yang termuda yaitu
Satuan Batulempung Karbonan Sisipan Batugamping, Satuan Batulempung Sisipan Batupasir-
Batubara, Satuan Batupasir Sisipan Batulanau dan Dataran Aluvial. Berdasarkan data yang diperoleh
di lapangan, dapat diinterpretasikan bahwa satuan pembawa batubara, yaitu Satuan Batulempung
Sisipan Batupasir-Batubara terendapkan pada lingkungan Transitional Lower Delta Plain. Batubara
pada daerah penelitian berdasarkan ASTM D388-99 diklasifikasikan sebagai High Volatile C
Bituminous Coal. Berdasarkan hubungan antara kondisi geologi dengan nilai total sulfur dan abu
yang terdapat pada Pit South Pinang, lingkungan pengendapan cukup berpengaruh terhadap nilai
total sulfur dan abu, semakin besar pengaruh air laut, nilai total sulfur dan abu menjadi lebih tinggi.

Kata kunci: properti batubara, Formasi Balikpapan, total sulfur, total abu.

Abstract
Total sulfur is one of the parameters to determine the quality of coal that is dependable on the
depositional environment. Ash in coal is the remaining impurity material after the combustion
process, so ash dampness can decrease the quality of coal. The research was conducted in the area
of Pit South Pinang and surrounding areas,
Field observations and Measuring Stratigraphy (MS) were conducted to determine the geological
condition of the study area. The coal properties, which is known based on the results of the proximate
and ultimate analyzes of the borehole samples, becomes the parameter analyzed to interpret the coal
deposition environment in the study area.
Four units of lithology were found in the research area from the oldest to the youngest: the
carbonaceous claystone with intercalated limestone, the claystone with intercalated sandstone-coal,
the sandstone with intercalated siltstone, and the Alluvium. Based on the data obtained in the field,
it can be interpreted that the coal-bearing unit, the claystone with intercalated sandstone-coal is
deposited in the Transitional Lower Delta Plain environment. Based on ASTM D388-99, coal from
the research area is classified as High Volatile C Bituminous Coal. The relationship between
geological conditions and the total sulfur and ash values contained in the South Pinang Pit, shows
that the total value of sulfur and ash are most likely caused by the marine environment.

Keyword: coal properties, Balikpapan Formation, total sulphur, total ash.

PENDAHULUAN khususnya Kalimantan Timur yang


Pulau Kalimantan merupakan pulau dengan mencapai 47.063 juta ton (Anonim, 2015).
deposit batubara terbesar di Indonesia, Selain untuk kepentingan industri, kondisi

*) Korespondensi : givanditama@gmail.com
batubara yang melimpah tersebut dapat (Tmbe), Pulau Balang (Tmpb), Maluwi
dimanfaatkan untuk penelitian mengenai (Tmma), Balikpapan (Tmbp), dan
batubara itu sendiri, salah satunya adalah Kampungbaru (Tmpk), dan endapan aluvial
studi mengenai lingkungan pengendapan (Qal).
batubara. Dalam penelitian ini, akan Daerah penelitian sendiri tersusun dari
dipaparkan mengenai kondisi geologi, Formasi Balikpapan dengan litologi
sejarah pembentukan batubara dan batupasir, batulempung, lanau, tuf, dan
pengaruhnya terhadap kualitas batubara batubara. Pada perselingan batupasir
pada daerah South Pinang dan sekitarnya, kuarsa, lempung dan lanau terbentuk
Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, struktur silang siur. Setempat mengandung
Kalimantan Timur. Penelitian ini bertujuan sisipan batubara dengan ketebalan antara
untuk mengetahui pengaruh lingkungan 20-40 cm. Lempung berwarna kelabu,
pengendapan dan fasies batubara. getas, mengandung muskovit, bitumen dan
oksida besi. Tebal formasi ±2000 meter,
Geologi Regional Daerah Penelitian dengan lingkungan pengendapan muka
Daerah Sangatta terletak di antara Delta daratan-delta. Formasi ini berumur Miosen
Mahakam dan Tinggian Mangkalihat yang Tengah - Miosen Akhir.
merupakan bagian dari Cekungan Kutai Analisis terhadap Formasi Balikpapan di
bagian utara. Peta Geologi Lembar Sangatta daerah Sangatta menjelaskan bahwa sistem
pada Gambar 1 (Sukardi dkk., 1995) delta di Sangatta merupakan perkembangan
menunjukkan urutan satuan litostratigrafi delta tersendiri di bagian utara Cekungan
daerah Kutai Timur dengan urutan dari tua Kutai dan terpisah dari sitem Delta
ke yang muda adalah : Pamaluan (Tmp) Mahakam purba di bagian selatan (Snedden
yang saling menjari dengan Bebuluh dkk, 1996).

Gambar 1. Peta Geologi Regional lembar Sangatta (Sukardi dkk., 1995), daerah penelitian ditandai
kotak merah.

Di daerah dijumpai tiga jenis sesar, yaitu oleh sesar mendatar, sedangkan sesar turun
sesar naik, sesar normal, dan sesar terjadi pada Kala Pliosen (Supriatna dan
mendatar. Sesar naik diduga terjadi pada Rustandi, 1995 dalam Resmawan, 2007).
Miosen Akhir yang kemudian dipotong

35
METODOLOGI bergelombang-melensa dengan lensa
Pemetaan geologi pada daerah penelitian berupa batupasir berukuran butir pasir
mencakup deskripsi litologi, serta halus-sedang. Sisipan konkresi siderit
pengukuran stratigrafi dan struktur geologi. dijumpai setempat, penanda diagenesis
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang terjadi secara reduksi dalam air tawar
peta topografi week-31 daerah South Pinang pada lingkungan darat – transisi (Diessel,
dan sekitarnya, serta 226 titik sumur bor 1992).
yang memiliki informasi log litologi dan Batubara dalam satuan ini memiliki
batubara. Pada sumur dengan kode F karakteristik warna hitam mengilap. Cleat
memiliki data total moisture, inherent tersebut terisi oleh pirit dengan ukuran butir
moisture, ash content, volatile matter, fixed halus, warna coklat keemasan. Pirit tersebut
carbon, insitu density, relative density, merupakan sulfur epigenetik yang terbentuk
calorific value dan total sulphur. setelah batubara terendapkan dan mengisi
celah yang ada pada cleat. Batubara yang
HASIL ANALISIS ada pada daerah penelitian dalam satuan ini,
Satuan Litologi Daerah Penelitian dengan urutan paling bawah menuju ke
Daerah penelitian dapat dikelompokkan ke atas, terdiri dari seam JR, BE, E2, ML, L4,
dalam empat satuan litologi, ditunjukkan PR1, BN, B2 dan B2UR yang bersifat
dalam peta pada Gambar 2, dengan urutan multiseam. Multiseam merupakan sifat
dari tua ke muda, yaitu: endapan batubara yang terdiri atas beberapa
Satuan Batulempung Sisipan Batugamping seam yang tipis. Ketebalan batubara
Satuan ini didominasi oleh litologi berupa berkisar antara 50 – 300 cm. Selain seam
batulempung dan batulempung karbonan, tersebut, terdapat pula lapisan-lapisan tipis
dengan terdapat sisipan batupasir, pada batubara dengan tebal 20-40 cm yang
bagian atas terdapat batugamping. berasosiasi dengan batulanau serpih.
Batulempung dalam satuan ini memiliki Berdasarkan karakteristik litologi, struktur
karakteristik warna abu-abu kehitaman, sedimen dan pola yang cenderung
tebal 10-40 meter. Struktur sedimen yang mengkasar keatas (coarsening upward),
dominan adalah masif dan wavy mengindikasikan adanya pengaruh arus
lamination-lenticular dimana batupasir suspensi, traksi dan tidal, mengindikasikan
berukuran butir pasir halus-sedang bahwa satuan ini terendapkan pada
menyisip dengan bentuk seperti lensa. lingkungan transitional lower delta plain
Keterdapatan batugamping pada satuan ini (Horne dkk., 1978)
merupakan sisipan dengan ketebalan 2-3
meter pada bagian paling atas satuan ini. Satuan Batupasir Sisipan Batulanau
Satuan ini didominasi oleh litologi berupa
Satuan Batulempung Sisipan Batupasir dan batupasir, dengan terdapat sisipan
Batubara batulanau, serpih dan konglomerat pasiran,
Batulempung dalam satuan ini memiliki serta batubara. Batupasir dalam satuan ini
karakteristik warna abu-abu kehitaman, memiliki warna coklat kekuningan.
tebal 1-10 meter. Struktur sedimen yang Struktur sedimen yang dijumpai adalah
dijumpai adalah masif dan beberapa graded bedding yang bagian bawah berupa
dijumpai struktur wavy lamination- batupasir konglomeratan dengan fragmen
lenticular dimana batupasir berukuran butir berupa kuarsa, litik dan feldspar, cross
pasir halus-sedang menyisip dengan bentuk bedding-lamination. Pola sedimentasi
seperti lensa. Batulempung dalam satuan ini cenderung mengkasar ke atas
memiliki karakteristik warna abu-abu mengindikasikan adanya pengaruh arus
kehitaman, tebal 1-10 meter. Struktur traksi dan tidal seperti yang terjadi pada
sedimen yang dijumpai adalah masif dan lingkungan transitional lower delta plain
beberapa dijumpai struktur laminasi (Horne dkk., 1978).

36
Skala V 1:7.500
Skala H 1:15.000

Gambar 2. Peta satuan litologi daerah penelitian dan penampang geologi dari sayatan pada peta.

Endapan Aluvial menuju seam B2UR (Tabel 1, Gambar3).


Satuan ini tersusun atas endapan sedimen Calorific value justru menunjukkan
unconsolidated yang memiliki ukuran butir penurunan nilai seiring dengan kenaikan
yang cenderung halus. kedudukan batubara. Penentuan peringkat
batubara menggunakan klasifikasi ASTM
Kualitas dan Peringkat Batubara Daerah 2004 dengan parameter Fixed Carbon,
Penelitian Volatile Matter, dan Calorific Value.
Seam JR merupakan seam dengan Batubara di daerah penelitian memiliki
kedudukan paling bawah yang memiliki nilai-nilai parameter yang diklasifikasikan
total abu 1,78% dan semakin bertambah sebagai high volatile C bituminous.

37
Tabel 1. Nilai Rata-rata Kualitas Batubara pada Sampel Pengeboran
Total Ash Volatile Fixed Calorific
Seam Densitas Sulfur
Moisture Content Matter Carbon Value
JR 12.95 1.78 41.31 63.83 1.30 6.790 1.03
BE 13.78 2.52 39.97 46.93 1.30 6.627 1.83
ML 14.80 2.52 39.78 46.53 1.30 6.619 1.36
L4 15.86 2.58 39.45 45.79 1.30 6.466 0.98
BN 15.28 4.16 39.29 44.92 1.31 6.410 2.03
B2 16.02 2.40 39.46 45.62 1.30 6.502 0.92
B2UR 16.37 2.10 40.27 46.17 1.29 6.578 1.03

Batubara. Satuan ini secara regional dapat


disebandingkan ke dalam Formasi
Balikpapan yang berumur Miosen Tengah-
Akhir (Sukardi, dkk., 1995) (Gambar 4).
Satuan ini didominasi oleh batulempung
dengan struktur masif dan beberapa tempat
dijumpai struktur lenticular-flaser yang
berasosiasi dengan sisipan batulanau serpih
karbonan dan batubara. Endapan batupasir
Gambar 3. Grafik nilai rata-rata abu dari seam dengan struktur sedimen cross bedding-
paling bawah (JR) hingga seam paling atas lamination yang memiliki kecenderungan
(B2UR). menghalus ke atas (fining upward) dengan
kontak erosional (scour) sebagai endapan
PEMBAHASAN channel juga umum dijumpai, dan pada
Stratigrafi Daerah Penelitian bagian atas semakin menebal. Berdasarkan
Satuan Batulempung Karbonan Sisipan karakteristik litologi tersebut, sedimentasi
Batugamping merupakan satuan dengan umur dipengaruhi oleh arus suspensi, tidal dan
paling tua pada daerah penelitian. Dalam traksi, yang terendapkan pada lingkungan
skala regional, satuan ini dapat Transitional Lower Delta Plain (Horne dkk.,
disebandingkan dalam Formasi Pamaluan 1978) dengan pengaruh fluviatil dan tidal.
(Gambar 4) yang berumur Miosen Awal Setelah Satuan Batulempung Sisipan
(Sukardi, dkk., 1995). Satuan tersebut Batupasir-Batubara terendapkan, secara
didominasi oleh batulempung dan selaras di atasnya terendapkan Satuan
batulempung karbonan dengan struktur Batupasir Sisipan Batulanau. Kontak antara
sedimen lenticular-flaser dengan sisipan kedua satuan tersebut menunjukkan
batupasir nonkarbonatan masif, ukuran butir perubahan ukuran butir yang semakin
pasir halus-sedang yang memiliki ketebalan mengkasar ke atas secara bertahap. Secara
1-10 cm. Pada bagian atas terdapat regional, satuan ini dapat disebandingkan
batugamping bafflestone (Embry & Klovan, dalam Formasi Balikpapan berumur Miosen
1971) dengan komposisi berupa koral Tengah-Akhir (Sukardi, dkk., 1995) (Gambar
terumbu. Karakteristik litologi yang ada pada 4). Satuan ini dicirikan dengan litologi yang
satuan ini mengindikasikan bahwa dominan berupa batupasir dan batupasir
sedimentasi dipengaruhi oleh arus tidal atau konglomeratan yang memiliki struktur
pasang-surut air laut, serta gelombang air laut sedimen cross bedding-lamination dengan
yang dapat memecah fragmen terumbu, pola fining upward yang bagian bawah berupa
sehingga lingkungan pengendapan yang batupasir konglomeratan dan menghalus
memungkinkan terendapkan satuan tersebut keatas dan semakin keatas semakin menebal,
adalah lingkungan Intertidal flat pada neritik yang berasosiasi dengan sisipan batulanau,
dangkal. batulanau serpih karbonan serta batubara.
Satuan Batulempung Karbonan Sisipan Karakteristik litologi yang dijumpai
Batugamping secara selaras terendapkan di mengindikasikan bahwa sedimentasi
atas Satuan Batulempung Sisipan Batupasir-

38
dipengaruhi oleh arus suspensi dan arus lingkungan rawa (swamp), air laut
traksi, sehingga lingkungan yang paling menerobos dan menggenangi permukaan
mungkin mengendapkan satuan tersebut rawa. Hal tersebut diperkuat dengan
adalah lingkungan Transitional Lower Delta melimpahnya konkresi siderit yang
Plain (Horne, 1978) dengan pengaruh fluvial menyisip pada batulempung yang
dan tidal. mengindikasikan bahwa ada pengaruh air
laut pada saat proses pengendapan batubara.
Relasi Kualitas Batubara Daerah Konkresi siderit (FeCO3) tersusun atas
Penelitian terhadap Lingkungan unsur besi yang berasal dari darat,
Pengendapan kemudian terendapkan pada lingkungan
Kenaikan nilai total sulfur dan abu, yang mendukung aktivitas bikarbonat yaitu
umumnya berbanding lurus dengan lingkungan transisi – laut. Penghilangan
lingkungan pengendapan yang semakin karbon dioksida (CO2) menyebabkan ion
mendekati laut. Namun, berdasarkan data bikarbonat teruraikan, sehingga kehadiran
litostratigrafi yang diperoleh di lapangan, siderit juga sering muncul dalam
menunjukkan bahwa ada progradasi delta lingkungan pengendapan batubara.
yang artinya terjadi pergerakan fasies delta Semakin melimpah konkresi siderit maka
kearah laut, sehingga semakin keatas lingkungan pengendapannya semakin
semakin jauh dari muka air laut. mendekati laut.
Anomali tersebut dapat disebabkan
karena pada saat pengendapan gambut pada

Gambar 4. Kolom kesebandingan stratigrafi daerah Pit South Pinang dan Sekitarnya (tanpa skala)
(Sukardi dkk., 1995; Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996)

KESIMPULAN yang kemudian ditumpangi endapan


Urutan stratigrafi daerah penelitian, tua ke aluvium secara tidak selaras.
muda, adalah Satuan Batulempung Batubara yang terdapat pada daerah
Karbonan Sisipan Batugamping, kemudian penelitian Pit South Pinang berada pada
secara selaras di atasnya terendapkan Satuan Batulempung Sisipan Batupasir-
Satuan Batulempung Sisipan Batupasir- Batubara dengan lingkungan pengendapan
Batubara, di atasnya terendapkan secara Transitional Lower Delta Plain (Horne
selaras Satuan Batupasir Sisipan Batulanau dkk., 1978).

39
Nilai rata-rata sulfur (0,92% - 2,03%) Daya Energi. Badan Geologi,
dan abu (1,78% - 4,16%) yang tinggi pada Kementerian Energi dan Sumberdaya
seam di daerah penelitian dapat disebabkan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi,
oleh lingkungan pengendapan batubara Bandung.
yang terkena pengaruh air laut pada saat Diessel, C. F. 1992. Coal-Bearing
proses pengendapan gambut, didukung Depositional Systems. Springer-Verlag,
dengan data stratigrafi yang ditemukan di Australia.
lapangan dengan lingkungan Transitional Horne, J. C., Ferm, J. C., Caruccio, F. T.,
Lower Delta Plain (Horne , 1978). Baganz, B. P., 1978. Depositional Models
in Coal Exploration and Mine Planning in
UCAPAN TERIMA KASIH Appalachian Region. AAPG Bulletin Vol.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada 62, hal. 2379-2411.
pihak PT. Kaltim Prima Coal yang telah Sandi Stratigrafi Indonesia. 1996. Sandi
memberikan izin pengambilan data pada Stratigrafi Indonesia. Jakarta: Ikatan Ahli
Geologi Indonesia.
area tambangnya untuk kepentingan
Resmawan, 2007. Analisis Variasi
penelitian ini. Terima kasih juga saya
Kandungan Sulfur Pada Batubara Seam S
ucapkan kepada Bapak Aryo Susatyono dan di Daerah Palaran Kutai Kartanegara,
Aloysius Prananto, serta semua yang Kalimantan Timur. Program Studi
membantu penulis selama melakukan Rekayasa Pertambangan, ITB, Bandung.
pengambilan data di lapangan. Sukardi, N., Sikumbang, I., Umar, Sunaryo,
R. 1995. Peta Geologi Lembar Sangatta,
DAFTAR PUSTAKA Kalimantan Timur skala 1:250.000.
Anonim, 2015. Executive Summary: Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Pemutakhiran Data dan Neraca Sumber Geologi, Bandung.

40

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas Kuliah Tektonika
    Tugas Kuliah Tektonika
    Dokumen15 halaman
    Tugas Kuliah Tektonika
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Cleat Pada Batubara
    Pengertian Cleat Pada Batubara
    Dokumen3 halaman
    Pengertian Cleat Pada Batubara
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Cekungan Sumatera Selatan
    Cekungan Sumatera Selatan
    Dokumen14 halaman
    Cekungan Sumatera Selatan
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Contoh Peta Lintasan Yang Baik Dan Benar
    Contoh Peta Lintasan Yang Baik Dan Benar
    Dokumen1 halaman
    Contoh Peta Lintasan Yang Baik Dan Benar
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    100% (1)
  • Poster
    Poster
    Dokumen1 halaman
    Poster
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Resume Kuliah Geologi Teknik
    Resume Kuliah Geologi Teknik
    Dokumen1 halaman
    Resume Kuliah Geologi Teknik
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Geokel Gerakan Air Laut
    Geokel Gerakan Air Laut
    Dokumen3 halaman
    Geokel Gerakan Air Laut
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Proses Dalam Petroleum Sistem
    Proses Dalam Petroleum Sistem
    Dokumen13 halaman
    Proses Dalam Petroleum Sistem
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Yang Harus Dibahas Geowisata Dieng
    Yang Harus Dibahas Geowisata Dieng
    Dokumen11 halaman
    Yang Harus Dibahas Geowisata Dieng
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Bentuk Test Polythalamus Triformed
    Bentuk Test Polythalamus Triformed
    Dokumen2 halaman
    Bentuk Test Polythalamus Triformed
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Fosil Indikator Lingkungan Pengendapan
    Fosil Indikator Lingkungan Pengendapan
    Dokumen2 halaman
    Fosil Indikator Lingkungan Pengendapan
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat
  • Artikel Permasalahan Lingkungan
    Artikel Permasalahan Lingkungan
    Dokumen31 halaman
    Artikel Permasalahan Lingkungan
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    100% (2)
  • Artikel Permasalahan Lingkungan
    Artikel Permasalahan Lingkungan
    Dokumen31 halaman
    Artikel Permasalahan Lingkungan
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    100% (2)
  • Klasifikasi Embry & Klovan (1971)
    Klasifikasi Embry & Klovan (1971)
    Dokumen4 halaman
    Klasifikasi Embry & Klovan (1971)
    Yvdz-Syn Łђŧ-Яŧvŧrŧиd-AVŧибŧƊ-ŠŧVŧиŦOĻƊ 'thêfâllêñ
    Belum ada peringkat