Anda di halaman 1dari 24

Suku Jawa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Suku Jawa
ꦠꦶꦪꦁꦗꦮꦶ

Tokoh Jawa terkenal; dari atas ke bawah:

baris atas: Raden Wijaya, Tribhuwana Tunggadewi,Gajah Mada, Diponegoro, Raden

Saleh.

baris tengah: Pakubuwono X, Kartini, Sukarno, Suharto,Sudirman.

baris bawah: Anggun C. Sasmi, Sri Mulyani Indrawati,Abdurrahman Wahid, Megawati

Sukarnoputri, Dian Sastrowardoyo.

Jumlah populasi

± 100.000.000 (2010)

Kawasan dengan konsentrasi signifikan


Indonesia 95.217.022 [1]
       Jawa Tengah 31.560.859
       Jawa Timur 30.019.156
       Jawa Barat 5.710.652
       Lampung 4.856.924
       Sumatera Utara 4.319.719
       Jakarta 3.453.453
       Yogyakarta 3.331.355
       Sumatera Selatan 2.037.715
       Banten 1.657.470
       Riau 1.608.268
       Kalimantan Timur 1.069.826
       Jambi 893.156
       Kalimantan Selatan 524.357
       Kalimantan Tengah 478.434
       Kalimantan Barat 427.333
       Kepulauan Riau 417.438
       Aceh 400.023
       Bengkulu 387.281
       Bali 372.514
       Papua 233.145
       Sulawesi Selatan 229.074
       Sulawesi Tengah 221.001
       Sumatera Barat 217.096
       Sulawesi Tenggara 159.170
       Papua Barat 111.274
       Bangka Belitung 101.655
       Maluku 79.340
       Nusa Tenggara Barat 78.916
       Sulawesi Utara 70.934
       Sulawesi Barat 56.960
       Nusa Tenggara Timur 54.511
       Maluku Utara 42.724

Bahasa

Jawa, Indonesia, Melayu (dituturkan oleh komunitas yang berdomisili


di Malaysia dan Singapura),Belanda (hanya digunakan oleh yang tinggal

diBelanda dan Suriname)

Agama

Mayoritas Islam dan sisanya
beragamaKristen(Protestan dan Katolik), Kejawen,Hindu, Budd
ha dan Khonghucu[2]

Kelompok etnik terdekat

Sunda, Madura, Bali

Lukisan seorang gadis Jawa yang dilukis sekitar tahun 1900.

Suku Jawa (Bahasa Jawa Ngoko: ꦮꦺꦴꦁꦗꦮ Wong Jawa, Krama: ꦠꦶꦪꦁꦗꦮꦶ Tiyang


Jawi) merupakan suku bangsa terbesar diIndonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa
Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Setidaknya 35% penduduk Indonesia merupakan
etnis Jawa. [3] Selain di ketiga provinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim
di Lampung, Jakarta, Sumatera Utara,Riau, Sumatera Selatan, Banten dan Kalimantan Timur.
Di Jawa Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu,Kabupaten Cirebon, dan Kota
Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti Suku Osing, Orang Samin, Suku Tengger,
dan lain-lain. Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di negara Suriname, Amerika
Selatan karena pada masa kolonial Belandasuku ini dibawa ke sana sebagai pekerja dan kini
suku Jawa di sana dikenal sebagai Jawa Suriname.

Daftar isi
  [sembunyikan] 

 1Bahasa
 2Budaya Jawa
 3Kepercayaan
 4Profesi
 5Stratifikasi sosial
 6Seni
 7Tokoh-tokoh Jawa
 8Galeri
 9Lihat pula
 10Referensi
 11Bacaan lanjutan
 12Pranala luar

Bahasa[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bahasa Jawa
Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari.
Dalam sebuah survei yang diadakanmajalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an, kurang
lebih hanya 42% orang Jawa yang menggunakan Bahasa Indonesiasebagai bahasa mereka
sehari-hari, sekitar 28% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan
selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja.
Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara
pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini
memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan membuat orang Jawa biasanya
sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat.

Budaya Jawa[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Budaya Jawa
Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa
khususnya di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat dibagi
menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY dan budaya Jawa Timur.
Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan
sehari hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya Jawa
selain terdapat di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan orang
Jawa yaitu di Jakarta, Sumatera dan Suriname. Bahkan budaya Jawa termasuk salah satu
budaya di Indonesia yang paling banyak diminati di luar negeri. Beberapa budaya Jawa yang
diminati di luar negeri adalah Wayang Kulit, Keris, Batik dan Gamelan.
Di Malaysia dan Filipina dikenal istilah keris karena pengaruh Majapahit.[4] LSM Kampung
Halaman dari Yogyakarta yang menggunakan wayang remaja adalah LSM Asia pertama yang
menerima penghargaan seni dari AS tahun 2011. Gamelan Jawa menjadi pelajaran wajib di
Amerika Serikat, Singapura dan Selandia Baru.[5] Gamelan Jawa rutin digelar di AS-Eropa atas
permintaan warga AS-Eropa. Sastra Jawa Negarakretagama menjadi satu satunya karya sastra
Indonesia yang diakui UNESCO sebagai Memori Dunia. Menurut Guru Besar Arkeologi Asia
Tenggara National University of Singapore John N. Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit
meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh
kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni. [6] Budaya Jawa termasuk unik karena
membagi tingkat bahasa Jawamenjadi beberapa tingkat yaitu Ngoko, Madya Krama.

Kepercayaan[sunting | sunting sumber]
Mayoritas orang Jawa menganut agama Islam (sekitar 95%). Masyarakat Muslim Jawa
umumnya dikategorikan ke dalam dua golongan, yaitu kaum Santri dan Abangan. Kaum santri
mengamalkan ajaran agama sesuai dengan syariat Islam, sedangkan kaum abangan walaupun
menganut islam namun dalam praktiknya masih terpengaruh animisme dan Hindu-Buddha yang
kuat.
Orang Jawa juga ada yang menganut agama Kristen (sekitar 4%),
baik Protestan maupun Katolik. Orang Jawa Kristen kebanyakan tersebar di Salatiga, Surakarta,
Magelang dan Yogyakarta dimana penganut Kristen mencapai 15% hingga 25% dan penganut
Islam sekitar 75% hingga 85%. Di kota-kota besar seperti Semarang, Surabaya dan Malang
penduduk beragama Islam sekitar 85% hingga 90% dan Kristen sekitar 10% hingga 15% yang
sebagian juga terdiri dari orang Tionghoa. Di kawasan lainnya di Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Yogyakarta hampir semua penduduknya beragama Islam (sekitar 95% hingga 99%) dan
penduduk non muslim hanya sekitar 1% hingga 5%. Sama seperti muslim Jawa, orang Jawa
Kristen juga ada yang disebut Kristen abangan yang masih terpengaruh animisme dan Hindu-
Buddha yang kuat.
Sekitar 1% Orang Jawa lainnya juga menganut Buddha, Hindu, Khonghucu maupun filsafat suku
Jawa yang disebut sebagai filsafatKejawen.

Profesi[sunting | sunting sumber]
Mayoritas masyarakat Jawa berprofesi sebagai petani. Sedangkan di perkotaan mereka
berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, karyawan, pedagang, usahawan, dan lain-lain.
Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta jumlah orang Jawa mencapai 40% pada tahun 2015 dari
penduduk Jakarta. Orang Jawa perantauan di Jakarta bekerja di berbagai bidang. Hal ini terlihat
dari jumlah mudik lebaran yang terbesar dari Jakarta adalah menuju Jawa Tengah. Secara rinci
prediksi jumlah pemudik tahun 2014 ke Jawa Tengah mencapai 7.893.681 orang. Dari jumlah itu
didasarkan beberapa kategori, yakni 2.023.451 orang pemudik sepeda motor, 2.136.138 orang
naik mobil, 3.426.702 orang naik bus, 192.219 orang naik kereta api, 26.836 orang naik kapal
laut, dan 88.335 orang naik pesawat. [7] Bahkan menurut data Kementerian Perhubungan
Indonesia menunjukkan tujuan pemudik dari Jakarta adalah 61% Jateng dan 39% Jatim. Ditinjau
dari profesinya, 28% pemudik adalah karyawan swasta, 27% wiraswasta, 17% PNS/TNI/POLRI,
10% pelajar/mahasiswa, 9% ibu rumah tangga dan 9% profesi lainnya. Diperinci menurut
pendapatan pemudik, 44% berpendapatan Rp. 3-5 Juta, 42% berpendapatan Rp. 1-3 Juta, 10%
berpendapatan Rp. 5-10 Juta, 3% berpendapatan dibawah Rp. 1 Juta dan 1% berpendapatan di
atas Rp. 10 Juta.[8]

Stratifikasi sosial[sunting | sunting sumber]


Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya.
Pakar antropologi Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi
masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok: kaum santri, abangan, dan priyayi. Menurutnya kaum
santri adalah penganut agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara
nominal atau penganut Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan. Tetapi
dewasa ini pendapat Geertz banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial dengan
golongan kepercayaan. Kategorisasi sosial ini juga sulit diterapkan dalam menggolongkan
orang-orang luar, misalkan orang Indonesia lainnya dan suku bangsa non-pribumi seperti orang
keturunan Arab, Tionghoa, dan India.

Seni[sunting | sunting sumber]
Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-
Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian besar
berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India,
pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan dua bentuk ekspresi
masyarakat Jawa. Musik gamelan, yang juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam
kehidupan budaya dan tradisi Jawa.

Tokoh-tokoh Jawa[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar tokoh Jawa

 Abdurrahman Wahid, Mantan Presiden Republik Indonesia.


 Ahmad Dahlan, Ulama (Kyai) dan pendiri organisasi Muhammadiyah.
 Boediono, Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia (2009-2014).
 Hasyim Asyari, Pendiri Nahdatul Ulama.
 H.M. Soeharto, Mantan Presiden Republik Indonesia.
 Joko Widodo, Mantan Walikota Solo, Mantan Gubernur DKI, Presiden Republik
Indonesia.
 Julius Darmaatmadja, Uskup Agung Jakarta dan Mantan Ketua KWI (Konferensi
Waligereja Indonesia) 2000-2006.
 Khofifah Indar Parawansa, Politikus dan Mantan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan, Menteri Sosial Kabinet Kerja.
 Megawati Soekarno Poetri, Mantan presiden republik indonesia dan sekaligus presiden
wanita pertama di Indonesia
 Nurcholish Madjid, Cendekiawan dan budayawan.
 Paul Salam Soemohardjo, Ketua Parlemen Suriname dan Ketua Partai Pertjaja Luhur di
Suriname.
 Purnomo Yusgiantoro, Mantan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral.
 R.A. Kartini, Pahlawan Nasional.
 Saifullah Yusuf, Mantan Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.
Sekarang menjabat Wakil Gubernur Jawa Timur.
 Soekarno, Proklamator dan mantan Presiden Republik Indonesia.
 Susilo Bambang Yudhoyono, Mantan Presiden Republik Indonesia.
 Wage Rudolf Supratman, Pencipta lagu "Indonesia Raya".
 Wahid Hasjim, Pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama
Indonesia.
 Hidayat Nur Wahid, Mantan Ketua MPR RI periode tahun 2004-2009, Wakil Ketua MPR
(2014-sekarang).

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Jawa
Budaya Jawa
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan
kaki untuk pemastian. Bantulah memperbaiki artikel ini dengan
menambahkan catatan kaki dari sumber yang terpercaya.

Wayang kulit dilihat pada sisi bayangannya.

Batik

Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa
khususnya di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat dibagi
menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY dan budaya Jawa Timur.
Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan
sehari hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya Jawa
selain terdapat di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan orang
Jawa yaitu di Jakarta,Sumatera dan Suriname. Bahkan budaya Jawa termasuk salah satu
budaya di Indonesia yang paling banyak diminati di luar negeri. Beberapa budaya Jawa yang
diminati di luar negeri adalah Wayang Kulit, Keris, Batik, Kebaya dan Gamelan.
Di Malaysia dan Filipina dikenal istilah keris karena pengaruh Majapahit.[1] LSM Kampung
Halaman dari Yogyakarta yang menggunakan wayang remaja adalah LSM Asia pertama yang
menerima penghargaan seni dari Amerika Serikat tahun 2011.[2][3] Gamelan Jawa menjadi
pelajaran wajib di AS, Singapura dan Selandia Baru.[4][5]Gamelan Jawa rutin digelar di AS
dan Eropa atas permintaan warga AS dan Eropa. [6] Sastra Jawa Negarakretagama menjadi satu
satunya karya sastra Indonesia yang diakui UNESCO sebagai Memori Dunia.[7] Menurut Guru
Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N. Miksic jangkauan
kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan
dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni. [8] Bahkan banyak
negara di dunia terutama Amerika dan Eropamenyebut Jawa identik kopi.[9][10][11][12][13][14][15][16]
[17]
 Budaya Jawa termasuk unik karena membagi tingkat bahasa Jawa menjadi beberapa tingkat
yaitu Ngoko, Madya Krama. Ada yang berpendapat budaya Jawa identik feodal dan sinkretik.
Pendapat itu kurang tepat karena budaya feodal ada di semua negara termasuk Eropa. Budaya
Jawa menghargai semua agama dan pluralitas sehingga dinilai sinkretik oleh budaya tertentu
yang hanya mengakui satu agama tertentu dan sektarian.

Agama[sunting | sunting sumber]

Masjid Agung Demak, diyakini sebagai salah satu tempat berkumpulnya para wali yang paling awal.

Budaya Jawa juga menghasilkan agama sendiri yaitu Kejawen. Kejawen berisikan tentang
seni, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti
spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa. Tetapi mayoritas orang Jawa sekarang menganut
agama Islam dan sebagian kecil orang Jawa menganut agama Kristen atauKatolik. Dahulu
orang Jawa menganut agama Hindu, Buddha dan Kejawen. Bahkan orang Jawa ikut
menyebarkan agama Hindu dan Buddha dengan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha Jawa
yang berperan. Orang Jawa juga ikut menyebarkan agama Islam dan Kristen atau Katolik di
Indonesia. Orang Jawa termasuk unik karena menjadi satu satunya suku di Indonesia yang
berperan penting dalam menyebarkan 5 agama besar. Seorang peneliti AS Clifford
Geertz bahkan pernah meneliti orang Jawa dan membagi orang Jawa menjadi 3 golongan
besar yaitu : Abangan, Priyayidan Santri.

Kesenian[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Seni Tradisional Jawa
Bambangan Cakil

Barongan (Dadak merak)

Seni Tradisional Jawa adalah karya seni yang diciptakan dan berasal dari Pulau Jawa,
Indonesia. Beberapa contoh dari seni tradisional jawa antara lain tari gambyong. Kesenian
tradisional dari Jawa ada berbagai macam, tetapi secara umum dalam satu akar budaya
kesenian Jawa ada 3 kelompok besar yaitu Banyumasan (Ebeg), Jawa Tengah dan Jawa
Timur (Ludrukdan Reog).

Tari[sunting | sunting sumber]

 Tari Angguk dari Yogyakarta


 Tari Bambangan Cakil dari Jawa Tengah
 Tari Ebeg dari Banyumas
 Tari Emprak dari Jawa Tengah
 Tari Gandrung dari Banyuwangi
 Tari Golek Menak dari Yogyakarta
 Tari Kridhajati dari Jepara
 Tari Kuda Lumping dari Jawa Tengah
 Tari Reog dari Jawa Timur
 Tari Remo dari Jawa Timur
 Tari Sintren dari Jawa Tengah
Musik[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Langgam Jawa
Langgam Jawa merupakan bentuk adaptasi musik keroncong ke dalam musik tradisional
Jawa, khususnya gamelan. Tokoh-tokoh musik ini di antaranya Andjar Any, Gesang, Ki
Narto Sabdo dan Waljinah.

Silat[sunting | sunting sumber]

Lambang Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri

 Ada perguruan silat bernama Kali Majapahit yang berasal dari Filipina dengan


anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim berakar dari
Kerajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai Filipina, Singapura, Malaysia dan
Thailand [24]. Silat Jawa lainnya adalah Perisai Diri yang didirikan oleh almarhum RM
Soebandiman Dirdjoatmodjo, putra bangsawan Keraton Paku Alam. Teknik silat Perisai
Diri mengandung unsur 156 aliran silat dari berbagai daerah di Indonesia ditambah
dengan aliran Shaolin (Siauw Liem) dari negeri Tiongkok. SilatPersaudaraan Setia hati
terataiyang di dirikan oleh Ki Hajar Harjo Utomo dan berawal dibentuk oleh Ki Ngabehi
Surodiwirjo persaudaraan yang anggota keluarganya disebut “Sedulur Tunggal Ketjer”,
sedangkan permainan pencak silatnya dahulu disebut “Djojo Gendilo”, Merpati Putih dan
silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah juga diciptakan oleh orang Jawa. Keempat seni
silat ini sudah tersebar ke Amerika dan Eropa.

Lambang Persaudaraan Setia Hati Teratai

Masakan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Masakan Jawa
Nasi Gudeg

Nasi rawon empal kisi, Banyuwangi, Jawa Timur

Budaya petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal sebagai produsen beras terbesar di
Indonesia. Jawa Timur dan Jawa Tengah penyumbang beras terbesar di Indonesia yaitu
Jawa Timur 31,27%, Jawa Tengah 23,79%, Jawa Barat 15,19%, Sulawesi Selatan 10,10%
dan Nusa Tenggara Barat 4,6%.[25]Produksi Bawang merah Jawa mencapai 68% produksi
nasional Indonesia.[26] Selain sebagai produsen beras dan bawang terbesar Jateng dan
Jatim juga menghasilkan aneka ragam masakan. Masakan Jawa adalah masakan khas
yang berasal dari pulau Jawa, kecuali Jawa Barat yang mempunyai kekhasan khusus
sebagai Masakan Sunda. Masakan Jawa tersedia di Warung Tegal. Masakan
Jawa tempe menjadi masakan internasional dan menjadi satu satunya masakan Indonesia
yang tidak terpengaruh oleh masakan Tionghoa, masakan India, atau masakan Arab.[butuh
rujukan]

 Gudeg
 Lumpia
 Bakpia
 Nopia
 Opor Ayam
 Soto Bangkong
 Soto Sokaraja
 Soto Jepara
 Soto Kudus
 Soto Kediri
 Soto Lamongan
 Soto Ayam Ambengan
 Wedang jahe
 Tengkleng
 Tongseng
 Nasi Pecel
 Nasi Liwet
 Nasi krawu
 Nasi Kucing
 Nasi Langgi
 Nasi lengko
 Nasi Bogana
 Nasi Megono
 Nasi Gandul
 Nasi Grombyang
 Nasi pindang
 Sayur Lodeh
 Tumpeng
 Mie Rebus
 Mie ongklok
 Mie kopyok
 Horok-Horok
 Garang Asem
 Sate Ambal
 Sate tegal
 Sate Ponorogo
 Bandeng presto
 Lentog
 Jenang Kudus
 Getuk trio
 Getuk goreng
 Getuk pisang
 dawet ayu
 Dawet Ireng
 timlo Solo
 Krecek
 teh poci
 Tahu gimbal
 Tahu campur
 Tahu Tek
 Tahu campur lamongan
 Tempe Penyet
 Mendoan
 Pindang Serani
 Pecak lele
 Mangut lele
 Urap
 Rawon
 Pecel
 Rujak cingur
 Rujak Soto
 Rujak Petis
 Rambak petis
 Onde-onde
 Lontong Balap
 Kupang Lontong
 Bothok
 Gado Gado
 Wingko babat
        Kesehatan menurut keluarga jawa Sejak jaman dahulu , praktik keperawatan dalam
keluarga jawa di pengaruhi oleh nilai-nilai pra-islam dan islam. Dominasi pra- islam sangat
berpengaruh terhadap praktik keperawatan keluarga jawa . praktik mengunakan orang pintar
(dukun)masih mendominasi dalam menolong angota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan ,terutama dipelosok-pelosok desa.Mereka masih percaya dan yakin bahwa orang
menjadi sakit karena disebabkan gangguan makhluk halus (setan), untuk mengusir mahluk
tersebut dukun mengunakan mantra-mantra dalam bahasa sansekerta atau bahasa jawa
kuno.selain itu jga dukun mengunakan sesaji yang berupa kembang setaman dan makanan
serta membakar dupa (kemenyan).selain itu, banyak keluarga jawa yang masih
mempertahankan cara pengobatan warisan leluhur yang berupa jamu/ramuan tradisional.
Mitos Air Kelapa Muda bias membuat bayi yang sedang dikandung kulitnya putih Mitos
minum air kelapa muda ketika hamil. Maka rambut bayi yang dikandung menjadi hitam dan
lebat Sebenarnya dari berbagai mitos tentang air kelapa muda dengan ibu hamil,ya ini
mungkin hanya sekedar mitos karena kalau yang dijadikan acuan adalah dengan meminum
air kelapa muda ketika sedang hamil maka anak yang dilahirkan nantinya akan berkulit putih
jelas sulit diterima dengan akal apalagi dari segi kedokteran karena warna kulit seseorang
lebih banyak tergantung sama gen orang tuanya,kalau orang tuanya berkulit hitam maka sulit
untuk anaknya berkulit putih.. Begitu juga dengan mitos yang menyebutkan bahwa dengan
meminum air kelapa muda bagi ibu hamil maka anak yang akan dilahirkan nantinya akan
memiliki rambut yang hitam dan subur, sangat sulit untuk diterima dengan akal karena ketika
orang tuanya berambut bule dan dia tinggal di daratan eropa kan jarang sekali bisa memiliki
rambut berwarna hitam layaknya orang Indonesia.             manfaat air kelapa muda menurut
ilmu kedokteran, dan juga yang pernah say abaca dari berbagaisumber, yaitu air kelapa
mengandung elektrolit dan antioksidan. Saat ini keadaan lingkungan yang semakin buruk,
banyak polusi udara dimana-mana maka antioksidan sangat diperlukan oleh tubuh. Apalagi
untuk ibu yang sedang hamil maka antioksidan ini sangat diperlukan. Selain dari buah-
buahan, antioksidan dapat diperoleh dari air kelapa. Jadi ketika bosan mengkonsumsi buah-
buahan, maka ibu hamil dapat mengkonsumsi air kelapa sebagai pelengkap nutrisi ketika
merasa kurang. Selain mengandung elektrolit dan antioksidan, pengaruh air kelapa bagi ibu
hamil adalah membuat air ketubannya menjadi bersih dan jernih. Kedua zat itu dapat
menyerap lendir dan kotoran dalam air ketuban.        Kebiasaan yang dilakukan keluarga
jawa Ketika keluarga jawa membangun rumah dan akan menaikan kuda-kuda rumah,mereka
mengadakan upacara sedekah bumi yang bertujuan untuk memberi keselamatan kepada yang
menghuni rumah. Makanan yang disediakan pada acara tersebut ,antara lain pisang satu
tandan ,buah kelapa muda,padi satu ikat, dan kain merah putih yang akan diikatkan di atas
kuda-kuda rumah tersebut. Ada jga upacara adat jawa yang dilakukan orang-orang betawi:
sedekah bumi,mitoni atau tujuh bulanan,aqiqah atau patang puluh dino,,         Makanan
kebudayaan Keluarga jawa memiliki beragam jenis makanan khas. Hampir di setiap
kabupaten di provinsi jawa tengah mempunyai makanan tradisional yang khas. Contoh
makanan yang khas di beberapa kabupaten : Kabupaten kudus makanan khasnya dodol
,semarang makanan khasnya wingko babat , yogyakarta makanan khasnya gudek ,malang
makanan khasnya getuk ,bantul makanan khasnya geplak banyumas makanan khasnya kripik
tempe, dan brebes makanan khasnya telor asin.  Keluaga jawa era tahun 60-70an
membedakan makanan untuk orang tua dan anak-anak . Aspek Budaya         Santri yang
memahami dirinya sebangai orang islam atau orientasinya yang kuat terhadap agama islam
dan berusaha untuk hidup sesuai ajaran islam.         Jawa kejawen yang sering disebut
abangan , yang dalam kesadaran dan cara hidup nya ditentukan oleh tradisi jawa pra-islam
.kaum priayi tradisional hampir seluruhnya dianggap jawa kejawen walaupun mereka secara
resmi mengakui islam .          Kaum ningrat adalah orang-orang bergaya hidup tidak jauh
dari kaum priayi Selain di bedakan berdasarkan golongan sosial , orang jawa jga di bedakan
atas dasar keagamaan sebagai berikut :          Kaum priayi terdiri dari pegawai dan orang-
orang intelektual          Wong cilik ( orang kecil) terdiri dari petani dan mereka yang
berpendapatan rendah  Aspek Psikososial Perbedaan kelas sosial dalam keluarga jawa  
Menurut sosiolog koentjaranigrat , orang jawa dapat diklasifikasikan berdasarkan golongan
sosial sebagaiberikut :  Aspek Demografi Jawa tengah merupakan salah satu daerah tingkat
1 atau provinsi di wilayah indonesia yang memiliki luas daerah sekitar 34.503km²,termasuk
kepulauan karimun jawa di laut jawa yang masuk wilayah kabupaten jepara  dan pulau
nusakambangan yang luasnya sekitar 12.400 ha  yang merupakan bagian dari  wilayah
kabupaten cilacap. pek – Aspek  Yang Ada di keluarga Jawa Tengah

Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ


Sistem kekerabatan Jawa
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sistem kekerabatan Jawa merupakan sistem kekerabatan yang berkembang di antara


masyarakat Jawa.[1] Istilah kerabat merujuk pada pertalian kekeluargaan yang ada dalam
sebuah masyarakat.[2] Sistem kekerabatan orang Jawa lebih didasarkan pada sisi fungsi dalam
pergaulan, pengenalan dan daya ingat seseorang.[1] Sistem kekerabatan Jawa tidak tergantung
pada suatu sistem normatif atau sebuah konsep tertentu.[1] Pada umumnya orang Jawa hanya
berhubungan dengan keluarga intinya, yaitu orang tua saudara kandung, saudara kandung
orangtua.[1] Kekerabatan orang Jawa juga akan meluas ketika terjadi perkawinan antara dua
orang yang melangsungkan perkawinan sah menurut agama dan adat.[3] Sistem kekerabatan
ini erat kaitannya dengan pembagian warisan. Sistem kekerabatan orang Jawa lebih bersifat
Patrilinial.[1]

Orang Jawa memiliki sistem kekerabatan yang kuat

Daftar isi
 1 Fungsi
 2 Alur waris
 3 Sanak sedherek
 4 Rujukan

Fungsi
Sistem kekerabatan berfungsi dalam hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan rumah tangga.[1]
Sistem kekerabatan memberi kehangatan sebagai sebuah keluarga besar.[1] Kehangatan dan
kedekatan keluarga memberi jaminan saudara di hari tua.[1] Sistem kekerabatan juga
memberikan identitas keluarga besar seseorang yang akan menentukan kedudukan dan
gengsinya dalam masyarakat.[1] Selain itu, sistem kekerabatan memberi patokan untuk
memberikan warisan sesuai dengan alur nenek moyang.[1]

Alur waris
Alur waris adalah suatu kelompok kekerabatan yang berdasar pada satu nenek moyang.[1]
Anggota alur waris mempunyai kewajiban untuk menjaga dan merawat makam leluhur.[1]
Salah satu kewajiban utama adalah mengadakan selametan dan upacara adat bagi leluhur
yang sudah meninggal.[1] Anggota alur waris tidak semua tinggal dan hidup di desa yang
sama.[1] Maka paling tidak ada satu anggota ahli waris di desa asal yang menjalankan
kewajiban di atas.[1] Alur waris yang merantau atau pergi ke luar desa biasanya tetap menjaga
kekerabatan mereka dengan mengadakan pertemuan rutin.[1] Selain itu tetap ada waktu yang
ditentukan untuk berziarah ke daerah asal mereka untuk menghormati leluhur.[1] Dalam
beberapa keluarga yang mempunyai adat tertentu, memelihara makam leluhur bukanlah
sebuah kewajiban.[1] Maka sistem kekerabatan tetap dijaga tanpa memperhatikan tujuan untuk
menjaga makam leluhur mereka di daerah asal.[1] Karena dalam agama tertentu mengujungi
makam bukanlah suatu yang dibenarkan.[4]

Sanak sedherek
Sanak sedherek merupakan istilah untuk menyebut sistem kekeluargaan di luar hubungan
darah.[5] Biasanya sistem ini berdasarkan pada kedekatan sosial dan pengaruh-pengaruh
pergaulan sosial sehari-hari.[5] Misalnya kedekatan geografis.[1] Selain itu ada keluarga yang
mempunyai pengaruh yang mengangkat keluarga-keluarga di sekitar mereka menjadi sanak
sedherek.[1] Misalnya seorang kepala dusun berkerabat dengan lurah dan juga petani-petani
berpengaruh di suatu desa.[1]

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_kekerabatan_Jawa

Sistem kekerabatan orang Jawa berdasarkan  prinsip keturunan


bilateral (garis keturunan diperhitungkan dari dua belah pihak, ayah
dan ibu).
       Dengan prinsip bilateral atau parental ini maka ego mengenal
hubungannya dengan sanak saudara dari pihak ibu maupun dari pihak
ayah, dari satu nenek moyang sampai generasi ketiga, yang disebut
sanak sedulur (kindred). Khusus di daerah Yogyakarta bentuk kerabat
disebut alur waris, yang terdiri dari enam sampai tujuh generasi.
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah-istilah kekerabatan untuk
menyebut seseorang di dalam kelompok kerabatnya adalah sebagai
berikut.
·Ego menyebut orang tua laki-laki dengan Bapak
atau Rama.
·Ego menyebut orang tua perempuan dengan Simbok
atau Biyung.
·Ego menyebut kakak laki-laki dengan Kamas, Mas,
Kakang Mas, Kakang atau Kang.
·Ego menyebut kakak perempuan dengan Mbakyu, Mbak
atau Yu.
·Ego menyebut adik laki-laki dengan Adhi, Dhimas,
Dik atau Le.
·Ego menyebut adik perempuan dengan Adhi, Dhi
Ajeng, Nduk atau Dhenok.
·Ego menyebut kakak laki-laki dari ayah atau ibu
dengan Pakdhe, Siwa atau Uwa.
·Ego menyebut Kakak perempuan dari ayah atau ibu
dengan Budhe, Mbok Dhe atau Siwa.
·Ego menyebut adik laki-laki dari ayah atau ibu
dengan Paman, Paklik atau Pak Cilik.
·Ego menyebut adik perempuan dari ayah atau ibu
dengan Bibi, Buklik, Ibu Cilik atau Mbok Cilik.
·Ego menyebut orang tua ayah atau ibu baik laki-
laki maupun perempuan dengan Eyang, Mbah, Simbah,
Kakek atau Pak Tuwa. Sebaliknya Ego akan disebut
dengan Putu.
·Ego menyebut orang tua laki-laki/ perempuan dua
tingkat di atas ayah dan ibu Ego dengan Mbah
Buyut. Sebaliknya, Ego akan disebut dengan Putu
Buyut atau Buyut.
·Ego menyebut orang tua laki-laki/ perempuan tiga
tingkat di atas ayah dan ibu Ego dengan Mbah
Canggah, Simbah Canggah atau Eyang Canggah.
Sebaliknya, Ego akan disebut Putu Canggah atau
Canggah.
       Di Yogyakarta tata cara sopan santun pergaulan seperti di
atas berlaku di antar kelompok kerabat (kinship behavior) Bagi orang
muda adalah keharusan menyebut seseorang yang lebih tua darinya baik
laki-laki maupun perempuan dengan istilah tersebut di atas, karena
orang yang lebih tua dianggap merupakan pembimbing, pelindung, atau
penasihat kaum muda. Melanggar semua perintah dan nasihat kaum tua
dapat menimbulkan sengsara yang disebut kuwalat.
       Pada masyarakat suku bangsa Jawa dilarang adanya perkawinan
antara saudara sekandung, antara saudara misan yang ayahnya adalah
saudara sekandung, atau perkawinan antara saudara misan yang ibunya
sekandung, juga perkawinan antara saudara misan yang laki-laki
menurut ibunya lebih muda dari pihak perempuannya, sedangkan
perkawinan yang termasuk nggenteni karang wulu atau perkawinan
sororat, yaitu perkawinan seorang duda dengan adik atau kakak
mendiang istrinya diperbolehkan.

http://jawaku.site88.net/sistem_kekerabatan_1.html

Dalam masyarakat Jawa, sistem kekerabatan didasarkan pada garis keturunan


bilateral (diperhitungkan dari dua belah pihak, ibu dan ayah). Dengan prinsip
bilateral atau parental ini, seorang Jawa berhubungan sama luasnya dengan
keluarga dari pihak ibu dan juga ayah. Kekerabatan yang relatif solid biasnya terjalin
dalam keturunan satu nenek moyang hingga generasi ketiga. Namun demikian,
kualitas hubungan keluarga inti (nuclear family) dan keluarga luas (extended family)
berbeda-berda antara satu lingkaran keluarga dengan yang lainnya, bergantung
pada kondisi masing-masing keluarga.  
Hari ini, dibanding warga yang bermukim di perkotaan, masyarakat desa relatif lebih
baik dalam menjaga nilai-nilai kekerabatan dalam keluarga. Walaupun tidak terlepas
dari imbas perubahan zaman, setidaknya, tradisi kerjasama dalam keluarga besar
masih terasa dalam perayaan ritual adat, seperti pernikahan, kematian,
pembangunan rumah, dan lainnya.

Dalam perayaan pernikahan, misalnya, anggota keluarga besar umumnya turut


membantu kelancaran acara, terutama berhimpun dalam dapur umum untuk
mempersiapkan berbagai hidangan pesta bagi kaum wanita, dan menata dekorasi
tempat pernikahan bagi kaum pria. Sebaliknya, kerabat yang punya hajat akan
membekali mereka dengan sejumlah makanan sepulangnya mereka.

Selain pernikahan, ritual berkabung atas kematian kerabat pun biasanya menjadi
ajang untuk berkumpul di tempat kerabat yang berkabung tersebut, dari mulai hari
kejadian, hari ke-7, hari ke-40, hari ke-100, hingga tiga tahun setelah kematian.
Sebagai tanda terimakasih, kerabat dan juga para tetangga yang datang
berpartisipasi akan dibekali makanan yang biasa disebut berkat.

Di samping pernikahan dan kematian, ritual lain yang biasanya mengundang


solidaritas kerabat adalah membangun rumah (puput rumah), sunatan, lebaran, dan
masih banyak yang lainnya. Pada hari-hari tersebut, terlihat kebersamaan dan
kerjasama dalam lingkaran keluarga besar.

Namun demikian, seperti sempat disinggung sebelumnya, nilai-nilai kekerabatan


dalam keluarga, khususnya keluarga besar, semakin mengalami degradasi.
Beberapa hal yang melatarbelakangi kondisi tersebut adalah:

 Jarak tempat tinggal antar satu anggota lain yang terlalu jauh,
 Lingkungan sekitar masing-masing keluarga inti yang telah banyak
mempengaruhi cara hidup anggotanya, terutama yang berdomisili di luar
lingkungan Jawa,
 Adanya pengaruh media massa dalam merepresentasikan kehidupan
keluarga,
 Adanya pengaruh kepercayaan religi (agama) sehingga sedikit menggeser
nilai kepercayaan Jawa.

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1093/kekerabatan-dan-tradisi-kerja-sama-suku-
jawa

B. Jawa

Sistem kekerabatan orang Jawa berdasarkan prinsip keturunan bilateral ( garis keturunan
diperhitungkan dari kedua belah pihak, ayah dan ibu ). Dengan prinsip bilateral atau parental ini
maka ego mengenal hubungan dengannya dengan sanak saudara dari pihak ibu maupun dari pihak
ayah, dari satu nenek moyang maupun sampai generasi ketiga, yang disebut sanak sedulur (kindred).
Khusus daerah Yogyakarta bentuk kerabat disebut alur waris yang terdiri dari enam sampai tujuh
generasi.

http://www.jurnaliscun.com/2015/06/sistem-kekerabatan-yang-ada-di-indonesia.html

Nilai-nilai budaya Jawa

Budaya Jawa penuh dengan nilai-nilai. Nilai-nilai budaya Jawa menurut


Koentjaraningrat (1981 dalam Sedyawati, 2003) bahwa masyarakat Jawa memiliki
sistem nilai budaya yang terdiri dari lima hakekat pokok, yaitu

Hakekat hidup

Orang Jawa memandang hakekat hidup sangat dipengaruhi oleh pengalaman


masa lalu dan konsep religiusitas yang bernuansa mistis. Mereka sangat
menghormati budaya, agama (Hindu dan Islam), dan kondisi geografis. Pada
dasarnya masyarakat Jawa menerima yang telah diberikan Tuhan secara apa
adanya, harus tabah dan pasrah dengan takdir serta ikhlas menerima segala hal
yang diperolehnya.

Hakekat kerja

Bagi masyarakat Jawa kelas bawah yang tinggal di pedesaan maupun


perkotaan cenderung beranggapan bahwa mereka harus terus berikhtiar dan
bekerja. Bagi mereka, bekerja merupakan suatu keharusan untuk mempertahankan
hidup. Sebaliknya bagi masyarakat kelas menengah dan atas telah memiliki tujuan
dari hakekat kerja, sehingga usaha yang dijalankannya selalu dihubungkan dengan
hasil yang diharapkan. Bagi mereka bekerja adalah segala sesuatu yang dicita-
citakan dan harus disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh, artinya untuk
mewujudkan cita-cita diperlukan biaya dan pengorbanan.

Hakekat waktu
Banyak orang berpendapat bahwa orang Jawa itu kurang menghargai waktu.
Hal ini disebabkan karena ada pemahaman mereka bahwa melakukan segala
sesuatu tidak usah terburu-buru, yang penting selesai. Melakukan sesuatu
pekerjaan dengan perlahan-lahan memang sudah merupakan sifat orang Jawa.

Hakekat hubungan manusia dengan sesamanya

Masyarakat Jawa menghendaki hidup yang selaras dan serasi dengan pola
pergaulan saling menghormati. Hidup yang saling menghormati akan menumbuhkan
kerukunan, baik di lingkungan rumah tangga maupun di masyarakat. Dua prinsip
yang paling menentukan dalam pola pergaulan masyarakat Jawa adalah rukun dan
hormat. Dengan memegang teguh prinsip rukun dalam berhubungan dengan
sesama, maka tidak akan terjadi konfik.

Hakekat hubungan manusia dengan alam sekitarnya

Pandangan hidup masyarakat Jawa adalah mengharuskan manusia


mengusahakan keselamatan dunia beserta segala isinya agar tetap terpelihara dan
harmonis. Artinya mereka berkewajiban untuk memelihara dan melestarikan alam,
karena alam telah memberikan kehidupan bagi manusia.

http://www.psychologymania.com/2012/10/nilai-nilai-budaya-jawa.html

Teknologi[sunting | sunting sumber]
Arsitektur[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar candi di Indonesia

Stupa Borobudur

Arsitektur Jawa adalah bentuk bangunan khas yang dirancang oleh orang Jawa untuk
berbagai fungsi. Diantaranya adalah rumah Jawa atau Joglo yang sangat unik
bentuknya. Bentuk bangunan Jawa sangat dipengaruhi oleh agama Hindu, Buddha dan
Islam. Arsitektur Jawa juga mengadaptasi bentuk
bangunan Tionghoa, Belanda dan Arab. Sejak dahulu orang Jawa sudah pandai dalam
membuat arsitektur hal ini terbukti dengan ditemukannya sejumlah candi monumental di
Jawa seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Bahkan Jateng-DIY dan Jatim
tercatat sebagai wilayah di Indonesia yang terbanyak memiliki candi dengan lebih dari
50 buah candi. Di Jawa juga banyak terdapat masjid yang merupakan akulturasi budaya
Hindu dan Islam seperti Masjid Agung Demak.
Terakota Majapahit[sunting | sunting sumber]
Terakota Majapahit adalah kerajinan tanah liat era Majapahit. Seni Terakota adalah satu
karakter budaya pada masa Majapahit yang cukup terkenal dan banyak ditemukan.
Hasil seni ini berupa arca, bak air, jambangan, vas bunga, hiasan atap rumah, genteng,
dinding sumur (jobong), kendi, atau celengan. Pada era Majapahit pengetahuan tentang
pembuatan barang-barang dari tanah liat bakar dengan prinsip yaitu membuat bentuk
atau model dari tanah liat, mengeringkan di bawah sinar matahari, dan membakarnya
dalam api.[19]
Kapal Jung[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kapal Jung

Kapal Jung

Hasil budaya teknologi Jawa lainnya adalah Kapal Jung yaitu sebuah kapal layar
tradisional yang digunakan oleh orang Jawa pada zaman kerajaan dahulu. Dalam relief
candi Borobudur terdapat penggambaran kapal Jung. Lambung kapal Jung dibentuk
dengan menyambungkan papan-papan pada lunas kapal. Kemudian disambungkan
pada pasak kayu tanpa menggunakan kerangka, baut, atau paku besi. Ujung haluan
dan buritan kapal berbentuk lancip. Kapal ini dilengkapi dengan dua batang kemudi
menyerupai dayung, serta layar berbentuk segi empat. Kapal Jung yang disebut sebagai
kapal Borobudur ini telah memainkan peran besar dalam segenap urusan orang Jawa di
bidang pelayaran, selama beratus ratus tahun sebelum abad ke-13. Memasuki
awal abad ke-8, peran kapal Borobudur digeser oleh kapal kapal Jawa yang berukuran
lebih besar, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung.
Pelaut Portugismenyebut juncos, pelaut Italia menyebut zonchi. Istilah jung dipakai
pertama kali dalam catatan perjalanan Rahib Odrico, Jonhan de Marignolli, dan Ibn
Battuta[20] yang berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14 mereka memuji kehebatan
kapal Jawa berukuran raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi
pembuatan Jung tak jauh berbeda dengan pengerjaan kapal Borobudur; seluruh badan
kapal dibangun tanpa menggunakan paku.
Pendidikan[sunting | sunting sumber]
Pendidikan menempati arti sangat penting bagi orang Jawa. Bahkan bapak pendidikan
Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara adalah orang Jawa dan dia adalah pelopor
pendidikan Indonesia. School tot Opleiding van Indische Artsen atau STOVIA sekolah
kedokteran pertama di Indonesia adalah pendidikan modern pertama bagi orang
Indonesia termasuk orang Jawa. Pada masa modern pendidikan tetap menempati peran
penting bagi orang Jawa. Bahkan dalam Peringkat universitas di Indonesia menurut
Webometrics tercatat 30 perguruan tinggi dari Jateng-DIY dan Jatim termasuk 50
perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Bahkan dalamOlimpiade Sains Nasional yang
merupakan kompetisi bidang sains bagi para siswa pada jenjang SD, SMP, dan SMA di
Indonesia tercatat dimenangkan oleh hanya 2 provinsi yaitu DKI Jakarta 4 kali pada
tahun 2004, 2005, 2009, 2010 dan Jawa Tengah 8 kali pada tahun 2002, 2003, 2006,
2007, 2008, 2011, 2012, 2013.[21][22][23]

Kalender[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kalender Jawa

Simbol siklus pasaran dalam kalender jawa

Kalender Jawa adalah sebuah kalender yang merupakan perpaduan antara budaya
Islam, budaya Hindu-Buddha Jawa dan budaya Eropa. Dalam sistem kalender Jawa,
siklus hari yang dipakai ada dua: siklus mingguan yang terdiri dari 7 hari seperti yang
kita kenal sekarang, dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari 5 hari pasaran. Pada
tahun 1625 Masehi,Sultan Agung yang berusaha keras menyebarkan agama Islam di
pulau Jawa dalam kerangka negara Mataram mengeluarkan dekrit untuk mengubah
penanggalan Saka. Sejak saat itu kalender Jawa versi Mataram menggunakan sistem
kalender kamariah atau lunar, namun tidak menggunakan angka dari tahun Hijriyah
(saat itu tahun 1035 H). Angka tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan. Hal ini
dilakukan demi asas kesinambungan. Sehingga tahun saat itu yang adalah tahun 1547
Saka, diteruskan menjadi tahun 1547 Jawa. Dekrit Sultan Agung berlaku di seluruh
wilayah kerajaan Mataram II yaitu seluruh pulau Jawa dan Madura
kecuali Banten, Batavia dan Banyuwangi (Blambangan

Mata Pencaharian Hidup dan Sistem Ekonomi


Tidak ada mata pencaharian yang khas yang dilakoni oleh masyarakat suku Jawa. pada umumnya,
orang-orang disana bekerja pada segala bidang, terutama administrasi negara dan kemiliteran yang
memang didominasi oleh orang Jawa. selain itu, mereka bekerja pada sektor pelayanan umum,
pertukangan, perdagangan dan pertanian dan perkebunan. Sektor pertanian dan perkebunan,
mungkin salah satu yang paling menonjol dibandingkan mata pencaharian lain, karena seperti yang
kita tahu, baik Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak lahan-lahan pertanian yang beberapa cukup
dikenal, karena memegang peranan besar dalam memasok kebutuhan nasional, seperti padi, tebu,
dan kapas.
Tetapi orang Jawa juga terkenal tidak memiliki bakat yang menonjol dalam bidang industri dan bisnis
seperti halnya keturunan etnis tionghoa. Hal ini dapat terlihat, bahwa pemilik industri berskala besar di
Indonesia, kebanyakan dimiliki dan dikelola oleh etnis tionghoa.

https://pemulungelitd19kk.wordpress.com/2013/09/30/kebudayaan-masyarakat-jawa/

Anda mungkin juga menyukai