Anda di halaman 1dari 33

KETUA MAHKAMAH AGUNG

REPUBLIK INDONESIA
PIDATO REFLEKSI AKHIR TAHUN
30 Desember 2020

Bismilahirohmanirohim
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om swastiastu
Namo buddhaya
Salam kebajikan

• Yang Mulia Wakil Ketua Mahkamah Agung


Republik Indonesia Bidang Non Yudisial;

• Yang Mulia Para Ketua Kamar Mahkamah


Agung Republik Indonesia;

• Yang Terhormat Panitera Mahkamah Agung;

• Yang Terhormat Sekretaris Mahkamah Agung;

• Yang Terhormat Pelaksana Harian Kepala Biro


Hukum dan Humas Mahkamah Agung;

• Rekan-rekan jurnalis yang saya hormati, serta


hadirin semua yang saya banggakan.

Sebelum saya menyampaikan Refleksi Akhir


Tahun ini, saya akan memperkenalkan terlebih
dulu satu persatu pimpinan yang hadir di sini.

1. Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Non


Yudisial sekaligus sebagai Plt. Wakil Ketua
Mahkamah Agung Bidang Yudisial, Yang Mulia
Dr. Sunarto, S.H., M.H.

2. Ketua Kamar Pembinaan, Yang Mulia Prof. Dr.


Takdir Rahmadi, S.H., L.L.M.

3. Ketua Kamar Tata Usaha Negara, Yang Mulia


Prof. Dr. Supandi, S.H., M.Hum.

4. Ketua Kamar Agama, Yang Mulia Dr. Drs. Amran


Suadi, S.H., M.H., M.M.

5. Ketua Kamar Pidana, Yang Mulia Dr. Suhadi,


S.H., M.H.

6. Ketua Kamar Militer, Yang Mulia Mayjen TNI


(Purn) Dr. Burhan Dahlan, S.H., M.H.

7. Ketua Kamar Pengawasan, sekaligus sebagai


Juru Bicara Mahkamah Agung, Yang Mulia Dr.
Andi Samsan Nganro, S.H., M.H.

8. Ketua Kamar Perdata, Yang Mulia I. Gusti Agung


Sumanatha, S.H., M.H.

9. Panitera Mahkamah Agung, Made Rawa


Aryawan, S.H., M.H.

10.Sekretaris Mahkamah Agung, Dr. Hasbi Hasan,


M.H.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji


dan syukur kehadirat Allah SWT/Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, kita masih dipertemukan dalam
acara penyampaian Refleksi Akhir Tahun 2020
Mahkamah Agung Republik Indonesia, meskipun
di tengah suasana pandemi Covid-19 yang sampai
dengan saat ini masih belum berakhir.

Oleh karena itu, saya menghimbau kembali


kepada semua yang hadir di sini dan seluruh
warga peradilan yang turut menyaksikan secara
daring agar tetap mematuhi protokol kesehatan
yang telah ditentukan dengan melakukan 3M,
yaitu “menggunakan masker yang benar” “selalu
menjaga jarak secara fisik” dan “senantiasa
mencuci tangan yang bersih dalam setiap
kesempatan” sehingga kita semua dapat terhindar
dari penularan virus corona.

Refleksi Akhir Tahun merupakan tradisi


yang selalu kita lakukan setiap tahun untuk

menyampaikan kilasan peristiwa selama periode


satu tahun ke belakang. Begitu banyak peristiwa
penting yang terjadi di tahun 2020 sebagai bagian
dari perjalanan sejarah Mahkamah Agung, baik
dalam bentuk capaian kinerja, prestasi, maupun
tantangan.

Sejak saya mulai memimpin Mahkamah


Agung, tepatnya pada tanggal 30 April 2020. Pada
saat itu, wabah Covid-19 sedang berada di titik
yang sangat mengkhawatirkan. Semua penduduk
bumi mengalami kepanikan karena dihantui rasa
cemas dan ketakutan oleh penularan virus corona
yang menyebar secara cepat ke seluruh belahan
dunia. Jumlah pasien yang terpapar virus corona
dari waktu ke waktu kian meningkat dan satu
demi satu korban jiwa terus berjatuhan.

Hampir setahun wabah virus corona telah


memporak porandakan tatanan kehidupan
manusia. Dua Hakim Agung yaitu Yang Mulia
Maruap Dohmatiga Pasaribu, S.H., M.Hum dan

Yang Mulia Prof. Dr. Drs. H. Dudu Duswara


Machmudin, S.H., M.Hum, serta Kepala Biro
Hukum dan Humas Mahkamah Agung Dr.
Abdullah, S.H., M.S. meninggal dunia setelah
sebelumnya terkonfirmasi positif Covid-19.

Sedangkan berdasarkan data yang diunggah


pada situs corona.mahkamahagung.go.id, per
tanggal 29 Desember 2020, jumlah aparatur
peradilan yang dirawat di rumah sakit akibat
terpapar Covid-19 sebanyak 213 orang, yang
melakukan isolasi mandiri sebanyak 862 orang,
yang telah dinyatakan sembuh sebanyak 402
orang dan yang meninggal dunia sebanyak 15
orang.

Kita tentu prihatin dengan kondisi yang


terjadi saat ini, terlebih hakim dan aparatur
peradilan yang meninggal dunia adalah putra-
putra terbaik yang dimiliki Mahkamah Agung dan
badan peradilan di bawahnya. Kita memang tidak
bisa melawan takdir Tuhan. Akan tetapi, kita wajib

berikhtiar dengan berusaha melakukan


pencegahan agar korban tidak terus bertambah.

Pendemi Covid-19 menjadi ujian yang sangat


berat di masa kepemimpinan saya sebagai Ketua
Mahkamah Agung, namun sekaligus juga menjadi
tantangan untuk memaksimalkan kesiapan
lembaga peradilan dalam menyongsong era
modernisasi. Sekaranglah saatnya untuk
membuktikan kepada publik bahwa lembaga
peradilan siap dan mampu untuk menerapkan
sistem peradilan elektronik sebagai wujud dari
peradilan modern.

Peradilan elektronik adalah solusi bagi


kondisi yang terjadi saat ini. Dengan sistem
persidangan secara virtual dapat meminimalisasi
pertemuan fisik antara aparatur peradilan dan
para pencari keadilan. Selain itu, peradilan
elektronik menawarkan proses yang lebih cepat,
mudah dan murah dengan waktu penyelesaian
yang lebih terukur.

Mahkamah Agung telah menerbitkan


beberapa kebijakan dalam rangka merespons
kondisi darurat akibat pandemi Covid-19 untuk
memastikan pelayanan publik tetap berjalan
dengan baik, namun dengan menerapkan standar
protokol kesehatan yang ketat.

Regulasi dalam bentuk SEMA yang telah


diterbitkan selama masa pandemi Covid-19
sebagai berikut:

1. SEMA Nomor 1 Tahun 2020 sebagaimana


telah empat kali diubah terakhir dengan
SEMA Nomor 5 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pelaksanaan Tugas Selama Masa Pencegahan
Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) di Lingkungan Mahkamah Agung
dan Badan Peradilan yang Berada di
Bawahnya. SEMA tersebut mengatur tentang
mekanime pelayanan di masa pandemi Covid-19
dengan mengacu kepada Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 19 Tahun 2020 dengan


menerapkan sistem pembagian pelaksanaan
tugas melalui work from home (WFH) dan work
from office (WFO).

2. SEMA Nomor 6 Tahun 2020 tentang Sistem


Kerja di Lingkungan Mahkamah Agung dan
Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya
Dalam Tatanan Normal Baru. SEMA tersebut
mengatur tentang penyesuaian sistem kerja pada
tatanan normal baru (new normal) dalam rangka
menyesuaikan dengan Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 58 Tahun 2020.

3. SEMA Nomor 8 Tahun 2020 sebagaimana


telah diubah dengan SEMA Nomor 9 Tahun
2020 tentang Pengaturan Jam Kerja dalam
Tatanan Normal Baru pada Mahkamah Agung
dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya
untuk Wilayah Jabodetabek dan Wilayah
dengan Status Zona Merah Covid-19. SEMA

tersebut mengatur tentang pembagian jam kerja


bagi yang berada di wilayah Zona Merah ke
dalam dua shift, yaitu masing-masing 50% dari
jumlah total pegawai dan aparatur peradilan
untuk menghindari kerumunan dan pertemuan
fisik di kalangan pegawai dan aparatur peradilan
dalam jumlah yang besar.

Selain itu, dalam rangka memberikan


petunjuk pelaksanaan atas SEMA Nomor 8 dan
SEMA Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pengaturan
Jam Kerja dalam Tatanan Normal Baru pada
Mahkamah Agung dan Badan Peradilan Yang
Berada di Bawahnya untuk Wilayah Jabodetabek
dan Wilayah Dengan Status Zona Merah,
Sekretaris Mahkamah Agung telah mengeluarkan
Surat Edaran Nomor 8 Tahun 2020.

Beberapa regulasi tersebut diterbitkan


untuk mengatur mekanisme pelaksanaan tugas
dan pemberian layanan di masa Pandemi,
sekaligus untuk melindungi keselamatan aparatur

10

peradilan dan para pencari keadilan yang sedang


berproses di pengadilan sebagaimana asas Salus
Populi Suprema Lex Esto bahwa keselamatan
rakyat adalah hukum yang tertinggi.

Di samping penerbitan SEMA sebagai


bentuk respons terhadap kondisi Covid-19,
Mahkamah Agung juga menerbitkan SEMA Nomor
10 Tahun 2020 tentang Pemberlakuan Rumusan
Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung
Tahun 2020 Sebagai Pedoman Pelaksanaan
Tugas Bagi Pengadilan. SEMA ini merupakan
hasil rumusan kamar terbaru pada tahun 2020
yang berisi tentang kesepakatan mengangkut
permasalahan-permasalahan hukum baru dan
revisi terhadap kesepakatan rapat pleno terdahulu
berdasarkan kasus-kasus hukum terbaru.

Dalam rangka mendukung terwujudnya


Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah
Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih

11

dan Melayani (WBBM) di lingkungan Mahkamah


Agung dan Badan Peradilan yang Berada di
Bawahnya Mahkamah Agung telah menerbitkan
SEMA Nomor 7 Tahun 2020 tentang Larangan
Pungutan Terkait Pelantikan dan Pembiayaan
Kegiatan Dinas Lainnya. Sehingga diharapkan
tidak ada lagi pungutan-pungutan yang dapat
memberatkan bagi aparatur peradilan yang
dilantik dan tidak ada lagi pembebanan biaya
kepada Satker-Satker di daerah yang menjadi
tempat tujuan dalam kunjungan kedinasan.

Rekan-rekan jurnalis yang saya banggakan,

Pada tahun 2020 Mahkamah Agung telah


menerbitkan regulasi dalam bentuk Perma sebagai
berikut:

1. Perma Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pedoman


Pemidanaan Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-
Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi;

12

Perma tersebut bertujuan untuk mengurangi


disparitas pemidanaan terhadap Pasal 2 dan
Pasal 3 UU Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, karena disparitas dalam penjatuhan
pidana terhadap perkara-perkara yang memiliki
karakteristik permasalahan hukum yang sama,
dapat menimbulkan ketidakadilan, sedangkan
ruhnya keadilan adalah keseimbangan dan
proporsionalitas.

Perma Nomor 1 Tahun 2020 menentukan


ukuran penjatuhan pidana berdasarkan empat
parameter, yaitu nilai kerugian negara, tingkat
kesalahan, dampak yang ditimbulkan dan
keuntungan yang diperoleh dari hasil tindak
pidana.

Penting untuk digarisbawahi bahwa pedoman


pemidanaan dalam Perma Nomor 1 Tahun 2020
tidak bertujuan untuk membatasi kemerdekaan
dan kemandirian para hakim dalam
menjatuhkan putusan karena kemerdekaan dan

13

kemandirian merupakan prinsip utama dalam


fungsi kekuasaan kehakiman.

Pedoman pemidanaan ini dibuat untuk


membantu para hakim dalam menentukan
pemidanaan berdasarkan parameter-parameter
yang wajib dipertimbangkan oleh hakim sebelum
menjatuhkan putusan. Oleh karena itu,
pedoman pemidanaan ini sesungguhnya
memberikan tuntunan kepada para hakim
untuk lebih cermat dan komprehensif dalam
membuat pertimbangan putusan.

2. P e r m a N o m o r 2 T a h u n 2 0 2 0 t e n t a n g
Perubahan Ketiga atas Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan dan
Kesekretariatan Pengadilan;

Perma tersebut diterbitkan sebagai tindak lanjut


dari kenaikan kelas pada beberapa pengadilan di

14

Lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan


Agama.

3. P e r m a N o m o r 3 T a h u n 2 0 2 0 t e n t a n g
Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja
Pegawai di Lingkungan Mahkamah Agung dan
Badan Peradilan yang berada di Bawahnya;

Perma tersebut merupakan tindak lanjut atas


Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2020
tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di
Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan
Peradilan yang Berada di Bawahnya.

4. P e r m a N o m o r 4 T a h u n 2 0 2 0 t e n t a n g
Administrasi dan Persidangan Perkara Pidana
di Pengadilan Secara Elektronik;

Perma tersebut merupakan implementasi dari


agenda Cetak Biru Pembaruan Peradilan
2010-2035 yang mana pada periodisasi lima
tahunan ketiga merupakan fase peradilan
elektronik atau e-Court.

15

Sistem peradilan elektronik telah dimulai sejak


tahun 2018 untuk perkara perdata, perkara
perdata agama, perkara tata usaha militer dan
perkara tata usaha negara dengan penerbitan
Perma Nomor 3 Tahun 2018 yang kemudian
disempurnakan dengan Perma Nomor 1 Tahun
2019 dengan memasukan fitur e-Litigasi.

Munculnya wabah pandemi Covid-19 di awal


tahun 2020, selain menjadi musibah bagi
kehidupan umat manusia, juga memberikan
hikmah positif bagi terselenggaranya
persidangan elektronik bagi perkara pidana,
perkara pidana militer dan perkara jinayat
secara lebih cepat.

Kepanikan yang melanda seluruh aktivitas


kehidupan manusia juga terjadi pada aktivitas
penyelenggaraan peradilan, khususnya bagi
persidangan perkara pidana, perkara pidana
militer dan perkara jinayat. Pertemuan fisik
dalam persidangan konvensional menimbulkan

16

risiko yang sangat besar bagi keselamatan jiwa


para aparatur yang melaksanakan persidangan
dan para pihak yang berperkara. Namun di sisi
lain, belum ada payung hukum untuk bisa
menyelenggarakan persidangan perkara pidana
secara virtual.

Untuk mengantisipasi kondisi kedaruratan yang


terjadi akibat Covid-19, Mahkamah Agung
melalui Direktorat Jenderal Badan Peradilan
Umum mengeluarkan Surat Edaran Dirjen
Badilum Nomor 379/DJU/PS.00/3/2020
tanggal 27 Maret 2020 yang mengizinkan
persidangan perkara pidana dapat dilakukan
secara jarak jauh atau teleconference.

Sebulan kemudian, Mahkamah Agung


menandatangani kerjasama dengan Kejaksaan
Agung dan Kementerian Hukum dan HAM
tentang Pelaksanaan Persidangan Melalui
Teleconference pada tanggal 13 April 2020 yang
tujuannya memperlancar koordinasi terkait

17

pelaksanaan persidangan perkara pidana secara


teleconference.

Selanjutnya, pada tanggal 29 September 2020,


Mahkamah Agung menerbitkan Perma Nomor 4
Tahun 2020 yang sekaligus menjadi payung
hukum bagi pelaksanaan sidang perkara pidana,
perkara pidana militer, dan perkara jinayat
secara elektronik.

Dalam Perma tersebut diatur tentang tata cara


pelimpahan perkara dan pemanggilan dalam
persidangan secara elektronik, mekanisme
pemeriksaan saksi, pemeriksaan ahli dan
peneriksaan terdakwa melalui teleconference,
mekanisme pemeriksaan dan pencocokan barang
bukti, mekanisme pendampingan penasihat
hukum dalam persidangan elektronik dan
mekanisme pengucapan putusan secara
elektronik.

18

Persidangan elektronik dalam perkara pidana,


perkara pidana militer dan perkara jinayat tetap
mengacu kepada asas-asas hukum acara pidana
yang berlaku dengan beberapa penyesuaian dan
penyelarasan terhadap sistem persidangan
secara elektronik.

Mahkamah Agung bertekad untuk tetap


memberikan pelayanan hukum yang berkualitas
dalam kondisi apapun, sesuai prinsip Fiat
Justitia Ruat Caelum yaitu keadilan harus
tetap ditegakkan meskipun langit akan runtuh.
Ibarat dalam sebuah ujian, maka yang akan
lulus hanyalah mereka yang siap untuk
menjawab setiap tantangan. Sehingga momen
saat ini menjadi ujian bagi Mahkamah Agung
untuk membuktikan kesiapan dalam
pelaksanaan peradilan elektronik sebagai wujud
dari konsep peradilan modern, walaupun di
tengah pandemi Covid-19.

19

5. Perma Nomor 5 Tahun 2020 sebagaimana


diubah dengan Perma Nomor 6 Tahun 2020
tentang Protokol Persidangan dan Kemanan
dalam Lingkungan Pengadilan.

Perma tersebut dibuat untuk mengatur tata


tertib persidangan dan dalam rangka melindungi
para hakim, aparatur peradilan dan para pencari
keadilan yang berada di lingkungan pengadilan.
Perma ini juga sebagai respons atas banyaknya
tindakan penyerangan terhadap hakim dan
aparatur peradilan dalam proses persidangan.

Belakang ini marak opini di media bahwa dalam


Perma tersebut Mahkamah Agung melarang
pengambilan foto dan rekaman dalam proses
persidangan. Mohon dicatat oleh teman-teman
jurnalis semua, bahwa tidak ada satu pun
ketentuan yang menyebutkan pelarangan untuk
pengambilan foto dan rekaman dalam
persidangan yang terbuka untuk umum. Yang
benar adalah pengaturan bagi yang akan

20

mengambil foto atau rekamanan pada saat


berlangsungnya persidangan, untuk meminta
izin terlebih dulu kepada Hakim/Ketua Majelis
yang menyidangkan perkaranya. Hal seperti itu
tidak hanya diatur di lembaga peradilan
Indonesia saja, akan tetapi, di peradilan negara
lain pun seperti itu, bahkan ada beberapa
negara yang menerapkan larangan penuh dalam
pengambilan gambar di lokasi pengadilan.

Mahkamah Agung tidak melarang untuk


mengambil foto atau rekaman dalam
persidangan yang terbuka untuk umum,
sepanjang tidak mengganggu ketertiban dalam
proses persidangan. Karena jika persidangan
terganggu yang akan dirugikan adalah para
pencari keadilan.

Permintaan izin kepada hakim yang memimpin


persidangan bertujuan agar pelaksanaan
pengambilan foto dan rekaman bisa berjalan
dengan tertib dan teratur. Selain itu, sudah

21

menjadi kewajiban kita bersama untuk menjaga


kehormatan dan wibawa lembaga peradilan.
Perlu saya garis bawahi bahwa lembaga
peradilan bukan milik para hakim dan aparatur
peradilan saja, melainkan milik kita semua dan
bangsa Indonesia. Jika bukan kita yang menjaga
keluhuran, harkat dan martabat peradilan, lalu
siapa lagi?

Oleh karena itu, saya pastikan sekali lagi bahwa


tidak ada pelarangan untuk pengambilan foto
dan rekaman, baik audio maupun visual di
persidangan sepanjang bukan dalam perkara
yang ditentukan undang-undang bahwa
persidangannya dilakukan secara tertutup dan
senantiasa menjaga ketertiban di ruang sidang.

Rekan-rekan jurnalis yang saya cintai,

Di bidang penanganan perkara, Mahkamah


Agung sampai dengan tanggal 30 Desember
2020 telah berhasil memutus perkara sebanyak

22

20.550 dari jumlah beban perkara tahun 2020


sebanyak 20.749 perkara atau sebesar 99,04%.

Jumlah sisa perkara sampai dengan tanggal


30 Desember 2020 tercatat sebanyak 199
perkara, jumlah tersebut masih bisa berubah
karena sampai dengan saat ini masih ada yang
bersidang. Capaian tersebut menunjukan
peningkatan kinerja penanganan perkara di
Mahkamah Agung yang luar biasa yang mana
dalam suasana pandemi mekanisme kerja diatur
sedemikian rupa sehingga hanya 50% yang
menjalankan tugas di kantor, sedangkan jumlah
Hakim Agung terus berkurang, khususnya
Hakim Agung pada Kamar Pidana, sebelumnya
berjumlah 18 orang, saat ini hanya tinggal 11
orang, sementara jumlah perkara yang masuk ke
Mahkamah Agung meningkat 6% dari perkara
yang masuk di tahun 2019 yang berjumlah
19.369 perkara.

23

Jumlah sisa perkara tersebut merupakan


rekor baru dalam jumlah sisa perkara terkecil
sepanjang sejarah berdirinya Mahkamah Agung,
melampaui jumlah sisa perkara tahun lalu yaitu
sebanyak 217 perkara. Atas capaian dan prestasi
yang luar biasa tersebut, saya menyampaikan
apresiasi dan ucapan terima kasih yang tiada
terhingga kepada segenap Pimpinan, Hakim
Agung dan Hakim Ad-Hoc serta semua pihak
yang telah berkontribusi dalam menyelesaikan
perkara.

Di bidang kesekretariatan, total realisasi


anggaran Mahkamah Agung tahun 2020, per
tanggal 29 Desember 2020 sebesar
Rp9.329.291.000.954 (sembilan triliun tiga ratus
dua puluh sembilan miliar dua ratus sembilan
puluh satu juta sembilan ratus lima puluh
empat rupiah) dari total Pagu sebesar
Rp9.855.005.914.000 (sembilan triliun delapan
ratus lima puluh lima miliar lima juta sembilan

24

ratus empat belas ribu rupiah) atau sebesar


94,67%.

Beberapa prestasi di bidang kesekretariatan


telah diraih Mahkamah Agung dan Badan
Peradilan di bawahnya selama tahun 2020.
Untuk yang ke-8 kalinya secara berturut-turut
Mahkamah Agung memperoleh opini Wajar
Tanpa Pengecualian dari Kementerian Keuangan
di bidang laporan keuangan. Hal ini
menunjukan komitmen Mahkamah Agung dalam
menjalankan sistem akuntansi yang transparan
dan akuntabel serta memenuhi kaidah good
governance.

Pada tanggal 21 Desember 2020 yang lalu,


sebanyak 85 Satuan Kerja berhasil meraih
predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) yang
salah satunya setingkat Eselon I yaitu Direktorat
Jenderal Badan Peradilan Agama dan 9 Satuan
Kerja mendapat predikat Wilayah Birokrasi
Bersih dan Melayani (WBBM) dari Kementerian

25

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi. Capaian tersebut merupakan bukti
nyata bahwa Mahkamah Agung dan Badan
Peradilan di Bawahnya serius dalam melakukan
reformasi birokrasi di tubuh lembaga peradilan.
Atas hal itu, saya mendapatkan anugerah
sebagai Pemimpin Perubahan Tahun 2020 dari
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi. Tentu itu semua,
merupakan hasil kerja keras dan jerih payah
dari seluruh warga peradilan dalam memajukan
Mahkamah Agung dan badan peradilan di
bawahnya.

Selain itu, pada Tanggal 23 Desember 2020


Mahkamah Agung juga mendapatkan
penghargaan dari Musieum Rekor Dunia
Indonesia (MURI) atas prestasi dalam
pelaksanaan Diklat Aparatur terbanyak
sepanjang tahun 2020, yaitu dengan jumlah
peserta sebanyak 16.963 orang melalui 269 jenis

26

pelatihan yang dilakukan oleh Pusdiklat


Manajemen dan Kepemimpinan Badan Litbang
Diklat Kumdil Mahkamah Agung. Capaian
tersebut sejalan dengan grand desain Mahkamah
Agung dalam melaksanakan moder nisasi
peradilan yang membutuhkan SDM-SDM yang
andal dan terampil di segala bidang.

Di bidang pengawasan dan penegakan


d i s i p l i n a p a r a t u r. S e l a m a t a h u n 2 0 2 0 ,
Mahkamah Agung melalui Badan Pengawasan
telah menerima pengaduan sebanyak 3.512
pengaduan. Dari jumlah tersebut, sebanyak
1.684 telah selesai diproses, sedangkan sisanya
sebanyak 1.828 pengaduan masih dalam proses
penanganan.

Sepanjang tahun 2020 Mahkamah Agung


bersama-sama dengan Komisi Yudisial telah
menggelar sidang Majelis Kehormatam Hakim
(MKH) sebanyak satu kali dengan hasil akhir

27

hukuman disiplin berupa sanksi berat Hakim


Non Palu selama 2 tahun.

Menyangkut surat rekomendasi penjatuhan


sanksi disiplin yang berasal dari Komisi Yudisial
yang diajukan ke Mahkamah Agung pada tahun
2020 berjumlah 52 rekomendasi, Sebanyak 11
rekomendasi telah ditindaklanjuti dengan
penjatuhan sanksi. Sebanyak 41 rekomendasi
tidak dapat ditindaklanjuti berdasarkan alasan
sebagai berikut:

• 39 rekomendasi terkait dengan teknis yudisial;


dan

• 2 rekomendasi karena terlapor sudah lebih


dulu dijatuhi sanksi oleh Mahkamah Agung.

Namun demikian, jika dalam 39 pengaduan


pelanggaran teknis yang diajukan oleh Komisi
Yudisial tersebut diduga ada pelanggaran kode
etik, maka sesuai Pasal 15, 16 dan 17 Peraturan
Bersama antara Mahkamah Agung dengan

28

Komisi Yudisial Nomor 02/PB/MA/IX/2012 dan


Nomor 02/PB/P.KY/09/2012 tentang Panduan
Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim dilakukan pemeriksaan bersama oleh
Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Jika
terbukti sebagai pelanggaran etik, maka Komisi
Yudisial yang memberikan rekomendasi,
sedangkan jika terbukti sebagai pelanggaran
teknis yudisial, maka Mahkamah Agung yang
memberikan rekomendasi hukuman disiplin.

Jumlah dan jenis hukuman disiplin yang


dijatuhkan kepada hakim dan aparatur
peradilan termasuk rekomendasi dari Komisi
Yudisial dalam periode tahun 2020 sebanyak
161 hukuman disiplin yang terdiri dari
hukuman berat, hukuman sedang dan hukuman
ringan, dengan rincian sebagai berikut:

• Hakim dan Hakim Ad Hoc sebanyak 97 sanksi


yang terdiri dari 9 sanksi berat, 20 sanksi
sedang dan 68 sanksi ringan.

29

• Pejabat teknis yang terdiri dari Panitera,


Panitera Muda, Panitera Pengganti, Juru Sita
dan Juru Sita Pengganti sebanyak 43 sanksi
yang terdiri dari 10 sanksi berat, 4 sanksi
sedang dan 29 sanksi ringan

• Pejabat struktural dan pejabat kesekretariatan


sebanyak 8 sanksi yang terdiri dari 1 sanksi
berat, 2 sanksi sedang dan 5 sanksi ringan.

• Staf dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai


Negeri (PPNPN) sebanyak 13 sanksi yang
terdiri dari 10 sanksi berat, 1 sanksi sedang
dan 2 sanksi ringan.

Aspek integritas merupakan modal awal


dalam membangun lembaga peradilan yang
bersih dan berwibawa, sehingga saya
menempatkan aspek integritas sebagai fokus
utama dalam program pembaruan peradilan,
karena modernisasi peradilan hanya akan

30

menjadi simbol belaka tanpa didukung oleh


aparatur peradilan yang berintegritas.

Saya berharap kepada rekan-rekan jurnalis


sebagai representasi publik untuk dapat
berpartisipasi aktif dalam mengawasi kinerja
apartur, dengan tetap menjaga kehormatan dan
kemandirian lembaga peradilan. Sebagai insan
pers yang profesional, sudah semestinya
memiliki tanggung jawab untuk turut
meluruskan isu-isu negatif terkait Mahkamah
Agung dan Badan Peradilan di Bawahnya
dengan pemberitaan yang akurat, proporsional
dan akuntabel, karena kehormatan lembaga
peradilan merupakan cerminan dari
kerhormantan bangsa dan negara.

Sekali lagi, kepada para Hakim Agung,


Hakim Ad-Hoc, Pejabat Fungsional dan Pejabat
Struktural yang telah bekerja keras dalam
menjalankan tugas dengan ikhlas sehingga kita
mampu meraih capaian yang luar biasa ini, Saya

31

menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang


tiada terhingga dan semoga selalu diberikan
kesehatan untuk dapat berbuat yang lebih baik
lagi di tahun-tahun mendatang.

Sebelum saya mengakhiri penyampaian


refleksi akhir tahun ini, saya ingin
menyampaikan bahwa: “Mahkamah Agung
tidak berusaha untuk menjadi sempurna,
namun akan terus berupaya untuk menjadi
lebih berguna.”

Akhirnya, marilah kita sama-sama berdoa


semoga Allah SWT senantiasa memberikan
kesehatan dan keselamatan bagi kita semua.
Amin Ya Robbal Alamin.

Wabilahitaufik Walhidayah.

Wa s s a l a m u a l a i k u m Wa r o h m a t u l l a h i
Wabarakatuh.

32

Jakarta, 30 Desember 2020


Ketua Mahkamah Agung
Republik Indonesia

Dr. H.M. Syarifuddin, S.H., M.H.

33

Anda mungkin juga menyukai