Abstract
This study aims to determine and understand the legal consequences of notaries making deeds outside
their respective areas of office and to determine the role of regional supervisory boards if notaries make
deeds outside their respective areas of office. The research method used is normative research method.
The approach method used in this research is a statutory approach method and a conceptual approach.
The legal consequence is that the notary deed made outside the area of office is that the deed does not
become an authentic deed and does not have legal force and becomes an underhand deed.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami akibat hukum notaris membuat
akta di luar wilayah jabatannya dan untuk mengetahui peran majelis pengawas daerah jika
notaris membuat akta di luar wilayah jabatannya. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian normatif. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini ialah metode pendekatan perundang-undangan dan Pendekatan konseptual. Akibat
hukum jika akta notaris yang dibuat diluar wilayah jabatannya yaitu akta tersebut tidak
menjadi akta otentik dan tidak memiliki kekuatan hukum serta menjadi akta dibawah
tangan.
Akta yang dibuat diluar wilayah jabatnya Undang-Undang Jabatan Notaris yang
hanya berkedudukan seperti akta dibawah menentukan wewenang utama Notaris adalah
tangan. (G.H.S Lumban Tobing, 2007). membuat Akta otentik dan wewenang lainnya.
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, Pasal 15 Undang-Undang Jabatan Notaris,
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ditentukan:
ini adalah: 1. Notaris berwenang membuat Akta
1. Bagaimana akibat hukum jika notaris otentik mengenai semua perbuatan,
membuat akta di luar wilayah perjanjian, dan penetapan yang
jabatannya? diharuskan oleh peraturan perundang-
2. Apa akibat hukum atas akta yang dibuat undangan dan/atau yang dikehendaki
oleh notaris yang dibuat diluar wilayah oleh yang berkepentingan untuk
jabatannya? dinyatakan dalam Akta otentik,
menjamin kepastian tanggal pembuatan
Metode Penelitian Akta, menyimpan Akta, memberikan
Metode pendekatan yang digunakan grosse, salinan dan kutipan Akta,
dalam penelitian ini adalah dengan meng- semuanya itu sepanjang pembuatan
gunakan metode pendekatan normative Akta itu tidak juga ditugaskan atau
dengan menggunakan pendekatan Undang- dikecualikan kepada pejabat lain atau
Undang (statute approach) dan pendekatan orang lain yang ditetapkan oleh
Konseptual. Tipe Penelitian dalam penelitian undang-undang.
ini adalah deskriptif analitis. Sumber bahan 2. Notaris berwenang pula:
hukum dalam penelitian ini yaitu bersumber a. Mengesahkan tanda tangan dan
dari data sekun-der berdasarkan bahan-bahan menetapkan kepastian tanggal surat di
pustaka. Terkait sumber dan jenis data dapat bawah tangan dengan mendaftar
dibagi menjadi beberapa bahan hukum, yaitu: dalam buku khusus;
a. Bahan hukum primer b. Membukukan surat di bawah tangan
Merupakan bahan hukum yang bersifat dengan mendaftar dalam buku
autoritatif artinya mempunyai otoritas, terdiri khusus;
dari perundang-undangan, catatan-catatan c. Membuat kopi dari asli surat-surat di
resmi atau risalah dalam pembuatan per- bawah tangan berupa salinan yang
undang-undangan dan putusan-putusan memuat uraian sebagaimana ditulis
hakim. bahan hukum primer yang digunakan dan digambarkan dalam surat yang
adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 bersangkutan;
tentang Jabatan Notaris. d. Melakukan pengesahan kecocokan
b. Bahan hukum sekunder fotokopi dengan surat aslinya;
Berupa semua publikasi tentang hukum e. Memberikan penyuluhan hukum
meliputi buku-buku teks, kamus-kamus sehubungan dengan pembuatan Akta;
hukum, dan jurnal-jurnal hukum. Analisis data f. Membuat Akta yang berkaitan dengan
yang dilakukan oleh Penulis dalam jurnal ini pertanahan; atau
meng-gunakan analisis secara kualitatif dengan g. Membuat Akta risalah lelang.
cara melakukan analisis terhadap peraturan 3. Selain kewenangan sebagaimana di-
perundang-undangan. terkait yang mengatur maksud pada ayat (1) dan ayat (2),
mengenai jabatan notaris. Notaris mempunyai kewenangan lain
yang diatur dalam peraturan per-
Hasil dan Pembahasan undang-undangan. Dalam kaitanya
Notaris sebagai Pejabat Umum dengan wewenang yang harus dimiliki
Notaris sebagai pejabat umum ber- oleh Notaris hanya diperkenankan
wenang antuk membuat Akta otentik sejauh untuk menjalankan jabatanya di daerah
pembuatan Akta otentik tertentu tidak di- yang telahditentukan dan ditetapkan
khususkan bagi pejabat umum lainnya dan dalam UUJN dan didalam daerah
Setiap wewenang ada batasannya. (Habib hukum tersebut Apabila ketentuan itu
Adjie, 2008). Kewenangan Notaris dicantumkan tidak diindahkan, akta yang dibuat oleh
dalam Pasal 15 ayat (1), (2), dan (3) revisi Notaris menjadi tidak sah. Adapun
wewenang yang dimiliki oleh Notaris sudah jelas bagaimana sanksi yang akan
meliputi 4 hal yaitusebagai berikut: didapatkan oleh seorang Notaris jika
a. Notaris harus berwenang sepanjang melanggar salah satu aturan yang telah
yang menyangkut akta yang dibuat itu ditetapkan.
b. Notaris berwenang sepanjang Akta Notaris menurut KUH Perdata
mengenai orang-orang, untuk Pasal 1870 dan HIR Pasal 165 (Rbg 285) yang
kepentingan siapa akta itu dibuat. mempunyai kekuatan pembuktian mutlak dan
c. Notaris harus berwenang sepanjang mengikat Akta Notaris merupakan bukti yang
mengenai tempat, dimana akta itu sempurna sehingga tidak perlu lagi dibuktikan
dibuat. dengan pembuktian lain selama ketidak
d. Notaris harus berwenangsepanjang benarannya tidak dapat dibuktikan. Sedangkan
mengenai waktu pembuatan akta itu. dalam Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor
(Nico, 2003). 2 Tahun 2014 pada Pasal 1 angka 7
menyebutkan bahwa Akta Notaris yang
Tidak hanya kewenangan dan selanjutnya disebut Akta adalah akta autentik
kewajiban saja yang termuat dalamUUJN tetapi yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris
juga menyebutkan larangan jabatan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan
adalah sebagai berikut: dalam Undang-Undang ini.
1. Notaris dilarang: Pengertian akta menurut Habib Adjie
a. Menjalankan jabatan diluarwilayah adalah pembuatan (handling) atau perbuatan
jabatanya; hukum (rechtshandeling), suatu tulisan yang
b. Meninggalkan wilayah jabatanya lebih dibuat untuk dipakai atau untuk digunakan
dari 7 (tujuh)hari kerja berturut-turut sebagai perbuatan hukum tertentu yaitu berapa
tanpa alasan yang sah; tulisan yang ditunjukkan kepada pembuktian
c. Merangkap sebagai pegawai negeri; tertentu. (Habib Adjie, 2004). Disebut akta
d. Merangkap jabatan sebagai pejabat Notaris, karena kata tersebut sebagai akta
negara; otentik yang dibuat di hadapan atau oleh
e. Merangkap jabatan sebagai advokat; notaris yang memenuhi syarat yang telah
f. Merangkap jabatan sebagai pemimpin ditentukan dalam UUJN. Akta Notaris sudah
atau pegawai badan usaha milik negara, pasti akta otentik. Tapi akta otentik bisa juga a
badan usaha milik daerah atau badan kta notaris, akta Pejabat Pembuat Akta Tanah
usaha swasta; (PPAT), Risalah Lelang Pejabat Lelang dan
g. Merangkap jabatan sebagaiPejabat Akta Catatan Sipil. (Habib Adjie, 2004).
Pembuat Akta Tanah dan/atau Pejabat Pada umumnya akta notaris itu terdiri
Lelang Kelas II di luar tempat dari tiga bagian antara lain:
kedudukan Notaris; a. Komparisi adalah bagian yang
h. Menjadi Notaris pengganti atau menyebutkan hari dan tanggal, akta nama
i. Melakukan pekerjaan lain yang notaris dan tempat kedudukanya nama
bertentangan dengan norma agama, dari para penghadap, jabatanya dan
kesusilaan atau kepatutan yang dapat tempat tinggalnya, beserta keterangan
mempengaruhi kehormatan dan apakah ia bertindak untuk diri sendiri atau
martabat jabatan Notaris; sebagai kuasa dari orang lain, yang harus
disebutkan juga jabatan dan tempat
Jadi pada intinya Notaris merupakan tinggalnya beserta atas kekuatan apa ia
pejabat yang diangkat oleh pemerintah dan bertindak sebagai wakil atau kuasa.
formasi notaris ditentukan oleh menteri b. Badan dari akta adalah bagian yang
Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan memuat isi dari apa yang ditetapkan
memper-timbangkan usul dari organisasi. sebagai ketentuan-ketentuan yang bersifat
Sebagai pejabat umum notaris sebaiknya otentik, misalnya perjanjian, ketentuan-
melaksanakan kewenangan, kewajiban dan ketenuan mengenai kehendak terakhir
tidak melanggar aturan dalam Undang- (wasiat), dan atau kehendak para
Undang khususnya Undang-Undang Jabatan penghadap yang dituangkan dalam isi
Notaris karena dalam Undang-undang juga akta.
dalam keadaan fiktif, artinya tidak dalam perundang-undangan yang berlaku kepada
keadaan cuti atau diberhentikan sementara pihak yang datang kepadanya. Dalam melak-
waktu. Notaris yang sedang cuti, sakit, atau sanakan jabatanya seorang notaris juga mem-
sementara berhalangan untuk menjalankan punyai kewenangan. Kewenangan notaris
tugas jabatannya dapat menunjuk Notaris dalam Pasal 15 dariayat (1) sampai dengan ayat
Pengganti (Pasal 1 angka 3 UUJN). Sedangkan (3) UUJN dapat dibagi menjadi tiga antara lain
tugas jabatan notaris dapat dilakukan oleh kewenangan umum, kewenangan khusus dan
pejabat sementara untuk notaris yang kewenangan notaris yang akan ditentukan
kehilangan kewenangannya dengan alasan kemudian.
meninggal dunia, telah berakhir masa jaba- Notaris harus berwenang sepanjang
tannya, minta sendiri, tidak mampu secara mengenai tempat, dimana akta itu dibuat. Pasal
rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan 18 ayat (1) UUJN menentukan bahwa notaris
tugas jabatan sebagai notaris secara terus harus berkedudukan di daerah kabupaten atau
menerus lebih dari 3 (tiga) tahun, pindah kota. Setiap notaris dengan keinginanya mem-
wilayah jabatan, diberhentikan sementara, atau punyi tempat kedudukan dan berkantor di
diberhentikan dengan tidak hormat. daerah kabupaten atau kota. Notaris mem-
Menurut Habib Adjie bahwa menurut punyai wilayah jabatan meliputi seluruh
Pasal 18 ayat (1) Notaris mempunyai tempat wilayah propinsi dari tempat kedudukanya.
kedudukan di daer ahkabupaten atau kota. Hal ini juga disebutkan oleh Habib Adjie
Kedudukan notaris di daerah kota atau menyatakan bahwa dalam Pasal 19 ayat (1)
kabupaten sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) notaris wajib mempunyai hanya satu kantor
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang yaitu di tempat kedudukanya, hal ini karena
Pemerintahan Daerah, bahwa Negara Kesatuan dengan hanya mempunyai satu kantor berarti
Republik Indonesia di bagi atas propinsi, dan notaris dilarang mempunyai kantor cabang,
daerah propinsi dibagi atas kabupaten dan perwakilan dan atau bentuk lainya.Pasal 19
kota. Bahwa pada tempat kedudukan notaris ayat (2) menyebutkan bahwa Notaris tidak
berarti notaris berkantor di derah kota berwenang secara teratur menjalankan jabatan
kabupaten danhanya mempunyai 1 (satu) diluar tempat kedudukanya, hal ini disebabkan
kantor pada derah kota kabupaten (Pasal 19 bahwa akta notaris sedapat-dapatnya dilang-
ayat [1]UUJN). Kebutuhan Notaris pada sungkan dikantor Notaris kecuali pembuatan
satudaerah kota atau kabupaten akan akta-akta tertentu misalnya akta wasiat, berita
disesuaikan dengan formasi yangditentukan acara penarikan undian, akta protes tidak mau
pada daerah kota atau kabupaten berdasarkan membayar atau akta-akta yang dihadiri oleh
Keputusan Menteri (Pasal 22 UUJN). banyak pihak.
(Sjaifurrachman, 2011). Dari berbagai uraian diatas telah
Sebagai pejabat umum notaris men- dijelaskan bahwa seorang notaris tidak hanya
dapatkan wewenang oleh Negara dalam pem- memiliki kewenangan dan kewajiban akan
buatan akta otentik, maka seharusnya seorang tetapi notaris juga mempunyai larangan-
notaris dalam melaksanakan tanggung jawab- larangan yang telah tercantum jelas pada Pasal
nya harus lah sesuai dengan koridor tugasdan 17 huruf a Undang-undang tentang Jabatan
tanggung jawab seperti yang dikatakan dalam Notaris alasan mengapa notaris dilarang
peraturan perundang-undangan dan juga menjalankan jabatan di luar wilayah jabatanya.
dalam kode etik jabatan notaris. Notaris dalam Yang dimaksud menjalankan jabatan disini
melaksanakan tugasnya harusnya bertindak adalah notaris melaksanakan kewenangan dan
berdasarkan etika. Etika disini adalah dimana kewajibanya khusunya dalam pembuatan Akta
seorang notaris dalam jabatanya diwajibkan autentik. Dalam Pasal 17 huruf a ditegaskan
mematuhi kode etik. Notaris dalam menja- bahwa notaris di larang menjalankan jabatan
lankan tugasnya dalam pembuatan akta otentik diluar wilayah jabatanya artinya dalam hal ini
haruslah memperhatikan aturan-aturan yang notaris dilarang menjalankan jabatan diluar
dinyatakan dalam Peraturan Jabatan Notaris. wilayah provinsi dimana ia bertempat kedu-
Tidak hanya itu, notaris diwajibkan mem- dukan. Menurut Suhariyono sebagaimana juga
berikan penyuluhan dan nasehat hukum serta dijelaskan dalam penjelasan pasal bahwa
memberikan penjelasan mengenai perturan ketentuan ini dimaksdukan untuk memberi
Notaris mendapatkan sanksi yaitu: (Habib (Pasal 1553 KUHPerdata). (Abdul Kadir
Adjie, 2004). Muhammad, 1993).
1. Sanksi Perdata, Sanksi ini berupa Adapun faktor-faktor yang dapat
pergantian biaya, ganti rugi dan bunga menyebabkan suatu akta dapat dibatalkan
merupakan akibat yang harus diterima adalah sebagai berikut:
Notaris atas tuntutan para penghadap jika a. Adanya kesalahan dalam proses
akta yang bersangkutan hanya mempunyai pembuatan akta yang tidak sesuai dengan
kekuatan pembuktian sebagai akta Undang-undang.
dibawah tangan atau akta akan menjadi b. Adanya kesalahan ketikan pada salinan
batal demi hukum. Akta yang batal demi akta notaris.
hukum maka akta tersebut dianggap tidak c. Adanya kesalahan bentuk akta notaris.
pernah ada dan sesuatu yang tidak pernah d. Adanya kesalahan atas isi akta notaris.
dibuat maka tidak dapat dijadikan dasar e. Adanya perbuatan melawan hukum yang
suatu tuntutan dalambentuk penggantian dilakukan notaris dalam pembuatan akta.
biaya, ganti rugi. Akta notaris batal atau batal demi
2. Sanksi Administratif, Sanksi ini berupa hukum mempunyai kekuatan pembuktian
teguran lisan, teguran tertulis, pembe- sebagai akta dibawah tangan terjadi karena
rentian sementara, pemberentian dengan tidak terpenuhinya syarat-syarat yang sudah
hormat dan pemberentian tidak hormat. ditentukan menurut hukum, tanpa perlu
Dalam menegakkan sanksi administratif adanya tindakan hukum tertentu dari yang
pada Notaris yang menjadi instrumen bersangkutan yang berkepentingan.
pengawas adalah majelis pengawas.
Akibat Hukum Terhadap Jabatan Notaris
Akta Notaris batal atau batal demi Notaris sebagai pejabat umum yang
hukum mempunyai kekuatan pembuktian berarti kepada notaris diberikan dan dilengkapi
sebagai akta dibawah tangan terjadi karena dengan kewenangan atau kekuasaan umum
tidak terpenuhinya syarat-syarat yang sudah yang menyangkut public openbaar gezag. (R.
ditentukan menurut hukum, tanpa perlu Soegondo Notodisoerjo,1993). Dalam mem-
adannya tindakan hukum tertentu dari yang berikan pelayanan kepentingan umum (public
bersangkutan atau berkepentingan. Dalam service) dalam arti bidang pelayanan
keputusan diatas ketidak-otentikan akta notaris pembuatan kata dan tugas-tugas lain yang
yang telah dibuat oleh notaris maka dalam dibebankan kepada notaris, yang melekat pada
pembuatanya terjadi kebatalan. Menurut predikat sebagai pejabat umum dalam ruang
Herlien Budiono bahwa manakala undang- lingkup tugas dan kewenangan notaris. (Paulus
undang hendak menyatakantidak adanya Efendi Lotulung, 2003). Dalam menjalankan
akibat hukum, makadinyatakan dengan istilah jabatanya sebagai pejabat umum notaris di
yang sederhana “batal” tetapi adakalanya berikan wewenang oleh negara untuk
meng-gunakan istilah batal dan tak berhargalah membuat akta otentik, maka notaris dalam
(Pasal 879 KUHPerdata) atau tidak mempunyai melakukan pekerjaanya haruslah sesuai dengan
kekuatan (Pasal 1335 KUH Perdata). Peng- koridor tugas, tanggung jawab dan kewajiban
gunaan istilah-istilah tersebut cukup membi- yang telah dinyatakan dalam Peraturan Jabatan
ngungkan karena adakalanya istilah yang sama Notaris serta Kode Etik Notaris. Kewajiban
digunakan untuk pengertian yang berbeda seorang notaris adalah suatu kewajiban yang
untuk batal demi hukum atau dapat di harus dilaksanakan, jika tidak dilaksanakan
batalkan. Pada pasal 1446 KUH Perdata dan atau dilanggar maka akan dikenakan sanksi
seterusnya untuk menyatakan batalnya suatu terhadap notaris tersebut sebagaimana dise-
perbuatan hukum kita temukan istilah-istilah butkan dalam Pasal 84 Undang-undang Jabatan
“batal demi hukum”, “membatalkanya” (Pasal Notaris.Adapun kewajiban notaris sudah
1449 KUH-Perdata), menuntut pembatalan tercantum dalam Pasal 16 UUJN. Dalam
(Pasal 1450 KUH Perdata), “Pernyataan batal” menjalankan kewenangan sebagaimana telah
(Pasal 1451-1452 KUH Perdata), “gugur” (Pasal diatur dalam Pasal 15UUJN, pemerintah juga
1545 KUH Perdata), dangugur demi hukum mengatur larangan jabatan notaris dalam men-
jalankan kewenanganya. Hal ini jelas tertuang
terhadap Notaris dalam menjalankan tugas dan yang membuat perjanjian. Pengawasan yang
jabatanya adalah Pasal 1 butir 6 Undang- dilakukan terhadap Notaris sangat beralasan
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan karena Notaris merupakan pejabat yang
Notaris menyatakan bahawa: “Majelis memberikan jasanya kepada masyarakat dan
Pengawas Notaris yang selanjutnya disebut memberikan penjelasan mengenai peraturan
Majelis Pengawas adalah suatu badan yang perundang-undangan yang berlaku.
mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk Majelis pengawas Notaris terdiri dari 3
melaksanakan pembinaan dan pengawasan Majelis pengawas yaitu Pengawas Daerah,
terhadap Notaris”. Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis
Majelis Pengawas dalam menjalankan Pengawas Pusat, ketiga Majelis pengawas
kewenangannya mengeluarkan putusan yang tersebut memiliki kewenangan yang berbeda-
ditujukan kepada Notaris, baik putusan men- beda.
jatuhkan sanksi administratif ataupun putusan 2. Majelis Pengawas Daerah
mengusulkan untuk memberikan sanksi-sanksi Majelis Pengawas Daerah adalah salah
tertentu dari MPW kepada MPP atauapun MPP satu badan yang bertugas melakukan
kepada menteri. Pada dasarnya yang mem- pengawasan terhadap kinerja Notaris di tingkat
punyai wewenang melakukan pengawasan dan kabupaten/kota, yang mana hal tersebut
pemeriksaan terhadap Notaris adalah Menteri bertujuan agar Notaris dapat bertanggung
Hukum dan Hak Asasi Manusia yang dalam jawab terhadap apa yang telah ia kerjakan
pelaksanaanya Menteri membentuk Majelis sehingga tidak terjadi kesalahan yang dapat
Pengawas Notaris. Menteri sebagai kepala mengakibatkan kerugian bagi kliennya sendiri
Depertemen Hukum dan Hak Asasi Manusia ataupun dapat merusak nama baik dari Notaris
mempunyai tugas membantu Presiden dalam yang bersangkutan.
menyelenggarakan sebagian urusan Majelis Pengawas Daerah (MPD)
pemerintah di bidang hukum dan hak asasi mempunyai kewenangan khusus yang tidak
manusia. dipunyai oleh MPW dan MPP, yaitu sebagai-
Kewenangan pengawasan terhadap mana yang tersebut dalam Pasal 66 UUJN,
Notarisnada pemerintah, sehingga berkaitan bahwa MPD berwenang untuk memeriksa
dengan cara pemerintah memperoleh wewe- Notaris sehubung dengan permintaan
nang pengawasan tersebut ada 2 (dua) cara penyidik, penuntut umum atau hakim untuk
utama untuk memperoleh wewenang peme- mengambil fotokopi minuta atau surat-surat
rintah, yaitu Atribusi dan Delegasi. Mandat Notaris dalam penyimpanan Notaris, juga
juga ditempatkan sebagai cara tersendiri untuk pemanggilan Notaris yang berkaitan dengan
mem-peroleh wewenang, namun apabila akta yang dibuatnnya atau dalam protokol
dikaitkan dengan gugutan ke pangadilan tata Notaris yang berada dalam penyimpanan
usaha negara, mandat tidak ditempatkan secara Notaris.
tersendiri karena penerimaan mandat tidak
bisa menjadi tergugat dipengadilan tata usaha 3. Majelis Pengawas Wilayah (MPW)
negara. (Sujatmo, 2006). Majelis pengawas wilayah (MPW) di-
Jabatan Notaris adalah jabatan publik bentuk dan berkedudukan di ibukota provinsi,
namun lingkup kerja mereka berada dalam Majelis Pengawas Wilayah juga mempunyai
konstruksi hukum privat. Dalam menjalankan kewenangan untuk mengadakan dan atau
jabatannya sebagai pejabat umum untuk melakukan pemeriksaan kepada Notaris yang
membuat akta otentik diawasi oleh Majelis melakukan pelanggaran baik yang berupa kode
Pengawas yang terdiri dari Majelis Pengawas etik Notaris maupun ketentuan dalam
Daerah, Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis peraturan perundang-undangan yang berlaku,
Pengawas Pusat dengan tujuan agar Peraturan sehingga dapat dijatuhi sanksi.
Jabatan Noataris dan Kode Etik Notaris dapat 4. Majelis Pengawas Pusat (MPP)
dilaksanakan dengan baik dan Notaris dalam Majelis Pengawas Pusat (MPP) dibentuk
menjalankan tugasnya selalu memperhatikan dan berkedudukan di ibukota negara. Bahwa
syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan yang peran Majelis Pengawas Daerah dalam mela-
ditetapkan oleh Undang-Undang demi ter- kukan pengawasan terhadap pembuatan akta
jaminnya kepastian hukum bagi pihak-pihak Notaris diluar wilayah jabatan Notaris adalah
tidak mempunyai kewenagan untuk men- Adjie, Habib. (2013). Kebatalan dan Pembatan
jatahukan sanksi apapun. Meskipun Majelis Akta Notaris, Bandung: Refika Aditama,
Pengawas Daerah mempunyai wewenang hal. 8.
untuk menerima laporan dari Notaris lainnya
dan menyelenggarakan sidang untuk meme- Adjie. Habib. (2004). Hukum Notaris Indonesia
riksa adannya dugaan pelanggaran (Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Tahun
pelaksanaan jabatan Notaris, tapi tidak diberi 2004 Tentang Jabatan Notaris). Bandung:
kewenangan untuk menjathukan sanksi PT. Refika Aditama, h. 25.
apapun. Majelis Pengawas Daerah hanya
berwenang untuk melaporkan hasil sidang dan Andi A.A. Prajitno. (2010). Apa dan Siapa Notaris
pemeriksaanya kepada Majelis Pengawas di Indonesia, Surabaya: Citra Aditya
Wilayah dengan tembusan kepada pihak yang Bakti, hlm. 51.
melaporkan, Notaris yang bersangkutan,
Mejelis Pengawas Pusat dan Organisasi Notaris G.H.S Lumban Tobing. (2007). Peraturan Jabatan
(INI). Notaris, Cet. 3, Jakarta: Erlangga.
Abdul Kadir Muhammad. (1993). Hukum Siregar Soritua Halomoan. (2011). Pembuatan
Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya Akta Di Luartempat Kedudukan dan Diluar
Bakti. Wilayah Notaris, Surabaya: Airlangga
University Library.
Adjie, Habib. (2013). Kebatalan dan Pembuatan
Akta, Bandung : Rafika Aditama, hlm. 8. Sjaifurrachman. (2011). Aspek-aspek
Pertanggung-Jawaban Notaris Dalam
Pembuatan Akta, Bandung: Mandar
Maju, hal. 95.